Anda di halaman 1dari 6

Bank Syariah

Oleh: Muhammad Thoriq Bayu Aji dan Muhammad Nafi’


Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Sultan Agung
Semarang

A. Tentang Bank Syariah

Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi
intermediasi keuangan. Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam
sistem operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Sesuai UU
No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam
yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan
keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah),
serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram. Selain itu,
UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan fungsi
sosial dengan menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima dana
yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf.
Pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan syariah dari aspek
pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik dilaksanakan oleh OJK
sebagaimana halnya pada perbankan konvensional, namun dengan pengaturan dan
sistem pengawasan yang disesuiakan dengan kekhasan sistem operasional perbankan
syariah. Masalah pemenuhan prinsip syariah memang hal yang unik bank syariah,
karena hakikinya bank syariah adalah bank yang menawarkan produk yang sesuai
dengan prinsip syariah. Kepatuhan pada prinsip syariah menjadi sangat fundamental
karena hal inilah yang menjadi alasan dasar eksistensi bank syariah. Selain itu,
kepatuhan pada prinsip syariah dipandang sebagai sisi kekuatan bank syariah. Dengan
konsisten pada norma dasar dan prinsip syariah maka kemaslhahatan berupa
kestabilan sistem, keadilan dalam berkontrak dan terwujudnya tata kelola yang baik
dapat berwujud.
B. Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah

Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada


Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Perbankan Syariah
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadilan, kebersamaan,serta kesejahteraan rakyat.

Sedangkan fungsi dari perbankan syariah adalah :

1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan


menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Struktur Bank Syariah

Berdasarkan Kegiatannya Bank Syariah dibedakan menjadi Bank Umum


Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

1.) Bank Umum Syariah Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Kegiatan
usaha Bank Umum Syariah meliputi:

Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau


bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi'ah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; menghimpun dana
dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; menyalurkan Pembiayaan bagi
hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; menyalurkan Pembiayaan
berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad istishna', atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; menyalurkan Pembiayaan
berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah; menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau
tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah; melakukan pengambilalihan utang
berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah; melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah; membeli, menjual, atau menjamin atas risiko
sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata
berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah,
mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah; membeli surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank
Indonesia; menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga
berdasarkan Prinsip Syariah; melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak
lain berdasarkan suatu Akad yang berdasarkan Prinsip Syariah; menyediakan
tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan Prinsip
Syariah; memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah; melakukan fungsi sebagai
Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah; memberikan fasilitas letter of credit
atau bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah; dan melakukan kegiatan lain
yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2.) Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari
kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk
dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip
Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan
di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau
unit syariah.

Kegiatan usaha UUS meliputi:

menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau


bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi'ah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad
musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad
istishna', atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah;
melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah;
membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas
dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad
ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip
Syariah;
menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah;
memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip
Syariah; dan
melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di
bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3.) Bank Pembiayaan Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah meliputi:

a) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:

Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu


berdasarkan Akad wadi'ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah; dan Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

b) menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:

Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau musyarakah;


Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam, atau istishna';
Pembiayaan berdasarkan Akad qardh;
Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepad
Nasabah berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik; dan
pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah;

c) menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan


berdasarkan Akad wadi'ah atau Investasi berdasarkan Akad mudharabah
dan/atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

d) memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk


kepentingan Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS; dan

e) menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya


yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia
(sekarang OJK).

d. Dewan Pengawas Syariah (DPS)


Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di Bank Syariah dan Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS maupun BPRS. Dewan Pengawas
Syariah(DPS) diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi
Majelis Ulama Indonesia. Dewan Pengawas Syariah bertugas memberikan
nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai
dengan Prinsip Syariah.

Tugas dan tanggung jawab DPS secara rinci meliputi :

menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman


operasional dan produk yang dikeluarkan Bank;
mengawasi proses pengembangan produk baru Bank;
meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional untuk produk baru Bank
yang belum ada fatwanya;
melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah
terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan
jasa bank; dan
meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan
kerja Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

Untuk menjadi DPS pemohon wajib memenuhi syarat–syarat menjadi


Anggota DPS:

Integritas, yang paling kurang mencakup:


memiliki akhlak dan moral yang baik;
memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perbankan syariah dan
peraturan perundang-undangan lain yang berlaku;
memiliki komitmen terhadap pengembangan Bank yang sehat dan
tangguh (sustainable); dan
tidak termasuk dalam Daftar Tidak Lulus sebagaimana diatur dalam
ketentuan mengenai uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia (sekarang OJK).
Kompetensi, yang paling kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman di
bidang syariah mu'amalah dan pengetahuan di bidang perbankan dan/atau
keuangan secara umum; dan
Reputasi keuangan, yang paling kurang mencakup:
tidak termasuk dalam daftar kredit macet; dan
tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi pemegang saham, anggota
Dewan Komisaris, atau anggota Direksi yang dinyatakan bersalah
menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, dalam waktu 5 (lima) tahun
terakhir sebelum dicalonkan.
D. Tips Mengenali Layanan Perbankan Syariah

Perkembangan pesat dari perbankan syariah menuntut layanan prima dari


industri perbankan syariah sehingga semakin mudah diakses oleh masyarakat luas.
Dimana saja layanan bank syariah dapat ditemukan? Berikut adalah tips-tips untuk
mengenali layanan perbankan syariah dengan cepat.

1. Perhatikan Logo iB yang dipasang di depan kantor bank yang telah resmi beroperasi
sebagai bank syariah (BUS, UUS dan BPRS), baik kantor pusat, kantor cabang
maupun kantor layanan syariah. Logo iB biasanya juga dipasang di papan reklame,
spanduk, neon sign atau billboard.
2. Masyarakat juga bisa mendapatkan layanan perbankan syariah di bank-bank
konvensional yang membuka layanan office channeling Bank Syariah. Penandanya
adalah stiker Logo iB layanan syariah yang umumnya terpasang di pintu masuk
kantor cabang bank konvensional. Biasanya di depan counter pelayanan syariah, bank
juga memasang banner atau poster yang memberikan penjelasan mengenai produk
dan jasa perbank syariah yag tersedia. Informasi lebih lengkap layanan syariah ini
juga dapat diperoleh melalui customer service atau staf di kantor bank konvensional
tersebut.
3. Layanan bank syariah juga bisa ditemukan di kantor pos terdekat. Beberapa bank
syariah telah bekerjasama dengan PT. Pos Indonesia dalam rangka memperluas
jaringan layanan kepada masyarakat.
4. Untuk mengambil uang tunai dan transfer sekarang juga tidak lagi sulit, masyarakat
bisa menggunakan ATM bank syariah, ataupun ATM bank konvensional yang
mencantumkan Logo iB di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Bank-bank
syariah juga telah bekerjasama dengan lebih dari 6000 jaringan ATM Bersama dan
7000 jaringan ATM Prima dan BCA. Melalui jaringan ATMdi seluruh Indonesia,
nasabah dapat menarik tunai, transfer dan melakukan pembayaran tagihan rutin
bulanan seperti membayar tagihan telepon, listrik, internet, pesan tiket pesawat dan
masih banyak lagi.
5. Kartu Debit bank syariah juga sudah dapat digunakan untuk berbelanja di
supermarket, mall, restoran dan tempat-tempat wisata yang mempunyai hubungan
kerjasama dengan bank syariah.

Anda mungkin juga menyukai