NIM : D1A020151
Kasus I
Pada berita tersebut termasuk pada tahap penyidikan, karena karena polisi masih
memastikan apakah pelaku termasuk dalam dugaan pemerkosaan dan pencabulan.
Aparat penegak hukum tidak melakukan tindakan atau upaya paksa kepada pelaku
melainkan mengamankan pelaku ke polsek dari amukan massa.
5. Alat bukti atau barang bukti apa saja yang diperoleh oleh aparat penegak hukum?
Untuk mengetahui atau mendapatkan barang bukti atas kasus tersebut, korban
pencabulan telah dilakukan tes visum guna mengetahui apakah terdapat luka robek pada
korban.
6. Pasal berapa yang disangkakan terhadap pelaku tindak pidana tersebut?
Pelaku akan dikenakan Pasal 76 jo 82 ayat (2) Undang-undang No. 35 Tahun 2014
perubahan dari Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.
Pasal 289 KUHP yang berbunyi : “ Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul,
diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana
penjara paling lama 9 tahun “ .
7. Tindakan apa yang dilakukan pelaku tindak pidana terhadap pasal yang disangkakan
terhadapnya?
Pelaku tindak pidana memaksa korban untuk melakukan perbuatan cabul dan bahkan
sempat berusaha menyetubuhi korban. Dan pelaku diancam penjara 5-15 tahun penjara.
Kasus II
Kasus tersebut ditangani oleh Aparat Penegak Hukum Polres Sumbawa Besar melalui
Kasat Reskrim AKP Tri Prasetyo
3. Tindakan dan atau upaya paksa apa saja yang dilakukan Aparat Penegak Hukum pada kasus
tersebut?
Dalam kasus tersebut, pelaku yang bersangkutan beranggotakan dua orang. Saat ini
Aparat Kepolisian baru mengevakuasi satu pelaku saja dan Aparat Kepolisian masih
memburu pelaku lainnya.
5. Alat bukti dan atau barang bukti apa saja yang diperolah penegak hukum?
Pasal yang disangkakan pada kendaraan bermotor roda dua yaitu Pasal 362, Pasal
363, dan Pasal 365 KUHP, Serta Pasal 406 KUHP ayat (1)
Pasal 362 KUHP berbunyi : “ Barang siapa yang mengambil barang sesuatu, yang
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun
atau denda paling banyak enam puluh rupiah “.
7. Tindakan apa yang dilakukan pelaku tindak pidana terhadap Pasal yang sangkakan
terhadapnya?
Berdasarkan pada Pasal 406 KUHP ayat (1) yang berbunyi : “Barang siapa dengan
sengaja dan melawan hukum menghancurkan,merusakan,dan membikin tak dapat dipakai
atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan
orang lain, di ancang dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
denda paling banyak tiga ratus rupiah”.
Kasus III
Pada berita tersebut menjelaskan pada tahapan penyidikan pelaku tindak pidana
perdagangan orang (Mucikari) yang terjadi di sebuah hotel di wilayah Labuhan Sumbawa.
Kasus tersebut langsung ditangani oleh Kapolres Sumbawa melalui Kasat Reskrim,
AKP Prasetiyo, Minggu (8/5) pada saat sedang melaksanakan kegiatan Patroli Operasi
Pekat.
3. Tindakan dan atau upaya paksa apa saja yang dilakukan Aparat Penegak Hukum pada kasus
tersebut?
5. Alat bukti dan atau barang apa saja yang diperoleh aparat penegak hukum?
Polisi tidak mengumpulkan barang bukti apapun terkait penangkapan pelaku tindak
pidana perdagangan orang (Mucikari), dan pelaku serta korban menjalani pemeriksaan di
Unit PPA Polres Sumbawa.
6. Pasal berapa yang disangkakan terhadap pelaku tindak pidana tersebut?
Pasal 296 KUHP yang berbunyi : “ Barang siapa dengan sengaja menghubungkan
atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya
sebagai pencarian atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun
empat bulan atau denda paling banyak seribu rupiah”.
Pasal 506 KUHP yang berbunyi : “ Barang siapa menarik keuntungan dari perbuatan
cabul seorang wanita dan menjadikan sebagai pencarian, diancam dengan kurungan paling
lama satu tahun ”.
7. Tindakan apa yang dilakukan pelaku tindak pidana terhadap pasal yang disangkakan
terhadapnya?
Berdasarkan Pasal 296 KUHP yang disangkakan pada pelaku melakukan tindakan
berupa menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh korban dengan orang lain
dan menjadikannya sebagai pencarian. Dan berdasarkan pasal 506 KUHP pelaku melakukan
tindakan berupa menarik keuntungan dari perbuatan cabul korban dan menjadikannya
sebagai pencarian.
Kasus IV
1. Berita tersebut menjelaskan pada tahap apa kasus itu terjadi?
Yang ketiga menuju pada tahap pemeriksaan yang dilimpahkan pada Pengadilan
Negeri mengenai tindak pidana yang dilaporkan disertai dengan pemberian bukti oleh jaksa
penuntut umum yang didapat atas hasil penyidikan dari pihak kepolisian.
Kasus tersebut ditangani oleh Aparat Kepolisian Polres Purbalingga pada tahap
penyidikan, kemudian jasa penuntut umum dan tim kuasa hukum pada tahap penuntutan
sebelum akhirnya dibawa ke Pengadilan Negeri dan dan sampai pada tahap pemeriksaan
dan eksekusi.
3. Tindakan dan atau upaya apa saja yang dilakukan aparat penegak hukum pada kasus
tersebut?
Dalam kasus tersebut, tersangka yang diduga melakukan tindakan asusila berinisial
AS (32 Tahun) yang merupakan guru di SMP Negeri di Purbalingga.
5. Alat bukti dan atau barang bukti apa saja yang dipeproleh aparat penegak hukum?
Aparat kepolisian menyita barang bukti berupa ponsel, flashdisk, laptop dan kasur
serta beberapa koleksi video pornografi yang diakui tersangka diperoleh dari mengunduh
di internet.
Tersangka dijerat dengan Pasal 81 Ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2012 tentang Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
atas UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Pasal 32 Undang-Undang
Nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi.
Pasal 64 Ayat 1 KUHP dan pasal 294 Ayat 2 ke-1 KUHP juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP.
7. Tindakan apa yang dilakukan pelaku tindak pidana terhadap pasal yang disangkakan
terhadapnya?
Pasal 81 Ayat 2 karena pelaku melakukan modus tipu muslihat sebagai ancaman
atas tindakan asusila kepada korban.
Pasal 81 Ayat 3 karena pelaku melakukan ancaman kekerasan kepada korban yang
menimbulkan rasa takut pada korban.
Pasal 294 Ayat 2 ke-1 bahwa pelaku telah melakukan perbuatan cabul dengan orang
yang karena jabatannya.