Anda di halaman 1dari 3

5 Perbedaan Bank Umum BPR dan Bank Syariah

 Dalam Syarat Permodalan

Ternyata, syarat permodalan BPR lebih kecil dibandingkan bank umum konvensional yang harus

memiliki modal setidaknya Rp 3 triliun dan bank Syariah senilai Rp 1 trilium. BPR lebih

bervariasi tergantung 4 zona yang terbagi dalam Peraturan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Nomor

20/POJK.03/2014 pasal 5. Modal BPR di zona 4 dimulai dengan nilai Rp 4 miliar, sedangkan zona

1 senilai Rp 14 miliar.

 Dalam Jangkauan Wilayah

BPR sendiri memiliki jangkauan wilayah kabupaten, berbeda dengan bank umum yang tidak

terbatas. Adanya jangkauan wilayah layanan BPR sesuai dengan tujuan pendirian BPR sehingga

kantornya lebih sederhana dibandingkan kantor bank umum. Bank Syariah jangkauan wilayahnya

bervariasi.

 Dalam Segi Layanan

BPR tentunya memiliki keterbatasan layanan dan sederhana. Bank umum cukup kompleks bila

bicara soal layanan, seperti asuransi, valas, juga giro. Bank syariah menerapkan pola untuk

membedakan antar kegiatan dari produk-produk yang diterbitkannya. Pola pada produk bank

syariah juga bergantung dari akad transaksinya.

 Dalam Layanan Simpanan dan Kredit

Kedua jenis bank ini sama-sama melayani simpanan dan kredit. Perbedaannya terletak pada
pelayanan kedua bank.Bank umum lebih kompleks dalam memberikan layanan seperti giro, kredit
konsumtif, kredit investasi, dan kredit modal kerja dari segmen nasabah. Sedangkan BPR
memberikan layanan berupa tabungan dan deposito berjangka. Kredit yang disediakan adalah
kredit untuk karyawan, kredit usaha kecil, dan kredit tanpa angunan. Namun, BPR tidak melayani
kartu kredit seperti halnya bank umum. Bank syariah Produk-produknya kurang lebih sama
dengan produk-produk perbankan konvesional.Bedanya, produk-produk bank syariah telah
disesuaikan dengan akad-akad syariah dan diakui Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI).
 Dari Kegiatan Usaha

BPR melayani deposito berjangka, tabungan, kredit, penempatan dana SBI (Surat Berjangka

Indonesia, sertifikat deposito, pembiayaan, deposito berjangka, dan penempatan dana. Sedangkan

bank umum melayani lebih dari semua itu. Aktivitas lain dari bank umum ialah penerbitan surat

atas pengakuan utang, valuta asing, kliring, transfer, inkaso, dan lainnya. Kegiatan usaha bank

syariah

1. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lain yang

disamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan

dengan Prinsip Syariah.

2. Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya

yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah.

3. Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, murabahah, salam,

istishna’, musyarakah, qardh, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.

4. Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah

berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau

Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.

5. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah,

6. Melakukan kegiatan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah.

7. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang

diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad

ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah.


8. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan pemerintah dan/atau

Bank Indonesia.

9. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan

pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah.

10. Melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu Akad yang

berdasarkan Prinsip Syariah.

11. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan.

12. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah.

13.Melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah.

14.Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah

15.Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial

sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai