Anda di halaman 1dari 44

MARKAS BESAR

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MILIK DINAS

BAHAN AJAR (HANJAR)

BASIC SAFETY TRAINING


( PEMADAMAN KEBAKARAN)

untuk

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR

untuk

PELATIHAN SISWA DIKTUKBA POLRI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2021
IDENTITAS BUKU

BASIC SAFETY TRAINING ( PEMADAMAN KEBAKARAN)

Penyusun :

Tim Pokja Lemdiklat Polri T.A. 2021

Editor :

1. Kombes Pol Drs. Agus Salim


2. AKBP Henny Wuryandari, S.H.
3. AKP Andika Adi Pradana, S.IK., MM.
4. Penata Yusdan Ibnuza Mahany, S.Pd
5. Ipda Nano Sumarno, S.H

Hanjar Pendidikan Polri


Tamtama Polair

Diterbitkan oleh:

Bagian Kurikulum Bahan Ajar Pendidikan Pembentukan


Biro Kurikulum
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri
Tahun 2021

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi Bahan Ajar (Hanjar) Pendidikan
Polri ini, tanpa izin tertulis dari Kalemdiklat Polri.
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................. i

Sambutan Kalemdiklat Polri .............................................................................. ii

Keputusan Kalemdiklat Polri .............................................................................. iv

Identitas Buku .................................................................................................... vi

Daftar Isi ............................................................................................................ vii

Pendahuluan ..................................................................................................... 1

Standar Kompetensi .......................................................................................... 2

HANJAR 01 KEBAKARAN DI KAPAL

Pengantar ........................................................................... 3

Kompetensi Dasar ............................................................ 3

Materi Pelajaran ................................................................ 4

Metode Pembelajaran ....................................................... 4

Alat/Media Bahan, dan Sumber Belajar ............................ 5

Kegiatan Pembelajaran ..................................................... 6

Tagihan/Tugas ................................................................... 7

Lembar Kegiatan ............................................................... 7

Bahan Bacaan .................................................................... 8

1. Kebakaran ................................................................................................
8

2. Kebakaran di Kapal ................................................................


12

3. Deteksi Terjadinya Kebakaran di Kapal ................................13

4. Pencegahan Kebakaran di Kapal .............................................................


15

Rangkuman ........................................................................ 18

Latihan ............................................................................... 20

BST (PEMADAMAN KEBAKARAN) vii


TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

HANJAR 02 PEMADAMAN KEBAKARAN DI KAPAL

Pengantar ........................................................................... 21

Kompetensi Dasar ............................................................ 21

Materi Pelajaran ................................................................ 22

Metode Pembelajaran ....................................................... 22

Alat/Media Bahan, dan Sumber Belajar ............................ 23

Kegiatan Pembelajaran ..................................................... 24

Tagihan/Tugas ................................................................... 25

Lembar Kegiatan ............................................................... 25

Bahan Bacaan .................................................................... 26

1. Peralatan Pemadam Kebakaran Tetap dan Tidak


Tetap ............................................................................ 26

2. Penggunaan Alat-alat Pemadam Kebakaran ............... 34

3. Metode Pemadam Kebakaran ..................................... 36

Rangkuman ........................................................................ 39

Latihan ............................................................................... 40

BST (PEMADAMAN KEBAKARAN) viii


TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PEMADAMAN KEBAKARAN
HANJAR

14 JP (630 menit)

Pendahuluan

Salah satu penyebab terjadinya kecelakaan di atas kapal adalah


kebakaran, atau dengan kata lain dikarenakan api. Sesuatu yang besar
diawali dari yang kecil, begitu juga seperti api, yang pada awalnya
ditimbulkan dari sepercik api kecil namun cepat sekali menyebar dengan
adanya media yang mendukung timbulnya kebakaran besar. Hal tersebut
sangat merugikan apabila tidak segera di tanggulangi. Oleh karena itu
setiap pelaut diharuskan memiliki sertifikat AFF ( Advance Fire Fighting )
agar tau cara dan prosedur memadamkan kebakaran di atas kapal serta
mengetahui jenis jenis alat pemadam kebakaran.
Alat pemadam api di kapal sangat bermacam dengan cara penggunaan
yng berbeda beda. Hal tersebut karena di kapal banyak ruangan yang
harus diproteksi, seperti ruangan mesin, ruang kontrol kapal sampai
dapur atau restaurant dalam kapal. Oleh karena itu setiap awak kapal
dituntut mampu mengoperasikan berbagai alat pemadaman kebakan di
saat musibah kebakaran kapal terjadi.
Guna menanggulangi terjadinya kebakaran kapal dalam pelaksanaan
tugas, setiap anggota pelaksanan tugas kepolisian perairan, perlu
memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan pemadaman api di
kapal, sehingga memiliki kesiapan apabila musibah kebakaran yang
tidak diharapkan terjadi. Oleh karena itu seorang tamtama Polair harus
tau cara memadamkan kebakaran di atas kapal agar selalu siap apabila
terjadi sewaktu waktu.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut di atas, disediakan bahan ajar
pemadam kebakaran sebagai rujukan bagi pendidik dan peserta
pendidikan Pelatihan Pembentukan Tamtama Polisi Perairan.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 1


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Standar Kompetensi

Melakukan pemadaman kebakaran di kapal

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 2


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

KEBAKARAN DI KAPAL
HANJAR
01
2 JP (90 menit)

Pengantar

4 Dalam Hanjar ini, materi yang akan diberikan yaitu kebakaran, kebakaran
di kapal, pencegahan kebakaran di kapal dan deteksi terjadinya kebakaran
di kapal.
Tujuan diberikannya Hanjar ini yaitu agar peserta didik memahami hakikat
kebakaran di kapal.

(
)

Kompetensi Dasar (

Memahami kebakaran di kapal.


Indikator hasil belajar:
1. Menjelaskan api dan timbulnya kebakaran.
2. Menjelaskan kebakaran di kapal.
3. Menjelaskan deteksi terjadinya kebakaran di kapal.
4. Menjelaskan pencegahan kebakaran di kapal.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 3


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Materi pelajaran

Pokok Bahasan :
Kebakaran di kapal.
Subpokok Bahasan :
1. Api dan timbulnya kebakaran.
2. Kebakaran di kapal.
3. Deteksi terjadinya kebakaran di kapal.
4. Pencegahan kebakaran di kapal.

metode pembelajaran

1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi kebakaran di kapal.
2. Metode Tanya Jawab
Metode ini digunakan untuk mengukur pemahaman peserta didik
terkait materi yang telah disampaikan.
3. Metode Brainstroming (curah pendapat)
Metode ini digunakan pendidik untuk mengeksplor pendapat peserta
didik tentang materi yang disampaikan.
4. Metode Penugasan
Metode ini digunakan untuk memberikan penugasan tentang materi
yang telah disampaikan.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 4


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Alat/media, Bahan dan sumber belajar

1. Alat/media:
a. White board.
b. Laptop.
c. Papan flipchart.
d. LCD/Layar Proyektor.
e. Laser pointer.
f. APAR.
2. Bahan
a. Kertas flipchart.
b. Kertas A4.
c. Alat tulis.
3. Sumber belajar
a. Bambang Setiono Adi dan Indra Kusna Djaja, Nautika Kapal
Penangkap Ikan, Jakarta, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, 2008.
b. Modul Basic Safety Training, Jakarta, Sekolah Tinggi Ilmu
Pelayaran, 2000.
c. Modul Basic Safety Training Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang.
d. Modul Basic Safety Training BP2IP Jakarta.
e. Safety Of Life At Sea (SOLAS 1974).

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 5


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 menit.


Pendidik melaksanakan apersepsi:
a. Pendidik menugaskan peserta didik melakukan refleksi materi
sebelumnya.
b. Pendidik mengaitkan materi yang sudah disampaikan dengan
materi yang akan disampaikan.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada hanjar ini.

2. Tahap inti : 70 menit.


a. Pendidik menjelaskan materi tentang
1) Api dan timbulnya kebakaran.
2) Kebakaran di kapal .
3) Deteksi terjadinya kebakaran di kapal.
4) Pencegahan kebakaran di kapal.
b. Peserta didik memperhatikan, mencatat hal-hal penting,
bertanya jika ada materi yang belum dimengerti/dipahami.
c. Pendidik memberikan kesempatan peserta didik untuk
melaksanakan curah pendapat tentang materi yang
disampaikan.
d. Peserta didik melaksanakan curah pendapat tentang materi
yang disampaikan oleh pendidik.
e. Pendidik memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya
kepada pendidik tentang materi yang belum dimengerti.
f. Peserta didik mengajukan pertanyaan tentang materi yang
belum dimengerti.
g. Pendidik menyimpulkan materi yang telah disampaikan.

3. Tahap Akhir: 10 menit.


a. Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi
pembelajaran secara umum.
b. Pendidik mengecek penguasaan materi dengan bertanya secara
lisan dan acak kepada peserta didik.
c. Pendidik merumuskan learning point/relevansi yang dikaitkan

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 6


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dengan pelaksanaan tugas dilapangan.


d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk meresume materi
yang telah disampaikan.

Tagihan Tugas

Peserta didik secara individu mengumpulkan hasil penugasan pembuatan


resume berupa tulisan tangan, satu hari setelah dilaksanakan
pembelajaran.

Lembar Kegiatan plate 14)

Pendidik menugaskan peserta didik membuat resume materi yang telah


diberikan.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 7


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

HAKIKAT
PEMADAMAN KEBAKARAN

1. Kebakaran.
a. Api dan Kebakaran
Api atau kebakaran dapat didefinisikan sebagai “suatu reaksi
antara benda yang dapat terbakar dengan oksigen dimana
cahaya dan panas dipancarkan”. Dengan kata lain api atau
kebakaran merupakan suatu proses oksidasi yang sangat cepat.
Terbentuknya api memerlukan tiga unsur, yaitu bahan yang
dapat terbakar (fuel/combustible), panas (heat), dan udara
(oksigen). Hal ini dapat diperlihatkan dengan gambaran segitiga
api di bawah ini:

Gambar segitiga api

b. Timbulnya Api dan Kebakaran


1) Benda alam yang dapat terbakar
Umumnya semua benda di alam ini dapat terbakar, dan
diantara bahan-bahan tersebut ada yang mudah terbakar
yang dibedakan dengan titik nyala. Titik nyala adalah suatu
BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 8
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

temperatur terendah dari suatu bahan untuk dapat diubah


bentuknya menjadi uap, dan akan menyala bila tersentuh
api atau menyala sekejap. Semakin rendah titik nyala suatu
bahan, maka bahan tersebut akan makin mudah terbakar.
Bahan yang titik nyalanya rendah dan digolongkan sebagai
bahan yang mudah terbakar, contohnya:
a) Benda padat : kayu, kertas, karet, plastik, tekstil dsb.
b) Benda Cair : bensin, spiritus, solar dsb.
c) Benda gas : aselin, butan, LPG dsb.

2) Sumber panas yang dapat menimbulkan kebakaran


Panas adalah salah satu penyebab timbulnya kebakaran,
dan dengan adanya panas maka suatu bahan akan
mengalami perubahan temperatur, sehingga akhirnya
mencapai titik nyala. Bahan yang telah mencapai titik nyala
menjadi mudah sekali terbakar. Sumber panas yang dapat
menimbulkan api:
a) Api terbuka (open flame).
b) Sinar matahari.
c) Panas yang berasal dari energi mekanik .
d) Listrik (electrical).
e) Panas yang berasal dari proses kimia (chemical
reaction).
f) Kompresi udara.

c. Penyebab terjadinya kebakaran


Berdasarkan pengamatan, pengalaman, penyelidikkan dan
analisa dari setlap peristiwa kebakaran, dapat diambil kesimpulan
bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya adalah karena unsur:
manusia, penyalaan sendiri, peristiwa alam dan disengaja.
1) Faktor manusia
a) Kurang pengertian terhadap penanggulangan bahaya
kebakaran.
Dalam hal ini orang yang bersangkutan sama sekali
mengerti atau hanya sedikit mengetahui tentang cara-
cara penanggulangan bahaya kebakaran, misal:

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 9


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(1) Mendekatkan benda yang mudah terbakar ke


sumber panas api, seperti:
(a) Meletakkan kompor yang sedang menyala
didekat dinding yang mudah terbakar (bilik,
papan dan lain-lain).
(b) Meletakkan lap-lap/majun yang
mengandung bahan bakar di atas mesin
(generator).
(c) Menempatkan lampu obat nyamuk,
pedupaan dlI yang sedang menyala
ditempat yang mudah terbakar.
(d) Menyimpan bahan bakar didekat sumber
panas/api.
(2) Memadamkan api (kebakaran) yang sedang
terjadi dengan menggunakan peralatan
pemadam/media pemadam yang bukan pada
fungsi seperti:
(a) Memadamkan api (kebakaran) yang berasal
dari kebakaran benda cair (bensin, solar,
minyak tanah dan lain-lain).
(b) Memadamkan kebakaran karbit dengan air
atau alat pemadam jenis busa.
b) Kelalaian
Dalam hal ini yang bersangkutan termasuk keadaan
orang-orang yang sudah memahami/mengerti tentang
cara penanggulangan bahaya kebakaran hanya saja ia
malas/lalai untuk menjalaninya misal:
(1) Tidak pernah memperhatikan/meneliti atau
mengadakan kontrol/periksa secara
rutin/continue terhadap alat yang akan dan
sedang dipakai (kompor, generator, instalasi
listrik, alat-alat listrik dan lain-lain).
(2) Tidak pernah mengadakan pengamatan terhadap
lingkungan atau situasi setempat sewaktu akan
meninggalkan ruangan Kerja atau tempat tinggal.
(3) Membiarkan anak-anak bermain api.
(4) Tidak pemah mengadakan pengontrolan
BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 10
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

terhadap peralatan. pemadam kebakaran.


(5) Merokok sambil bermalas-malasan di tempat
tidur.
(6) Tidak pemah mau mematuhi larangan-larangan
yang terdapat pada suatu tempat sepi Dilarang
merokok dan lain-lain.
(7) Kurang pengertian pencegahan bahaya
kebakaran.
(8) Kurang berhati-hati dalam menggunakan alat
atau bahan yang dapat menimbulkan api.
(9) Kurang kesadaran pribadi atau tidak disiplin
(a) Merokok sambil tiduran.
(b) Mengisi minyak pada kompor yang menyala
besar.
(c) Meletakkan minyak atau bahan-bahan yang
mudah terbakar pada senibarang tempat.
(d) Mengganti kawat sekering dengan kawat
sembarangan.
(e) MengeIas logam dengan baban-bahan yang
mudah terbakar.
2) Peristiwa alam P
a) Sinar matahari → cuaca panas yang lama dapat
mengakibatkan kebakaran pada gudang yang mudah
terbakar. Misal gudang mesin, bahan petasan, balian
kimia.
b) Letusan Gunung berapi → kebakaran hutan atau
tempat-tempat yang dilalui Lava panas.
c) Gempa bumi merobohkan rumah/bangunan, akibatnya
dapat terjadi korsleting listrik sehingga terjadi
kebakaran.
d) Petir/Halilintar sering menyebabkan kebakaran hutan,
kebakaran rumah atau gudang-gudang yang tidak
dilengkapi dengan penangkal petir.
e) Angin topan menyebabkan korsleting pada kabel-kabel
tegangan tinggi sehingga menimbulkan kebakaran.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 11


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3) Penyalaan sendiri P
Sering terjadi pada gudang bahan kimia, tempat
penyimpanan kopra dimana udara kering dan panas
menyebabkan terbakarnya kopra sehingga terjadi
kebakaran pada timbunan sampah.
a) Reaksi kimia merupakan reaksi eksotermis atau
endotermis yaitu dengan kata lain reaksi tersebut baik
menghasilkan panas atau memerlukan panas untuk
dapat terjadi reaksi. Proses oksidasi merupakan reaksi
eksotermis.
Apabila proses ini berlangsung dan panas yang
ditimbulkan tidak dapat disalurkan maka panas
tersebut akan diakumulasikan seperti mencapai suhu
titik nyala, sehingga dapat keadaan ini dapat dilihat
pada tumpukan sampah yang mengandung minyak.
Minyak mengandung carbon yang mudah teroksidasi,
sedangkan sampah tersebut
manghalangi/menghambat panas untuk dapat
dilepaskan.
b) Reaksi biologi seperti pembusukan dapat juga
mengakibatkan api, karenaa reaksi tersebut
merupakan reaksi eksotermis, api dapat terjadi tanpa
diberikan nyala api kepadanya.
4) Disengaja D
a) Sabotase untuk untuk ditimbulkan huru hara,
kebanyakan karena alasan politik.
b) Ganti rugi/asuransi → kebanyakan mencari
keuntungan.
c) Mengbilangkan jejak kejahatan dengan cara
membakar dokumen atau barang bukti.
d) Tujuan taktis dalam pertempuran, misal dengan jalan
bumi hangus.
2. Kebakaran di Kapal .
a. Penyebab kebakaran di kapal :
1) Terbakarnya muatan kapal minyak, bahan kimia,
bahan peledak, kopra dan lain-lain.
2) Tubrukan → timbul, energi yang besar yang berobah

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 12


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menjadl panas.
3) Kelalaian ABK/crew → dari lapisan-lapisan kapai sendiri
seperti kain, kapas, kayu dan lain-lain.
4) Terbakarnya dari bahan bakar kapal tersebut, karena tidak
memerlukan yang ditentukan.
5) Listrik → Korsleting atau beban listrik terlalu tinggi, panas.
6) Disengaja → Klaim asuransi.
b. Klasifikasi kebakaran di Kapal
Klasifikasi kebakaran yang sering digunakan sebagai dasar
dalam pemadam api adalah klasifikasi menurut NFPA (National
Fire Protection Association) sebagai berikut:

Kelas A Api berasal dari kebakaran benda padat kecuali


logam yang bila terbakar meninggalkan arang dan
abu.

Kelas B Api berasal dari kebakaran bahan cair/gas.

Kelas C Api berasal dari kebakaran akibat listrik.

Kelas D Api berasal dari kebakaran benda logam.

3. Deteksi Terjadinya Kebakaran Di Kapal.


Selain langkah-langkah di atas adapun sistem deteksi untuk
pencegahan terjadinya kebakaran. Alat pendeteksi kebakaran otomatis
yang sering digunakan di atas kapal ada 3 jenis yaitu:
a. Smoke detector (pendeteksi asap)
Berisi muatan radio aktif yang diberi muatan listrik sehingga
memiliki nilai ion tertentu Bila terjadi pengaruh terhadap ion oleh
asap maka electronic contact akan aktif dan menyalakan alarm

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 13


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar smoke detector

b. Heat detector (pendeteksi panas)


Dilengkapi dengan sensor bimetal yang bila terkena panas
tertentu maka sensor bimetal akan memuai dan mengaktifkan
alarm.

Gambar heat detector

c. Flame detector (pendeteksi nyala api)


Disiapkan untuk melindungi benda-benda yang bila terbakar akan
menimbulkan cahaya putih kebiruan (Ultra Violet Flame detector)
atau cahaya kemerahan (Infra red Flame detector) Cara
penginderaan adalah dengan menangkap efek cahaya oleh
kamera deteksi yang akan mengaktifkan rangkaian electronic
contactor.
Cara penginderaan adalah dengan menangkap efek cahaya oleh
kamera deteksi yang akan mengaktifkan rangkaian electronic
contactor.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 14


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar flame detector

4. Pencegahan Kebakaran di Kapal.


a. Tindakan di kamar mesin
1) Kamar mesin harus selalu dijaga kebersihannya. Minyak-
minyak yang menetes di bawah peralatan segera
dibersihkan dan dikeringkan. Lap-lap kotor bercampur
minyak jangan diletakkan sembarangan. Sebaiknya simpan
di kotak besi yang tertutup rapat. Got-got harus sering di
kuras.
2) Lakukan perawatan mesin/listrik dengan sebaik-baiknya.
Jangan melakukan perbaikan atau perubahan-perubahan
alat yang mengandung resiko. Alat yang sudah melampaui
batas pemakaian sebaiknya cepat-cepat diganti.
3) Alat-alat pemadam api untuk mesin/listrik harus tersedia
dengan cukup. Sebelum berangkat berlayar sebaiknya
memeriksa semua peralatan dan sistem pemadaman di
kamar mesin, yakinkan bahwa semua dalam kondisi yang
baik dan siap digunakan.
4) Bila melakukan percobaan (setelah selesai perbaikan) alat-
alat pemadam api dan petugasnya harus disediakan.
5) Larangan "DILARANG MEROKOK" harus benar-benar
ditaati.
6) Setiap pekerja di kamar mesin harus mengenal semua
peralatan mesin/listrik yang ada di ruangan, dan
mengetahui dengan tepat bahaya-bahaya apa yang dapat
ditimbulkan oleh peralatan tersebut.
7) Setiap pekerja di kamar mesin harus mengetahui sistem
pemadaman api yang digunakan, macam alat yang

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 15


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

digunakan, lokasinya dan cara bekerjanya. Dan harus


mempergunakan alat-alat tersebut sewaktu-waktu
diperlukan. Pekerja yang masih dalam taraf latihan
sebaiknya harus selalu didampingi pekerja yang sudah
berpengalaman.
8) Pekerja yang bertugas jaga harus melaksanakan
kewajibannya dengan baik. Lakukan pengontrolan dan
pengecekan bekerjanya peralatan sesering mungkin.
Perhatikan sekeliling apakah timbul asap atau mungkin
tercium bau kabel yang terbakar, dan sebagainya.
9) Bila terpaksa melakukan perbaikan, sedangkan beberapa
peralatan lain masih bekerja, perhatikan tindakan-tindakan
keamanan yang diperlukan.
10) Usahakan agar aliran udara/ventilasi kamar mesin bekerja
dengan baik.
11) Bila ada kelainan-kelainan yang membahayakan, jangan
ragu-ragu untuk menyetop mesin, tetapi bila masih
memungkinkan, agar laporkan dulu keanjungan dan kepala
kamar mesin.
12) Kabel-kabel listrik harus selalu dicek kondisinya, jangan
sampai terjadi korseleting.
13) Jangan biasakan menempatkan kain-kain lap di atas
peralatan.
14) Jangan menyimpan benda atau bahan-bahan yang mudah
terbakar di kamar mesin, kecuali minyak-minyak pelumas.
15) Pada kamar-kamar mesin modern yang memakai sistem
remote control, jangan hanya melakukan pemeriksaan di
ruangan kontrol saja. Selama mesin bekerja harus ada
pekerja yang langsung memeriksa kamar mesin.
b. Ruang akomodasi
1) Merokok di dalam ruangan harus hati-hati. Jangan merokok
sambil tiduran, dan buang puntung rokok yang sudah
dipadamkan pada tempat yang disediakan. Jangan
sembarangan membuang puntung rokok yang masih berapi
keluar jendela.
2) Penghuni ruangan harus mengenal alat-alat pemadam di
kamar dan sekitarnya, serta mampu mempergunakan alat-
alat tersebut pada saat diperlukan.
3) Kebersihan ruangan harus dijaga. Jangan menempatkan
barang-barang (menggantungkan baju/celana) dekat kabel-
kabel listrik.
4) Bila menggunakan alat-alat listrik (seterika, kipas angin dan

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 16


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sebagainya) harus hati-hati. Jangan lalai mencabut stop


kontaknya bila telah selesai.
5) Setiap akan tidur atau akan pergi keluar rungan, yakinkan
bahwa semuanya telah aman, tidak ada hal-hal yang dapat
menimbulkan api (korseleting).
c. Ruangan Masak/Dapur
1) Alat-alat pemadam api portable harus selalu disiapkan di
dapur, dan dijaga baik kondisinya.
2) Pekerja di dapur juga harus mampu menggunakan alat
tersebut pada saat diperlukan.
3) Semua peralatan masak harus selalu dijaga kondisisnya.
Khusus peralatan masak yang modern, pekerja harus
sudah menguasai prosedur penggunaannya dan
tindakantindakan keamanan yang diperlukan harus
dilaksanakan.
4) Penggunaan minyak harus hati-hati. Perhatikan temperatur
minyak dan hindari hal-hal yang berbahaya.
5) Larangan jangan merokok harus ditaati, jangan bekerja di
dapur sambil merokok.
6) Setelah selesai memasak dan ketika meninggalkan ruangan
(gallery/pantry), yakinkan bahwa semua peralatan sudah
aman.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 17


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman

1. Terbentuknya api memerlukan tiga unsur, yaitu bahan yang dapat


terbakar (fuel/combustible), panas (heat), dan udara (oksigen).
2. Umumnya semua benda di alam ini dapat terbakar, dan diantara
bahan-bahan tersebut ada yang mudah terbakar yang dibedakan
dengan titik nyala.
3. Titik nyala adalah suatu temperatur terendah dari suatu bahan untuk
dapat diubah bentuknya menjadi uap, dan akan menyala bila
tersentuh api atau menyala sekejap. Semakin rendah titik nyala suatu
bahan, maka bahan tersebut akan makin mudah terbakar.
4. Panas adalah salah satu penyebab timbulnya kebakaran, dan dengan
adanya panas maka suatu bahan akan mengalami perubahan
temperatur, sehingga akhirnya mencapai titik nyala.
5. Berdasarkan pengamatan, pengalaman, penyelidikkan dan analisa
dari setlap peristiwa kebakaran, dapat diambil kesimpulan bahwa
faktor-faktor penyebab terjadinya adalah karena unsur: manusia,
penyalaan sendiri, peristiwa alam dan disengaja.
6. Reaksi kimia merupakan reaksi eksotermis atau endotermis yaitu
dengan kata lain reaksi tersebut baik menghasilkan panas atau
memerlukan panas untuk dapat terjadi reaksi. Proses oksidasi
merupakan reaksi eksotermis.
7. Apabila proses ini berlangsung dan panas yang ditimbulkan tidak
dapat disalurkan maka panas tersebut akan diakumulasikan seperti
mencapai suhu titik nyala, sehingga dapat keadaan ini dapat dilihat
pada tumpukan sampah yang mengandung minyak. Minyak
mengandung carbon yang mudah teroksidasi, sedangkan sampah
tersebut manghalangi/menghambat panas untuk dapat dilepaskan.
8. Reaksi biologi seperti pembusukan dapat juga mengakibatkan api,
karenaa reaksi tersebut merupakan reaksi eksotermis, api dapat
terjadi tanpa diberikan nyala api kepadanya.
9. Smoke detector (pendeteksi asap)
Berisi muatan radio aktif yang diberi muatan listrik sehingga memiliki
nilai ion tertentu Bila terjadi pengaruh terhadap ion oleh asap maka
electronic contact akan aktif dan menyalakan alarm.
10. Heat detector (pendeteksi panas)
Dilengkapi dengan sensor bimetal yang bila terkena panas tertentu
maka sensor bimetal akan memuai dan mengaktifkan alarm.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 18


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

11. Kamar mesin harus selalu dijaga kebersihannya. Minyak-minyak yang


menetes di bawah peralatan segera dibersihkan dan dikeringkan. Lap-
lap kotor bercampur minyak jangan diletakkan sembarangan.
Sebaiknya simpan di kotak besi yang tertutup rapat. Got-got harus
sering di kuras.
12. Alat-alat pemadam api untuk mesin/listrik harus tersedia dengan
cukup. Sebelum berangkat berlayar sebaiknya memeriksa semua
peralatan dan sistem pemadaman di kamar mesin, yakinkan bahwa
semua dalam kondisi yang baik dan siap digunakan.
13. Setiap pekerja di kamar mesin harus mengetahui sistem pemadaman
api yang digunakan, macam alat yang digunakan, lokasinya dan cara
bekerjanya. Dan harus mempergunakan alat-alat tersebut sewaktu-
waktu diperlukan. Pekerja yang masih dalam taraf latihan sebaiknya
harus selalu didampingi pekerja yang sudah berpengalaman.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 19


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Latihan
1. Jelaskan kebakaran !
2. Jelaskan kebakaran di kapal !
3. Jelaskan pencegahan kebakaran di kapal !
4. Jelaskan deteksi terjadinya kebakaran di kapal !

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 20


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PEMADAMAN KEBAKARAN
HANJAR DI KAPAL
02
12 JP (540 menit)

Pengantar

Hanjar ini membahas peralatan pemadam kebakaran tetap dan tidak


tetap, penggunaan alat-alat pemadam kebakaran serta metode/cara
pemadaman kebakaran.
Tujuan diberikan materi ini agar peserta pendidikan memahami
pemadaman kebakaran serta terampil melakukan pemadaman kebakaran
di kapal.

(
)

Kompetensi Dasar (Copper plate 14)

1. Memahami pemadaman kebakaran di Kapal.


Indikator hasil belajar:
a. Menjelaskan peralatan pemadam kebakaran tetap dan tidak
tetap.
b. menjelaskan penggunaan alat-alat pemadam kebakaran.
c. Menjelaskan metode/cara pemadaman kebakaran.

2. Terampil melakukan pemadaman kebakaran di kapal.


a. Mempraktikkan pencarian lokasi kebakaran di kapal.
b. Mempraktikkan penginformasian kejadian kebakaran di kapal.
c. Mempraktikkan pembatasan area kebakaran di kapal.
d. Mempraktikkan pemadaman kebakaran di kapal dengan dry
chemical.
e. Mempraktikkan pemadaman kebakaran di kapal dengan air
bertekanan.
f. Mempraktikkan pemadaman kebakaran di kapal dengan busa

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 21


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(foam) .
g. Mempraktikkan pemadaman kebakaran di kapal dengan gas
CO2.

Materi pelajaran

Pokok Bahasan :
Pemadaman kebakaran di Kapal.
Subpokok Bahasan:
a. Peralatan pemadam kebakaran tetap dan tidak tetap.
b. Penggunaan alat-alat pemadam kebakaran.
c. Metode/cara pemadaman kebakaran.

metode pembelajaran

1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi cara Pemadaman
kebakaran di Kapal.
2. Metode Tanya Jawab
Metode ini digunakan untuk mengukur pemahaman peserta didik
terkait materi yang telah disampaikan.
3. Metode Brainstroming (curah pendapat)
Metode ini digunakan pendidik untuk mengeksplor pendapat peserta
didik materi yang disampaikan.
4. Metode Praktik
Metode ini digunakan untuk mempraktikkan pemadaman kebakaran di
kapal.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 22


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Alat/media, Bahan dan sumber belajar

1. Alat/media :
a. White board.
b. Laptop.
c. Papan flipchart.
d. LCD/Layar Proyektor.
e. laser point.
f. APAR.
2. Bahan
a. Kertas flipchart.
b. Kertas A4.
c. Alat tulis.
3. Sumber belajar
a. Bambang Setiono Adi dan Indra Kusna Djaja, Nautika Kapal
Penangkap Ikan, Jakarta, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, 2008.
b. Modul Basic Safety Training, Jakarta, Sekolah Tinggi Ilmu
Pelayaran, 2000.
c. Modul Basic Safety Training Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang.
d. Modul Basic Safety Training BP2IP Jakarta.
e. Safety Of Life At Sea (SOLAS 1974).

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 23


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

KEGIATAN Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 menit.


Pendidik melaksanakan apersepsi:
a. Pendidik menugaskan peserta didik melakukan refleksi materi
sebelumnya.
b. Pendidik mengaitkan materi yang sudah disampaikan dengan
materi yang akan disampaikan.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada hanjar ini.
2. Tahap inti : 520 menit.
Tahap inti I : Penyampaian materi pemadaman kebakaran di
kapal : 90 menit
a. Peserta didik memperhatikan, mencatat hal-hal penting,
bertanya jika ada materi yang belum dimengerti/dipahami.
b. Pendidik memberikan kesempatan peserta didik untuk
melaksanakan curah pendapat materi yang disampaikan.
c. Peserta didik melaksanakan curah pendapat materi yang
disampaikan oleh pendidik.
d. Pendidik memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya
kepada pendidik materi yang belum dimengerti.
e. Peserta didik mengajukan pertanyaan materi yang belum
dimengerti.
Tahap inti II : praktik cara pemadaman kebakaran : 320 menit
a. Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
untuk melaksanakan praktik.
b. Pendidik memberikan contoh cara pemadaman kebakaran.
c. Pendidik memerintahkan peserta didik untuk mempraktikkan
materi cara pemadaman kebakaran.
d. Peserta didik mempraktikkan materi dengan penjabaran, yaitu :
1) Pencarian lokasi kebakaran di kapal.
2) Penginformasian kejadian kebakaran di kapal.
3) Pembatasan area kebakaran di kapal.
4) Memadamkan kebakaran di kapal dengan dry chemical.
5) Memadamkan kebakaran di kapal dengan air bertekanan.
6) Memadamkan kebakaran di kapal dengan busa (foam) .

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 24


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a. Memadamkan kebakaran di kapal dengan gas CO2.


e. Pendidik bertindak sebagai fasilitator dalam jalannya praktik.
f. Pendidik menyimpulkan materi yang telah disampaikan.

3. Tahap Akhir: 10 menit.


a. Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi
pembelajaran secara umum.
b. Pendidik mengecek penguasaan materi dengan bertanya secara
lisan dan acak kepada peserta didik.
c. Pendidik merumuskan learning point/relevansi yang dikaitkan
dengan pelaksanaan tugas dilapangan.
d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk meresume materi
yang telah disampaikan.
4. Tes Sumatif : 90 Menit

Tagihan Tugas

Peserta didik secara individu mengumpulkan hasil penugasan pembuatan


resume berupa tulisan tangan, satu hari setelah dilaksanakan
pembelajaran.

Lembar Kegiatan plate 14)

1. Pendidik menugaskan peserta didik meresume materi yang telah


diberikan.
2. Pendidik menugaskan peserta didik untuk mempraktikkan materi
pemadaman kebakaran secara berkelompok.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 25


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

PEMADAMAN KEBAKARAN
DI KAPAL

1. Peralatan Pemadam Kebakaran Tetap dan Tidak Tetap.


a. Sistem pemadam api tetap
Sistem pemadam api tetap adalah sistem pemadaman
kebakaran yang instalasinya dipasang tetap, yang dapat
mengalirkan/menyalurkan media pemadam ke tempat
kebakaran dengan jumlah yang cukup. Diharapkan kebakaran
dapat dipadamkan tanpa banyak melibatkan aktivitas orang
(regu pemadam). Walaupun biaya pemasangannya cukup
mahal, namun kemampuan menanggulangi berbagai tingkat
resiko kebakaran sangat efektif (85-95%). Unsur-unsur sistem
pemadam api tetap adalah:
1) Dapat mengetahui timbulnya kebakaran (sistem deteksi).
2) Dapat memberitahu/melapor adanya bahaya (sistem
alarm).
3) Dapat memadamkan kebakaran (sistem pemadam) baik
secara langsung (otomatis) maupun secara dioperasikan
(manual).
Faktor-faktor yang harus diperhatikan waktu pemasangan
1) Klasifikasi kebakaran (A, B, C, D) yang mungkin terjadi.
2) Media pemadam yang digunakan.
3) Lokasi-lokasi dan bahaya-bahaya khusus.
4) Perlindungan terhadap anak buah kapal.

Jenis-jenis pemadam api tetap:


1) Fire Main System
Sistem ini terdiri dari:

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 26


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Pompa kebakaran (Fire Pump).

b) Pipa-pipa (Main Pipe and Branch Lines).

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 27


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) Katup-Katup pengontrol (Control Valves).

d) Selang dan Pemancar (Hose &Nozzles).

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk Fire Main System:


a) Pipa-pipa harus mempunyai diameter yang cukup
besar untuk mendistribusikan air semaksimal mungkin
yang dipompakan oleh dua pompa (line pumps) yang
dioperasikan bersama.
b) Pompa harus dapat memberi tekanan minimal 50 psi
(3.5kg/cm2) pada 2 hydrant (pemancar jet) yang
terjauh dan tertinggi Untuk kapal kargo dan

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 28


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

penumpang. Untuk kapal tanker tekanan air minimal


75psi (5.5 kg/cm2)
2) Sistem penyelimutan karbondioksida (CO2)

a) Pemasangan sistem CO2 biasanya digunakan untuk


menanggulangi kebakaran klas C, misalnya
digunakan di ruangan-ruangan mesin/listrik.
b) Tabung-tabung CO2 berisi bahan CO2 cair dan
bertekanan, katup masing-masing tabung CO2
dihubungkan satu sama lain dengan pipa. Setiap
botol tabung CO2 dilengkapi dengan kran/katup
pengeluaran dan katup pengaman.
c) Tabung utama CO2 berisi bahan CO2 cair dan
berhubungan dengan tabung start CO2 yang
berfungsi untuk menstart tabung 2 utama caranya
dengan memberikan tekanan gas yang cukup besar,
sehingga katup-katup pengeluaran bagian. utama
terbuka dan bahan pemadam CO2 memancar keluar
mell nozzle pengeluaran.
d) Biasanya tabung start CO2 terdiri 2 atau 3 tabung
ukuran kecil, berisi gas CO2 dengan tekanan besar.

e) Botol-botol. CO2 ditempatkan di ruang khusus (CO2


room) dan untuk mengetahui jumlah isi botol CO2
dilakukan dengan cara pengukuraii beratnya. Berat
botol. kosong diket, kemudian diisi dengan CO2 dan
dilakukan pengukuran kembali, maka berat botol+isi-
berat botol kosong=berat botol CO2.

f) Masing-masing katup pengeluaran tabung CO2


tersebut, dihubungkan satu sama lain dengan satu
pipa, untuk nantinya berhubungan. dengan satu
nozzle pengeluaran-nozzle pengeluaran akan
memancarkan semua isi tabung utama setelah
Sistem otomatisasi pemadam dijalankan.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 29


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar botol alat pemadam tetap CO2

Sebelum CO2 dialirkan ke tempat kebakaran


a) Dipastikan sudah tidak ada orang di ruangan.
b) Blower ruangan sudah mati.
c) Pintu-pintu dan jendela yang berhubungan dengan
ruangan sudah tertutup.
3) Fixed foam fire extinguisher
Selain fire main sitem dan CO2, ada beberapa kapal
terutama kapal tanker yang menggunakan Fixed Foam Fire
Extinguisher. Prinsip kerja dari instalasi ini kurang lebih
sama dengan CO2 namun tabung foam yang digunakan
tidak sebanyak tabung untuk CO2 hanya beberapa tabung
besar dengan kapasitas beragam sesuai dengan ukuran
ruang mesin.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 30


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar alat pemadam tetap foam

b. Sistem pemadam Api tidak tetap


Sistem pemadam api tidak tetap sering kita kenal dengan APAR
(Alat Pemadam Api Ringan/portable fire extinguisher). Tabung
pemadam disebut portable bila berattabung dan isinya tidak
lebih dari 16 kg, sedangkan tabung yang lebih besar, berat
seluruhnya tidak lebih dari 30 kg.
Jenis Pemadam Kebakaran Portable
Jenis pemadam kebakaran jinjing (portable) yang terdapat di
kapal pada umumnya adalah pemadam jinjing yang
menggunakan media, yaitu:
1) Bahan padat : Dry Powder/Dry Chemical/tepung kering.
2) Bahan cair : Air bertekanan.
3) Busa (foam) : busa kimia.
4) Gas : CO2.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 31


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar jenis-jenis Alat Pemadam Api Ringan

Gambar APAR jenis CO2

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 32


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar APAR jenis FOAM

Gambar APAR jenis Dry Chemical


Powder
.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 33


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2. Penggunaan Alat-alat Pemadam Kebakaran


Prinsip/cara menggunakan alat pemadam api ringan selalu dimulai
dengan membukan Pin pengaman dan selalu membelakangi angin.
Penggunaan masing-masing jenis APAR adalah sebagai berikut:
a. Dry Chemical:
1) Disemburkan mulai dari tepi api terdekat dengan jarak lebih
kurang 6-7 meter.
2) Dikibaskan ke kiri dan ke kanan.
b. Air bertekanan: Disemprotkan langsung ke sumber api (bahan
terbakar).
c. Busa (foam):
1) Semprotlah ke dinding bagian dalam dari tempat
kebakaran dengan jarak ± 3-4 meter.
2) Penutupan permukaan yang terbakar dengan busa harus
sempurna. Jangan menyemprotkan busa ke permukaan
cairan yang terbakar atau busa yang sedang menutup
permukaan yang terbakar.
d. Gas CO2: Disemprotkan ke sumber api dengan menggerakkan
corong keseluruh bahan yang terbakar.
Dalam pelaksanaan pemadaman kebakaran terutama menghadapi
api yang besar maka ABK yang bertugas sebagai pemadam
kebakaran wajib menggunakan Pakaian pemadam (Firemans Outfit).
Berikut ini adalah perlengkapan pakaian pemadam kebakaran:
a. Alat bantu pernafasan Self Contained Breathing Apparatus
(SCBA).
b. Pakaian Tahan Api dan perlengkapannya, misalnya sepatu
boot, helm, sarung tangan pengaman, dll.
c. Kampak, senter, dll.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 34


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar baju dan perlengkapan pemadam kebakaran

Disamping alat-alat tersebut di atas, kapal juga memiliki sebuah alat


yang dapat digunakan untuk menyambung selang-selang/pipa air di
kapal dengan pipa air yang ada di darat/pelabuhan. Alat tersebut
dikenal dengan sebutan International Shore Connection.
Pembuatan, pemasangan alat tersebut harus sesuai dengan standar
SOLAS, adalah sebagai berikut:
a. Standar ukuran:
Diameter luar : 7 inchi (170 mm)
Diameter tengah : 5,25 inch (132 mm)
Diameter dalam : 2,5 inch (64 mm)
Diameter parit kopling : 0,75 inch (19 mm)
Parit kopling mempunyai 4 (empat) lobang yan letaknya
simetris, dengan titik pusat lingkaran tengah.
Tebal kopling : min. 14,5 mm
Mur dan Baut : 4 (empat) buah. Pj: 50 mm.
Diameter : 16 mm
b. Standar material
Dibuat dari bahan yang mampu menahan tekanan sebesar 10,5
Kg/Cm2 (150 PSI).
Salah satu permukaan kopling harus rata, sedangkan sisi lainnya,
sesuai dengan ukuran kopling kapal.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 35


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kopling lengkap dengan mur bautnya disimpan ditempat yang


tetap pada lambung kanan kiri kapal, tempat penyimpanan diberi
tulisan cat merah International Ship/Shore connection, sehingga
sewaktu-waktu diperlukan mudah digunakan.

Gambar spesifikasi ISC

Gambar International Shore


Connection

3. Metode Pemadam Kebakaran


a. Prinsip pemadaman
Pada dasarnya memadamkan api adalah merusak
keseimbangan antara ketiga unsur yang ada dalam api yaitu
BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 36
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dengan cara:
1) Cooling
Cooling/Pendinginan yaitu mengurangi/menurunkan panas
sampai benda yang terbakar mencapai suhu di bawah titik
nyalanya (flash point).
Misalnya:
a) Disiram/disemprot dengan air, karena air mempunyai
daya serap yang baik.
b) Ditimbuni dengan pohon-pohonan yang mengandung
air.
c) Dipadamkan dengan alat pemadam api CO2.

2) Starvation
Yaitu mengurangi/mengambil jumlah bahan-bahan yang
terbakar menutupi aliran bahan (cairan/gas) yang terbakar.
Misalnya:
a) Memisah-misahkan benda yang terbakar.
b) Menjauh-jauhkan benda yang belum terbakar.
c) Menutup kran (kerangan) pada instalasi aliran
minyak/gas yang terbakar.
3) Smothering/Dillution/menutupi/menyelimuti.
Bisa dikenal pula dengan sistem pemadaman
isolasi/Iokalisasi, yaitu memutuskan hubungan udara luar
dengan benda yang terbakar, agar perbandingan Udara
(oksigen) dengan ballan bakar tersebut berkurang.
Misalnya:
a) Menutup/menyelimuti benda yang terbakar
menggunakan karung basah.
b) Menutup/menyelimuti benda yang terbakar dengan
menggunakan lumpur, pasir, atau tanah.
c) Pemadaman kebakaran dengan menggunakan alat
pemadam api bisa sekaligus pula dalam hal ini
melokalisir atau membatasi areal kebakaran, agar api
tidak meluas/membesar.
4) Emulsification-penggumpalan.
Misalnya: memadamkan api dari kebakaran plastik dengan
menggunakan air.
5) Pelarutan.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 37


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Misalnya: memadamkan api dari kebakaran alkohol


dengan menggunakan air.
b. Prosedur Pemadam kebakaran
1) Temukan
Maksudnya, setiap ABK harus memiliki kesadaran akan
ancaman kebakaran. Bila mencium bau asap/kebakaran
maka harus segera mencari, jangan beranggapan bau
tersebut berasal dari dapur.
2) Informasikan
Maksudnya, setelah menemukan kebakaran maka ABK
harus meneriakkan “KEBAKARAN” dan membunyikan
“ALARM KEBAKARAN” atau diperintahkan seseorang
yang membunyikan alarm sementara anda sendiri
memadamkan kebakaran. Seseorang mengambil alat
pemadam kebakaran dan bila dia atau anda belum berhasil
memadamkannya, tutup pintu untuk segera mendapatkan
bantuan Tim Pemadam Kebakaran.
3) Batasi
Maksudnya, Tim Pemadam Kebakaran di atas kapal harus
diorganisir dengan tujuan utama untuk
melokalisir/membatasi meluasnya kebakaran sehingga
kebakaran hanya berada pada satu zona tertentu saja.
Ingat, kebakaran di kapal terutama di ruang akomodasi
menyebarnya kebakaran dapat melalui 6 (enam) sisi, yaitu
sisi atas, sisi bawah dan empat sisi samping.
4) Padamkan
Maksudnya, kebakaran mungkin dapat anda padamkan
sendiri melaui usaha yang dapat dilakukan menggunakan
Alat Pemadam Api Ringan.
Pada pemadaman kebakaran, sebelum masuk ke ruang/lokasi
kebakaran mungkin diperlukan pendinginan di daerah
sekitarnya untuk menurunkan suhu udara agar juru pemadam
dapat masuk. Bila memadamkan kebakaran jangan
menempatkan diri pada posisi dimana api terletak antara anda
dan jalan/lorong untuk menyelamatkan diri.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 38


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman

1. Sistem pemadam api tetap adalah sistem pemadaman kebakaran


yang instalasinya dipasang tetap, yang dapat
mengalirkan/menyalurkan media pemadam ke tempat kebakaran
dengan jumlah yang cukup. Diharapkan kebakaran dapat
dipadamkan tanpa banyak melibatkan aktivitas orang (regu
pemadam). Walaupun biaya pemasangannya cukup mahal, namun
kemampuan menanggulangi berbagai tingkat resiko kebakaran
sangat efektif (85-95%).
2. Sistem pemadam Api tidak tetap
Sistem pemadam api tidak tetap sering kita kenal dengan APAR
(Alat Pemadam Api Ringan/portable fire extinguisher). Tabung
pemadam disebut portable bila bertabung dan isinya tidak lebih dari
16 kg, sedangkan tabung yang lebih besar, berat seluruhnya tidak
lebih dari 30 kg.
3. Prinsip pemadaman
Pada dasarnya memadamkan api adalah merusak keseimbangan
antara ketiga unsur yang ada dalam api yaitu dengan cara:
a. Cooling.
b. Starvation.
c. Smothering/Dillution/menutupi/menyelimuti.
d. Emulsification-penggumpalan.
4. Pada pemadaman kebakaran, sebelum masuk ke ruang/lokasi
kebakaran mungkin diperlukan pendinginan di daerah sekitarnya
untuk menurunkan suhu udara agar juru pemadam dapat masuk.
Bila memadamkan kebakaran jangan menempatkan diri pada
posisi dimana api terletak antara anda dan jalan/lorong untuk
menyelamatkan diri.

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 39


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Latihan
1. Jelaskan peralatan pemadam kebakaran tetap dan tidak tetap !
2. Jelaskan penggunaan alat-alat pemadam kebakaran !
3. Jelaskan metode/cara pemadaman kebakaran !

BASIC SAFETY TRAINING (PEMADAMAN KEBAKARAN) 40


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR

Anda mungkin juga menyukai