PENDAHULUAN
P ara mahasiswa yang baik, kita sampai pada Modul 4 yang akan
membahas “Manajemen Bank Umum, Manajemen Bank Syariah, dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR)”. Modul 4 ini terdiri dari tiga kegiatan
belajar, yaitu:
Kegiatan Belajar 1 : “Manajemen Bank Umum” yang terdiri dari pengertian
bank umum, penghimpunan dana bank umum,
penggunaan dana bank umum, jasa-jasa bank umum,
manajemen aktiva-pasiva, manajemen likuiditas, dan
manajemen kredit.
Kegiatan Belajar 2 : “Manajemen Bank Syariah” yang terdiri dari konsep
dasar sistem syariah, prinsip operasional bank syariah,
dan produk bank syariah di Indonesia.
Kegiatan Belajar 3 : “Bank Perkreditan Rakyat” yang terdiri dari sejarah
perkembangan BPR di Indonesia dan kegiatan
operasional BPR.
6. Manajemen likuiditas.
7. Manajemen kredit.
8. Konsep dasar sistem syariah.
9. Prinsip operasional bank syariah.
10. Produk bank syariah di Indonesia.
11. Sejarah perkembangan BPR.
12. Kegiatan operasional BPR di Indonesia.
K E gi A t A n B E LA J A R 1
P ara mahasiswa yang baik, kita akan memulai belajar dengan Kegiatan
Belajar 1 yang membahas tentang manajemen bank umum. Dewasa ini
peranan bank umum dalam perekonomian sangat vital. Beberapa krisis
ekonomi regional maupun global dimulai dari krisis perbankan. Krisis besar
yang melanda Indonesia dan kawasan Asia Tenggara pada tahun 1998
diawali dengan krisis perbankan dan diikuti krisis multidimensi termasuk
krisis ekonomi dan politik. Demikian pula dengan krisis ekonomi yang
terjadi di Amerika Serikat tahun 2008 juga diawali dengan krisis perbankan.
Dari gambaran ini menunjukkan bahwa perbankan bukan sekedar
sebagai badan usaha ataupun lembaga intermediasi dana, tetapi juga sebagai
infrastruktur perekonomian. Oleh karena itu, pemahaman tentang manajemen
bank umum sangat penting. Dengan pemahaman manajemen bank yang baik
maka pemerintah akan bisa menerapkan kebijakan yang tepat dan masyarakat
akan dapat memberikan respons yang tepat atas strategi yang diterapkan oleh
pelaku usaha perbankan.
Kegiatan belajar ini akan fokus membahas operasional dan manajemen
bank umum. Pada dasarnya manajemen bank umum sudah dapat mewakili
konsep manajemen dari semua jenis bank, mengingat cakupan dari bank
umum adalah yang paling luas, sedangkan untuk jenis bank lain cakupannya
hanya sebagian dari cakupan bank umum.
Dari jenis kegiatan usaha yang diizinkan tersebut maka Neraca Bank
Umum di Indonesia meliputi butir-butir seperti yang tertuang dalam Tabel
4.1. Butir-butir dalam neraca tersebut mencerminkan kegiatan usaha yang
dilakukan oleh bank umum di Indonesia. Sebelum ada OJK, neraca bank
umum di Indonesia saat ini diatur oleh Bank Indonesia dengan Surat Edaran
Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010. Namun setelah ada
OJK neraca bank umum diatur dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 43/SEOJK.03/2016. Pengaturan ini tidak sekedar untuk
menyeragamkan format neraca antar bank sehingga mudah untuk dilakukan
pemeriksaan, namun lebih penting adalah untuk standardisasi pengukuran
butir-butir keuangan yang diungkapkan sehingga mudah bagi siapa pun untuk
melihat sekilas apakah bank termasuk aman atau tidak. Selain itu, dengan
standar pelaporan yang sama antar bank maka akan sulit bagi bank untuk
melakukan manipulasi untuk tujuan-tujuan tertentu. Dengan demikian,
masyarakat akan terlindungi dari manajemen bank yang kurang standar.
Tabel 4.1
Butir-butir Neraca Bank Umum Sesuai Peraturan Bank Indonesia
4.1 4.2
Bank A Bank B
5 6 3
1
Nasabah Giro A Nasabah Giro B
2
2. Inkaso
Inkaso merupakan jasa bank untuk penagihan pembayaran atas
surat/dokumen berharga kepada pihak ketiga di tempat atau kota lain di
dalam negeri. Surat atau dokumen berharga yang dapat diproses adalah
wesel, cek, bilyet giro, kuitansi, surat promes/aksep dan hadiah undian.
3. Letter of Credit (L/C)
Letter of Credit (L/C) adalah sebuah cara pembayaran internasional yang
memungkinkan eksportir menerima pembayaran tanpa menunggu berita
dari luar negeri setelah barang dan berkas dokumen dikirimkan ke luar
negeri (kepada pemesan). Dalam proses ini jasa yang bisa diberikan bank
adalah berupa jaminan untuk membayar transaksi tersebut atas
permintaan nasabahnya. Proses L/C dapat dijelaskan dengan bagan
berikut.
Indonesia Jepang
1
5
Importir Eksportir
2 8 4 6
3
Bank Importir (Issuing Bank) Bank Koresponden
7 (Advising Bank)
Sumber: Siamat,
2005 Gambar 4.2
Mekanisme Letter of
Credit
Keterangan:
a. Penandatanganan kontrak jual beli barang antara importir Indonesia
dengan eksportir Jepang.
b. Permohonan L/C oleh importir disertai dengan setoran jaminan.
c. Permintaan pembukuan L/C oleh issuing bank kepada advising bank.
d. Pemberitahuan advising bank kepada eksportir mengenai L/C importir
dan jaminan pembayaran.
e. Pengiriman barang kepada importir.
f. Penyerahan dokumen ekspor. Selanjutnya advising bank akan
melakukan verifikasi dokumen dan pemeriksaan syarat-syarat lain.
g. Pengiriman dokumen dan permintaan pembayaran L/C kepada issuing
bank.
h. Issuing bank memberitahukan kedatangan dokumen kepada importer dan
permintaan pelunasan L/C.
4. Bank Garansi
Jaminan yang diberikan oleh bank atas permintaan nasabah untuk
memenuhi kewajibannya pada pihak lain apabila nasabah tersebut tidak
mampu memenuhi kewajibannya. Dalam mekanisme bank garansi
terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu nasabah, penerima jaminan, dan
bank. Mekanisme bank garansi dapat dijelaskan pada bagan berikut.
Bank (penerbit)
2 5
5. Transfer
Transfer merupakan jasa bank berupa pengiriman uang baik di dalam
negeri maupun di luar negeri. Saat ini metode transfer mengalami
perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan
teknologi informasi. Dengan online system nasabah dapat melakukan
transfer ke mana pun dalam waktu 24 jam.
G. MANAJEMEN LIKUIDITAS
H. MANAJEMEN KREDIT
Jika base landing rate lebih tinggi dari suku bunga pasar maka struktur
biaya harus direvisi, misalnya overhead menjadi 2,5%.
Faktor-faktor lain yang ikut memengaruhi penentuan suku bunga kredit
pada umumnya bersifat tidak langsung. Faktor-faktor ini pada umumnya
memengaruhi tingginya risiko, di mana semakin tinggi risiko maka suku
bunga kredit yang ditetapkan akan semakin tinggi. Faktor-faktor tersebut
antara lain.
a. Jangka waktu.
b. Jaminan kredit.
c. Reputasi perusahaan.
d. Hubungan baik.
e. Jaminan pihak ketiga.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan dari mana sumber-sumber dana yang dapat dihimpun bank
umum untuk selanjutnya disalurkan!
2) Jelaskan dalam bentuk apa saja penggunaan dana bank!
3) Jika dilihat dari produktivitasnya, aktiva bank dibedakan menjadi aktiva
produktif dan aktiva tidak produktif, jelaskan pengertian masing-masing!
4) Jelaskan makna dari asset-liability management!
5) Jelaskan komponen yang digunakan untuk menentukan suku bunga
kredit!
RANGKUMAN
TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
a. Prinsip Al-Wadi’ah
Berdasarkan karakteristiknya, prinsip al-wadi’ah dalam giro dan
tabungan memiliki hukum yang sama dengan qard, di mana nasabah
bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai
peminjam. Dengan karakteristik ini, giro maupun tabungan dengan
prinsip al-wadi’ah memiliki ketentuan-ketentuan sebagai berikut.
1) Keuntungan ataupun kerugian menjadi hak dan tanggung jawab
bank. Pemilik dana tidak mempunyai hak atas keuntungan, namun
juga tidak bertanggung jawab atas kerugian. Bank bisa memberikan
suatu insentif kepada pemilik dana, misalnya berupa bonus.
2) Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang bermakna
sebagai izin penyaluran dana dengan berbagai persyaratan yang
disepakati.
3) Manfaat yang dapat diperoleh pemilik dana adalah adanya jaminan
keuntungan berupa bonus, berbagai fasilitas pelayanan, misalnya
buku cek dan ATM.
4) Terhadap pembukaan rekening, bank dapat mengenakan biaya
tertentu yang dinyatakan secara nominal secara terbuka.
5) Ketentuan lain yang berkaitan dengan giro dan tabungan tetap
berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Titipan Barang
Gambar 4.4a
Skema Kerja Prinsip al- Wadi’ah yad Amanah
2.Titipan Dana
Bank Syariah
Nasabah 3.Bagi Hasil
Gambar 4.4b
Skema Kerja Prinsip al- Wadi’ah yad Dhomanah
b. Prinsip Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola
dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan antara kedua belah pihak, dengan nisbah keuntungan yang
sudah disepakati sebelumnya (Siamat, 2005). Produk penghimpunan
dana dengan prinsip al-mudharabah adalah berupa tabungan dan
deposito berjangka. Dalam operasionalnya, prinsip al-mudharabah
dikategorikan dalam dua jenis, yaitu Mudharabah Mutlaqah dan
Mudharabah Muqqayadah.
1.Titipan Dana
2. Pemanfaatan dana
3. Bagi Hasil
Gambar 4.5
Skema Kerja Prinsip Mudharabah
Proyek
Bagi Hasil
Modal
Gambar 4.6
Skema Kerja Prinsip al-Mudharabah Muqqayadah on Balance
Sheet (Chanelling)
Bank
Nasabah Mudharib
Arranger
Proyek
Bagi
Hasil
Modal
Gambar 4.7
Skema Kerja Prinsip al-Mudharabah Muqqayadah of Balance
Sheet (Executing)
1. Negosiasi dan
Persyaratan
3. Bayar
Gambar 4.8
Skema Kerja Prinsip al-Murabahah
2) Salam
Salam adalah jual beli barang, namun barangnya belum ada. Dalam
transaksi ini pembayaran dilakukan tunai, tetapi penyerahan barang
dilakukan secara tangguh. Posisi bank dalam hal ini adalah sebagai
pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Adapun mekanisme
operasionalnya dapat digambarkan sebagai berikut:
1.Negosiasi pesanan
dengan kriteria
Bank Syariah Nasabah Bank
5.Bayar
3.Kirim dokumen
Sumber: Muhammad,
2011
Gambar 4.9
Skema Kerja Prinsip Bai as -
Salam
3) Istishna’
Adalah jual beli dengan akad salam, di mana pembayaran dilakukan
oleh bank, namun tidak dibayar sekaligus, tetapi dibayar secara
bertahap. Pada umumnya transaksi model ini adalah untuk transaksi
pembuatan barang (manufaktur) dan konstruksi. Mekanisme
transaksi model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1.Negosiasi pemesanan
dengan kriteria
Bank Syariah Nasabah Bank
3. Jual barang
2. Membeli barang
Pengusaha/Pembuat Barang
B. Sewa
Supplier Objek Nasabah
Sewa Bank
A. Mil Bayar
2. Beli objek
1. Pesan objek
Bank
Syariah
Gambar 4.11a
Skema Kerja Prinsip
Ijarah
Setelah masa
sewa berakhir
obyek sewa
menjadi milik
nasabah
Supplie B. Sewa
Obyek Nasabah
r
Sewa Bank
Sumber: Muhammad,
2011
Gambar 4.11b
Skema Kerja Prinsip
Ijarah Muntahia
Bithamlik
Proyek
Keuntungan
Nisbah X % Nisbah Y %
Gambar 4.12
Skema Kerja Prinsip al -Musyarakah
2) Mudharabah
Agak berbeda dengan musyarakah, dalam bagi hasil mudharabah
bank membiayai proyek seluruhnya (100%) sementara nasabah yang
menjalankan usaha. dalam hal ini nasabah dianggap ahli dalam
mengelola usaha. Selanjutnya keuntungan dibagi hasil sesuai
kesepakatan. Dalam hal ini bank berhak mengawasi pekerjaan,
namun tidak berhak mencampuri pengelolaan. Secara ringkas
konsep bagi hasil mudharabah dijelaskan pada gambar berikut:
Perjanjian Bagi Hasil
Bank Syariah
Nasabah Keahlian Modal 100%
Proyek
Keuntungan
Nisbah X % Nisbah Y %
Modal
Sumber: Muhammad,
2011
Gambar 4.13
Skema Kerja Prinsip Mudharabah
3) Mudharabah Muqayyadah
Prinsipnya sama dengan Mudharabah namun ada pembatasan bagi
nasabah (pengguna modal) sesuai permintaan bank (pemilik modal).
3. Produk Jasa
a. Al-Wakalah
Prinsip dari Al-Wakalah adalah nasabah memberi kuasa pada bank untuk
mewakili dirinya untuk melakukan jasa tertentu, misalnya pembukaan
L/C, inkaso, dan transfer dana. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini bank
berhak mengenakan imbalan atau fee. Secara teknis alur kerja dari jasa
ini dapat dijelaskan pada gambar berikut.
Nasabah
Kontrak + Fee
Agency
Administrati on
Collection
Bank Syariah
Payment
Co
Arranger
Dll
Kontrak + Fee
Investor
Gambar 4.14
Skema Kerja Prinsip al- Wakalah
b. Al-Hawalah
Jasa Al-Hawalah adalah jasa pengalihan utang piutang. Transaksi ini
lazim digunakan untuk membantu pengusaha untuk mendapatkan dana
tunai guna melanjutkan usahanya. Transaksi ini dalam praktik perbankan
bisa diterapkan dalam rangka anjak piutang atau factoring. Adapun
mekanisme transaksinya secara singkat dapat dijelaskan dengan gambar
berikut:
Bank Syariah
2. Invoice 5. Bayar
3. Bayar 4. Tagih
1. Suplai barang
Supplier Pembeli
Gambar 4.15
Skema Kerja Prinsip al- Hawalah
c. Al-Kafalah
Jasa Al-Kafalah pada prinsipnya adalah bank garansi. Sebagaimana bank
konvensional, bank syariah juga dapat memberikan jasa bank garansi,
yaitu garansi bank kepada nasabahnya, misalnya jaminan untuk
melaksanakan proyek, jaminan untuk mengikuti tender, dll. Mekanisme
transaksinya dapat dijelaskan pada gambar berikut:
Jaminan Kewajiban
Bank (Penanggung) Jasa ObjekNasabah
(Tertanggung)(Ditanggung)
Sumber: Muhammad,
2011
Gambar 4.16
Skema Kerja Prinsip Al- Kafalah
d. Al-Rahn
Jasa Al-Rahn pada prinsipnya adalah jasa gadai, yaitu utang dengan
jaminan harta atau aset. Barang yang diserahkan sebagai jaminan harus
memenuhi beberapa persyaratan, yaitu milik nasabah sendiri; jelas
ukuran, sifat, dan jumlahnya; nilai barang ditentukan berdasarkan nilai
pasar; dapat dikuasai namun tidak dapat dimanfaatkan oleh bank.
1. Permohonan Pembiayaan
Pembiayaan
2. C
3. Akad Pembiayaan
Bank Syariah
Nasabah
4. Hutang + Mark up Pembiayaan mohonan Pembiayaan
5. a
Gambar 4.17
Skema Kerja Prinsip ar-Rahn
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan apa yang dimaksud prinsip syariah sesuai UU perbankan!
2) Jelaskan perbedaan bank syariah dengan Unit Usaha Syariah!
3) Berdasarkan prinsip syariah, bagaimana bentuk-bentuk simpanan yang
digunakan untuk penghimpunan dana?
4) Jelaskan produk-produk penyaluran dana dengan prinsip syariah!
5) Selain menyalurkan dana, bank syariah juga melayani jasa, jelaskan jasa-
jasa yang dilayani oleh bank syariah!
RANGKUMAN
TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
P ara mahasiswa yang baik, seperti sudah kita bahas pada modul-modul
terdahulu, dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat bank umum
dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), baik yang merupakan bank
konvensional maupun bank syariah. Pada kegiatan belajar sebelumnya kita
sudah membahas mengenai bank umum dan bank syariah. Tibalah saatnya
kita belajar tentang BPR yang secara khusus akan dibahas dalam Kegiatan
Belajar 3 saat ini.
Bagi masyarakat pedesaan BPR merupakan lembaga keuangan yang
cukup strategis. Dari beberapa studi menunjukkan bahwa untuk menuju
bankable, sebagian masyarakat pedesaan tidak langsung menjadi nasabah
bank umum, tetapi mulai dari nasabah BPR. Salah satu faktor penyebab
adalah fleksibilitas BPR sehingga mampu melayani masyarakat yang belum
mengenal bank sama sekali. Kegiatan Belajar 3 ini terdiri dari dua bahasan
utama, yaitu sejarah perkembangan BPR di Indonesia dan kegiatan
operasional BPR.
1) BPR telah ada di Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka tahun 1945.
Keberadaan BPR berawal dari keinginan untuk membantu para petani,
pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat pelepas uang
(rentenir) yang memberikan kredit dengan bunga tinggi.
2) Tahun 1988 merupakan momentum bagi perkembangan BPR di
Indonesia. Pada tahun 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan
Oktober 1988 (PAKTO 1988) melalui Keputusan Presiden RI No.38
yang menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR baru. Kebijakan
tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan usaha
“Bank Perkreditan Rakyat” atau BPR. Pada tahun 1992, keberadaan BPR
tersebut menjadi semakin jelas dengan diberlakukannya Undang-Undang
No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam Undang-Undang tersebut
BPR diberikan landasan hukum yang jelas sebagai salah satu jenis bank
selain Bank Umum.
3) Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sementara bank umum dalam kegiatannya diizinkan memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
4) BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki sebagai berikut.
1) Warga Negara Indonesia.
2) Badan Hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara
Indonesia.
3) Pemerintah Daerah.
4) Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam poin 1), 2), dan
3).
Dari ketentuan ini, BPR tidak bisa dimiliki oleh warga negara asing, dan
tidak bisa dimiliki oleh satu orang.
5) Bentuk badan hukum BPR dapat berupa sebagai berikut.
a. Perseroan Terbatas.
b. Koperasi.
c. Perusahaan Daerah.
Sementara bentuk badan hukum BPRS adalah Perseroan Terbatas.
RANGKUMAN
TES FORMATIF 3
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
3) Perbedaan utama dalam hal layanan yang diberikan antara BPR dan bank
umum terletak pada ....
A. suku bunga kredit
B. suku bunga tabungan
C. layanan lalu-lintas pembayaran
D. semua benar
6) Kejelasan keberadaan dan kegiatan usaha BPR adalah sejak adanya ....
A. Paket Kebijakan Oktober 1988
B. UU No. 7 Tahun 1992
C. UU No. 10 Tahun 1998
D. UU No. 10 Tahun 2008
Tes Formatif 2
1) C. Secara legal, operasional bank syariah di Indonesia mulai diatur
sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Ketentuan
tersebut muncul dalam bentuk definisi bank umum, definisi bank
perkreditan rakyat, dan definisi tentang prinsip syariah.
2) A. Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
3) D. Bentuk-bentuk simpanan berdasarkan prinsip syariah dapat berupa:
a. Giro berdasarkan prinsip al-wadi’ah.
b. Tabungan berdasarkan prinsip al-wadi’ah dan Al-Mudharabah.
c. Deposito berjangka dengan prinsip Al-Mudharabah.
4) C. Prinsip dari Al-Wakalah adalah nasabah memberi kuasa pada bank
untuk mewakili dirinya untuk melakukan jasa tertentu, misalnya
pembukaan L/C, inkaso, dan transfer dana.
5) D. Jasa Al-Rahn pada prinsipnya adalah jasa gadai, yaitu utang dengan
jaminan harta atau aset.
6) A. Produk penyaluran dana bank syariah, secara garis besar
diklasifikasikan dalam empat kelompok sebagai berikut.
a. Prinsip jual beli.
b. Prinsip sewa.
c. Prinsip bagi hasil.
d. Prinsip pinjam berdasarkan akad al-qard.
7) B. Jasa Al-Hawalah adalah jasa pengalihan utang piutang.
8) C. Jasa Al-Kafalah pada prinsipnya adalah bank garansi.
9) B. Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat Bank
Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang
berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
10) D.
Tes Formatif 3
1) A. BPR telah ada di Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka tahun
1945.
2) C. Keberadaan BPR berawal dari keinginan untuk membantu para petani,
pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat pelepas uang
(rentenir) yang memberikan kredit dengan bunga tinggi.
3) C. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Sementara bank umum dalam kegiatannya diizinkan
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
4) D. Bentuk badan hukum BPR dapat berupa:
a. Perseroan Terbatas.
b. Koperasi; atau
c. Perusahaan Daerah.
5) A. Sementara bentuk badan hukum BPRS adalah Perseroan Terbatas.
6) A. Pada tahun 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober
1988 (PAKTO 1988) melalui Keputusan Presiden RI No.38 yang
menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR baru. Kebijakan
tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan
usaha “Bank Perkreditan Rakyat” atau BPR.
7) B. Pada tahun 1992, keberadaan BPR tersebut menjadi semakin jelas
dengan diberlakukannya Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang
Perbankan. Dalam Undang-Undang tersebut BPR diberikan landasan
hukum yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain Bank Umum.
8) D. Kegiatan operasional BPR meliputi:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit.
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan
prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan
pada bank lain.
9) B. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh:
1) Warga Negara Indonesia.
2) Badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara
Indonesia.
3) Pemerintah Daerah.
4) Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam poin 1), 2),
dan 3).
10) C. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh:
1) Warga Negara Indonesia;
2) Badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara
Indonesia;
3) Pemerintah Daerah; atau
4) Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam poin 1), 2),
dan 3).
Dari ketentuan ini, BPR tidak bisa dimiliki oleh warga negara asing,
dan tidak bisa dimiliki oleh satu orang. Bentuk badan hukum BPR
dapat berupa:
1) Perseroan Terbatas.
2) Koperasi.
3) Perusahaan Daerah.
Daftar Pustaka