Anda di halaman 1dari 28

MODUL AJAR

KEPEDULIAN LINGKUNGAN DAN PENCEGAHAN POLUSI

Nama Penyusun : Fino Waspodo


Nama Satuan Pendidikan : SMKP Buana Bahari Cirebon
Kelas/Program Keahlian : X /Teknika Kapal Niaga
Tahun : 2021
Kepedulian lingkungan dan
pencegahan polusi
Elemen
(Environment Awareness and
Pollution of Prevention)
Deskripsi Meliputi pemahaman tentang materi definisi
dan tujuan MARPOL 73/78, tindakan yang
akan diambil untuk mencegah pencemaran
lingkungan laut, prosedur yang
dipersyaratkan untuk anti polusi dan semua
peralatan yang akan digunakan untuk
menanggulangi pencemaran, tindakan
proaktif untuk melindungi lingkungan laut.
Tujuan Pembelajaran Pada akhir fase E peserta didik mampu:
1.Peserta didik mampu menerapkan ketentuan International
Convention for the Prevention of Pollution from Ships, 1973,
dan Protocol 1978 dan yang berkaitan dengan MARPOL
73/78, Technical Annexes: Annex I to VI of MARPOL 73/78
secara rinci.
2. Peserta didik mampu menerapkan Konvensi dan
Peraturan Perundang-undangan yang diadopsi oleh berbagai
negara
3. Peserta didik mampu menjelaskan pengendalian debit
minyak
4. Peserta didik mampu mengisi Buku Catatan Minyak,
Bagian I: Operasi Ruang Mesin, dan Bagian II: Operasi
Kargo/Ballast
5. Peserta didik mampu menerapkan Shipboard Oil Pollution
Emergency Plan (SOPEP) termasuk Shipboard Marine
Pollution Emergency Plans (SMPEP) untuk minyak dan/atau
Bahan Cair Berbahaya dan Vessel Response Plan (VRP)
6. Peserta didik mampu menggunakan berbagai peralatan
anti-polusi, Sewage Plant, Insinerator, Comminutor,
Pengolahan Air Ballast sesuai dengan prosedur operasional
standar (POS)
7. Peserta didik mampu menerapkan Rencana Pengelolaan
Senyawa Organik Mudah Menguap (VOC), Sistem
Pengelolaan Sampah, Sistem Anti-fouling, Pengelolaan
Ballast dan Kriteria Pelepasannya
8. Peserta didik mampu menerapkan pentingnya tindakan
proaktif untuk melindungi lingkungan laut
Alokasi Waktu 36 x 45 menit (1Jam Teori dan 1 Jam Praktik)
Jumlah Pertemuan 18 x pertemuan
Fase Capaian E
Profil Pelajar Pancasila Peserta didik akan mengembangkan kemampuan bernalar
kritis, mandiri, dan kreatif dalam menyelesaikan masalah dan
mengkaji fenomena alamiah.
Model Pembelajaran Discovery Learning secara tatap muka dan luring
Kegiatan Utama Individual dan berkelompok ( Maksimal 5 orang tiap kelompok)
Pembelajaran
Metode Pembelajaran Diskusi, Presentasi, Demonstrasi,Eksplorasi, Observasi
Lapangan, Praktik Laboratorium.
Jenis Asesmen/Penilaian Individual dan kelompok
Sumber Pembelajaran Buku Teks, Referensi, Modul, Laboratorium, Internet yang
sesuai dengan materi pembelajaran
Bahan Praktik Bahan-bahan praktik sesuai dengan skenario/petunjuk
praktikum
Alat Praktik Alat-lat praktik sesuai dengan skenario/petunjuk praktikum
Media Pembelajaran LCD Projector, PPT, Video Pembelajaran, Internet,engine
simulator,real engine

KATA-KATA ESENSIAL Marpol,annex


PERTANYAAN ESENSIAL Bagaimana saya dapat menjelaskan dan
mengaplikasikan fenomena lingkungan alam
pada kehidupan sehari-hari pada bidang
kemaritiman di lingkungan kerjanya
MATERI ESENSIAL 1. Sejarah marpol
2. Hasil dari konvrensi marpol
3. Prosedur pencegahan pencemaran laut
Aktivitas Pembelajaran
Pertemuan ke-1 : Literasi dan Numerasi dan pengerjaan tugas
Pertemuan ke-2 : Literasi, Numerasi, dan Praktikum Alat pencegahan pencemaran
Pertemuan ke-3 : Literasi Numerasi dan pengerjaan tugas
Pertemuan ke-4 : Literasi Numerasi dan Praktikum Alat pencegahan pencemaran
Pembagian Alokasi Waktu :
Pertemuan ke-1 : 4 x 45 menit
Pertemuan ke-2 : 4 x 45 menit
Pertemuan ke-3 : 4 x 45 menit
Pertemuan ke-4 : 4 x 45 menit
PERTEMUAN 1 - 2 :

Aktivitas : Menerangkan sejarah Marpol 73/78 dan hasil dari konvrensi Marpol
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit
Metode Pembelajaran : Studi Literatur, Eksperimentasi, Diskusi, dan Presentasi
Wajib Dilaksanakan : Penerapan Ketat Protokol Kesehatan Covid-19 dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Kode modul : Modul DTKN 11

Profil Pelajar Pancasila Peserta didik akan mengembangkan kemampuan bernalar


kritis, mandiri, dan kreatif dalam menyelesaikan masalah dan
mengkaji fenomena alamiah.
Kolaborasi Keilmuan: Pembelajaran ini membutuhkan kolaborasi beberapa disiplin
ilmu, yaitu:
1. Undang-Undang Pelayaran Lingkungan Kemaritiman

KEGIATAN AWAL : ( 45 Menit) KEGIATAN INTI ( 75 Menit)


KEGIATAN BRIEFING I. KEGIATAN PRAKTIKUM (45 menit)
1. Peserta didik telah dibagi dalam kelompok- 1. Peserta didik memasuki laboratorium teknik
kelompok kecil 4 – 5 orang tiap kelompok; dengan tertib, tenang, berbaris sesuai
2. Peserta didik telah memakai pakaian kelompoknya, dan tidak diperkenankan
seragam PDH dan alat sesuai ketentuan membuka masker;
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan 2. Tiap-tiap kelompok mengambil alat dan
Protokol Kesehatan Covid-19; bahan yang akan digunakan untuk praktikum
3. Peserta didik membawa alat tulis, sesuai dengan daftar peminjaman alat yang
skenario/petunjuk praktikum, hand- telah diajukan 2 (dua) hari sebelumnya
sanitizer, tisu, dan masker cadangan; dengan hati-hati dan secara bergantian;
4. Peserta didik mengikuti briefing yang 3. Tiap kelompok melaksanakan praktikum
dilaksanakan oleh guru pembimbing; sesuai skenario/petunjuk praktikum yang
a. Berdoa sebelum melaksanakan telah diberikan oleh guru pembimbing
kegiatan; seminggu sebelumnya;
b. Menandatangani daftar hadir 4. Setiap peserta didik mengamati dengan
praktikum; cermat dan teliti semua proses pengoprasian
c. Menyerahkan tugas studi literatur alat pencegahan pencemaran.
(browsing internet, berkunjung ke 5. Setiap peserta didik mencatat cara kerja alat
perpustakaan) tentang: pencegahan pencemaran
- Sejarah Marpol 6. Salah satu anggota kelompok menulis
- Hasil konvrensi Marpol laporan sementara berdasarkan masukan
d. Menerima penjelasan guru dari anggota kelompok yang lain;
pembimbing terkait dengan kegiatan 7. Setelah praktikum selesai, tiap kelompok
praktikum yang akan dilaksanakan: membersihkan alat-alat pencegahan
- Pengenalan alat dan bahan pencemaran.
praktikum 8. Tiap-tiap kelompok menata alat-alat
- Penerapan Keselamatan dan praktikum di atas mejanya masing-masing
Kesehatan Kerja (K3) dengan rapi;
- Tata tertib Praktikum/SOP 9. Ketua kelompok melapor kepada guru
Praktikum pembimbing bahwa kelompoknya telah
- Tata cara menyusun laporan selesai melaksanakan praktikum;
praktikum 10. Guru pembimbing memeriksa peralatan
- Hal-hal lain yang dianggap penting berdasarkan daftar pinjaman;
terkait dengan pelaksanaan 11. Setelah dinyatakan lengkap, peserta didik
praktikum meninggalkan ruang laboratorium dengan
e. Melaksanakan refleksi materi tertib dan tetap menjaga jarak sesuai protokol
sebelumnya sebagai konektivitas kesehatan;
terhadap materi yang akan dipelajari
berikutnya; II. KEGIATAN DISKUSI DAN PRESENTASI
f. Mengikuti pretest (45 Menit)
12. Peserta didik memasuki ruang kelas dan
berdiskusi dalam kelompoknya masing-
masing tentang hasil pengamatan/data yang
diperoleh;
13. Tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya dan ditanggapi oleh kelompok
lain;
14. Tiap kelompok menarik kesimpulan
berdasarkan data-data yang diperoleh dan
hasil diskusi/presentasi;

KEGIATAN PENUTUP (15 Menit) REFERENSI:

1. Peserta didik mengerjakan Post Tes; 1.Diktat Marpol STIP


2.Modul Marpol
2. Peserta didik dapat menuliskan pertanyaan 3.Internet dan sumber lain yang relevan
yang ingin diketahui lebih lanjut dalam kolom 4.Aturan pencegahan pencemaran lingkungan
nasional
komentar.
3. Peserta didik mengomunikasikan kendala REFERENSI LAIN:
yang dihadapi selama melaksanakan - Buku di perpustakaan umum
- Webinar
kegiatan praktikum;
4. Peserta didik menerima apresiasi dan
motivasi dari guru;
5. Guru bersama peserta didik menutup
pertemuan dengan berdoa bersama;.

REFLEKSI GURU: LEMBAR KEGIATAN:


1. Apakah terdapat hambatan dalam kegiatan
● Naskah Soal Pre-Test,
praktikum? Jika ada , sebutkan!
● Skenario Praktikum, sesuai aturan standar
2. Apakah semua peserta didik aktif dalam
iduka
kegiatan pembelajaran ini?
3. Kesulitan apa saja yang yang dialami
peserta didik yang dapat diidentifikasi pada
kegiatan pembelajaran?
4. Apakah kesulitan yang dialami peserta didik
dapat diatasi dengan baik?
5. Pendekatan apa sajakah yang digunakan
dalam mengatasi kesulitan peserta didik?
6. Pada level apakah capaian pembelajaran
rata-rata yang diperoleh peserta didik?
7. Apakah seluruh peserta didik dinyatakan
tuntas?
8. Strategi apakah yang digunakan agar
seluruh peserta didik dapat menuntaskan
materi dan mencapai kompetensi yang
ditarjetkan?

Refleksi Peserta Didik :

1.Peserta didik membuat rangkuman / simpulan


terkait dengan materi yang dipelajari pada hari
ini dengan penuh antusias, cermat dan tepat

2.Peserta didik dapat menannyakan hal yang


tidak dipahami kepada guru.

3.Peserta didik mengkomunikasikan kendala


yang dihadapi selama mengerjakan LK

4.Peserta didik menerima penilaian/refleksi hasil


kegiatan yang sudah dilaksanakan dengan
beberapa pertanyaan :
a. Apa yang menyenangkan dalam
kegiatan pembelajaran hari ini?
b. Apa yang Anda lakukan untuk
memperbaiki hasil belajar Anda?
c. Dengan pembelajaran hari ini, hidup
saya lebih bermakna. (ya/tidak)
5.Peserta didik menerima apresiasi dan motivasi
dari guru

6.Peserta didik menyimak rencana


pembelajaran pada pertemuan berikutnya

7.Peserta didik mengakhiri pembelajaran


dengan “Doa” dan salam penutup.

KOLOM KOMENTAR
PERTEMUAN 3 - 4

Aktivitas : Menerangkan hasil konvensi undang-undang masing-masing negara,


Pengendalian debit minyak { Oil Discharge Monitoring }
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit
Metode Pembelajaran : Studi Literatur, Eksperimentasi, Diskusi, dan Presentasi
Wajib Dilaksanakan : Penerapan Ketat Protokol Kesehatan Covid-19 dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Kode Modul : Modul DTKN 12

Profil Pelajar Pancasila Peserta didik akan mengembangkan kemampuan bernalar


kritis, mandiri, dan kreatif dalam menyelesaikan masalah dan
mengkaji fenomena alamiah.
Kolaborasi Keilmuan: Pembelajaran ini membutuhkan kolaborasi beberapa disiplin
ilmu, yaitu:
-Hukum maritim

KEGIATAN AWAL : ( 45 Menit) KEGIATAN INTI (75 Menit)


KEGIATAN BRIEFING I. KEGIATAN PRAKTIKUM (120 Menit)
1. Peserta didik telah dibagi dalam kelompok- 1. Peserta didik memasuki kapal geomarine
kelompok kecil 4 – 5 orang tiap kelompok; dengan tertib, tenang, berbaris sesuai
2. Peserta didik telah memakai pakaian kelompoknya, dan tidak diperkenankan
praktikum laboratorium lengkap sesuai membuka masker;
ketentuan keselamatan dan kesehatan 2. Tiap-tiap kelompok mengambil alat dan
kerja (K3) dan Protokol Kesehatan Covid- bahan yang akan digunakan untuk praktikum
19; sesuai dengan daftar peminjaman alat yang
3. Peserta didik membawa alat tulis, telah diajukan 2 (dua) hari sebelumnya
skenario/petunjuk praktikum, hand- dengan hati-hati dan secara bergantian;
sanitizer, tisu, dan masker cadangan; 3. Tiap kelompok melaksanakan praktikum
4. Peserta didik mengikuti briefing yang sesuai skenario/petunjuk praktikum yang
dilaksanakan oleh guru pembimbing; telah diberikan oleh guru pembimbing
seminggu sebelumnya;
a. Berdoa sebelum melaksanakan 4. Setiap peserta didik mengamati dengan
kegiatan; cermat dan teliti semua penggunaan
b. Menandatangani daftar hadir peralatan SOPEP yang dipraktikumkan;
praktikum; 5. Setiap peserta didik mencatat fungsi semua
c. Menyerahkan tugas studi literatur alat SOPEP.
(browsing internet, berkunjung ke 6. Setelah praktikum selesai, tiap kelompok
perpustakaan) tentang: membersihkan alat-alat dan meja praktikum
- Peralatan SOPEP dengan hati-hati;
d. Menerima penjelasan guru 7. Tiap-tiap kelompok menata alat-alat
pembimbing terkait dengan kegiatan praktikum di atas mejanya masing-masing
praktikum yang akan dilaksanakan: dengan rapi;
- Pengenalan alat dan bahan 8. Ketua kelompok melapor kepada guru
praktikum pembimbing bahwa kelompoknya telah
- Penerapan Keselamatan dan selesai melaksanakan praktikum;
Kesehatan Kerja (K3) 9. Guru pembimbing memeriksa peralatan
- Tata tertib Praktikum/SOP berdasarkan daftar pinjaman;
Praktikum 10. Setelah dinyatakan lengkap, peserta didik
- Tata cara menyusun laporan meninggalkan kamar mesin dengan tertib dan
praktikum tetap menjaga jarak sesuai protokol
- Hal-hal lain yang dianggap penting kesehatan;
terkait dengan pelaksanaan
praktikum II. KEGIATAN DISKUSI DAN PRESENTASI
e. Melaksanakan refleksi materi (45 Menit)
sebelumnya sebagai konektivitas 11. Peserta didik memasuki ruang kelas dan
terhadap materi yang akan dipelajari berdiskusi dalam kelompoknya masing-
berikutnya; masing tentang hasil pengamatan/data yang
f. Mengikuti pretest . diperoleh;
12. Tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya dan ditanggapi oleh kelompok
lain;
13. Tiap kelompok menarik kesimpulan
berdasarkan data-data yang diperoleh dan
hasil diskusi/presentasi;
KEGIATAN PENUTUP (15 Menit) REFERENSI:

1. Peserta didik mengerjakan Post Tes; 1.Diktat Marpol STIP


2.Modul Marpol
2. Peserta didik dapat menuliskan pertanyaan 3.Internet dan sumber lain yang relevan
yang ingin diketahui lebih lanjut dalam kolom
komentar. REFERENSI LAIN:
3. Peserta didik mengomunikasikan kendala - Buku di perpustakaan umum
yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan praktikum;
4. Peserta didik menerima apresiasi dan
motivasi dari guru;
5. Guru bersama peserta didik menutup
pertemuan dengan berdoa bersama;.

REFLEKSI GURU: LEMBAR KEGIATAN:


1. Apakah terdapat hambatan dalam kegiatan
● Naskah Soal Pre-Test,
praktikum? Jika ada , sebutkan!
● Naskah Soal Post-Test.
2. Apakah semua peserta didik aktif dalam
● Skenario Praktikum,
kegiatan praktikum ini?
● Naskah Soal Latihan
3. Kesulitan apa saja yang yang dialami
peserta didik yang dapat diidentifikasi pada
kegiatan praktikum?
4. Apakah kesulitan yang dialami peserta didik
dapat diatasi dengan baik?
5. Pendekatan apa sajakah yang digunakan
dalam mengatasi kesulitan peserta didik?
6. Pada level apakah capaian pembelajaran
rata-rata yang diperoleh peserta didik?
7. Apakah seluruh peserta didik dinyatakan
tuntas?
8. Strategi apakah yang digunakan agar
seluruh peserta didik dapat menuntaskan
materi dan mencapai kompetensi yang
ditarjetkan?
9.

Refleksi Peserta Didik :

1.Peserta didik membuat rangkuman /


simpulan terkait dengan materi yang
dipelajari pada hari ini dengan penuh
antusias, cermat dan tepat

2.Peserta didik dapat menannyakan hal


yang tidak dipahami kepada guru.

3.Peserta didik mengkomunikasikan


kendala yang dihadapi selama
mengerjakan LK

4.Peserta didik menerima


penilaian/refleksi hasil kegiatan yang
sudah dilaksanakan dengan beberapa
pertanyaan :
d. Apa yang menyenangkan
dalam kegiatan pembelajaran hari ini?
e. Apa yang Anda lakukan untuk
memperbaiki hasil belajar Anda?
f. Dengan pembelajaran hari ini,
hidup saya lebih bermakna. (ya/tidak)
5.Peserta didik menerima apresiasi dan
motivasi dari guru

6.Peserta didik menyimak rencana


pembelajaran pada pertemuan
berikutnya

7.Peserta didik mengakhiri


pembelajaran dengan “Doa” dan salam
penutup.

KOLOM KOMENTAR
LAMPIRAN
BAB I
SEJARAH MARPOL DAN ISI DARI KONVRENSI MARPOL 73/78

A.Sejarah MARPOL

Sejarah Singkat MARPOL 1973/78

Pada tahun 1967 terjadi pencemaran, tubrukan ketika kapal tanker “TORREY CANYON“ kandas di pantai
selatan Inggris & menumpahkan 35 juta galon minyak mentah, peristiwa - peristiwa ini telah merubah
pandangan masyarakat Internasional & sejak saat itu mulai dipikirkan bersama pencegahan pencemaran
secara lebih serius, sebagai hasilnya adalah sidang “IMO“ mengenai “International Comperence On
Marine Pollution” yang menghasilkan “International Convention for the Prevention From Ship“ tahun 1973
protokol 1978 & konvensi ini dikenal dengan nama MARPOL 1973 Protokol 1978 yangg masih berlaku
sampai sekarang.
Berikut beberapa konferensi pencemaran di laut sebelum MARPOL 73/78 :
a. Tahun 1926 masalah pencemaran di laut diterima dengan pengakuan Internasional di Washington
DC, dengan tema “The International Conference on Pollution of Sea by oil”. Usul –usul yang diajukan
dalam konferensi:
1) Mewajibkan pemasangan OWS dikapal-kapal yang memakai BBM dan yang mengangkut minyak
sebagai muatan.
2) Menetapkan zona-zona lautan dimana tidak dperkenankan membuang minyak seperti: Belgia,
Belanda, Swedia, Inggeris, USA menerima ketentuan 50 mil dari daratan merupakan zona
pembuangan terlarang.
b. Tahun 1934 The Interrnational Sea Pollution Aggrement.
c. Tahun 1954 Konvensi Internasional tentang Pencegahan Pencemaran di laut (Oil Pollution 54)
menetapkan zona terlarang paling sedikit 50 mil dari pantai dan kadar melebihi 100 ppm dilarang serta
persyaratan pemakaian Oil Record Book.
d. Tahun 1959 berdiri IMCO (Inter-Goverment Consultative Organization).
e. Tahun 1962 amendment dengan memasukkan kapal-kapal berukuran lebih kecil dan memperluas
zoana terlarang diberlakukan 1969.
f. Tahun 1969 yang melarang pembuangan dari operasi secara normal, kecuali total pembuangan on
ballast voyage tidak melebihi 1/15000 kapasitas muat, pembuangan lebih dari 50 mil dari pantai.
g. Tahun 197l amendmen yang berisi: Great Barrier Reef dianggap sebagai daratan dan tata susunan
tanki-tanki serta batas ukuran tanki.
The International Convention for the prevention of pollution from ships (Konvensi Internasional tentang
Pencegahan Pencemaran dari kapal) merupakan konvensi utama yang mengatur pecegahan
pencemaran terhadap lingkungan laut oleh kapal yg berasal dari pengoperasiannya atau kecelakaan
kapal. Konvensi Marpol merupakan kombinasi dari 2 kesepakatan Internasional 1973 dan 1978.Konvensi
ini disahkan pada tanggal 2 Nopember 1973 di IMO, yang pada awalnya berisi ketentuan pencemaran
oleh minyak, bahan kimia, bahan berbahaya dalam paket limbah dan sampah. MARPOL protokol 1978
disahkan pada konferensi TSPP (Tanker Safety and Pollution Prevention) Februari 1978, dalam rangka
merespon kecelakaan kapal tanker 1976/1977.
B.ISI DARI KONVRENSI MARPOL 73/78
MARPOL, Komitmen Industri Pelayaran Melindungi Laut, Darat, dan
Udara

The International Convention for the Prevention of Pollution from Ships, atau dikenal dengan MARPOL
(Marine pollution) adalah konvensi utama IMO tentang pencegahan pencemaran lingkungan laut oleh
kapal. Berisi berbagai peraturan yang bertujuan mencegah dan meminimalkan polusi yang berasal dari
kapal, baik yang tidak disengaja maupun akibat dari operasi rutin kapal.

MARPOL pertama kali diadopsi IMO pada 17 Februari 1973, namun kurang mendapat dukungan dari
negara-negara anggota. Kemudian, sebagai respon atas maraknya kecelakaan kapal tanker, IMO
mengadopsi TSPP (Tanker Safety and Pollution Prevention) pada tahun 1978. Kombinasi kedua
regulasi di atas dikenal dengan nama MARPOL 73/78 yang mulai berlaku pada 2 Oktober 1983 hingga
sekarang. Indonesia meratifikasi MARPOL melalui Keppres No. 46 Tahun 1986.
Yuridiksi

Yang dimaksud dengan definisi “Ship” dalam MARPOL 73/78 adalah:


“Ship means a vessel of any type whatsoever operating in the marine environment and includes
hydrofoil boats, air cushion vehhicles, suvmersibles, ficating Craft and fixed or floating platform”.

Jadi, definisi “Ship” atau “kapal” dalam MARPOL sangatlah luas, mencakup semua jenis bangunan
yang beroperasi di laut, baik yang mengapung, melayang atau tertanam di dasar laut.

Struktur MARPOL terdiri atas enam lampiran teknis (annex I – VI), yaitu: Annex I: Pencegahan polusi
oleh minyak. Berlaku 2 Oktober 1983; Annex II: Pencegahan polusi zat cair berbahaya (Noxious
Substances) dalam bentuk curah. Berlaku 2 Oktober 1983; Annex III: Pencegahan polusi dari zat
berbahaya (Hamful Substances) dalam bentuk kemasan. Berlaku mulai 1 Juli 1992; Annex IV:
Pencegahan polusi dari air kotor/limbah (sewage) dari kapal. Berlaku mulai 27 September 2003; Annex
V: Pencegahan polusi oleh sampah (garbage) dari kapal. Berlaku mulai 31 Desember 1988; Annex VI:
Pencegahan polusi udara akibat gas buang mesin kapal. Berlaku mulai 19 Mei 2005.

Annex I dan II bersifat mandatory (wajib), karena merupakan regulasi teknis yang tidak terpisahkan dari
dokumen awal MARPOL 73/78 saat pertama kali diadopsi. Annex lainnya (III -VI) bersikap sukarela,
dengan waktu berlaku (enter into force) yang juga berbeda-beda sesuai dengan kecukupan syarat
dukungan negara anggota. Namun secara keseluruhan, Per 31 Desember 2005, konvensi MARPOL
sudah diratifikasi oleh 136 negara, yang mewakili 98% dari total tonase kapal dunia.

C.ALAT PENCEGAHAN PENCEMARAN

A. OIL DISCHARGE MONITORING ( ODM )

1. Peralatan Oil discharge Monitoring


Alat ini digunakan untuk memonitor dan mengontrol pembuangan ballast di kapal tangker yang
disesuaikan dengan peraturan dan persyaratan. Oil Discharge Monitoring terdiri dari :
a. Oil content meter, meter suplly dan homogenizer ( oilcon )
b. Flow rate indicating System
c. Control section, recording device dan alarm ( central control unit . CCU )
d. Overboard discharge control
e. Ship’s log

2. Fungsi dan sistem Oil discharge Monitoring

a. Ballast dibuang melalui overboard discharge dan diulur melalui Measurement cell dai oilcon, hasil
pengukuran ini akan dirubah ke signal listrik dan digunakan sebagai petunjuk pada control box yang
terletak di cargo control room.
Besarnya jumlah buangan ballast yang melalui overboad discharge dideteksi oleh orifice flow meter
yang ditempatkan pada discharge line hasil tersebut dirubah ke pnemautik signal dan diteruskan ke
P/E conventer dicargo room. Untuk pencatatan kecepatan kapal didapatkan dari shiplog
b. Dari ketiga pencatatan diteruskan ke CCU dan kemudian dihitung. Jumlah buangan minyak yang
langsung =
Oil content meter ( ppm ) X Flow Rate ( m3 / h ) X 103 ( L / nm )
Ship’s speed ( Knots )

Jumlah Minyak yang terbuang =


Oil content meter ( ppm ) X Flow Rate ( m3 / h ) X 103 ( L / nm )
c. CCU ( Central Control units ) mengeluarkan tanda jika kondisi sesuai dengan peraturan tanda di
CCU berhenti dan membunyikan alarm jika kondisi melampaui batas.
d. Overboard discharge valve dan resirkulasi valve ke slop tank langsung bekerja secara otomatis
mengikuti tanda dari CCU. Dan pada waktu pengoperasian harus dalam kondisi yang baik

3. Prinsip / Metode Kerja peralatan ODM

a. Oil content Meter, meter suplly pump dan homogenizer ( oilcon )


1. Prinsip kerja
Teknik pengukuran yang dipakai do oilcon pada scattered light ( Pancaran sinar )
Cahaya melewati sebuah cell pencatat, jika air tidak mengandung minyak maka cahaya langsung
melalui cell dan jika air mengandung minyak maka cahaya akan membuat sudut yang berbeda,
besarnya sudut tergantung pada densirty dan jumlah minyak yang dibuang dan gelombang radiasi.
Pada gambar ditunjukan karakter kurva untuk direotlight ( IO ) dan scattered light ( LS ) sebagaimana
kenaikan konsentrasi minyak. Hal tersebut ditunjukan Ls bertambah secara lancer tapi mencapat
maksimum konsentrasi minyak.
Pencapaian tertinggi karena pertambahannya didalam altenuation blocking keluar di scattered light
pada konsentrasi tinggi, oleh karena itu konsentrasi dengan minyak pada contoh dapat diukur dengan
mendeteksi kemampuan ID dan IS.
2. Metode Kerja
Contoh air yang diambil dari proble di line pembuangan dialirkan ke dalam skid melalui sample line dan
sample valve. Contoh air diisap dan dibuang ke dalam measurement cell oleh sebuah sample pump.
Pada sudut pancaran sel pengukuran dipancarkan melalui optical fibre ( Serat optic ) air optopneumatik
box. Sinar langsung dan terserai melalui contoh air diteruskan lagi ke dalam opto pnemautik box
melalui serat optic, yang mana kadar kandungan minyak diukur. Disini oil – oil content signal dirubah
kedalam electric signal pada opto pneumatic box dan ditunjukan pada control box dicargo control room.
Contoh air yang melalui sel pengukuran mengalir keluar dari skid melalui sample discharge line. Olicon
mengukur terus menerus kadar minyak dengan contoh dari air yang mengadung minyak. Sebelum dan
sesudah pengambilan contoh sample line diflusing disimpan didalam probeline dan untuk digunakan
flushing kembali skip sample inlet, samping probeline dan untuk selanjutnya dialirkan dari skip sample
outlet ke slop tank line. Pengaliran ini bekerja secara otomatis dan juga secara manual jika
dikehendaki.Selanjutnya untuk membersihkan jendela sebuah pompa dipasang di skid untuk
membersihkan optical path oleh semprotan air tawar sepanjang pengambilan contoh ( kira – kira 3
menit ). Pembersihan ini dapat secara manual oleh switch. Oilcon memberikan kalibrasi secara
langsung, Optical intensity level untuk penetapan secara langsung dari tanda seblum percontohan.
Crude oil balack select oil ke posisi yang dikehendaki.
3. Cara penampatan
Cara penempatan sebagai berikut :
a. Peralatan listrik tidak boleh ditempatkan dikamar pompa semua peralatan listrik
ditempatkan daerah tidak berbahaya
b. Peralatan – peralatan sebagai berikut menembus melalui sekat antara engine room dan pump room
: sample, optical fibre untuk memancarkan signal optic antara optipneumatik box dan measurement
cell, pneumatic signal pipings untuk valve drive.
c. Peralatan ini ditempatkan sesuai dengan permintaan dari biri klasifikasi
4. Fungsi bagian dari alat dalam oil content meter
a. Sampling Pump
Mengambil contoh air ballast, Air cucian tangki dari pipa pembuangan dikirim melalui tabung detector,
dan sebagai tempat pembilasan pipa – pipa ODM dengan air tawar, sebelum atau sesudah proses
monitoring
b. Ballast skid
Peralatan ini dilengkapi dengan two way valve dan laser detector, two way valve untuk mengatur
mekanisme aliran digerakan oleh pneumatic sesuai perintah dari computer laser detertor berfungsi
untuk mendeteksi konsentrasi minyak partikel padat untuk dikirim ke computing unit
c. Optical / pneumatic cabinet
Terdapat peralatan Laser generator, Photo cell, susunan valve pneumatic yang berfungsi untuk
menangkap sinar untuk diubah menjadi getaran arus listrik
d. Control box
Menerima arus listrik dan mengubah data input untuk computing unit yaitu oil discharge dan total
jumlah oil yang dibuang
e. Control panel
Merupakan computer unit mengakses data yang masuk dan menyajikan dalam display tentang hasil
perhitungan dan data – data , serta dilengkapi keyboard untuk memasukkan data secara manual
f. Sampling Probe
Tempat dimana pipa hisap menembus discharge dari slop tank / tangki muat untuk pengambilan
contoh air? Sampling
g. Flow meter
Alat untuk mengukur jumlah air yang dibuang dan dipasang pada pipa pembuangan dengan
menggunakan jenis orifise serta dipasang alat pengukur tekanan
h. Solenaide valve
Alat untuk mengatur buka / tutup valve buangan dengan menggunakan angin dari compressor sebagai
tenaga penggerak, interlock sistem
i. Interface cabinet
Sebagai panel listrik, dan tempat sekering – sekering
j. Tangki freshwater
Penampungan air tawar sebagai pembilas pada instalasi sampling.
5.Prinsip Pendeteksian sistem ODM
a. Sampling Water
Dialirkan melalui detector dideteksi sinar masuk = sinar keluar
b. Partikel Minyak, dideteksi, sinar keluar dengan dua. Segaris dengan sinar masuk atau tidak segaris
dengan sinar masuk
c. Partikel minyak lagi dideteksi sinar keluar dari detector sama dengan sebelumnya hanya
intensitasnya yang berubah
d. Partikel padat yang segaris dengan sinar masuk, yang tidak segaris, yang tidak segaris
lainnya

6.Flow rate indicating System


1. Dasar kerja
Sistem ini adalah aliran yang masuk pada lubang flow meter besarnya aliran ini
ditentukan oleh pengukuran dari perbedaan tekanan arus masuk dan arus keluar dari
orifice plate. Perbedaan tekanan ini diubah ke signal udara dari 0,2 – 1,0 kg/ec oleh
d/p transmitter Signal udara ini dipancarkan ke pengubah P/E ke pengubah yang
dilengkapi di control panel dalam cargo control room
2. Differensial pressure tranmiter
Tekanan input HP dan LP dipakai untuk mengatur diagfragma pada tekanan tinggi
dan tekanan rendah. Diagfragma ini merubah ke dalam daya yang sama besar dengan
daya yang dihasilkan oleh tekanan dan luas yang efektif dari diagfragma. Kekuatan ini
dipancarkan pada pantulan cahaya yang mengubah celah udara antara penutup dan
nozzle sehingga mengubah tekanan balik pada nozzle.
3. Pneumatic electric conventer
Terdiri dari satu unit pengatur dan satu unit penguat, pada waktu tekanan masuk pada
unit pengatur, diagfragma pengatur, proses penghubung dan elektroda yang bergerak
digerakan kearah kanan menyebabkan perbedaan dalam kemampuan antara C
danC2, perbedaan kemampuan ini diperiksa dengan menggunakan tekanan AC pada
elektroda – elektroda yang terpasang dan mengubah ke dalam signal listrik dari 4 –
20 mA DC
4. Prinsip Pengoperasian
a. Central processing unit untuk memproses signal dari bahaya minyak yang
dibongkar dan lain – lainny, Unit ini menerima signal dari content meter, flow rate,
kecepatan kapal dan menghitung jumlah minyak yang dibuang dan jumlah
keseluruhannya.
b. Display recorsing untuk pendataan alat ini memberikan data pada saat dimulai dan
dihentikan pembuangan pada waktu alarm memberikan data secara berkala pada
digital printer diperlihatkan pada LED display dan LED lamp.
c. Control selection untuk overboard valve menutup secara otomatis pada waktu data
melebihi dari nilai yang ditentukan
d. Alarm buzzer dan lampu untuk mengetahui ketidak normalan dan diteruskan pada
printer
c. Control section, recording device dan alarm (central control unit / CCU )
Jika flowmeter dipasang tersendiri untuk main dan striping pump, pengaturan
flowmeter tersebut dengan mengatur switch flow meter yang ada pada CCU
Recording Device pada prinsipnya adalah central proses unit untuk memproses signal
dari bahaya minyak yang dibuang
d. Overboard discharge control
Tanda stop pembongkaran / pembuangan doberikan pada waktu alat tidak dipakai,
banyaknya minyak yang dibuang, kerusakan kompenen dan lain – lain
e. Ship’s log
Untuk mengetahui kecepatan kapal

B. OILY WATER SEPARATOR ( OWS )


1. Cara kerja
Limbah minyak yang terdapat di pompa got mengalir kedalam coarse separating
chamber melalui oily water inlet pada primary coloum dan berputar – putar perlahan
dalam ruangan pemutar yang mana hasilnya banyak minyak mengalir ke oil collecting
chamber. Limbah minyak ini masuk ke line separating chamber pada bagian tengah
bufle plate ke water collecting pipe melalui celah diantara pelat – pelat penangkapl
minyak, dalam proses ini limbah minyak mengapung dan menempel pada kedua sisi
dari masing – masing plat penangkap, minyak dan air sudah dipisahkan.
Air yang sudah terpisah mengalir pada lubang kecil pada water collecting pipe dan ke
secondary separation coloumn dengan cara melalui tempat keluar air. Untuk minyak
menempel pada pelat dari bentuk gumpalan kecil menjadi gumpalan besar dan
mengapung dan mengalir ke bufle plate dan oil collecting chamber yang dideteksi oleh
detector pada automatic oil level controller, jika jumlah minyak melampaui batas valve
solenaide pada separated oil outlet bekerja secara aoutomatis untuk membuka sesuai
dengan tanda. Dan untuk udara dibuang secara otomatis melalui air vent valve.
Pemisahan di atas adalah permisahan secara gravity dengan menggunakan berat
jenis minyak dan air
2. Cara pengoperasian
Pada pengoperasian harus dipastikan bahwa sistem pipa berada pada posisi Piping
Arangement dan sambungan kabel untuk otomatis oil level controller sudah benar.
Untuk hal pertama adalah pengisian air laut di separation tank, maka proses
pemisahan minyak pada got berlangsung dan segera dilakukan pembuangan.
3. Pembuangan minyak yang sudah dipisahkan
Minyak yang sudah dipisahkan didalam separating tank terkumpul di oil collecting
chambers. Di Primary separation column minyak dibuang secara otomatis dengan
automatic oil level cotroller pada waktu jumlah minyak melebihi tinggi yang sudah
ditentukan. Jika aotomatik tidak jalan maka dibuang secara manual. Hal yang harus
diperhatikan pada waktu membuang secara manual adalah jumlah minyak tidak boleh
berlebihan, pemeriksaan secara teratur dan tinggi permukaan minyak
4. Menghentikan pengoperasian
Jika pengoperasian sudah selesai, maka segera dilakukan pembilasan dengan air laut
10 menit untuk mencegah kwalitas dari campuran minyak yang tersisa dalam
separating tank. Tutup semua valve / katub pada got pipa pembuangan

C. INCINERATOR
1. Pendahuluan
Incinerator adalah tungku pembakaran, selain sebagai kelengkapan dari peralatan oily
water separator ( OWS ) atau sebagai alat pencegah pencemaran diluar. Fungsi lain
adalah :
a. Untuk membakar minyak kotor berasal dari hasil pemisahan minyak dan air pada
OWS
b. Membakar majun bekas, serbuk kayu, kertas d.I.I
c. Membakar minyak lumas bekas
2. Kontruksi
Peralatan ini terdiri dari :
a. Ruang pembakaran
b. Rumah pembakaran
c. Pompa minyak
d. Brander
e. Penyala / pemantik
f. Fan
g. Safety device
h. Control panel
SKENARIO/PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM

I. PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN PROTOKOL


KESEHATAN COVID-19
1. Peserta didik/Praktikan wajib memakai alat pelindung diri (APD) seperti jas laboratorium,
sarung tangan, masker, dan kacamata pelindung apabila diperlukan;
2. Peserta didik/Praktikan wajib menerapkan Protokol Kesehatan Covid-19 yang ditetapkan
oleh Pemerintah/WHO;
3. Peserta didik/Praktikan diharuskan memakai safety shoes selama bekerja di kapal milik
iduka.
4. Peserta didik/Praktikum dilarang melakukan percobaan lain tanpa seijin guru pembimbing
dan perwira jaga dikapal;
5. Peserta didik/Praktikan dilarang mencicipi bahan kimia;
6. Peserta didik/Praktikan wajib berhati-hati dengan peralatan/bahan panas dan mengawasi
secara ketat.
7. Apabila peserta didik/praktikan melakukan percobaan yang menggunakan bahan kimia
berbahaya di dalam almari asam wajib menghidupkan blower hisap dan tekan.

II. TUJUAN
Mampu mengoperasikan alat pencegahan pencemaran.

III. ALAT DAN BAHAN


OWS 1 mesin
Sewage 1 mesin
Incinerator 1 mesin
SOPEP 1 set

IV. PROSEDUR KERJA


1. Prosedur menjalankan Oil Water Separator
2. Prosedur menjalankan sewage
3. Prosedur menjalankan Incinerator
4. Isi dan kegunaan peralatan SOPEP
5. Prosedur penanggulangan tumpahan minyak di dek ataupun dilaut.

V. LEMBAR PENGAMATAN
1. Hasil dari air berminyak yang dipisahkan :
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................

VI. PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Jelaskan prosedur menjalankan OWS !
2. Jelaskan prosedur menjalankan SEWAGE!
3. Jelaskan prosedur menjalankan INCINERATOR!
4. Jelaskan prosedur penanggulangan tumpahan minyak menggunakan perlengkapan SOPEP!
ASESMEN DIAGNOSTIK ASPEK KOGNITIF
PERTEMUAN PERTAMA

Metode : Tes Tertulis


Alokasi Waktu : 10 menit

SOAL PILIHAN GANDA


Petunjuk :
Pilihlah satu jawaban a, b, c, d yang paling benar !
1. To avoid exessive surge pressure when bunkering, you should :
A. bunker at a nominal rate
B. check for kinks in hose
C. close valves slowly
D. shut valves before topping off

2. Before closing off a valve when bunkering and topping of, you should :
A. open a valve to another tank
B. stop the shore pump
C. close off shore terminal valve
D. A, B, or C

3. Regardless of geographical location of an oil spill, you should notify the :


A. local police department
B. local fire department
C. Corps of Engineers
D. U.S. Coast Guard

4. As a watch officer when bunkering, which of the following does not require his individual
attention ?
A. draft of the vessel
B. rate of delivery
C. communication with terminal personnel
D. observation of manifold valves

5. When is the most critical time of bunkering in regards to oil pollution?


A. lining up the systems
B. toping off
C. starting delivery
D. connecting hoses and joints
ASESMEN DIAGNOSTIK ASPEK NON-KOGNITIF
PERTEMUAN KEDUA

Metode : Tanya jawab


Alokasi Waktu : 5 menit

1. Kendala atau kesulitan apakah yang Anda alami untuk melakukan studi literatur
dan menyusun rangkuman? Jelaskan!
2. Setelah membaca dan menyusun rangkuman tentang materi Sejarah MARPOL
adakah ketertarikan Anda terhadap materi ini? Apakah Anda termotivasi untuk
mempelajari materi ini lebih lanjut?

Pengayaan dan Remedial


a. Pengayaan
Setelah anda mendapatkan materi dan praktek,alangkah baiknya mengingat materi berikut:
Struktur MARPOL terdiri atas enam lampiran teknis (annex I – VI), yaitu:
Annex I: Pencegahan polusi oleh minyak. Berlaku 2 Oktober 1983;
Annex II: Pencegahan polusi zat cair berbahaya (Noxious Substances) dalam bentuk curah. Berlaku
2 Oktober 1983;
Annex III: Pencegahan polusi dari zat berbahaya (Hamful Substances) dalam bentuk kemasan.
Berlaku mulai 1 Juli 1992;
Annex IV: Pencegahan polusi dari air kotor/limbah (sewage) dari kapal. Berlaku mulai 27 September
2003;
Annex V: Pencegahan polusi oleh sampah (garbage) dari kapal. Berlaku mulai 31 Desember 1988;
Annex VI: Pencegahan polusi udara akibat gas buang mesin kapal. Berlaku mulai 19 Mei 2005.

Annex I dan II bersifat mandatory (wajib), karena merupakan regulasi teknis yang tidak terpisahkan
dari dokumen awal MARPOL 73/78 saat pertama kali diadopsi. Annex lainnya (III -VI) bersikap
sukarela, dengan waktu berlaku (enter into force) yang juga berbeda-beda sesuai dengan
kecukupan syarat dukungan negara anggota. Namun secara keseluruhan, Per 31 Desember 2005,
konvensi MARPOL sudah diratifikasi oleh 136 negara, yang mewakili 98% dari total tonase kapal
dunia.
b. Tugas Remedial
-Membuat karya tulis mengenai pencemaran dilingkungan tempat tinggal
GLOSARIUM
AFF Certificate Advanced Fire Fighting Certificate, yaitu Sertifikat Diklat Pemadam
Kebakaran
Tingkat Lanjut
Annual survey Inspeksi tahunan yang dilakukan oleh petugas khusus untuk mengecek
keadaan kapal.
Ballast Pemberat pada kapal yang biasanya digunakan oleh kapal-kapal
pengangkut kargo setelah kargo tersebut dibongkar. Sehingga kapal
tidak kehilangan keseimbangan saat melaju tanpa muatan. Kapal kargo
yang tanpa muatan biasanya memasukkan air laut untuk pemberat,
kondisi ini dinamakan “ballast”.
BLGT Certificate Basic Training for Liquid Gas Tanker Certificate, yaitu Sertifikat Diklat
Dasar Kapal Tangki Gas
BOCT Certificate Basic Training for Oil and Chemical Tanker Certificate, yaitu Sertifikat
Diklat Dasar Kapal Tangki Minyak dan Kimia

BST Certificate Basic Safety Training Certificate, yaitu Sertifikat Diklat Dasar
Keselamatan
Classification Pengelompokan, klasifikasi. Setiap kapal harus memasuki komunitas
klasifikasi jenis kapal tertentu untuk kemudahan asuransi dan
perekrutan tenaga kerja pada kapal. Komunitas klasifikasi ini
merupakan badan independen di bawah pengawasan para professional
perkapalan. Untuk mempertahankan klasifikasi, kapal harus
memenuhi standar dan diinspeksi oleh komunitas klasifikasi yang
bersangkutan.
Commercial dokumen nota/ faktur penjualan barang ekspor/impor yang
Invoice diterbitkan oleh penjual/ eksportir/ pengirim barang
COMSAR
DOC “Document of Compliance”, atau Sertifikat DOC
Dokumen EIR Yaitu dukumen sah yang menerangkan kondisi fisik petikemas secara
(Equipment detil, dinilai sulit diterapkan secara optimal di terminal peti kemas
Interchange Pelabuhan.
Receipt)
Farewell Buoy Pelampung untuk digunakan pada tepi laut yang diberikan dari
dermaga.
Freight Perusahaan yang bergerak di jasa pengangkutan barang secara
forwarding keseluruhan, freight forwarding dapat berfungsi sebagai
EMKL,Pelayaran,Jasa kepabeanan ,bahkan pengiriman door to door.
Sedangkan orang atau badan hukum yang melaksanakan pekerjaan
forwarding adalah seorang freight forwarder.
IAMSAR Manual Buku yang berisi pedoman umum Search and Rescue (SAR) di sektor
pelayaran dan penerbangan. Diterbitkan secara bersama IMO dan
ICAO dengan tujuan untuk memastikan terjadinya kerjasama yang
efektif antara dua matra (laut dan udara) dan dapat terlaksana dalam
operasi penyelamatan yang melibatkan unit organisasi dan unit
penyelamat yang berbeda.
IMO International Matime Organization, yaitu Organisasi Internasional di
bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang khusus menangani masalah-
masalah kemaritiman
MC Certificate Medical Care Certificate, yaitu Sertifikat Diklat Perawatan Medis
MFA Certificate Medical First Aid Certificate, yaitu Sertifikat Diklat Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan
MLC, 2006 Maritime Labour Convention, 2006 , yaitu Konvensi tentang Pekerja
Maritim Tahun 2006, Secara umum, MLC 2006 ini adalah sebagai
"Seafarers' Bill of Rights", yaitu merupakan "tiket" bagi para pelaut
untuk menuntut haknya sebagai pekerja, yang memiliki karakter
berbeda dengan pekerja di sektor industri yang lain.
Perjanjian Kerja Selanjutnya disebut PKL adalah perjanjian kerja perorangan yang
Laut ditandatangani oleh pelaut Indonesia dengan pengusaha angkutan di
perairan (Pasal 18, PP No. 7 Tahun 2000)
PSCRB Certificate Proficiency in Survival Craft and Rescue Boat Certificate, yaitu
Sertifikat Diklat Keterampilan Penggunaan Pesawat Penyelamat dan
Sekoci Penolong
QMS Quality Management System, yaitu Sistem Manajemen Mutu yamg
diterapkan di kapal/perusahaan pelayaran, yang meliputi klausul:
Scope, Normative References, Terms and Definitions, Quality Management
System, Management Responsibility, Resource Management, Product
Realization, dan klausul terakhir yakni Measurement, Analysis, and
Improvement.
Shipping Agent Perusahaan pelayaran yang ditunjuk oleh General Agent untuk
melayani kebutuhan kapal di suatu pelabuhan. Sub agen ini sebenarnya
berfungsi sebagai wakil atau agen dari general agent.
Shipping Pelayanan jasa yang dilakukan untuk mewakili Perusahaan Angkutan
Line/Keagenan Laut Nasional dan/atau Perusahaan Angkutan Laut Asing dalam
Kapal rangka mengurus kepentingan kapal Perusahaan Angkutan Laut
Nasional dan/atau kapal Perusahaan Angkutan Laut Asing selama
berada di Indonesia
SIUPKK Surat Izin Usaha Perusahaan Keagenan Kapal
SIUPAL Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut
SMC Safety Management Certificate, atau Sertifikat Manajemen Keselamatan
SMCP Standard Marine Communication Phrases, yaitu frasa dalam bahasa
Inggris, digunakan untuk komunikasi kapal-kapal di laut. SMCP
ditetapkan oleh IMO (IMO Model Course 3.17)
SSO Certificate Ship Security Officer Certificate, yaitu Sertifikat Diklat Perwira Keamanan
Kapal
STCW Standard of Training Certification and Watchkeeping for Seafarers” , yaitu
Konvensi Internasional tentang Standar Sertifikasi Pelatihan, dan Dinas
Jaga bagi Pelaut
UNLOS, 1982 United Nations Convention on The Law of the Sea, 1982, konvensi ini
membahas perihal hukum laut termasuk aturan di dalamnya. UNLOS,
1982 ditandatangani pada 10 Desember 1982 di Montego Bay, Jamaika
dan mulai berlaku pada 16 November 1994.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Adi, Mazen, The Application of the Law of the Sea and the Covention on the Mediterranean
Sea, United Nations-Nippon Foundation Fellow 2008 – 2009, Division For Ocean Affairs and The
Law of the Sea, Office of Legal Affairs, The United Nation, New York, 2009. Agusman, Damos
Dumoli, “Hukum Perjanjian Internasional: Kajian Teori dan Praktik Indonesia”, Penerbit PT Refika
Aditama, 2010. Anwar, Chairul, Hukum Internasional “Horizon Baru Hukum Laut Internasional”
(Konvensi Hukum Laut 1982), Djambatan, Jakarta, 1989. Arsana, I Made Andi, Batas Maritim
Antarnegara (Sebuah Tinjauan Teknis dan Yuridis), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,
2007. Djalal, Hasyim, “Perjuangan Indonesia Di Bidang Hukum Laut”, Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Kehakiman Penerbit Binacipta, Bandung, 1979. Hadiwijoyo, Suryo Sakti,
Aspek Hukum Wilayah Negara Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012. Koers, Albert W.,
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut (Suatu Ringkasan), Konsorium Ilmu
Hukum, Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, Nederlandse Raad voor Juridische Samenwerking met
Indonesie, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1991. Kusumaatmadja, Mochtar, “Hukum
Laut Internasional”, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Penerbit
Binacipta, Bandung, 1986. Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes, “Pengantar Hukum
Internasional”, Pusat Studi Wawasan Nusantara, Hukum dan Pembangunan Bekerjasama dengan
Penerbit P.T. ALUMNI Bandung, 2003. Muhamad, Simela Victor, Batas Wilayah Negara Dalam
Perspektif Hukum Internasional, dalam Batas Wilayah dan Situasi Perbatasan Indonesia: Ancaman
Terhadap Integritas Teritorial, Tiga Putra Utama, Jakarta, 2004. Parthiana, I Wayan, Landas
Kontinen dalam Hukum Laut Internasional, Mandar Maju, Bandung, 2005. 131, Pengantar Hukum
Internasional, Mandar Maju, Bandung 2016. Rompas, Rizald M., Aryo Hanggono, dan Gabriel A.
Wagey, Tingkap Langit Taburi Laut Nusantara “Suatu Kekuatan Ekonomi dan Ketahanan Bangsa”,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Jakarta, 2013. Sodik, Dikdik
Mohamad, Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di Indonesia, PT Refika Aditama,
Bandung, 2011. Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di Indonesia (Edisi Revisi), PT Refika
Aditama, Bandung, 2014.
oo0oo

Anda mungkin juga menyukai