Aktivitas : Menerangkan sejarah Marpol 73/78 dan hasil dari konvrensi Marpol
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit
Metode Pembelajaran : Studi Literatur, Eksperimentasi, Diskusi, dan Presentasi
Wajib Dilaksanakan : Penerapan Ketat Protokol Kesehatan Covid-19 dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Kode modul : Modul DTKN 11
KOLOM KOMENTAR
PERTEMUAN 3 - 4
KOLOM KOMENTAR
LAMPIRAN
BAB I
SEJARAH MARPOL DAN ISI DARI KONVRENSI MARPOL 73/78
A.Sejarah MARPOL
Pada tahun 1967 terjadi pencemaran, tubrukan ketika kapal tanker “TORREY CANYON“ kandas di pantai
selatan Inggris & menumpahkan 35 juta galon minyak mentah, peristiwa - peristiwa ini telah merubah
pandangan masyarakat Internasional & sejak saat itu mulai dipikirkan bersama pencegahan pencemaran
secara lebih serius, sebagai hasilnya adalah sidang “IMO“ mengenai “International Comperence On
Marine Pollution” yang menghasilkan “International Convention for the Prevention From Ship“ tahun 1973
protokol 1978 & konvensi ini dikenal dengan nama MARPOL 1973 Protokol 1978 yangg masih berlaku
sampai sekarang.
Berikut beberapa konferensi pencemaran di laut sebelum MARPOL 73/78 :
a. Tahun 1926 masalah pencemaran di laut diterima dengan pengakuan Internasional di Washington
DC, dengan tema “The International Conference on Pollution of Sea by oil”. Usul –usul yang diajukan
dalam konferensi:
1) Mewajibkan pemasangan OWS dikapal-kapal yang memakai BBM dan yang mengangkut minyak
sebagai muatan.
2) Menetapkan zona-zona lautan dimana tidak dperkenankan membuang minyak seperti: Belgia,
Belanda, Swedia, Inggeris, USA menerima ketentuan 50 mil dari daratan merupakan zona
pembuangan terlarang.
b. Tahun 1934 The Interrnational Sea Pollution Aggrement.
c. Tahun 1954 Konvensi Internasional tentang Pencegahan Pencemaran di laut (Oil Pollution 54)
menetapkan zona terlarang paling sedikit 50 mil dari pantai dan kadar melebihi 100 ppm dilarang serta
persyaratan pemakaian Oil Record Book.
d. Tahun 1959 berdiri IMCO (Inter-Goverment Consultative Organization).
e. Tahun 1962 amendment dengan memasukkan kapal-kapal berukuran lebih kecil dan memperluas
zoana terlarang diberlakukan 1969.
f. Tahun 1969 yang melarang pembuangan dari operasi secara normal, kecuali total pembuangan on
ballast voyage tidak melebihi 1/15000 kapasitas muat, pembuangan lebih dari 50 mil dari pantai.
g. Tahun 197l amendmen yang berisi: Great Barrier Reef dianggap sebagai daratan dan tata susunan
tanki-tanki serta batas ukuran tanki.
The International Convention for the prevention of pollution from ships (Konvensi Internasional tentang
Pencegahan Pencemaran dari kapal) merupakan konvensi utama yang mengatur pecegahan
pencemaran terhadap lingkungan laut oleh kapal yg berasal dari pengoperasiannya atau kecelakaan
kapal. Konvensi Marpol merupakan kombinasi dari 2 kesepakatan Internasional 1973 dan 1978.Konvensi
ini disahkan pada tanggal 2 Nopember 1973 di IMO, yang pada awalnya berisi ketentuan pencemaran
oleh minyak, bahan kimia, bahan berbahaya dalam paket limbah dan sampah. MARPOL protokol 1978
disahkan pada konferensi TSPP (Tanker Safety and Pollution Prevention) Februari 1978, dalam rangka
merespon kecelakaan kapal tanker 1976/1977.
B.ISI DARI KONVRENSI MARPOL 73/78
MARPOL, Komitmen Industri Pelayaran Melindungi Laut, Darat, dan
Udara
The International Convention for the Prevention of Pollution from Ships, atau dikenal dengan MARPOL
(Marine pollution) adalah konvensi utama IMO tentang pencegahan pencemaran lingkungan laut oleh
kapal. Berisi berbagai peraturan yang bertujuan mencegah dan meminimalkan polusi yang berasal dari
kapal, baik yang tidak disengaja maupun akibat dari operasi rutin kapal.
MARPOL pertama kali diadopsi IMO pada 17 Februari 1973, namun kurang mendapat dukungan dari
negara-negara anggota. Kemudian, sebagai respon atas maraknya kecelakaan kapal tanker, IMO
mengadopsi TSPP (Tanker Safety and Pollution Prevention) pada tahun 1978. Kombinasi kedua
regulasi di atas dikenal dengan nama MARPOL 73/78 yang mulai berlaku pada 2 Oktober 1983 hingga
sekarang. Indonesia meratifikasi MARPOL melalui Keppres No. 46 Tahun 1986.
Yuridiksi
Jadi, definisi “Ship” atau “kapal” dalam MARPOL sangatlah luas, mencakup semua jenis bangunan
yang beroperasi di laut, baik yang mengapung, melayang atau tertanam di dasar laut.
Struktur MARPOL terdiri atas enam lampiran teknis (annex I – VI), yaitu: Annex I: Pencegahan polusi
oleh minyak. Berlaku 2 Oktober 1983; Annex II: Pencegahan polusi zat cair berbahaya (Noxious
Substances) dalam bentuk curah. Berlaku 2 Oktober 1983; Annex III: Pencegahan polusi dari zat
berbahaya (Hamful Substances) dalam bentuk kemasan. Berlaku mulai 1 Juli 1992; Annex IV:
Pencegahan polusi dari air kotor/limbah (sewage) dari kapal. Berlaku mulai 27 September 2003; Annex
V: Pencegahan polusi oleh sampah (garbage) dari kapal. Berlaku mulai 31 Desember 1988; Annex VI:
Pencegahan polusi udara akibat gas buang mesin kapal. Berlaku mulai 19 Mei 2005.
Annex I dan II bersifat mandatory (wajib), karena merupakan regulasi teknis yang tidak terpisahkan dari
dokumen awal MARPOL 73/78 saat pertama kali diadopsi. Annex lainnya (III -VI) bersikap sukarela,
dengan waktu berlaku (enter into force) yang juga berbeda-beda sesuai dengan kecukupan syarat
dukungan negara anggota. Namun secara keseluruhan, Per 31 Desember 2005, konvensi MARPOL
sudah diratifikasi oleh 136 negara, yang mewakili 98% dari total tonase kapal dunia.
a. Ballast dibuang melalui overboard discharge dan diulur melalui Measurement cell dai oilcon, hasil
pengukuran ini akan dirubah ke signal listrik dan digunakan sebagai petunjuk pada control box yang
terletak di cargo control room.
Besarnya jumlah buangan ballast yang melalui overboad discharge dideteksi oleh orifice flow meter
yang ditempatkan pada discharge line hasil tersebut dirubah ke pnemautik signal dan diteruskan ke
P/E conventer dicargo room. Untuk pencatatan kecepatan kapal didapatkan dari shiplog
b. Dari ketiga pencatatan diteruskan ke CCU dan kemudian dihitung. Jumlah buangan minyak yang
langsung =
Oil content meter ( ppm ) X Flow Rate ( m3 / h ) X 103 ( L / nm )
Ship’s speed ( Knots )
C. INCINERATOR
1. Pendahuluan
Incinerator adalah tungku pembakaran, selain sebagai kelengkapan dari peralatan oily
water separator ( OWS ) atau sebagai alat pencegah pencemaran diluar. Fungsi lain
adalah :
a. Untuk membakar minyak kotor berasal dari hasil pemisahan minyak dan air pada
OWS
b. Membakar majun bekas, serbuk kayu, kertas d.I.I
c. Membakar minyak lumas bekas
2. Kontruksi
Peralatan ini terdiri dari :
a. Ruang pembakaran
b. Rumah pembakaran
c. Pompa minyak
d. Brander
e. Penyala / pemantik
f. Fan
g. Safety device
h. Control panel
SKENARIO/PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM
II. TUJUAN
Mampu mengoperasikan alat pencegahan pencemaran.
V. LEMBAR PENGAMATAN
1. Hasil dari air berminyak yang dipisahkan :
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
2. Before closing off a valve when bunkering and topping of, you should :
A. open a valve to another tank
B. stop the shore pump
C. close off shore terminal valve
D. A, B, or C
4. As a watch officer when bunkering, which of the following does not require his individual
attention ?
A. draft of the vessel
B. rate of delivery
C. communication with terminal personnel
D. observation of manifold valves
1. Kendala atau kesulitan apakah yang Anda alami untuk melakukan studi literatur
dan menyusun rangkuman? Jelaskan!
2. Setelah membaca dan menyusun rangkuman tentang materi Sejarah MARPOL
adakah ketertarikan Anda terhadap materi ini? Apakah Anda termotivasi untuk
mempelajari materi ini lebih lanjut?
Annex I dan II bersifat mandatory (wajib), karena merupakan regulasi teknis yang tidak terpisahkan
dari dokumen awal MARPOL 73/78 saat pertama kali diadopsi. Annex lainnya (III -VI) bersikap
sukarela, dengan waktu berlaku (enter into force) yang juga berbeda-beda sesuai dengan
kecukupan syarat dukungan negara anggota. Namun secara keseluruhan, Per 31 Desember 2005,
konvensi MARPOL sudah diratifikasi oleh 136 negara, yang mewakili 98% dari total tonase kapal
dunia.
b. Tugas Remedial
-Membuat karya tulis mengenai pencemaran dilingkungan tempat tinggal
GLOSARIUM
AFF Certificate Advanced Fire Fighting Certificate, yaitu Sertifikat Diklat Pemadam
Kebakaran
Tingkat Lanjut
Annual survey Inspeksi tahunan yang dilakukan oleh petugas khusus untuk mengecek
keadaan kapal.
Ballast Pemberat pada kapal yang biasanya digunakan oleh kapal-kapal
pengangkut kargo setelah kargo tersebut dibongkar. Sehingga kapal
tidak kehilangan keseimbangan saat melaju tanpa muatan. Kapal kargo
yang tanpa muatan biasanya memasukkan air laut untuk pemberat,
kondisi ini dinamakan “ballast”.
BLGT Certificate Basic Training for Liquid Gas Tanker Certificate, yaitu Sertifikat Diklat
Dasar Kapal Tangki Gas
BOCT Certificate Basic Training for Oil and Chemical Tanker Certificate, yaitu Sertifikat
Diklat Dasar Kapal Tangki Minyak dan Kimia
BST Certificate Basic Safety Training Certificate, yaitu Sertifikat Diklat Dasar
Keselamatan
Classification Pengelompokan, klasifikasi. Setiap kapal harus memasuki komunitas
klasifikasi jenis kapal tertentu untuk kemudahan asuransi dan
perekrutan tenaga kerja pada kapal. Komunitas klasifikasi ini
merupakan badan independen di bawah pengawasan para professional
perkapalan. Untuk mempertahankan klasifikasi, kapal harus
memenuhi standar dan diinspeksi oleh komunitas klasifikasi yang
bersangkutan.
Commercial dokumen nota/ faktur penjualan barang ekspor/impor yang
Invoice diterbitkan oleh penjual/ eksportir/ pengirim barang
COMSAR
DOC “Document of Compliance”, atau Sertifikat DOC
Dokumen EIR Yaitu dukumen sah yang menerangkan kondisi fisik petikemas secara
(Equipment detil, dinilai sulit diterapkan secara optimal di terminal peti kemas
Interchange Pelabuhan.
Receipt)
Farewell Buoy Pelampung untuk digunakan pada tepi laut yang diberikan dari
dermaga.
Freight Perusahaan yang bergerak di jasa pengangkutan barang secara
forwarding keseluruhan, freight forwarding dapat berfungsi sebagai
EMKL,Pelayaran,Jasa kepabeanan ,bahkan pengiriman door to door.
Sedangkan orang atau badan hukum yang melaksanakan pekerjaan
forwarding adalah seorang freight forwarder.
IAMSAR Manual Buku yang berisi pedoman umum Search and Rescue (SAR) di sektor
pelayaran dan penerbangan. Diterbitkan secara bersama IMO dan
ICAO dengan tujuan untuk memastikan terjadinya kerjasama yang
efektif antara dua matra (laut dan udara) dan dapat terlaksana dalam
operasi penyelamatan yang melibatkan unit organisasi dan unit
penyelamat yang berbeda.
IMO International Matime Organization, yaitu Organisasi Internasional di
bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang khusus menangani masalah-
masalah kemaritiman
MC Certificate Medical Care Certificate, yaitu Sertifikat Diklat Perawatan Medis
MFA Certificate Medical First Aid Certificate, yaitu Sertifikat Diklat Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan
MLC, 2006 Maritime Labour Convention, 2006 , yaitu Konvensi tentang Pekerja
Maritim Tahun 2006, Secara umum, MLC 2006 ini adalah sebagai
"Seafarers' Bill of Rights", yaitu merupakan "tiket" bagi para pelaut
untuk menuntut haknya sebagai pekerja, yang memiliki karakter
berbeda dengan pekerja di sektor industri yang lain.
Perjanjian Kerja Selanjutnya disebut PKL adalah perjanjian kerja perorangan yang
Laut ditandatangani oleh pelaut Indonesia dengan pengusaha angkutan di
perairan (Pasal 18, PP No. 7 Tahun 2000)
PSCRB Certificate Proficiency in Survival Craft and Rescue Boat Certificate, yaitu
Sertifikat Diklat Keterampilan Penggunaan Pesawat Penyelamat dan
Sekoci Penolong
QMS Quality Management System, yaitu Sistem Manajemen Mutu yamg
diterapkan di kapal/perusahaan pelayaran, yang meliputi klausul:
Scope, Normative References, Terms and Definitions, Quality Management
System, Management Responsibility, Resource Management, Product
Realization, dan klausul terakhir yakni Measurement, Analysis, and
Improvement.
Shipping Agent Perusahaan pelayaran yang ditunjuk oleh General Agent untuk
melayani kebutuhan kapal di suatu pelabuhan. Sub agen ini sebenarnya
berfungsi sebagai wakil atau agen dari general agent.
Shipping Pelayanan jasa yang dilakukan untuk mewakili Perusahaan Angkutan
Line/Keagenan Laut Nasional dan/atau Perusahaan Angkutan Laut Asing dalam
Kapal rangka mengurus kepentingan kapal Perusahaan Angkutan Laut
Nasional dan/atau kapal Perusahaan Angkutan Laut Asing selama
berada di Indonesia
SIUPKK Surat Izin Usaha Perusahaan Keagenan Kapal
SIUPAL Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut
SMC Safety Management Certificate, atau Sertifikat Manajemen Keselamatan
SMCP Standard Marine Communication Phrases, yaitu frasa dalam bahasa
Inggris, digunakan untuk komunikasi kapal-kapal di laut. SMCP
ditetapkan oleh IMO (IMO Model Course 3.17)
SSO Certificate Ship Security Officer Certificate, yaitu Sertifikat Diklat Perwira Keamanan
Kapal
STCW Standard of Training Certification and Watchkeeping for Seafarers” , yaitu
Konvensi Internasional tentang Standar Sertifikasi Pelatihan, dan Dinas
Jaga bagi Pelaut
UNLOS, 1982 United Nations Convention on The Law of the Sea, 1982, konvensi ini
membahas perihal hukum laut termasuk aturan di dalamnya. UNLOS,
1982 ditandatangani pada 10 Desember 1982 di Montego Bay, Jamaika
dan mulai berlaku pada 16 November 1994.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Adi, Mazen, The Application of the Law of the Sea and the Covention on the Mediterranean
Sea, United Nations-Nippon Foundation Fellow 2008 – 2009, Division For Ocean Affairs and The
Law of the Sea, Office of Legal Affairs, The United Nation, New York, 2009. Agusman, Damos
Dumoli, “Hukum Perjanjian Internasional: Kajian Teori dan Praktik Indonesia”, Penerbit PT Refika
Aditama, 2010. Anwar, Chairul, Hukum Internasional “Horizon Baru Hukum Laut Internasional”
(Konvensi Hukum Laut 1982), Djambatan, Jakarta, 1989. Arsana, I Made Andi, Batas Maritim
Antarnegara (Sebuah Tinjauan Teknis dan Yuridis), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,
2007. Djalal, Hasyim, “Perjuangan Indonesia Di Bidang Hukum Laut”, Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Kehakiman Penerbit Binacipta, Bandung, 1979. Hadiwijoyo, Suryo Sakti,
Aspek Hukum Wilayah Negara Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012. Koers, Albert W.,
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut (Suatu Ringkasan), Konsorium Ilmu
Hukum, Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, Nederlandse Raad voor Juridische Samenwerking met
Indonesie, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1991. Kusumaatmadja, Mochtar, “Hukum
Laut Internasional”, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Penerbit
Binacipta, Bandung, 1986. Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes, “Pengantar Hukum
Internasional”, Pusat Studi Wawasan Nusantara, Hukum dan Pembangunan Bekerjasama dengan
Penerbit P.T. ALUMNI Bandung, 2003. Muhamad, Simela Victor, Batas Wilayah Negara Dalam
Perspektif Hukum Internasional, dalam Batas Wilayah dan Situasi Perbatasan Indonesia: Ancaman
Terhadap Integritas Teritorial, Tiga Putra Utama, Jakarta, 2004. Parthiana, I Wayan, Landas
Kontinen dalam Hukum Laut Internasional, Mandar Maju, Bandung, 2005. 131, Pengantar Hukum
Internasional, Mandar Maju, Bandung 2016. Rompas, Rizald M., Aryo Hanggono, dan Gabriel A.
Wagey, Tingkap Langit Taburi Laut Nusantara “Suatu Kekuatan Ekonomi dan Ketahanan Bangsa”,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Jakarta, 2013. Sodik, Dikdik
Mohamad, Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di Indonesia, PT Refika Aditama,
Bandung, 2011. Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di Indonesia (Edisi Revisi), PT Refika
Aditama, Bandung, 2014.
oo0oo