Syari’ah di Indonesia
• Riba berarti ‘tambahan’, yaitu pembayaran “ premi” yang harus dibayarkan oleh
peminjam kepada pemberi pinjaman di samping pengembalian pokok, yang ditetapkan
sebelumnya atas setiap jenis pinjaman.
• Maysir secara harfiah berarti memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras
atau mendapat keuntungan tanpa kerja. Dalam Islam, maysir yang dimaksud di sini adalah
segala sesuatu yang mengandung unsur judi, taruhan, atau permainan berrisiko.
• Gharar secara harfiah berarti akibat, bencana, bahaya, risiko, dan sebagainya. Dalam
Islam, yang termasuk gharar adalah semua transaksi ekonomi yang melibatkan unsur
ketidakjelasan, penipuan atau kejahatan.
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Fungsi Bank Syariah
Bank syariah merupakan bank dengan prinsip bagi hasil yang merupakan
landasan utama dalam segala operasinya, baik dalam pengerahan dananya
maupun dalam penyaluran dananya (dalam perbankan syariah penyaluran
dana biasa disebut dengan pembiayaan). Dalam penghimpunan dana, bank
syariah dapat juga menggunakan prinsip wadi’ah, qardh, maupun ijarah.
Dalam pembiayaan, bank syariah dapat juga menggunakan prinsip jual beli
dan sewa (lease). Selain itu, bank syariah juga menyediakan berbagai jasa
keuangan seperti wakalah, kafalah, hiwalah, rahn, qardh, sharf, dan ujr.
Kegiatan Sosial
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan betindak sebagai
shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut
digunakan bank untuk melakukan murabahah atau ijarah dapat pula da na tersebut
digunakan bank unuk melakukan mudharabah ke dua. Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan
berdasarkn nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakan nya untuk melakukan
mydharabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.
Secara garis besar jenis kegiatan usaha bank syariah dapat dibagi ke dalam penghimpunan
dana, penyaluran dana, pelayanan jasa, dan kegiatan sosial.
Konsep Operasional Bank Syariah
Perkembangan bank syariah yang pesat baru terasa semenjak Pemerintah dan Bank
Indonesia memberikan komitmen besar dan menempuh berbagai kebijakan untuk
mengembangkan bank syariah dengan serius, khususnya sejak perubahan UU
perbankan dengan UU No. 10 tahun 1998. Berbagai kebijakan tersebut tidak hanya
menyangkut perluasan jumlah kantor dan operasi bank-bank syariah untuk
meningkatkan sisi penawaran, tetapi juga pengembangan pemahaman dan kesadaran
masyarakat untuk meningkatkan sisi permintaan. Perkembangan yang pesat terutama
tercatat sejak dikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia yang memberi izin kepada
bank konvensional untuk mendirikan suatu unit usaha syariah (UUS). Semenjak itu,
kantor dan operasi bank syariah tumbuh di mana-mana seperti jamur di musim hujan.