TATACARA / METODE MEMADAMKAN KEBAKARAN

FIRE FIGHTING METHODS

I. PENGETAHUAN TENTANG PERSIAPAN KESELAMATAN

KEBAKARAN.
II. ALARM-ALARM KEBAKARAN DAN TINDAKAN AWAL.
III. PEMADAMAN KEBAKARAN.
IV. TEKNIK PEMADAMAN KEBAKARAN.

2
I. PENGETAHUAN TENTANG PERSIAPAN KESELAMATAN KEBAKARAN

1. DEFINISI : CARA UNTUK MEMADAMKAN KEBAKARAN

DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DAN TAKTIK YANG TEPAT,
SESUAI DENGAN JENIS KEBAKARAN;
SEHINGGA KEBAKARAN DAPAT DIPADAMKAN SECARA CEPAT
DAN TEPAT.

2. FIRE FIGHTING RISK TRIANGLE

SM
AT

OK
HE

E
FATIGUE

3. STANDARD FIRE ORDERS

- SAFETY
- FIRE BEHAVIOR
- COMMUNICATIONS 3
4. PERSIAPAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

1. MENGETAHUI LOKASI DAN KEGUNAAN DARI

ALARM KEBAKARAN.
2. MENGETAHUI LOKASI DAN KEGUNAAN DARI POLA PENANGANAN
KEADAAN DARURAT.
3. MENGETAHUI CARA KERJA PERLENGKAPAN PEMADAM KEBAKARAN.
4. TINDAKAN BERHATI-HATI AKAN POTENSI
BAHAYA KEBAKARAN.

II. ALARM-ALARM KEBAKARAN DAN TINDAKAN AWAL

1. ALARM KEBAKARAN

2. TINDAKAN AWAL PADA SAAT MENEMUKAN KEBAKARAN

1. MEMBUNYIKAN ALARM.
2. MELAPORKAN LOKASI KEBAKARAN.
3. JIKA MUNGKIN, MENGHILANGKAN PENYEBAB KEBAKARAN.
4. JIKA MUNGKIN, BATASI / TUTUP PERANGINAN.

4
 III. PEMADAMAN KEBAKARAN

1. FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM MENGAMBIL

KEPUTUSAN PADA METODE PEMADAMAN KEBAKARAN.

1. JENIS / KELAS KEBAKARAN.

2. POTENSI KEBAKARAN.
3. LAMANYA TELAH TERBAKAR.
4. REAKSI DENGAN MUATAN.
5. ARAH ANGIN.
6. LINGKUNGAN / LOKASI KEBAKARAN.
7. JUMLAH / JENIS MEDIA PEMADAM YANG DISEDIAKAN / DIPERLUKAN.
8. JUMLAH / JENIS PERALATAN YANG DIPERLUKAN DAN JUMLAH
ORANG YANG MENANGANINYA.
9. REGU PENOLONG DAN REGU CADANGAN.

5
2. SIKAP DAN TINDAKAN SELAMA PELAKSANAAN

1. TEGAS DAN DISIPLIN

2. TENANG / WASPADA (MUDAH BERPIKIR / SELF CONFIDENT).
3. KOMPAK DALAM TEAM WORK.
4. CEPAT DAN EFISIEN
(TERBIASA, BERPENGALAMAN, INTELLIGENT FIRE DRILL).

3. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

A. SELAMA PELAKSANAAN
1. MENGUTAMAKAN KESELAMATAN JIWA MANUSIA
2. MEMPERKECIL KERUGIAN HARTA BENDA
3. SERENTAK DAN DARI ATAS ANGIN.

B. SETELAH PELAKSANAAN
1. INVENTARISASI MANUSIA DAN PERALATAN.
2. TEAM PENYELIDIK KEBAKARAN (FIRE INVESTIGATOR).
3. TEAM PENYELAMAT MANUSIA DAN HARTA BENDA (RESCUE TEAM &
SALVAGE TEAM).

6
 IV. TEKNIK PEMADAMAN KEBAKARAN

1. PRINSIP PEMADAMAN KEBAKARAN

MERUSAK KESEIMBANGAN (MEMUTUS PERCAMPURAN) KETIGA UNSUR DALAM

SEGITIGA API (FUEL, OXIGEN, HEAT).

INI DAPAT DILAKUKAN DENGAN CARA :

1. PENDINGINAN (COOLING) :
MEDIA YANG DIGUNAKAN DAPAT BERUPA AIR, BUSA, DRY CHEMICAL
(TERBATAS).

2. MENUTUP DARI UDARA (SMOTHERING / BLANKETING)

UNTUK INI DAPAT DIPAKAI MEDIA : UAP AIR /
EMBUN, DRY CHEMICAL, BUSA, GAS CO2

3. MENGHENTIKAN / MENGAMBIL BAHAN YANG TERBAKAR (STARVATION)

DAPAT DILAKUKAN DENGAN MENUTUP KRAN BAHAN YANG TERBAKAR,
MENGAMBIL SEBAGIAN YANG BELUM TERBAKAR, DAN LAIN-LAIN.

7
2. TEKNIK MENGGUNAKAN MEDIA PEMADAM

A. AIR :
(COOLING, SMOTHERING, CUT).
DAPAT DIGUNAKAN BERBENTUK :
1. JET
2. SPRAY
3. FOG / EMBUN.
A.1. JET :
- JUMLAH AIR BESAR
- JARAK CUKUP JAUH
- PADA KEBAKARAN YANG SESUAI (KELAS A) DENGAN
PENGARAHAN LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG (LEWAT LANGIT PADA
KEBAKARAN RUMAH).
A.2. SPRAY :
- JUMLAH AIR BESAR
- JARAK DEKAT
- PADA KEBAKARAN YANG SESUAI (KELAS A, B TERTENTU)
- JUGA DIPAKAI SEBAGAI PERISAI AIR DALAM USAHA
MENUTUP KRAN / RESCUE DAN LAIN LAIN.
A.3. FOG / EMBUN / UAP :
- JUMLAH AIR RELATIF AGAK KURANG
- JARAK DEKAT
- PADA KEBAKARAN YANG SESUAI (KELAS A, B TERTENTU).
- JUGA DIPAKAI SEBAGAI PERISAI AIR DALAM USAHA
PEMADAMAN. 8
B. BUSA ( FOAM ) :
MENURUT JENISNYA DAPAT BERBENTUK BUSA :
1. EXPANSI RENDAH ==> FOAM CONCENTRATE : 6 %
2. EXPANSI MENENGAH==> FOAM CONCENTRATE : 3 %
3. EXPANSI TINGGI ==> FOAM CONCENTRATE : 2 %

MENURUT TERJADINYA :
1. BUSA KIMIA
2. BUSA MEKANIK

TUGAS UTAMA BUSA ADALAH : MENUTUP UDARA (SMOTHERING), COOLING

(PENDINGINAN) DAN MEMBATASI BAHAN YANG TERBAKAR (STARVATION).

CARA PENGGUNAAN / PELEMPARAN BUSA PADA API ADA DUA YAITU :

A. API DALAM BAK (MINYAK) :
- DISEMPROTKAN KE DINDING BAGIAN DALAM DI ATAS
PERMUKAAN CAIRAN.
- DARI DASAR BAK (TANKI) DENGAN
PERLENGKAPAN KHUSUS.
B. API DARI MINYAK TERTUMPAH
DISEMPROTKAN KE ATAS API MULAI DARI TEPI
DENGAN GAYA BERAT BUSA.

PADA KEBAKARAN TANKI SANGAT PERLU ADANYA PENDINGINAN DINDING TANKI BAGIAN
LUAR YANG TERBAKAR SAMBIL MEMASUKKAN BUSA KE DALAM TANKI TERSEBUT.

9
C. DRY CHEMICAL :

USAHA PEMADAMAN DENGAN :

1. SMOTHERING
2. COOLING (SEDIKIT)
3. MEMUTUSKAN RANTAI REAKSI API

DIGUNAKAN DENGAN MENYEMBURKAN TEPUNG TERSEBUT KE PERMUKAAN

DAERAH YANG TERBAKAR, NOZZLE HARUS DIKIRASKAN.
UNTUK MENGHINDARI PENYALAAN KEMBALI (FLASH BACK) PERLU ADANYA
USAHA PENDINGINAN.

D. GAS CO2
FLOODING SYSTEM : DALAM
RUANGAN TERTUTUP
DALAM PEMADAMAN BERFUNGSI SEBAGAI :
1. SMOTHERING
2. COOLING (TERBATAS)

DALAM HAL TERTENTU MASIH DIPERLUKAN PENDINGINAN.

PENUTUPAN DENGAN KABUT / GAS CO 2 HARUS SEMPURNA DAN JANGAN
SALAH MEMEGANG PENYEMPROTNYA (HORN).

10
11
12
13
14
 • FIREFIGHTING METHODS
• ( METODE PEMADAMAN KEBAKARAN )

DEFINISI : CARA UNTUK MEMADAMKAN

KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN
TEKNIK DAN TAKTIK YANG TEPAT,
SESUAI DENGAN JENIS KEBAKARAN.

FFM \ PRG \\ 98
15
FIRE FIGHTING RISK TRIANGLE

STANDARD FIRE ORDERS

- SAFETY
- FIRE BEHAVIOR
- COMUNICATIONS
16
 PENGAMATAN DINI SEBELUM /
AWAL TERJADINYA KEBAKARAN
DAN SISITIM PEMADAM
KEBAKARAN INSTALASI TETAP
FIRE DETECTION & FIXED ESTINGUISHING SYSTEM

17
 PENGAMATAN DINI SEBELUM /
AWAL TERJADINYA KEBAKARAN
DAN SISITIM PEMADAM
KEBAKARAN INSTALASI TETAP

FIRE DETECTION & FIXED ESTINGUISHING SYSTEM

I. PERSYARATAN UMUM SESUAI SOLAS 1974

II. JENIS-JENIS DETEKTOR KEBAKARAN DAN CARA KERJANYA

III. JENIS-JENIS ALARM DAN CARA KERJA-NYA

IV. SISTIM PEMADAMAN KEBAKARAN INSTALASI TETAP, PENGERTIAN DAN

PERSYARATAN UMUM

V. JENIS-JENIS SISTIM PEMADAM KEBAKAR-AN INSTALASI TETAP DAN

CARA KERJA-NYA.

18
I. PERSYARATAN SESUAI SOLAS 1974

1. UMUM
SISTIM DETEKSI DAN ALARM KEBAKARAN
1. DETEKSI KEBAKARAN DAN ALARM SYSTEM YANG DIPASANG MANUAL HARUS MAMPU
SEGERA DIOPERASI-KAN SETIAP SAAT.
2. SISTIM TENAGA PENGGERAKNYA HARUS DILENGKAPI TIDAK KURANG 2 BUAH SUMBER
TENAGA.
3. PANEL INDIKATOR HARUS DILETAKKAN DIANJUNGAN ATAU DISTASIUN KONTROL.
4. JENIS DITEKSI YANG DIGUNAKAN BOLEH DARI JENIS PANAS, ASAP MAUPUN NYALA (FLAME),
NAMUN DETEKSI NYALA DIGUNAKAN SEBAGAI TAMBAHAN SAJA.
5. ALARM KEBAKARAN YANG DIOPERASIKAN SECARA MANUAL DILETAKKAN DIJALAN KELUAR
DARI RUANG AKOMODASI, RUANG KERJA, STASIUN KONTROL DAN SATUNYA HARUS
DIPASANG PADA JALAN PINTU KELUAR KAPAL.
6. DETEKSI JENIS ASAP PENEMPATANNYA PADA TANGGA-TANGGA, GANG-GANG DAN RUANG
AKOMODASI.
7. DETEKSI PANAS DIPASANG DISETIAP RUANGAN UNTUK SETIAP 37 M 2 ( 400 FT2 ) DARI LUAS
GELADAK YANG ADA DAN DALAM RUANGAN YANG BESAR, JARAK ANTARA DETEKTOR TIDAK
LEBIH DARI 9 M ATAU JARAK MAX. DARI SEKAT 4,5 M. DETEKSI ASAP PENEMPATANNYA
MAX /LANTAI 74 M2 JARAK SATU SAMA LAINNYA 11 M DAN JARAK MAX DARI SEKAT 5,5 M.
8. DILENGKAPI DIAGRAM DAN PANEL PENUNJUKAN, INDTRUKSI-INSTRUKSI MENGENAI
PENGUJIAN DAN PEMELIHARAANNYA.

19
 SISTIM PEMADAMAN OTOMATIS, ALARM
KEBAKARAN DAN DETEKSI KEBAKARAN

1. MAMPU DIJALANKAN SETIAP SAAT SECARA OTOMATIS

2. DILENGKAPI SISTIM PEMADAMAN OTOMATIS, ISYARAT ALARM DAN

DETEKSI KEBAKARAN YANG SETIAP SAAT BEKERJA BILA TERJADI
KEBAKARAN.

3. PENEMPATANNYA DI ANJUNGAN ATAU DI STASIUN KONTROL.

4. HARUS TAHAN TERHADAP KARAT.

5. PADA RUANG AKOMODASI TEMPERATUR KERJA ANTARA 63 0C - 79

0
C.

6. PEMADAMAN OTOMATIS HARUS DARI JENIS PIPA BASAH YANG

TERLINDUNGI DARI PEMBEKUAN. UNTUK PIPA KERING HANYA
UNIT-UNIT KECIL YANG DISETUJUI OLEH ADMINISTRASI.

20
2. FAKTOR PERTIMBANGAN PEMASANGAN DETEKTOR
DAN ALARM KEBAKARAN

1. LOKASI DETEKTOR DAN ALARM KEBAKARAN

2. HASIL-HASIL PEMBAKARAN
3. SITUASI DAN KONDISI ASET YANG DILINDUNGI
* PENGHUNI (JIWA DAN BAHAN)
* KEGIATAN
* FIRE LOAD (KEMUDAHAN TERBAKAR)
* DERAJAT RESIKO KEBAKARAN
* JARAK DAN KEMAMPUAN BARISAN PEMADAM
* LAMANYA BILA TERBAKAR.
4. BIAYA
* PEMASANGAN
* PERAWATAN
* PERBANDINGAN DENGAN NILAI YANG DILINDUNGI
* PREMI ASURANSI
5. KEPEKAAN DAN PERFORMANCE DETECTOR
KEBAKARANNYA.

21
 II. JENIS-JENIS DETEKTOR KEBAKARAN DAN CARA KERJANYA

BIMETALLIC TRIP
DETECTOR
SNAPACTION DISC
FIXED DETECTORS
TEMPERATURE
TYPE DETECTORS FUSIBLE LINKS

HEAT QUARTZOID BULB

DETECTOR DETECTORS
(DETEKTOR
PANAS) PNEUMATIC TUBE
RATE OF RISE DETECTORS
TYPE DETECTORS THERMO ELECTRIC
DETECTOR

DETECTORS
FIRE

PROJECTED
SPOT BEAM TYPE

PHOTO DETECTORS REFRACTION

SMOKE ELECTRIC TYPE
DETECTORS DETECTORS BEAM DETECTORS
(DETEKTOR IONIZATION (REFLECTED BEAM)
ASAP) DETECTORS

INFRARED DETECTORS
FLAME DETECTOR ULTRA VIOLET DETECTORS
(DETECTOR NYALA)
FLAME FLICKER DETECTORS

22
INFRA KASAT ULTRA
PANAS ASAP
MERAH MATA VIOLET

CAHAYA ENEGRI BAHAN

API

23
 DETEKTOR PANAS

1. DIPILIH BERDASARKAN KELAS TEMPERATUR KERJA.

2. DITEMPATKAN DI RUANG RESTORAN, RUANG REKREASI, RUANG GENERATOR,

RUANG AKOMODASI, RUANG KERJA/PERBAIKAN,DSB.

3. TIDAK BOLEH DIGUNAKAN UNTUK RUANG YANG SUHUNYA SANGAT RENDAH.

4. RATE OF RISE HEAT DETEKTOR TIDAK BOLEH DIPASANG UNTUK RUANG YANG
KENAIKAN TEMPERATUR SANGAT CEPAT.

5. SETIAP RUANG DENGAN LUAS 46 M2 DAN TINGGI LANGIT-LANGIT 3 M HARUS

DIPASANG SATU DETEKTOR.

24
 SISTIM DETEKSI PANAS

 MINIMAL 1 BUAH DETEKTOR PANAS UNTUK SETIAP 46 M 2 LUAS LANTAI

DENGAN TINGGI TIDAK LEBIH 3 M.

 JARAK ANTARA DETEKTOR SATU DENGAN YANG LAIN TIDAK LEBIH DARI 7 M
UNTUK RUANGAN BIASA DAN 10 M DALAM KORIDOR.

 JARAK DETEKTOR PANAS DENGAN TEMBOK / DINDING JAUH 3 M PADA

RUANGAN BIASA DAN 6 M DALAM KORIDOR SERTA PALING DEKAT 30 CM

 DETEKTOR PANAS YANG DIPASANG PADA KE-TINGGIAN YANG BERADA

SEKURANG-KURANG-NYA 1 DETEKTOR UNTUK 92 M 2 LUAS LANTAI DENGAN
SYARAT :
* DETEKTOR DISUSUN DALAM JARAK TIDAK BOLEH
LEBIH DARI 3 M DARI DINDING
* SEKURANG-KURANGNYA SETIAP SISI MINIMAL 1
DETEKTOR
* SETIAP DETEKTOR BERJARAK 7 M.

25
DETEKTOR ASAP

26
DETEKTOR PANAS

27
DETEKTOR ASAP

28
DETEKTOR ASAP

29
DETEKTOR NYALA

30
31
 DETEKTOR ASAP

1. DITEMPATKAN DI RUANG PERALATAN, RUANG MESIN, LIFT, RUANG AC, RUANG

POMPA, KORIDOR, LOBBY, AULA, DSB.

2. HARUS DIPASANG SEDEKAT MUNGKIN PADA BAGIAN YANG AKAN DILINDUNGI.

3. SETIAP LUAS 92 M2 DAN KETINGGIAN LANGIT-LANGIT 3 M HARUS DIPASANG

SEBUAH DETEKTOR.

4. PEMASANGAN PADA LANGIT-LANGIT YANG TIDAK RATA HARUS DILETAKKAN

PADA BAGIAN BAWAH.

32
NON FIRE CONDITION

33
 DETEKTOR NYALA

MENDETEKSI CAHAYA API YANG TAK KASAT MATA

MAUPUN YANG KASAT MATA.

MACAM DETEKTOR NYALA :

1. DETEKTOR INFRA MERAH :

8500 ~ 12000 ANGSTROM

2. DETEKTOR ULTRA VIOLET

1450 ~ 1850 ANGSTROM

3. DETEKTOR KERDIPAN CAHAYA :

5 ~ 30 KERAPAN / MENIT

34
 DETEKTOR NYALA

1. DALAM PEMASANGAN TIDAK BOLEH DIHALANGI OLEH OBJEK LAIN.

2. UNTUK PEMASANGAN DI LUAR RUANGAN HARUS DIGUNAKAN BAHAN YANG

TAHAN KARAT, TAHAN CUACA.

3. HARUS DILINDUNGI TERHADAP GANGGUAN SINAR YANG DAPAT MENIMBULKAN

ALARM PALSU.

4. PEMASANGAN LANGIT-LANGIT YANG TIDAK RATA HARUS DILETAKKAN DI BAGIAN

BAWAH.

35
 DETEKTOR NYALA
SINAR/CAHAYA TIMER / INTEGRTOR
PHOTO ELECTRIC CELL

FILTER / AMPLIFIER
ALARM
LENS & FILTER

KETERANGAN :
 LENSA LUAR UNTUK PELINDUNG BAHAN (KWARSA/SILIKA)
 LENSA DALAM UNTUK MEMFOKUSKAN SINAR
 FILTER LUAR UNTUK MENYARING PANJANG UV / IR
 FOTO ELECTRIC CELL UNTUK MENAMPUNG SINAR YANG MASUK
 FILTER DALAM UNTUK MENYARING FREKWENSI (4 - 30 KERDIPAN / MENIT)
 TIMER UNTUK PENGATUR WAKTU KERJA APAKAH TERUS MENERUS MENYALA (2 - 15 DETIK).

36
DETEKTOR CAHAYA / NYALA

37
 FIRE ALARM

TUJUAN :
MENARIK PERHATIAN MEMEBERITAHUKAN PENGHUNI BAHWA TERJADI SUATU KEBAKARAN.

JENIS :
1. AUDIBLE = LONCENG, KENTONGAN SIRINE, PENGERAS SUARA LAGU-
LAGU / MUSIK DLL.
2. VISIBLE = LAMPU, SINAR, TV ATAU KODE ABA- ABA.

PENEMPATAN SESUAI DENGAN SITUASI & KONDISI

- RUMAH SAKIT - PILIH LAMPU (RS MEMERLUKAN KETENANGAN SEHINGGA YANG PERLU
MENGETAHUI ADALAH PARA PERAWAT).
- PABRIK / REFINERY - SIRENE.
- GEDUNG PERTUNJUKAN - LAGU / LAMPU.
- DEPARTEMEN STORE - PUBLIC ADDRESSON.
- TEMPAT REKREASI.

38
 ALARM AUDIO

PERSYARATAN :

 PREKUENSI KERJA 500 - 1000 Hz, SOUND PRESSURE LEVEL MIN. 65 DB.
 RUANGAN DENGAN TINGKAT KEBISINGAN TINGGI MIN. 5 DB LEBIH TINGGI DARI TINGKAT
KEBISINGAN NORMAL.
 UNTUK RUMAH SAKIT SOUND PRESSURE LEVEL UNTUK ALARM AUDIO MAX. 75 DB
IRAMANYA TIDAK MENIMBULKAN PANIK.
 PADA SEMUA LOKASI PANEL / SISTIM KONTROL BAHAYA KEBAKARAN HARUS DIPASANG
ALARM AUDIO.
 ALARM AUDIO HARUS TERDENGAR KESELURUHAN BAGIAN RUANGAN.
 HARUS DIPASANG UNTUK RUANGAN KHUSUS DIMANA SUARA DARI LUAR TIDAK DAPAT
TERDENGAR.
 PEMASANGAN HARUS DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI PENENTUAN ARAH MASUK BAGI
ANGGOTA PEMADAM KEBAKARAN.

39
 ALARM VISUAL

PERSYARATAN :

 DIPASANG DIRUANG PERAWATAN ORANG TULI, DAN SEBAGAINYA.

 PEMASANGAN HARUS DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI PENENTU ARAH MASUK BAGI ANGGOTA
PEMADAM KEBAKARAN.

 DILETAKAN DITEMPAT YANG MUDAH TERLIHAT, TIDAK TERHALANG.

 DIGUNAKAN SEBAGAI BACK-UP PADA SAAT ALARM AUDIO GAGAL BEROPERASI.

 HARUS DICAT WARNA MERAH.

40
 EFEKTIFITAS ALARM KEBAKARAN

1. BENTUK ISYARAT DISESUAIKAN DENGAN TEMPAT YANG DILINDUNGI.

2. ISYARAT DAPAT
* DIDENGAR
* DIKETAHUI
* DIMENGERTI

3. ISYARAT HARUS KHAS / SPESIFIK.

4. ISYARAT HARUS TIDAK MENIMBULKAN KEPANIKAN PENGHUNI

5. ISYARAT HANYA DIPERGUNAKAN UNTUK TUJUAN ITU SAJA.

6. ISYARAT DIDAMPINGI OLEH SISTIM UNTUK MEMINTA BANTUAN.

41
 TINDAKAN

BILA MELIHAT KEBAKARAN

1. MEMBERI ISYARAT

2. MEMINTA BANTUAN

3. MEMATIKAN APINYA, BILA

MUNGKIN

42
 PEMELIHARAAN DAN PENGUJIAN INSTALASI ALARM
KEBAKARAN OTOMATIS

MINGGUAN BULANAN TAHUNAN

* MEMBUNYIKAN ALARM * MENCIPTAKAN KEBA-KARAN * MEMERIKSA TEGANGAN INSTALASI

SECARA SIMULASI SIMULASI. * MENGUJI SEKURANG-KURANGNYA
* MEMERIKSA KERJA LON- * MEMERIKSA LAMPU-LAMPU 20 DETEK-TOR DARI SETIAP
CENG INDIKATOR. KELOMPOK INSTANSI SEHINGGA
* MEMERIKSA TEGANGAN * MEMERIKSA FASILITAS PENYEDIAAN DALAM 5 TAHUN SELURUH
DAN KEADAAN BATERAI SUMBER TENAGA DARURAT. DETEKTOR SUDAH TERUJI.
* MEMERIKSA SELURUH * MEMERIKSA KONDISI DAN
SISTIM ALARM KEBERSIHAN PANEL INDIKATOR.
* MENCATAT HASIL PE -
MELIHARAAN SERTA
PENGUJIAN DALAM
BUKU CATATAN.

43
 GENERAL EMERGENCY ALARM SYSTEM

 7 TIUP PENDEK ATAU LEBIH KEMUDIAN

DIIKUTI 1 TIUP PANJANG DARI SULING KAPAL

 ALARM SYSTEM DAPAT DIOPERASIKAN DARI

ANJUNGAN.

44
 TOMBOL-TOMBOL

“BREAK GLASS (MEMECAHKAN KACA)”

“PILLAR BOX (MENGGESER TUAS)”

“DETECTOR RELAY”

45
 1. SISTIM PEMADAMAN TETAP
(FIXED FIRE FIGHTING INSTALLATION)

ADALAH : SISTIM PEMADAMAN KEBAKARAN YANG INSTALASINYA

DIPASANG TETAP, BAIK SECARA KESELURUHAN MAUPUN SEBAGIAN.

2. TUJUAN UTAMA PEMASANGAN F.F.F.I.

ADALAH :
A. MENGURANGI KETERLIBATAN PERSONIL DALAM OPERASI
PEMADAMAN.

B. MENINGKATKAN KEMAMPUAN DALAM PENANGGULANGAN

KEBAKARAN

46
 3. UNSUR-UNSUR UTAMA F.F.F.I.

A. FIRE DETEKTOR

B. ALARM SYSTEM

C. FIRE FIGHTING SYSTEM

4. MEDIA PEMADAM YANG SERING DIPERGUNAKAN :

* AIR * BUSA * TEPUNG KIMIA

* CO 2 * HALON

5. PERTIMBANGAN PEMASANGAN F.F.F.I. :

A. RESIKO BAHAYA
B. KECEPATAN PEMADAMAN
C. BIAYA
D. DAN LAIN-LAIN

47
6. FIXED FIRE FIGHTING INSTALATION
SOLAS ‘74
1. PENGGUNAAN MEDIA PEMADAM YANG DAPAT MENIMBUL- KAN GAS-GAS DALAM JUMLAH
BANYAK SEHINGGA MEMBA- HAYAKAN ORANG TIDAK BOLEH DIIJINKAN.
2. DILENGKAPI KONTROL VALVE, PETUNJUK OPERASI, DIAG- RAM YANG MENUNJUKKAN
KOMPARTEMEN MANA PIPA-PIPA DISALURKAN DAN KONSTRUKSINYA SEDEMIKIAN RUPA
SEHINGGA DAPAT DICEGAH GAS YANG DITIMBULKAN MASUK KEKOMPARTEMEN LAIN TANPA
SENGAJA.
3. BILAMANA DIGUNAKAN MEDIA PEMADAM CO2 :
- DIRUANG MUATAN, KAPASITASNYA HARUS CUKUP UNTUK MENGISI
MINIMUM 30 % VOL DARI PADA KOM- PARTEMEN MUATAN YANG TERBESAR YANG DITUTUP
RAPAT
- DIKAMAR MESIN KELAS “A” KAPASITASNYA HARUS MAMPU UNTUK MENGISI
MIN. 40 % DARI ISI KOTOR RUANG TERBESAR, KAPAL BARANG < 200 GRT MIN.
KAPASITAS 30 %
4. PELEPASAN MEDIA CO 2, 85 % NYA HARUS DAPAT DILAKUKAN DALAM WAKTU 2 MENIT.
5. DILENGKAPI SARANA PERINGATAN (ALARM) KESEMUA RUANGAN SEBELUM
DIGUNAKAN.
6. RUANGAN PENYIMPANAN BOTOL CO 2 HARUS DILETAKKAN DITEMPAT YANG AMAN, MUDAH
DIMASUKI DAN DIBERI VENTILASI YANG BAIK.
7. SEMUA PELEPASAN MEDIA GAS TIDAK BOLEH DIOPERASI- KAN SECARA OTOMATIS.
8. PERINTAH MENGOPERASIKAN SISTIM INI HANYA DIBERIKAN OLEH NAKHODA ATAU MUALIM
SENIOR.

48
7. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN WAKTU
PEMASANGAN :

1. KELAS KEBAKARAN

2. MEDIA PEMADAM YANG DIGUNAKAN

3. LOKASI-LOKASI DAN BAHAYA KHUSUS

4. KEMUNGKINAN TERJADI LEDAKAN

5. TEMPAT -TEMPAT YANG TIDAK DILINDUNGI.

6. PENGARUH TERHADAP KESEIMBANGAN KAPAL

7. METODE DARI FIRE DETECTOR

8. PERLINDUNGAN TERHADAP AWAK KAPAL.

49
V. JENIS-JENIS F.F.I

1. FIRE MAIN SYSTEM

2. AUTOMATIC & MANUAL SPRINKLER SYSTEM

3. SPRAY SYSTEM

4. FOAM SYSTEM

5. CO 2 SYSTEM

6. DRY CHEMICAL SYSTEM

7. INERT GAS SYSTEM.

50
1. FIRE MAIN SYSTEM
SISTIM UTAMA MENSUPPLY AIR KESELURUH BAGIAN KAPAL YANG TERBAKAR,
SISTIM INI TERDIRI DARI :
- POMPA KEBAKARAN
- PIPA-PIPA
- KATUP-KATUP PENGONTROL
- SELANG DAN PEMANCAR

PERSYARATAN :
- PIPA HARUS MEMPUNYAI DIAMETER BESAR MAMPU MENDISTRIBUSIKAN AIR
DENGAN 2 POMPA PERSAMAAN
- UNTUK KAPAL CARGO DAN PENUMPANG, POMPA HARUS DAPAT MEMBERIKAN
TEKANAN MIN. 50 PSI PADA 2 HYDRANT YANG TERJAUH DAN TERTINGGI. UNTUK
KAPAL TANKER TEKANAN AIR MIN. 75 PSI (5,5 KG/CM )
2

TYPE : 1. SINGLE FIRE SYSTEM ==> KAPAL TANKER

MENGGUNAKAN 1 PIPA UTAMA DARI HALUAN DAN BURITAN, UMUMNYA
DIATAS MAIN DECK.
2. LOOPED FIRE MAN SYSTEM ==> KAPAL CARGO DAN
PENUMPANG MENGGUNAKAN 2 PIPA UTAMA YANG PARALEL
BERHUBUNGAN DENGAN HALUAN DAN BURITAN.

51
 SEAWATER
INTAKE

MAIN
FIRE
PUMP

DISCHARGE TO FIRE MAIN

OUTSIDE ENGINE-ROOM

ADDITIONAL SUPPLY FROM

EMERGENCY GENERAL SUVICE PUMP
SEWATER INTAKE FIRE PUMP
FROM INDEPENDENT
SHIPSIDE VALVE

FIRE SERVICE MINIFOLD

REGULAR EARLY- SEAWATER COMBINED SYSTEM

SPRINKLER RELEASE CANNONS POWDER / FOAM
INSTALLATION SPRINKLERS WITH HOSE DRUMS

MANUAL SEWATER
SPRINKLERS FOR HYDRANTS

52
2. AUTOMATIC & MANUAL SPRINKLER SYSTEM

A. AUTOMATIC :
BILA KETIGA UNSUR UTAMA BEKERJA
SECARA SERENTAK TANPA DIGERAKKAN OLEH
PERSONIL.
SETTING UNTUK TEMPAT YANG
TIDAK DIJAGA PERSONIL SECARA TERUS MENERUS.

B. MANUAL :
SALAH SATU UNSUR UTAMA MASIH
DIGERAKKAN OLEH PERSONIL.
SETTING UNTUK TEMPAT YANG
SELAMA 24 JAM TERUS MENERUS SELALU DIJAGA OLEH
PERSONIL.

53
JENIS SPRINKLER SYSTEM

1. SISTIM PIPA BASAH

2. SISTIM PIPA KERING

3. SISTIM PRE ACTION

4. KOMBINASI SISTIM PIPA KERING DAN PRE ACTION

5. SISTIM DELUGE

54
 SISTIM PIPA KERING

SISTIM PERPIPAAN YANG BERISI UDARA ATAU NITROGEN BERTEKANAN.

BILA TERJADI KEBAKARAN, KATUP PEMANCAR TERBUKA DAN TEKANAN BERKURANG
SEHINGGA TEKANAN AIR AKAN MEMBUKA SISTIM KERANGAN YANG DISEBUT “DRY
PIPE VALVE” KEMUDIAN AIR MENGALIR KEDALAM PERPIPAAN DAN KELUAR
MELALUI KATUP PEMANCAR YANG TERBUKA.
PERBANDINGAN TEKANAN = AIR : UDARA = 6 : 1

SISTIM PIPA BASAH

SPRINKLER AUTOMATIS YANG SISTIM PERPIPAANNYA SELALU BERISI AIR

BERTEKANAN.
BILA TERJADI KEBAKARAN, PANAS API AKAN MEMBUKA KATUP PEMANCAR DAN
AIR MENGALIR KELUAR.

55
SISTIM PRE - ACTION

SISTIM PERPIPAAN YANG BERISI UDARA WALAU MUNGKIN TIDAK

BERTEKANAN DAN DILENGKAPI SISTIM DETEKSI PADA AREA YANG SAMA.
KERANGAN TERBUKA OLEH TANGGAPAN SISTIM DETEKSI, KEMUDIAN AIR
MASUK KEPERPIPAAN DAN KELUAR MELALUI KATUP PEMANCAR YANG
TELAH TERBUKA OLEH PANAS KEBAKARAN.

56
 SISTIM PEMADAMAN TETAP DENGAN AIR
SERING DIKENAL DENGAN :
“WATER SPRINKLER SYSTEM = KATUP
PEMANCAR AIR”

BAHAYA LUAS
--------------------------> 170 - 200 SQ FT / 1
RINGAN PERLINDUNGAN SPRINKLER
CONTOH :
~ PERKANTORAN
PENEMPATAN
KLASIFIKASI

BAHAYA LUAS
SEDANG -------------------------> 130 SQ FT / 1
CONTOH : PERLINDUNGAN SPRINKLER
~ PABRIK KALENG,
GUDANG TINGGI,
TUMPUKAN 12 FT,
DERMAGA

BAHAYA LUAS
TINGGI -------------------------> 90 SQ FT / 1
CONTOH : PERLINDUNGAN SPRINKLER
~ INDUSTRI KARET,
MIGAS, KIMIA

57
 SUMBER AIR
(WATER SUPPLY)

PENGGERAK AIR

UNSUR UTAMA PERPIPAAN

SPRINKLER
SYSTEM MANOMETER

KERANGAN /
KELEP PENAHAN

ALARM

KATUP PEMANCAR
(SPRINKLER HEAD)
58
SISTIM KOMBINASI PIPA KERING DAN PRE ACTION

SISTIM PERPIPAAN BERISI UDARA BERTEKANAN DAN DILENGKAPI SISTIM

DETEKSI PADA AREA YANG SAMA.

BILA TERJADI KEBAKARAN, “DRY PIPE VALVE” TERBUKA OLEH TANGGAPAN

SISTIM DETEKSI DAN JUGA MEMBUKA “AIR EXHAUST VALVES” DIUJUNG
PERPIPAAN DENGAN MAKSUD MEMPERCEPAT UDARA KELUAR DAN AIR
MENGALIR KEDALAM PERPIPAAN DAN KELUAR MELALUI KATUP PEMANCAR
YANG TERBUKA.

SISTIM INI DIRANCANG UNTUK LEBIH DARI 600 KATUP PEMANCAR AIR DAN
PERPIPAAN YANG PANJANG ATAU LEBIH DARI 275 K.P.A DALAM SETIAP
AREA.

59
SKEMA INSTALASI SPRINKLER SYSTEM PIPA BASAH

60
 KATUP PEMANCAR AIR
(SPRINKLER HEAD)

AIR KELUAR DARI SPRINKLER HEAD KARENA LEPASNYA PENYUMBAT ATAU

BEKERJANYA SISTIM DETEKSI.

PADA AUTOMATIC SISTIM DIKENAL TIGA JENIS PENYUMBAT

SPRINKLER HEAD :
 SAMBUNGAN SOLDER
 BOLA GELAS
 SUMBAT KIMIA

KAPASITAS 1 (SATU) SPRINKLER HEAD + 20 - 30 GPM.

61
 STANDARD WARNA BOLA GELAS

DIANJURKAN MEMILIH TEMPERATUR LINGKUNGAN

YANG PECAH TIDAK LEBIH DARI ( > ) WARNA
PADA TEMPERATUR CAIRAN BOLA

68 0C = 155 0F 49 0C = 120 0F
MERAH
79 0C = 175 0F 60 0C = 140 0F
KUNING
93 0C = 200 0F 74 0C = 165 0F
HIJAU
141 0C = 286 0F 121 0C = 250 0F
BIRU
182 0C = 360 0F 160 0C = 320 0F
VIOLET
227 C = 440 F
0 0
204 C = 400 F
0 0

HITAM
260 0C = 500 0F 238 0C = 460 0F
HITAM

62
63
64
65
 KLASIFIKASI BAHAYA KEPADATAN PANCARAN PERKIRAAN DAERAH
KEBAKARAN RENCANA KERJA MAX.

* RINGAN 2,25 MM / MENIT 84 M 2

* SEDANG 5 MM / MENIT 72 - 360 M 2
* BERAT :
~ PROSES 7,5 - 12,5 MM / MENIT 260 M 2
~ GUDANG 7,5 - 30 MM / MENIT 260 - 300 M2

C. JARAK, TEKANAN, ALIRAN & KAPASITAS

SUMBER AIR
KLASIFIKASI TEK. MIN. ALIRAN MIN. KATUP JARAK MAX. KAP. MIN. SUMBER
BAHAYA KATUP KENDALI KENDALI ANTARA 2 AIR
KEBAKARAN SPRINKLER
1,0 BAR 300 L / MT
* RINGAN 1,2-1,4 BAR 375 - 1100 L/MT 4,6 M 9 M3
* SEDANG 2,2 BAR 2300-2650 L/MT 3-4M 12 - 33 M 3
* BERAT 3M 69 - 290 M 3

PIPA TEGAK

KATUP KENDALI
SUMBER AIR

66
 3. SPRAY SYSTEM
WATER SPRAY SYSTEM
3.1. TERDIRI DARI :
A. PIPA-PIPA
B. KATUP-KATUP
C. POMPA-POMPA
D. ALARM
E. DETEKTOR
F. PERSEDIAAN AIR
G. PEMANCAR (NOZZLE SPRAY)
3.2. PERSYARATAN :
A. SPRAY NOZZLE HARUS YANG DISETUJUI ADMINIATRASI
B. SETIAP RUANGAN YANG DILINDUNGI HARUS DAPAT DISUPLY
AIR MINIMAL 5,1 / M SETIAP
2
MENIT
C. SISTIM DAPAT DIBAGI DALAM BEBERAPA BAGIAN, KATUP / VALVE
DISTRIBUSI HARUS DAPAT DIOPERASIKAN DENGAN MUDAH DAN
DITEMPAT- KAN PADA BAGIAN LUAR YANG DILINDUNGI
D. SISTIM DIPELIHARA DALAM KEADAAN TEKANAN TERTENTU,
SEHINGGA POMPA DAPAT BEKERJA SECARA OTOMATIS
BERDASARKAN TEKANAN.
E. POMPA HARUS DAPAT MEMBERIKAN TERTENTU PADA SEMUA
BAGIAN YANG DILINDUNGI.
F. HARUS DILAKUKAN PEMELIHARAAN PADA NOZZLE, PIPA-PIPA, VALVE 67
DAN POMPA UNTUK MENCEGAH DARI KARAT.
 4. FOAM SYSTEM
SISTIM PEMADAM BUSA

INSTALASI DIKAMAR MESIN :

 MAMPU MENGELUARKAN BUSA TIDAK LEBIH DARI 5 MENIT YANG CUKUP

MENUTUPI SAMPAI KEDALAMAN 150 MM (6 INCI) PADA DAERAH TUNGGAL
TERBESAR DIATAS MANA BBM DAPAT MENGEMBANG.
 EKSPANSI BUSA TIDAK BOLEH LEBIH DARI 1 : 12
 DITEMPATKAN DIDALAM RUANGAN YANG TERLINDUNGI DAN MUDAH UNTUK
MENJALANKANNYA
 BILA DILENGKAPI JENIS MEDIA BUSA EKSPANSI TINGGI, HARUS MAMPU
MENGELUARKAN BUSANYA DENGAN KETEBALAN 1 METER / MENIT DAN
PERIMBANGAN PEMUAIANNYA TIDAK BOLEH MELEBIHI 1000 : 1.

68
JENIS BUSA

 BUSA PENGEMBANGAN RENDAH

 BUSA PENGEMBANGAN TINGGI

SISTIM PEMADAM UNTUK BUSA

PENGEMBANGAN RENDAH

 FIXED SYSTEM ( SISTIM TETAP ) :

ADALAH SISTIM YANG MEMPUNYAI INSTALASI TETAP DAN LENGKAP, DARI PUSAT
STATION BUSA, SISTIM PERPIPAAN DAN PENYALURAN SAMPAI DENGAN
KELUARAN (OUTLETS) PADA BAHAYA YANG DILINDUNGI, DISIAPKAN POMPA
YANG DIPASANG TETAP.
 SEMI FIXED SYSTEM ( SISTIM SEMI TETAP ) :
JENIS INI DIPASANG SEMI TETAP FOAM MAKER ATAU ALAT PEMBENTUK BUSA
DIPASANG BILA TERJADI KEBAKARAN DAN DIBAWA DENGAN MOBIL KETEMPAT
KEBAKARAN DAN DIHUBUNGKAN DENGAN PIPA TERSEBUT.

69
 4.3. SISTIM PEMADAM BUSA PENGEMBANGAN TINGGI :

BUSA PENGEMBANGAN TINGGI SANGAT COCOK UNTUK MEMADAMKAN

KEBAKARAN PADA CAIRAN YANG MUDAH TERBAKAR.

FAKTOR YANG PENTING DIDALAM SISTIM BUSA PENGEMBANGAN

TINGGI ADALAH :

1. KUALITAS DAN KUANTITAS DARI AIR YANG TERSEDIA

2. DAYA TIUPAN UDARA YANG DIGUNAKAN SEBAGAI DAYA
PENGEMBANGAN (FOAM GENERATOR)
3. SARANA PENGISIAN CAIRAN BUSA
4. SARANA PENYALUR / PENCURAHAN BUSA KEDALAM TEMPAT
YANG DILINDUNGI.

70
 BAHAN BAKU CAIRAN BUSA
BAHAN BAKU
PROTEIN - NICEROL (ANGUS)
- AERO FOAM
BUSA (NAT’L FOAM
PROTEIN - REGULER 6 %
(ROCK WOOD)
BAHAN BAKU
FLUORO - XL - 3 (NAT’ FOAM)
PROROTEIN - FP 70 (ANGUS)
- FLUORO PROTEIN
BAHAN (ANSUL)
BAKU - SUPER PRO
CAIRAN (ROCK WOOD)
BUSA
BAHAN BAKU
PER FLUORO
CARBON
SURFACTANT / - AFFF (ROCK WOOD)
FLUORO CHE- - TRIDOL (ANGUS)
MICAL - AERO WATER
BUSA (NAT’L FOAM)
SINTETIS

BAHAN BAKU
HYDRO CARBON - UNIVERSAL
SURFACTANT / (NAT’L FOAM)
DETERJEN - COMPOUND AFFF
(ANGUS)
- ALCOSEAL AQUA
FOAM (ROCK
WOOD)
71
72
73
 OPERATING TEMPERATUR AND COLOR
CODING OF FUSIBLE LINK FOR
SPRINKLER HEAD
OPERATING TEMPERATUR (C0) COLOR CODE

57,2 - 73,8 UNCOLORED

79,4 - 100 WHITE
121 - 141 BLUE
163 - 183 GREEN
232 - 260 ORANGE

* COLOR CODING MAY BE FOUND ON SOME VESSELS

74
5. SISTIM PEMADAM CO 2 ( SISTIM CARBON DIOXIDE )

I. MEDIA PEMADAM CO 2 TELAH DIKENAL KHUSUNYA UNTUK

MEMADAMKAN :

- CAIRAN YANG MUDAH TERBAKAR (FLAMMABLE LIQUIDS)

- GAS-GAS YANG MUDAH TERBAKAR
- PERALATAN-PERALATAN KELISTRIKAN
- DAN BISA JUGA DIPAKAI UNTUK KEBAKARAN UMUM
LAINNYA. (KERTAS, TEXTIL, KAYU)

II. METODE PEMAKAIAN :

1. TOTAL FLOODING SYSTEM (PEMBANJIRAN TOTAL)
PADA SISTIM PEMBANJIRAN TOTAL CO 2 DISEMBURKAN
MELALUI SUATU NOZZLE YANG TELAH DIBUAT SEDEMIKIAN RUPA
(DIDESAIN) DAN DITEMPATKAN UNTUK DIKEMBANGKAN DENGAN
KONSENTRASI YANG SAMA PADA SEMUA BAGIAN- BAGIAN
DARI RUANGAN TERTUTUP.

75
 2. LOCAL APPLICATION SYSTEM (PEMADAMAN
SETEMPAT)

PADA SISTIM PEMADAMAN SETEMPAT, CO 2 DENGAN

INSTALASI, PERPIPAAN DAN NOZZLE YANG TETAP DIMANA CO 2
DIARAHKAN LANGSUNG PADA OBJEK YANG TERBAKAR.

76
77
6. SISTIM PEMADAM TEPUNG KIMIA (DRY CHEMICAL SYSTEM)

I. LOKASI & PERENCANAAN INSTALASI :

DRY CHEMICAL TANK DAN GAS PENDO- RONG HARUS TERLEBIH
DAHULU DEKAT DENGAN DAERAH YANG DILINDUNGI, NAMUN
HARUS TERHINDAR DARI KEMUNGKINAN TERKENA SUMBER BAHAYA.

II. MACAM METODE PAMADAMAN :

1.PEMBANJIRAN TOTAL (TOTAL FLOODING SYSTEM) :
YAITU TEPUNG KIMIA KERING DISEMBUR- KAN MELALUI
SUATU NOZZLE YANG TELAH DIBUAT SEDEMIKIAN RUPA (DESIGN)
DAN DITEMPATKAN UNTUK DIKEMBANG- KAN DENGAN
KONSENTRASI YANG SAMA PADA SEMUA BAGIAN-BAGIAN DARI
RUANGAN TERTUTUP.
(SISTIM PEMBANJIRAN TOTAL DAPAT DIGUNAKAN
UNTUK MENDISTRIBUSIKAN TEPUNG KIMIA DISELURUH TEMPAT
TERTUTUP APABILA AREA YANG TIDAK DITUTUP
TIDAK MELEBIHI 15 % DARI SELURUH DAERAH TERSEBUT).

78
 2. PEMADAMAN SETEMPAT (LOKAL APPLICATION SYSTEM)

PADA SISTIM PEMADAMAN SETEMPAT TEPUNG KIMIA

KERING DISEMPROTKAN LANGSUNG KEPERMUKAAN YANG
TERBAKAR MELALUI NOZZLE-NOZZLE YANG DIBUAT UNTUK
SISTIM INI.
DESIGN PEMADAMAN SETEMPAT TERGANTUNG PADA
FAKTOR-FAKTOR :
1. KECEPATAN PENGGUNAANNYA
2. LAMANYA MENGALIR DARI MEDIA
PEMADAM (TEPUNG KIMIA)
3. JUMLAH MINIMUM DARI TEPUNG KIMIA
YANG DIPERLUKAN.
4. DESIGN SISTIM PIPA, UNIT
PENYIMPANAN DAN NOZZLE.

79
80
ALAT-ALAT PELINDUNG PERNAPASAN

BREATHING APPARATUS

81
 ALAT-ALAT PELINDUNG PERNAPASAN

BREATHING APPARATUS
I. PENGERTIAN TENTANG ALAT-ALAT PELINDUNG PERNAPASAN.
II. KEGUNAAN DARI ALAT-ALAT PELINDUNG PERNAPASAN.
III. JENIS-JENIS ALAT PELINDUNG PERNAPASAN
IV. TEKNIK MENGGUNAKANNYA.
V. PERLENGKAPANNYA.
VI. PERSYARATAN UNTUK DAPAT DIGUNAKAN.
VII. PERSYARATAN UNTUK ORANG YANG MENGGUNAKANNYA.

82
I. PENGERTIAN TENTANG ALAT-ALAT PELINDUNG PERNAPASAN.

ALAT BANTU UNTUK MELINDUNGI PERNAPASAN APABILA BEKERJA

DALAM ATMOSFIR YANG MENGGANGGU.

II. KEGUNAAN DARI ALAT-ALAT PELINDUNG PERNAPASAN

UNTUK DIPAKAI BEKERJA DALAM UDARA YANG :

- KURANG O2
- PANAS
- BERACUN
- BERASAP
- KOMBINASI DARI KEEMPAT KONDISI
DI ATAS.

83
III. JENIS-JENIS ALAT PELINDUNG PERNAPASAN.

MENURUT :
1. JENIS BAHAN : - COMPRESSED AIR
(UDARA YANG DIMAMPATKAN
- OXIGEN (GAS ASAM)

2. JENIS PERLENGKAPAN :
- SELF CONTAINED (BERDIKARI)
- NOT SELF CONTAINED (TIDAK BERDIKARI).

3. CARA KERJA :
- OPEN CIRCUIT (ALIRAN TERBUKA)
- CLOSE CIRCUIT (ALIRAN TERTUTUP).

84
IV. TEKNIK MENGGUNAKANNYA
A. MENENTUKAN ALAT PELINDUNG PERNAPASAN YANG
AKAN DIGUNA KAN SESUAI KANDUNGAN OKSIGEN DALAM
UDARA/ATMOSFIR.
1. KADAR O2 > 19,5 %
RESPIRATOR :
- KATRID (CATRIDGE)
- KANISTER (CANISTER)
2. KADAR O2 < 19,5 %
* APP CATU UDARA SEGAR ==> MAX 8 M.
* APP CATU UDARA BERTEKANAN
==> MAX. 36 M.
- BERSELANG => KIPAS
(MANUAL/MOTOR)
=> SILINDER
=> KOMPRESOR
85
- APPBS
B. SYARAT PENGGUNAAN RESPIRATOR

1. KANDUNGAN O2 > 19,5 %

2. PEMILIHAN RESPIRATOR DISESUAIKAN DENGAN ZAT

PENGOTOR YANG ADA.

3. KANDUNGAN ZAT PENGOTOR BAGI PENGGUNAAN KATRID,

MAX. 0,1 % KECUALI UNTUK AMONIAK 1,5 %, DAN BAGI
PENGGUNAAN KANISTER, MAX. 2 % KECUALI UNTUK AMONIAK 3
%.

4. LAMA PEMAKAIAN DIPERHATIKAN.

5. EXP. DATE TIDAK TERLAMPAUI.

86
C. PROSEDUR PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG PERNAPASAN

1. PEMERIKSAAN VISUAL :
- BOTOL
- PENGGENDONG
- TOPENG.

2. PERAKITAN

3. TEST TEKANAN TINGGI :

=> MENGETAHUI TEKANAN BOTOL (MAX. 5/6 x
TEK.KERJA)
=> MENGETAHUI KEBOCORAN PERANGKAT
(MAX. 12 PERMENIT)
=> MENGETAHUI BEKERJANYA ABA
(HARUS BEKERJA)

4. MENGENAKAN / MEMAKAI

5. TEST TEKANAN RENDAH :

MENGETAHUI KEKEDAPAN TOPENG. 87
V. PERLENGKAPAN ALAT
PELINDUNG PERNAPASAN

88
 VI. PERSYARATAN UNTUK DIGUNAKAN

1. ALAT DALAM KONDISI LENGKAP

2. ALAT DALAM KONDISI SIAP PAKAI

3. ALAT TIDAK MEMBAHAYAKAN SI PEMAKAI

89
 YANG MEMPENGARUHI LAMANYA WAKTU KERJA

1. KONDISI FISIK PEMAKAI :

- BERAT BADAN
- TINGGI BADAN
- UMUR, DSB.
2. TINGKAT AKTIVITAS KERJA :
- RINGAN
- SEDANG
- BERAT
3. EMOSI PEMAKAI :
- GUGUP
- TAKUT
4. KONDISI ALAT : BOCOR
5. TEKANAN BOTOL
6. PENGALAMAN :
90
- CARA BERNAPAS YANG BENAR
 LIMITATIONS OF AIR SUPPLY

MILD LABOR :
APPROXIMATELY 30 MINUTES

DURATION OF AIR
SUPPLY IS AFFECTED BY :
- PHYSICAL CONDITION OF
USER
- DEGREE OF PHYSICAL
EXERTION
- EMOTIONAL STABILITY OF
USER
- CONDITION OF APPARATUS
- CYLINDER PRESSURE
BEFORE USE
- TRAINING & EXPERIENCE

HARDER LABOR :
APPROXIMATELY 20 MINUTES

91
VII. PERSYARATAN UNTUK ORANG YANG
MENGGUNAKANNYA :
1. FISIK
- DALAM KONDISI YANG LAYAK
- KETANGKASAN
- BENTUK / PARAS MUKA
2. KESEHATAN
- BEBAS DARI GANGGUAN
- PENYAKIT SYARAF
- PENYAKIT OTOT / SENDI
- PENYAKIT JANTUNG
- PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN.
3. MENTAL
- CUKUP TERLATIH DALAM PENGGUNAAN PERLENGKAPAN
- PERCAYA DIRI DAN PERCAYA KEPADA PERLENGKAPAN
- KEMAMPUAN UNTUK MENGENAL AKAN LINGKUNGAN KERJA.
- KESTABILAN EMOSI.
- TIDAK MEMPUNYAI BERMACAM-MACAM RASA TAKUT (PHOLRA).
- TIDAK MEMPUNYAI RASA TAKUT LAINNYA.
92
 REQUIREMENTS OF THE WEARER

PHYSICAL MEDICAL MENTAL

- PROPER CONDITIONING (FREEDOM FROM DISORDERS) - ADEQUATE TRAINING

- AGILITY IN EQUIPMENT USE
- FACIAL FEATURES - NEUROLOGICAL - CONFIDENCE IN SELF
- MUSCULAR / SKELETAL AND EQUIPMENT
- CARDIOVASCULAR - ABILITY TO COPE WITH
- RESPIRATORY WORK ENVIRONMENT
- EMOTIONAL STABILITY
- NO CLAUSTROPHOBIA
- NO OTHER PHOBIAS

93
CATATAN :
1. VOLUME : ISI BOTOL, BILA DIISI AIR ADA DILEHER
BOTOL
2. TEKANAN : TEKANAN UDARA DI DALAM BOTOL DAN
MANOMETER
3. KAPASITAS: VOL x TEK = L
4. PEMAKAIAN : 40 L / M
5. SAFETY MARGIN : 10 MENIT
6. LAMA KERJA : VOL x TEK - 10 = MENIT
40
7. TEKANAN :
A. TEKANAN PADA SAAT TEST SILINDER (CYLINDER TEST PRESSURE)
- TEST 5 TAHUN 1 KALI, BERSERTIFIKAT.
B. TEKANAN MAKSIMUM YANG DIISIKAN KESILINDER
(MAXIMUM CHARGING PRESSURE)
- MCP = 3/4 x CTP
C. TEKANAN MINIMUM UNTUK OPERASIONAL
(MINIMUM OPERATIONAL PRESSURE)
- MOP = 5/6 x MCP
8. 1 ATM (BARS) = 14,76 PSI
94
 LIMITATIONS OF SCABAS

PROTECTION DURATION OF
CUMBERSOME
AIR SUPPLY

VISIBILITY COMMUNICATION WEIGHT

95