Anda di halaman 1dari 94

[PENGANTAR PATROLI LAUT]

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarkut Laut Page i


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Kepala Pusdiklat Bea dan Cukai ……………………......…..... i


Daftar Isi ……………………………………………………………………....……... ii
Petunjuk Penggunaan Modul …………………………………………………….. iv
Peta Konsep …………………………………………………………………………. v
PENGANTAR PATROLI LAUT
A. PENDAHULUAN……………………………………………………………........ 1
1.1. Deskripsi Singkat ………………....................………………………........ 1
1.2. Prasyarat Kompetensi …………………………………………………… 2
1.3. Standar Kompetensi…….……………………....................…………..... 2
1.4. Kompetensi Dasar …………………………………………..................... 2
B. KEGIATAN BELAJAR
KB 1: DASAR HUKUM, TUJUAN DAN LINGKUP WILAYAH PATROLI
LAUT
1.1. Uraian dan Contoh ..………………………………......................... 3
a. Dasar Hukum Patroli Laut ...……............................................. 3
b. Pengertian Patroli Laut ………….………….........……….... 20
c. Tujuan Patroli Laut …………………………………….……… 21
d. Lingkup Wilayah Patroli Laut………………………..….......... 22
e. Temuan-temuan Dalam Patroli Laut ...................................... 28
1.2. Latihan ……………………………………………………………… 30
1.3. Rangkuman…………………………………………………………. 30
1.4. Tes Formatif 1………………………………………………………. 31
1.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut…………………………………... 34

KB 2: J ENIS JENIS KAPAL PATROLI LAUT


2.1. Uraian dan Contoh …………………………………….................... 35
a. Fast Patrol Boat (FPB) 28 Meter………………….................... 36
b. Fast Patrol Boat (FPB) 38 Meter ……………............................37

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarkut Laut Page ii


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

c. Very Slinder Vessel (VSV)........................................................ 39


d. Local Patrol Craft (LPC)........................................................... 39
e Speed Boat............................................................................. 39
2.2. Latihan …………………………………………………….…………. 40
2.3. Rangkuman…………………………...............…………...……...... 41
2.4. Tes Formatif 2………………………….....…....……...…….…….... 41
2.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut…………………..………………. 44

KB 3: SATUAN TUGAS BEA DAN CUKAI


3.1. Uraian dan Contoh …………………………………….................... 45
a. Dasar Hukum Pembentukan Satuan tugas................ 45
b. Unsur-Unsut Satuan Tugas Patroli Bea dan Cukai.... 46
c. Tugas dan Wewenang Satuan Tugas………………... 50
d. Tugas Satuan Tugas Bea dan Cukai Lainnya ........... 66
3.2. Latihan .......................................................................................... 66
3.3. Rangkuman……………………………………………..………...... 67
3.4. Tes Formatif 3………………………………………………………. 68
3.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut……………………….….……... 72
PENUTUP……………………………………………………………………………. 73
TES SUMATIF…………………………………………………………….………….. 74
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF DAN SUMATIF………………….…….…… 81
DAFTAR ISTILAH/PENGERTIAN……………………………….……………..…… 83
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..……. 86

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarkut Laut Page iii


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Modul ini terdiri dari tiga kegiatan belajar (KB), yaitu :


• KB 1 : Dasar Hukum, Tujuan dan lingkungan Wilayah Patroli Laut
• KB 2 : Jenis-Jenis Kapal Patroli
• KB 3 : Satuan Tugas Bea dan Cukai

KB 1 berisi materi-materi yang berkaitan dengan pengetahuan tentang


pengertian patroli laut, payung hukum yang mendasarinya baik yang dibuat oleh
pemerintah Indonesia maupun badan-badan international. KB 2 berkaitan
dengan Jenis-jenis kapal laut yang digunakan dalam patrol laut, dan bagian
terakhir (KB 3) berisi materi tentang Satuan Tugas Patroli Dirjen Bea dan Cukai.

Untuk mempelajari modul ini, anda tidak harus melakukannya secara


sekuensial dari KB 1 sampai dengan KB 3, akan tetapi anda bisa mempelajari
setiap kegiatan belajar secara terpisah. Namun demikian karena terdapat
hubungan antara satu KB dengan KB yang lain, maka kami merekomendasikan
agar anda sebaiknya mempelajarinya secara sekuensial agar dapat diperoleh
hasil yang optimal.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarkut Laut Page iv


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

PETA KONSEP

PENGANTAR
PATROLI LAUT

DASAR HUKUM, SATUAN


TUJUAN DAN JENIS-JENIS TUGAS
LINGKUNGAN KAPAL BEA DAN
WILAYAH PATROLI CUKAI
PATROLI LAUT

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarkut Laut Page v


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

A
PENDAHULUAN
1. DESKRIPSI SINGKAT

Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki beribu-ribu pulau


yang dikelilingi laut yang begitu luas. Dua pertiga wilayah Indonesia adalah
lautan. Letak Indonesia juga sangat strategis, dimana Indonesia berada diantara
dua benua (Benua Asia dan Australia) dan dua samudera (Samudra India dan
Pasifik). Namun dengan luas dan strategisnya letak Indonesia, hal tersebut
justru dapat menimbulkan risiko banyaknya penyelundupan. Disinilah peran dari
patrol laut menjadi begitu penting dalam pengamanan daerah teritorial Indonesia
dari masuknya pihak-pihak yang tidak berkepentingan atau pendatang ilegal.
Di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), tugas patroli
laut merupakan salah satu bagian penting dari pelaksanaan tugas DJBC dalam
rangka penegakan hukum. Hal ini dilakukan berkaitan erat dengan kewajiban
bahwa setiap sarana pengangkut wajib melintasi atau melalui jalur yang telah
ditentukan. Di samping itu, patroli juga dilakukan sebagai upaya untuk
mencegah, mencari, dan menemukan adanya pelanggaran di bidang
Kepabeanan dan Cukai.
Dalam rangka reformasi di lingkungan DJBC, dewasa ini sedang giat-
giatnya dilakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan di
bidang kepabeanan dan cukai, khususnya patroli laut. Untuk itu DJBC
bekerjasama dengan Pusdiklat Bea dan Cukai secara intensif melakukan Diklat
Teknis Subtantif Spesialis Pemeriksaan sarana pengangkut yang di dalamnya
memuat pelatihan ’Patroli Laut’.
Modul ini membahas hal-hal dasar yang harus diketahui oleh seorang
pelaksana patroli laut. Modul ini disusun sedemikian rupa untuk memudahkan
Saudara mempelajari materi-materi yang diberikan. Dalam hal ini penulis
berasumsi bahwa Saudara sama sekali belum pernah mempelajari dan terlibat
dalam patroli laut. Untuk itu penulis sengaja menampilkan contoh-contoh yang
akan memperjelas gambaran tentang apa yang dimaksud dalam modul ini.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 1


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

2. PRASYARAT KOMPETENSI
Untuk mempelajari modul ini idealnya Anda telah ditunjuk sebagai peserta
DTSS Pemeriksaan Sarana Pengangkutan dan telah memenuhi syarat-syarat
berikut:
a. Pangkat minimum II/b
b. Telah Lulus DTSD Kepabeanan dan Cukai
c. Usia Maksimum 45 tahun
d. Berkepribadian tanggap, tegas dan cekatan,
e. Sehat jasmani dan rohani
f. Mampu bela diri dan berenang
g. Ditunjuk oleh sekretaris DJBC

3. STANDAR KOMPETENSI
Standar kompetensi yang ingin di capai adalah setelah mempelajari mata
diklat ini anda diharapkan dapat memahami pengetahuan dasar tentang konsep
dasar patrol laut dilingkungan Direktorat Jendral Bea dan Cukai.
Oleh karena modul ini berisi materi-materi umum yang harus diketahui oleh
seorang pelaksana patroli, maka keberhasilan Saudara dalam mempelajari dan
menyerap materi-materi modul ini sangat berarti bagi Saudara dalam mempelajari
modul-modul selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan ’Patroli laut’
dilingkungan Direktorat Jenrdal Bea dan Cukai.

4. KOMPETENSI DASAR
Setelah mempelajari modul ini Saudara diharapkan mampu:
- Menjelaskan pengertian patroli laut
- Menjelaskan dasar hukum patroli laut
- Menjelaskan tujuan patroli laut
- Menjelaskan wilayah lingkup patroli laut
- Mengenal dan menjelaskan kapal-kapal yang digunakan dalam patroli laut.
- Menjelaskan dasar hukum pembentukas satgas, dan
- Menjelaskan persyaratan kualifikasi satgas
- Menjelaskan tugas dan wewenang satgas

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 2


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

B
KB 1 1. KEGIATAN BELAJAR 1

DASAR HUKUM, TUJUAN DAN LINGKUP


WILAYAH PATROLI LAUT

INDIKATOR KEBERHASILAN:
Setelah mempelajari KB 1 anda diharapkan dapat:
- Menjelaskan dasar hukum patrol laut
- Menjelaskan pengertian patrol laut
- Menjelaskan tujuan patrol laut
- Menjelaskan Lingkup wilayah patrol laut
- Menjelaskan temuan-temuan dalam patrol laut

1.1. Uraian dan Contoh


a. Dasar Hukum Patroli Laut
Bagi anda yang baru mempelajari ‘patroli laut’, anda perlu terlebih dahulu
memahami ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan patrol laut. Oleh karena
itu bagian ini akan membahas tentang dasar-dasar hukum patrol laut, baik dalam
bentuk undang-undang kepabeanan maupun peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan yurisdiksi.
1) Undang-undang kepabeanan
Dalam pasal 74 (1) UU Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006
tentang Kepabeanan, menyebutkan bahwa Pejabat Bea dan Cukai untuk
mengamankan hak-hak Negara, berwenang mengambil tindakan yang diperlukan
terhadap barang. Ini berarti bahwa pejabat Bea dan Cukai dapat
mempergunakan segala upaya terhadap orang dan barang antara lain adalah
melakukan patrol, pemeriksaan kapal dan sebagainya.
Dalam pasal 75 (1) Undang-undang yang sama tidak menyebutkan
secara eksplisit bahwa Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan Patroli.
Bunyi selengkapnya pasal 75 (1) tersebut adalah sebagai berikut: ‘Pejabat Bea

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 3


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

dan Cukai dalam melaksanakan pengawasan terhadap sarana pengangkut di


laut atau di sungai menggunakan kapal patrol atau sarana lainnya’.
Penjelasan pasal 75 (1) berbunyi sebagai berikut:
Ketentuan ini dimaksudkan bahwa dalam melaksanakan tugas
pengawasan agar sarana pengangkut melalui jalur yang ditetapkan yang
ditetapkan dan untuk memeriksa sarana pengangkut berupa kapal, Pejabat Bea
dan Cukai perlu dilengkapi sarana operasional berupa kapal patrol atau sarana
pengawasan lainnya seperti radio telekomunikasi atau radar. Sedang yang
dimaksud dengan kapal patrol laut adalah kapal laut dan kapal udara milik DJBC.
Yang dimaksud dengan kapal patrol yaitu kapal laut dan/atau kapal udara
milik DJBC yang dipimpin oleh pejabat bea dan cukai sebagai komandan patrol,
yang mempunyai kewenangan penegakan di daerah pabean sesuai dengan
undang-undang ini.
Dari redaksi pasal maupun penjelasan tersebut tersirat kewenangan
DJBC untuk melakukan patroli, oleh karena itu pasal 74 (1) dan pasal 75 (1) UU
No.10/1995 adalah merupakan dasar hukum dari kewenangan patrol tersebut.

Untuk peraturan setingkat Keputusan Direktur Jenderal yang mengatur


tentang patroli ini adalah Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor
Kep-58/BC/1997 tanggal 03 Juni 1997 tentang Patroli Bea dan Cukai, yang
merupakan petunjuk pelaksanaan dalam melakukan patroli oleh satuan tugas
Bea dan Cukai. Selain aturan-aturan di juga ada beberapa peraturan yang dapat
digunakan sebagai payung hukum pelaksanaan patroli laut, yaitu:
• Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-
Undang No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.
• Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1996 tentang Penindakan di Bidang
Kepabeanan.
• Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2010 tentang Penindakan di Bidang
Cukai.
• Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 1996 tentang Senjata Api Dinas
DJBC.
• Keputusan Direktur Jendral Bea dan Cukai No. Kep-08/BC/1997 tentang
Penghentian Pemeriksaan dan Penegahan Sarana Pengangkut dan

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 4


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

Barang di Atasnya serta Penghentian dan Pembongkaran Penegahan


Barang.
• Keputusan Direktur Jendral Bea dan Cukai No. Kep-58/BC/1997 tentang
Patroli Bea dan Cukai.

2). Peraturan-Peraturan yang Menyangkut Yuridiksi


a). Territorial Zee Maritieme Kringen Ordonantie (TZMKO)
Secara histories batas wilayah laut Indonesia telah dibuat oleh
pemerintah colonial Belanda, yaitu dalam Territorial Zee Maritieme Kringen
Ordonantie tahun 1939, yang menyatakan bahwa lebar wilayah laut Indonesia
adalah tiga mil diukur dari garis rendah di pantai masing-masing pulau Indonesia.
Karenanya di antara ribuan pulau di Indonesia terdapat laut-laut bebas yang
membahayakan kepentingan bangsa Indonesia sebagai Negara kesatuan.

Penentuan batas laut territorial seperti yang termasuk dalam Territoriale


Zee en Maritime Kringen Ordonnantie 1939 artikel 1 ayat (1), tidak sesuai lagi
dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas karena membagi wilayah
daratan Indonesia dalam bagian-bagian yang terpisah dengan perairan
teritorialnya sendiri. Oleh karena itu sejak tahun 1957, Indonesia, melalui,
Perdana Meneteri Juanda, mengeluarkan Deklarasi Juanda dan turut aktif di
forum Konferensi Hukum Laut yang diadakan oleh PBB untuk memperjuangkan
archipelago principles..

b).Deklarasi Juanda
Deklarasi Djuanda adalah suatu perjuangan bangsa Indonesia untuk
memperjuangkan batas wilayah laut, sehingga wilayah Indonesia merupakan
suatu kesatuan yang utuh dilihat dari berbagai aspek, yaitu aspek politik, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan.
Sebagaimana dijelaskan di muka, kalau kita menggunakan Territorial Zee
Maritieme Kringen Ordonantie tahun 1939, maka lebar wilayah laut Indonesia
adalah tiga mil diukur dari garis rendah di pantai masing-masing pulau Indonesia.
Karena di antara ribuan pulau di Indonesia terdapat laut-laut bebas, hal tersebut
dapat membahayakan kepentingan bangsa Indonesia sebagai Negara kesatuan.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 5


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

Untuk mengatasi masalah di atas, pemerintah Indonesia dipimpin oleh


PM Juanda pada tanggal 13 Desember 1957 telah mengeluarkan keputusan
yang dikenal dengan Deklarasi djuanda, yang isinya :
 Demi kesatuan bangsa, integritas wilayah, serta kesatuan
ekonomi, ditarik garis-garis pangkal lurus yang menghubungkan
titi-titik terluar dari pulau-pulau terluar.
 Negara berdaulat atas segala perairan yang terletak dalam garis-
garis pangkal lurus termasuk dasar laut dan tanah dibawahnya
serta ruang udara di atasnya, dengan segala kekayaan
didalamnya.
 Laut territorial seluas 12 mil diukur dari pulau yang terluar.
 Hak lintas damai kapal asing melalui perairan Nusantara
(archipelago) dijamin tidak merugikan kepentingan negara pantai,
baik keamanan maupun ketertibannya.

Perjuangan telah ditempuh bangsa Indonesia dengan mengikuti


Konferensi Hukum Laut yang diadakan oleh PBB dalam UNCLOS I (United
Nations Conference on the Law of Sea), di Janeva pada tahun 1958. Pada tahun
1960 Indonesia mulai mengajukan Deklarasi Djuanda di UNCLOS II. Perjuangan
di forum Internasional itu belum berhasil. Namun Pemerintah berusaha
menciptakan landasan hukum yang kuat bagi Deklarasi Djuanda pada tanggal 18
Februari 1960. Meskipun pada awalnya deklarasi Djuanda banyak ditentang oleh
beberapa Negara, namun pemerintah Indonesia terus berjuang agar deklarasi
yang mempergunakan archipelago principle atau Wawasan Nusantara ini
dapat diterima oleh dunia Internasional.
Adapun dasar-dasar pokok pertimbangan penetapan wilayah perairan
tersebut antara lain :
 Bentuk geografis Indonesia sebagai negar kepulauan yang terdiri
atas beribu-ribu pulau mempunyai sifat dan corak tersendiri.
 Bagi keutuhan territorial dan untuk melindungi kekayaan Negara
Indonesia semua kepulauan serta laut yang terletak di antranya
harus dianggap sebgai suatu kesatuan yang bulat.
 Penentuan batas laut territorial seperti yang termasuk dalam
Territoriale Zee en Maritime Kringen Ordonnantie 1939 artikel 1

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 6


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

ayat (1), tidak sesuai lagi dengan pertimbangan-pertimbangan


tersebut di atas karena membagi wilayah daratan Indonesia dalam
bagian-bagian yang terpisah dengan perairan teritorialnya sendiri.

Prinsip-prinsip dalam Deklarasi Djuanda ini kemudian dikukuhkan dengan


Undang-undang Nomor 4 Tahun 1960,yang isinya sebagai berikut:
 Untuk kesatuan bangsa, integritas wilayah, dan kesatuan
ekonominya ditarik garis-garis pngkal lurus yang menghubungkan
titik-titik terluar dari kepulauan terluar.
 Termasuk dasar laut dan tanah bawahnya maupun ruang udara di
atasnya dengan segala kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya.
 Jalur laut wilayah laut territorial selebar 12 mil diukur dari garis-
garis lurusnya.
 Hak lintas damai kapal asing melalui perairan nusantara
(archipelagic waters).

Pernyatan diatas mempunyai akibat yang sangat menguntungkan bagi


bngsa Indonesia yaitu sebagai berikut :
 Jalur laut wilayah yang terjadi adalah melingkari seluruh
kepulauan Indonesia.
 Perairan yang terletak pada bagian dalam garis pangkal merubah
statusnya dari laut lepas menjadi perairan pedalaman.

Wilayah Negara RI yang semula luasnya 2.027.087 km2 (daratan)


bertambah luas lebih kurang menjadi 5.193.250 km2 (terdiri atas daratan dan
lautan). Ini berarti bertambah kira-kira 3.106.163 km2 atau kita-kira 145%.
Perundingan bilateral pun dilakukan antara Indonesia-Malaysia mengenai Selat
Malaka, Laut Natuna dan selat Malal. Perundingan ini berlangsung di Kuala
Lumpur tanggal 17 Maret 1970 dengan menghasilkan garis-garis batas wilayah
baik daratan maupun laut, yang dikukuhkan dengan Undang-undang RI Nomor 2
tahun 1971. Pada tanggal 25 Mei 1973 Indonesia mengadakan perjanjian
dengan Singapura di Jakarta dengan hasil garis batas wilayah laut Indonesia dan
laut wilayah Singapura di selat Singapura yang sempit (kurang 15 mil) adalah
suatu garis yang terdiri atas garis lurus yang ditarik dari titik yang koordinarnya

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 7


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

tercantum dalam perjanjian tersebut. Hasil perjanjian itu dikukuhkan dengan


Undang-undang nomor 7 Tahun 1973.

Batas Landas Kontinental Indonesia (Landas Kontinental)

Pada tanggal 21 Maret 1980 pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah


pengumuman Zone Ekonomi Eksklusif, yaitu wilayah laut sekitar 200 mil diukur
dari garis pangkal. Segala sumber hayati maupun sumber alam lainnya yang
berada di bawah permukaan laut, di dasar laut, dan di bawah laut dasar laut,
menjadi hak eksklusif Negara RI. Segala kegiatan ekonomi, eksplorasi, serta
penelitian di zone Ekonomi Eksklusif harus mendapat izin pemerintah Indonesia.
Pengumuman tersebut bagi pemerintah RI menambah luas laut yang berada di
bawah yurisdiksi Indonesia dengan lebih dari 2 kali luas wilayah laut berdasarkan
Undang-undang Nomor 4 tahun 1960. Pada tnggal 8 Maret 30 April 1982 bangsa
Indonesia tetap berjuang di UNCLOS IV, di Markas PBB New York. Dalam
konferensi itu telah disetujui sebuah rancangan Konvensi Hukum laut yang baru,
yang terdapat dalam rumusan wilayah nusantara sesuai dengan konsep
kenusantaraan Indonesia.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 8


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

DAERAH PABEAN

WILAYAH
REPUBLIK
INDONESIA

19-Jul-10 SLIDE PHKC STAN 5

ZEE R.I.

PERAIRAN
INDONESIA

ZEE

200 MIL
ZEE+UU LANDAS KONTINEN
19-Jul-10 SLIDE PHKC STAN 1
SLIDE 1 DTSD/PRODIP PHKC LETAK ZEE B.SEMEDI,SH

Akhirnya Konferensi hukum Laut yang baru tersebut telah ditandatangani


oleh 130 negara dalam UNCLOS V (Konferensi Hukum Laut) di teluk
Montenegro, Kingston, Jamaica, pada tanggal 6-10 Desember 1982, yang
memutuskan beberapa ketentuan :

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 9


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

 Batas laut territorial selebar 12 mil.


 Batas zona bersebelahan adalah 24 mil.
 Batas ZEE adalah 200 mil.
 Batas landas benua lebih dari 200 mil.
 Batas landas kontinen adalah 350 mil (Landas Kontinental)

LETAK/POSISI ZEE R.I.

SLIDE 2 DTSD/PRODIP PHKC LETAK ZEE B.SEMEDI,SH

19-Jul-10 SLIDE PHKC STAN 11

Dalam wilayah itu negara boleh mengambil manfaat, tetapi harus


membagi keuntungan dengan masyarakat Internasional. Dengan disahkannya
Konvensi hukum Laut tersebut tersebut berarti sebuah kemenangan bagi
perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan deklarasi Djuanda.

c). UNCLOS (United Nation Convention on the Law of Sea)


Sesuai dengan bunyi pasal 1 UU No. 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan
Atas UU No. 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan yang menyatakan bahwa
Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi darat, perairan,
dan ruang udara yang ada di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona
Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-
Undang Kepabeanan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Direktorat Jenderal

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 10


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

Bea dan Cukai memiliki wewenang di daerah perairan Indonesia, terutama dalam
hubungannya dengan ekspor dan impor.
Seiring dengan perkembangan jaman, teknik perdagangan, khususnya
ekspor impor, kini semakin maju, dan bisa dibilang kini semakin beresiko.
Beresiko disini dalam artian bahwa akan semakin banyak pelanggaran-
pelanggaran yang terjadi. Penanganan atas pelanggaran ekspor impor tersebut
menjadi tugas bagi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pelanggaran yang dapat
terjadi misalnya penyelundupan, penghindaran terhadap pembayaran bea
masuk, perdagangan gelap, perdagangan narkoba, dan sebagainya. Hal inilah
yang menjadi alasan bagi Pejabat Bea dan Cukai harus mengetahui dan
memahami mengenai daerah perairan Indonesia, yang nantinya akan membantu
dalam melaksanakan tugasnya. Sejak abad ke-17, laut dianggap sebagai
warisan bersama umat manusia (common heritage of mankind). Berlaku suatu
adagium pada masa itu, bahwa “ocean space as a commons, available to all but
owned by non” (Juda 1996).
Berdasarkan konsep ini maka Konferensi Hukum Laut Pertama diadakan
di Switzerland tahun 1958 untuk membahas secara terbuka pengertian Common
Heritage of Mankind, terutama pada saat dunia mulai memanfaatkan dasar laut
dan lantai samudera (sea-bed and ocean floor) yang berada di luar yurisdiksi
nasionalnya. Konferensi-konferensi selanjutnya membahas tidak hanya terbatas
pada mineral yang terdapat di dasar samudera tetapi juga mencakup konsep
negara pantai, negara kepulauan (archipelago), negara pulau-pulau (Islands
States), negara yang secara geografis tidak diuntungkan terhadap ruang laut dan
negara-negara yang tidak memiliki laut.
Semua negara ini mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap
pemanfaatan ruang laut dan sumberdayanya. Bagi Indonesia, UNCLOS 1982
merupakan pengakuan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan dengan
semua perairan/laut di antara pulau-pulau menjadi laut/perairan nasional, yang
kita sebut Perairan Nusantara. Di samping UNCLOS juga mengukuhkan lebar
laut teritorial menjadi 12 mil laut.
Dengan demikian batas laut Indonesia adalah batas terluar yang
menghubungkan semua pulau-pulau terluar. Selain laut teritorial, Indonesia juga
mempunyai kewenangan penuh atas zona tambahan (continguous zone) juga 12
mil laut dari batas laut teritorial, hanya untuk 4 bidang, yaitu: keimigrasian,

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 11


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

kepabean, kebeacukaian dan kekarantinaan hewan dan tanaman. Indonesia


menandatangani dan meratifikasi UNCLOS 1982 dengan Undang-Undang No.17
Tahun 1985, karena konvensi ini sejalan dengan Deklarasi Juanda 1957. Karena
UNCLOS 1982 membolehkan negara-negara kepulauan menarik garis dasar
melebihi 100 mil laut, maka Indonesia dapat menutup Kantung Natuna menjadi
laut nasionalnya. Untuk memudahkan pengawasan atas pemenuhan kewajiban
tersebut, garis daerah pabean ditarik ke darat, dalam hal ini Kantor Pabean. Di
tempat tersebut dapat dilakukan pemenuhan kewajiban di bidang kepabeanan
dan cukai sehingga kebutuhan dunia bisnis dan usaha yang memerlukan
kemudahan, kecepatan, dan ketepatan akan dapat terpenuhi

d). Undang-Undang Wilayah dan Perairan Indonesia

1) Undang-Undang Wilayah Indonesia


Sesuai dengan pasal 4 UU No.49 tahun 2008 tentang Wilayah Negara,
wilayah Negara Republik Indonesia meliputi wilayah darat, wilayah perairan,
dasar laut, dan tanah di bawahnya serta ruang udara di atasnya, termasuk
seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya. Batas wilayah Negara
itu sendiri ditetapkan atas perjanjian bilateral dan/atau trilateral mengenai batas
darat, laut dan batas udara serta berdasarkan peraturan per undang-undangan
dan hukum international.
Batas Wilayah Negara Indonesia meliputi:
a. di darat berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, dan
Timor Leste;
b. di laut berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini,
Singapura, dan Timor Leste; dan
c. di udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di laut, dan
batasnya dengan angkasa luar ditetapkan berdasarkan perkembangan
hukum internasional.

Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud di atas termasuk titik-titik


koordinatnya ditetapkan berdasarkan perjanjian bilateral dan/atau trilateral dan
dalam hal Wilayah Negara tidak berbatasan dengan negara lain, Indonesia
menetapkan Batas Wilayah Negara secara unilateral berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 12


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

Hak-Hak Berdaulat di Wilayah Yuridiksi

Negara Indonesia memiliki hak-hak berdaulat dan hak-hak lain di Wilayah


Yurisdiksi yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan hukum internasional. Wilayah Yurisdiksi Indonesia berbatas
dengan wilayah yurisdiksi Australia, Filipina, India, Malaysia, Papua Nugini,
Palau, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam. Batas Wilayah Yurisdiksi tersebut
(termasuk titik-titik koordinatnyaa0 ditetapkan berdasarkan perjanjian bilateral
dan/atau trilateral.

Dalam hal Wilayah Yurisdiksi tidak berbatasan dengan negara lain,


Indonesia menetapkan Batas Wilayah Yurisdiksinya secara unilateral
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan hukum
internasional.

Kewenangan dalam Wilayah Negara

Pemerintah dan pemerintah daerah berwenang mengatur pengelolaan


dan pemanfaatan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan. Dalam pengelolaan
Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan, Pemerintah berwenang:
a. menetapkan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah Negara
dan Kawasan Perbatasan;
b. mengadakan perundingan dengan negara lain mengenai penetapan
Batas Wilayah Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan hukum internasional;
c. membangun atau membuat tanda Batas Wilayah Negara;
d. melakukan pendataan dan pemberian nama pulau dan kepulauan serta
unsur geografis lainnya;
e. memberikan izin kepada penerbangan internasional untuk melintasi
wilayah udara teritorial pada jalur yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan;
f. memberikan izin lintas damai kepada kapal-kapal asing untuk melintasi
laut teritorial dan perairan kepulauan pada jalur yang telah ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan;

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 13


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

g. melaksanakan pengawasan di zona tambahan yang diperlukan untuk


mencegah pelanggaran dan menghukum pelanggar peraturan
perundang-undangan di bidang bea cukai, fiskal, imigrasi, atau saniter di
dalam Wilayah Negara atau laut teritorial;
h. menetapkan wilayah udara yang dilarang dilintasi oleh penerbangan
internasional untuk pertahanan dan keamanan;
i. membuat dan memperbarui peta Wilayah Negara dan menyampaikannya
kepada Dewan Perwakilan Rakyat sekurang-kurangnya setiap 5 (lima)
tahun sekali; dan
j. menjaga keutuhan, kedaulatan, dan keamanan Wilayah Negara serta
Kawasan Perbatasan.

2) Perairan Indonesia (UU no. 6/1966)

Wilayah Perairan Indonesia


Menurut pasal 3 UU No 6 tahun 1996 tentang Wilayah Perairan
Indonesia, Wilayah Perairan Indonesia meliputi:
- laut teritorial Indonesia, yaitu jalur laut selebar 12 (dua belas) mil
laut yang diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia,
- perairan kepulauan, yaitu semua perairan yang ter-letak pada sisi
dalam garis pangkal lurus kepulauan tanpa mem perhatikan
kedalaman atau jaraknya dari pantai.
- perairan pedalaman, yaitu semua perairan yang ter-letak pada sisi
darat dari garis air rendah dari pantai-pantai Indo-nesia, termasuk
ke dalamnya semua bagian dari perairan yang terletak pada sisi
darat dari suatu garis penutup pada mulut sungai, kuala, teluk, anak
laut, dan pelabuhan.

Kedaulatan Negara Republik Indonesia di perairan Indonesia meliputi laut


teritorial, perairan kepulauan, dan perairan pedalaman serta ruang udara di atas
laut teritorial, perairan kepulauan, dan perairan pedalaman serta dasar laut dan
tanah di bawahnya termasuk sumber kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 14


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

Garis pangkal kepulauan Indonesia ditarik dengan menggunakan garis


pangkal lurus kepulauan. Dalam hal garis pangkal lurus kepulauan tidak dapat
digunakan, maka digunakan garis pangkal biasa atau garis pangkal lurus.
Garis pangkal lurus kepulauan adalah garis -garis lurus yang menghubungkan
titik-titik terluar pada garis air rendah pulau-pulau dan karang- karang kering
terluar dari kepulauan Indonesia. Panjang garis pangkal lurus kepulauan tidak
boleh melebihi 100 (seratus) mil laut, kecuali bahwa 3% (tiga per seratus) dari
jumlah keseluruhan garis -garis pangkal yang mengelilingi kepulauan Indonesia
dapat melebihi kepanjangan tersebut, hingga suatu kepanjangan maksimum 125
(seratus dua puluh lima) mil laut. Garis pangkal lurus kepulauan tidak boleh
ditarik dari dan keelevasi surut, kecuali apabila di atasnya telah dibangun mercu
suar atau instalasi serupa yang secara permanen berada di atas permukaan laut
atau apabila elevasi surut tersebut terletak seluruhnya atau sebagian pada suatu
jarak yang tidak melebihi lebar laut teritorial dari pulau yang terdekat. Garis
pangkal biasa adalah garis air rendah sepanjang pantai. Garis pangkal lurus
adalah garis lurus yang menghubungkan titik-titik terluar pada garis pantai yang
menjorok jauh dan menikung ke daratan atau deretan pulau yang terdapat di
dekat sepanjang pantai.
Perairan pedalaman Indonesia terdiri atas :
a. laut pedalaman; dan
b. perairan darat.
Laut pedalaman adalah bagian laut yang terletak pada sisi darat dari garis
penutup, pada sisi laut dari garis air rendah, sedangkan perairan darat
adalah segala perairan yang terletak pada
sisi darat dari garis air rendah, kecuali pada mulut sungai perairan darat adalah
segala perairan yang terletak pada sisi darat dari garis penutup mulut sungai.

Hak Lintas Bagi Kapal-Kapal Asing

Kapal semua negara, baik negara pantai maupun negara tak


berpantai, menikmati hak lintas damai melalui laut teritorial dan perairan
kepulauan Indonesia. Lintas berarti navigasi melalui laut teritorial dan perairan
kepulauan Indonesia untuk keperluan:

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 15


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

a. melintasi laut tersebut tanpa memasuki perairan pedalaman atau


singgah di tempat berlabuh ditengah laut atau fasilitas pelabuhan di
luar perairan pedalaman; atau
b. berlalu ke atau dari perairan pedalaman atau singgah di tempat
berlabuh di tengah laut atau fasilitas pelabuhan tersebut.
Lintas damai harus terus-menerus, langsung serta secepat mungkin,
mencakup berhenti atau buang jangkar sepanjang hal tersebut berkaitan dengan
navigasi yang normal, atau perlu dilakukan karena keadaan memaksa,
mengalami kesulitan, member pertolongan kepada orang, kapal atau pesawat
udara yang dalam bahaya atau kesulitan. Lintas dianggap damai apabila tidak
merugikan kedamaian, keter-tiban, atau keamanan Indonesia, dan dilakukan
sesuai dengan ketentuan Konvensi dan hukum internasional lainnya.

Lintas oleh kapal asing harus dianggap membahayakan kedamaian,


ketertiban, atau keamanan Indonesia, apabila kapal tersebut sewaktu berada di
laut teritorial dan atau di perairan kepulauan melakukan salah satu kegiatan yang
dilarang oleh Konvensi dan atau hukum internasional lainnya. Ketentuan lebih
lanjut mengenai lintas damai diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pemerintah Indonesia dapat menangguhkan sementara lintas damai


segala jenis kapal asing dalam daerah tertentu di laut teritorial atau perairan
kepulauan, apabila penangguhan demikian sangat diperlukan untuk perlindungan
keamanannya, termasuk keperluan latihan senjata. Penangguhan tersebut
berlaku hanya setelah dilakukan pengumuman sesuai dengan ketentuan yang
ber-laku. Ketentuan lebih lanjut mengenai penangguhan sementara diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Apabila diperlukan dengan memperhatikan
keselamatan navigasi, Pemerintah Indonesia menetapkan alur laut dan
skema pemisah lalu lintas di laut teritorial dan perairan kepulauan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban kapal dagang, kapal
perang dan kapal pemerintah asing yang dioperasikan untuk tujuan niaga dan
bukan niaga dalam melaksanakan hak lintas damai melalui perairan Indonesia,
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 16


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

Hak Lintas Alur Laut Kepulauan

Lintas alur laut kepulauan dalam alur-alur laut yang khusus ditetapkan
adalah pelaksanaan hak pelayaran dan penerbangan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan Konvensi dengan cara normal hanya untuk melakukan transit yang
terus-menerus, langsung, dan secepat mungkin serta tidak terhalang. Segala
jenis kapal dan pesawat udara negara asing, baik negara pantai maupun negara
tak berpantai, menikmati hak lintas alur laut kepulauan melalui perairan
kepulauan Indonesia, antara satu bagian dari laut lepas atau Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia dengan bagian laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia lainnya.

Pemerintah Indonesia menentukan alur laut, termasuk rute


penerbangan di atasnya, yang cocok digunakan untuk pelaksanaan hak lintas
alur laut kepulauan oleh kapal dan pesawat udara asing dan juga dapat
menetapkan skema pemisah lalu lintas untuk keperluan lintas kapal yang aman
melalui alur laut. Alur laut dan rute penerbangan ditentukan dengan suatu
rangkaian garis sumbu yang bersam bungan mulai dari tempat masuk rute
hingga tempat ke luar melalui perairan kepulauan dan laut teritorial yang
berhimpitan dengannya. Apabila diperlukan, setelah diadakan pengumuman
sebagaimana mestinya, alur laut dan skema
pemisah lalu lintas yang telah ditetapkan sebelumnya dapat diganti dengan alur
laut dan skema pemisah lalu lintas lainnya.

Hak Lintas Transit

Semua kapal asing mempunyai kebebasan pelayaran semata- mata


untuk tujuan transit yang terus-menerus, langsung dan secepat mungkin melalui
laut territorial Indonesia di selat antara satu bagian laut lepas atau Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia dan bagian laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia lainnya. Hak lintas transit dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Konvensi, hukum internasional lainnya, dan atau peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Apabila diperlukan dengan memperhatikan keselamatan navigasi,
Pemerintah Indonesia dapat menetapkan alur laut dan skema pemisah lalu lintas
untuk pelayaran di lintas transit. Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 17


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

alur laut dan skema pemisah lalu lintas transit diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Hak Akses dan Komunikasi

Apabila suatu bagian dari perairan kepulauan Indonesia terletak di antara


dua bagian wilayah suatu negara tetangga yang langsung berdampingan,
Indonesia menghormati hak-hak yang ada dan kepentingan-kepentingan sah
lainnya yang dilaksanakan secara tradisional oleh negara yang bersangkutan di
perairan tersebut melalui suatu perjanjian bilateral. Pemerintah Indonesia
menghormati pemasangan kabel laut dan mengizinkan pemeliharaan dan

penggantian kabel yang sudah ada dengan pemberitahuan terlebih dahulu


sebagaimana mestinya.

Penegakkan Kedaulatan dan Hukum di Perairan Indonesia.

Penegakan kedaulatan dan hukum di perairan Indonesia, ruang udara di


atasnya, dasar laut dan tanah di bawahnya termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya serta sanksi atas pelang-garannya, dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan Konvensi hukum internasional lainnya, dan peraturan
perundang-undangan yang ber-laku. Yurisdiksi dalam penegakan kedaulatan
dan hukum terhadap kapal asing yang sedang melintasi laut

teritorial dan perairan kepulauan Indonesia dilaksanakan sesuai dengan


ketentuan Konvensi, hukum internasional lainnya, dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Apabila diperlukan, untuk pelaksanaan penegakan
hukum dapat dibentuk suatu badan koordinasi yang ditetapkan dengan
Keputusan Presiden.

Pengaturan mengenai penetapan batas wilayah laut suatu negara dan


berbagai kegiatan di laut sebenarnya telah termuat dalam suatu perjanjian
internasional yang komprehensif yang dikenal dengan UNCLOS 1982 (United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 atau Hukum Laut PBB 1982).

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 18


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

Dalam UNCLOS 1982 dikenal delapan zona pengaturan (regime) yang


berlaku di laut, yaitu:

(1) perairan pedalaman (internal waters),


(2) perairan kepulauan (archipelagic waters),
(3) laut teritorial (teritorial waters),
(4) zona tambahan (contiguous zone),
(5) Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone),
(6) landas kontinen (continental shelf),
(7) laut lepas (high seas), dan
(8) kawasan dasar laut internasional (international seabed area).
Indonesia telah meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU No 17/1985 dan
memberlakukan UU No 6/1966 tentang Perairan Indonesia menggantikan UU No
4/Perp.1960 yang disesuaikan dengan jiwa atau ketentuan-ketentuan UNCLOS
1982. Lebih lanjut, untuk keperluan penetapan batas-batas wilayah perairan
Indonesia telah diundangkan PP No 38 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-
titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia. Adapun batas-batas wilayah laut
Indonesia dengan negara-negara tetangga meliputi:
(1) batas laut teritorial, yaitu wilayah kedaulatan suatu negara pantai yang
meliputi ruang udara dan laut serta tanah di bawahnya sejauh 12 mil laut
yang diukur dari garis pangkal.
(2) batas zona tambahan, yaitu mencakup wilayah perairan laut sampai ke batas
12 mil laut di luar laut teritorial atau 24 mil laut diukur dari garis pangkal.
(3) batas perairan ZEE, yaitu suatu wilayah perairan laut di luar dan
berdampingan dengan laut teritorial yang lebarnya tidak lebih dari 200 mil laut
dari garis pangkal; yang mana suatu negara pantai (coastal state) memiliki
hak atas kedaulatan untuk eksplorasi, konservasi, dan pemanfaatan sumber
daya alam.
(4) batas landas kontinen. Landas kontinen suatu negara meliputi dasar laut dan
tanah di bawahnya yang menyambung dari laut teritorial negara pantai
melalui kelanjutan alamiah dari wilayah daratannya sampai ujung terluar
tepian kontinen.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 19


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

Hingga saat ini penetapan batas wilayah laut Indonesia dengan negara-
negara tetangga masih banyak yang belum tuntas. Dari 10 negara yang wilayah
lautnya berbatasan dengan Indonesia, baru antara Indonesia dan Australia yang
batas-batas wilayah lautnya telah diselesaikan secara lengkap.

Sementara dengan negara-negara tetangga lainnya baru dilaksanakan


penetapan batas-batas landas kontinen dan sebagian batas-batas laut teritorial
serta ZEE. Kondisi semacam inilah yang sering menimbulkan konflik wilayah laut
antara Indonesia dan negara-negara tetangga, seperti kasus Sipadan, Ligitan,
dan Ambalat. Konflik yang terjadi akan menimbulkan ketidakstabilan dan
mengganggu pembangunan perekonomian pada wilayah tersebut.

Dengan belum adanya kepastian batas-batas wilayah perairan, maka


kegiatan perekonomian kelautan, seperti perikanan tangkap, perikanan budidaya,
industri bioteknologi, pariwisata bahari, transportasi laut, eksplorasi dan
eksploitasi sumber daya alam lainnya, serta konservasi akan terhambat.

b. Pengertian Patroli Laut


Kata patroli berasal dari Bahasa Inggris ’Patrol’ yang artinya meronda.
Kata ’patroli’ walaupun berasal dari kata inggris sudah menjadi kata sehari-hari
khususnya bagi aparat penegak hukum, sedangkan kata ’ronda’ sudah tidak
lazim lagi digunakan, karena memiliki konotasi dengan hansip (ronda kampung).

Dalam Undang-undang No. 10/1995, jo UU No. 17/2006, baik pada pasal


maupun penjelasannya tidak dijelaskan arti kata ’patroli’ tersebut. Di sana hanya
disebut kata-kata ’menggunakan kapal patroli dalam rangka melaksanakan
pengawasan’. Jadi dalam UU tersebut langsung menyebutkan sarananya, yaitu
’kapal patroli’ atau sarana lainnya. Pengertian patroli yang lebih jelas dapat
ditemukan dalam Surat Edaran Bersama antara Menteri Keuangan Republik
Indoensia dengan Kepala Badan Administrai Kepegawaian Nasional No: SE-
85/MK/ 1989, No. 49/SE/1989 tanggal 18 Oktober 1998 tentang Angka Kredit
bagi Jabatan Pemeriksa Bea dan Cukai, yang menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan patroli adalah ‘kegiatan pengamanan keliling atas
kemungkinan atau pencegahan terjadinya tindak di darat (tugas patroli yang
dilakukan di dalam dan di luar wilayah pelabuhan bagian darat); di laut (tugas

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 20


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

patroli yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah pelabuhan bagian laut); di
udara (tugas patroli yang dilakukan di udara).

Lebih jauh, Keputusan Direktur Jendral Bea dan Cukai No. KEP-
58/BC/1997 menjelaskan bahwa patroli yang dilaksanakan oleh Satuan Tugas
Bea dan Cukai di laut, di darat dan di udara untuk pencegahan, penindakan dan
penyidikan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan kepabeanan
dan cukai serta tujuan lain berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa patroli laut mengandung


beberapa unsur yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Kegiatan, yaitu melaksanakan pengamanan.
2. Cara mengerjakan kegiatan, yaitu berkeliling.
3. Tujuan Kegiatan yaitu mencegah terjadinya pelanggaran, penindakan dan
penyidikan, dan
4. Sasaran-sasaran (lokasi), yaitu darat, laut, dan udara.

c. Tujuan Patroli Laut


Undang-undang kepabeanan telah mewajibkan agar sarana
pengangkut harus melalui jalur yang ditetapkan. Oleh karena itu apabila
sarana pengangkut tidak melalui jalur yang ditetapkan maka hal tersebut
merupakan suatu pelanggaran dan dikenakan sanksi. Namun demikian akan
dimungkinkan selalu terjadi pelanggaran. Apabila pelanggaran
(penyimpangan jalur) terjadi dapat dipastikan akan terjadi penurunan
barang-barang ilegal. Akibat selanjutnya adalah kerugian terhadap keuangan
negara. Untuk mencegah terjadinya kerugian negara diperlukan
pengawasan, yang salah satu wujud pelaksanaan pengawasan tersebut
adalah patroli.

Mengacu pada uraian terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa


maksud dan tujuan suatu kegiatan patroli adalah :

 mencegah terjadinya pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai,


misalnya dengan diketahuinya adanya kapal patroli di wilayah perairan
antara kepulauan Riau dengan Singapura, maka sarana pengangkut yang
akan melanggar jalur-jalur yang telah ditentukan.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 21


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

 mencari dan menemukan pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai,


misalnya melalui kegiatan patroli darat yang dilakukan di wilayah dalam
bandara udara Soekarno-Hatta dapat menemukan adanya upaya
mengeluarkan barang-barang impor yang belum diselesaikan formalitas
pabeannya melalui salah satu gudang domestik
 Menindaklanjuti hasil penyidikan.
 Melakukan pengawasan agar pelaksanaan undang-undang kepabeanan
dan cukai, dan peraturan pelaksanaannya dilakukan sesuai ketentuan
ketentuan

Patroli Bea dan Cukai dalam rangka pencegahan pelanggaran peraturan


perundang-undangan kepabeanan dan cukai serta peraturan perundang-
undangan lain yang pelaksanaannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal
dilakukan berdasarkan rencana setiap tahun anggaran. Patroli Bea dan Cukai di
udara dilaksanakan untuk membantu Patroli Bea dan Cukai di laut dan di darat,
pemantauan, dan uji terbang (flight test/route check/nafigational check).

d. Lingkup Wilayah Patroli Laut

Patroli laut merupakan salah satu cara DJBC dalam melakukan


pengawasan barang masuk atau keluar daerah pabean. Untuk itu lingkup wilayah
patroli juga merupakan lingkup wilayah pengawasan. Untuk melakukan patroli
laut, petugas atau satuan tugas patroli wajib mengetahui lingkup wilayah patroli
yang akan dilaksanakannya. Pada dasarnya lingkup wilayah patroli dapat dibagi
menjadi dua, yaitu wilayah patoli meliputi wilayah darat dan perairan pedalaman,
dan wilayah perbatasan.

1) Wilayah darat dan perairan pedalaman

Lingkup wilayah patrol laut meliputi seluruh wilayah perairan Indonesia,


laut zona tambahan, zona ekonomi ekslusif, landas kontinen terutama pada
pulau-pulau buatan, instalasi-instalasi, dan bangunan-bangunan lainnya, dan
selat yang digunakan untuk pelayaran internasional; Wilayah patroli laut sekitar
instalasi dan bangunan dapat meliputi:

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 22


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

a. Sekitar dermaga atau kade.


Dermaga adalah tempat kegiatan pembongkaran, penimbunan dan
pemuatan barang-barang impor dan ekspor. Di samping itu dermaga juga
merupakan tempat menurunkan dan menaikkan penumpang. Di dermaga
dimungkinkan sekali pembongkaran barang dari atas kapal langsung ke
atas kendaraan darat dan terus keluar ke peredaran bebas tanpa
prosedur.
b. Jalan-jalan sekitar kawasan pabean
Adanya perpindahan barang dari tempat penimbunan sementara ke
tempat penimbunan sementara yang lain (pindahlokasi) dapat terjadi
pada jalan-jalan sekitar kawasan pabean. Keungkinkan terjadinya
perpindahan barang tersebut perlu diwaspadai oleh petugas patroli.
c. Jalan-jalan di luar pabean yang menyusur pantai
Kapal-kapal yang labuh jangkar di sekitar perairan pelabuhan sering
didatangi pelanggar-pelanggar. Barang-barang diturunkan ke kapal-kapal
kecil (speed boat) dan di bawa ke pantai diluar kawasan pabean.
d. Jalan sepanjang dari kantor inspeksi sampai dengan tempat penimbunan
berikat.
Banyak peti kemas berisi barang impor yang belum bayar bea-bea
dipindah lokasikan dari tempat penimbunan sementara ke tempat
penimbunan berikat diluar kawasan pabean. Ada kemungkinan trailer-
trailer pengangkut peti kemas ini menyimpang dari tujuan untuk menukar
isi petikemas, baru kembali ketempat tujuan semula.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 23


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

2) Wilayah perbatasan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki wilayah yang


berbatasan dengan 10 negara, baik di darat maupun di laut. Di Wilayah darat
Republik Indonesia (RI) , berbatasan langsung dengan negara-negara Malaysia,
Papua Nugini (PNG) dan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Sedangkan
di wilayah laut RI, berbatasan dengan 10 negara yaitu, India, Malaysia,
Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Australia, Republik Demokratik
Timor Leste dan Papua Nugini. Wilayah perbatasan darat Indonesia berada di
tiga pulau, yaitu Pulau Kalimantan, Papua dan Pulau Timor, serta tersebar di
empat provinsi dan 15 kabupaten/ kota yang masing-masing memiliki ciri dan
karakteristik yang berbeda-beda. Wilayah perbatasan laut meliputi :
 batas Laut Teritorial (BLT)
 batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
 batas Landas Kontinen (BLK).
 batas Zona Tambahan (BZT) Dan
 batas Zona Perikanan Khusus (Special Fisheries Zone / SFZ)
Batas Laut Teritorial (BLT), Batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan
Batas Landas Kontinen (BLK) diukur jaraknya dari titik dasar/ garis pangkal
kepulauan, yang penetapannya bergantung pada keberadaan pulau-pulau
terluar, yang jumlahnya hingga saat ini kurang lebih 92 pulau, termasuk pulau
kecil yang beberapa diantaranya hingga kini memerlukan penataan dan

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 24


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

pengembangan yang lebih intensif karena memiliki potensi terhadap upaya


ekspansi oleh negara lain.
Setiap negara mempunyai kewenangan untuk menetapkan sendiri batas-
batas wilayahnya. Namun mengingat batas terluar wilayah negara senantiasa
berbatasan dengan wilayah atau perairan kedaulatan (yuridiksi) otoritas negara
lain, maka penetapan tersebut harus memperhatikan kewenangan otoritas
negara lain sehingga perlu dibangun suatu kerjasama yang adil dan saling
menguntungkan.

Kondisi Umum Kawasan Perbatasan Antarnegara


Dalam Platform Penanganan Per-masalahan Perbatasan Antar Negara
oleh Tim dari Departemen Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Pemerintahan
Umum, Direktorat Wilayah Administrasi dan Perbatasan, telah mengidentifikasi,
bahwa permasalahan perbatasan yang dihadapi kawasan perbatasan Indonesia
berbeda sifat dan kondisinya dengan kawasan lain. Permasalahan yang terjadi di
perbatasan dipengaruhi oleh faktor yang berbeda seperti geografis, ketersediaan
sumber daya manusia dan alam, kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya
serta tingkat kesejahteraan masyarakat negara tetangga. Satu permasalahan
utama yang dihadapi oleh seluruh kawasan perba-tasan di Indonesia adalah
kemiskinan serta keterbatasan sarana dan prasarana dasar sosial dan ekonomi.
Di Provinsi Kalimantan yang berbatasan langsung dengan Malaysia, kondisi
sosial ekonomi negara tetangga masih jauh lebih baik. Selain itu, di kawasan
perbatasan ini terjadi pula penurunan kualitas sumber daya alam akibat
perambahan hutan secara secara illegal serta adanya pengiriman sumber daya
manusia secara illegal (woman and children trafficking).
Di kawasan perbatasan Papua-PNG, kondisi sosial dan ekonomi
Indonesia yang masih relatif lebih baik serta masih adanya keterikatan keluarga
dan suku bangsa sehingga menyebabkan terjadinya arus orang dan
perdagangan barang yang bersifat tradisional (barter) melalui pintu-pintu
perbatasan yang belum resmi. Kegiatan perdagangan yang bernilai ekonomi
tinggi dan bersifat resmi masih terbatas. Sebagian besar kawasan perbatasan di
Papua terdiri atas areal hutan, baik hutan konservasi maupun hutan lindung ,
bergunung dan berbukit yang sulit dijangkau kendaraan roda dua atau roda

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 25


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

empat. Satu-satunya sarana perhubungan yang dapat menjangkau kawasan


perbatasan pegunungan tersebut adalah pesawat udara perintis atau helikopter.
Di kawasan perbatasan Nusa Tenggara Timur (NTT), secara umum
masih belum berkembang dan sarana serta prasarananya masih bersifat darurat.
Secara umum kondisi kawasan perbatasan di NTT ini relatif lebih baik dibanding
dengan kawasan perbatasan di wilayah Timor Leste (RDTL). Kegiatan
perdagangan barang dan jasa yang dibutuhkan masayarakat Timor Leste
disediakan oleh masyarakat Indonesia dengan nilai jual yang relatif cukup tinggi.
Dalam jangka panjang kawasan ini perlu diantisipasi sebagai negara tetangga
yang cepat berkembang dengan tingkat kesejahteraan yang relatif lebih baik
daripada kesejateraan masyarakat NTT pada umumnya, mengingat perhatian
dan bantuan dunia internasional termasuk PBB terhadap RDTL.

Kerjasama Regional Perbatasan

Kerjasama regional dibidang survei dan penegasan batas di wilayah


darat antara RI dengan Malaysia, selama ini baik yang tertuang dalam
Memorandum of Understanding (MoU) maupun perjanjian-perjanjian penetapan
garis batas laut telah diundangkan dengan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 1971, sedangkan sisanya masih ada perbedaan pandangan
pada segmen-segmen tertentu tersebar disepanjang perbatasan negara yang
belum bisa disepakati bersama maupun di beberapa wilayah laut yang belum
dirundingkan. Deliniasi (pemetaaan) dan demarkasi (batas pemisah) garis batas
di darat dan laut antara RI dengan negara tetangga adalah sebagai berikut :

 Deliniasi Di Darat :
− RI - Malaysia Panjang garis batas kurang lebih 1900 km, 10 segmen
batas belum disepakati, yaitu 5 segmen RI-Serawak dan 5 segmen RI-
Sabah.
− RI - Papua Nugini (PNG) Panjang garis batas kurang lebih 770 km,
seluruhnya telah disepakati dalam perjanjian
− tahun 1973, namun terdapat aspek kultural (tanah ulayat) yang
berpotensi menjadi konflik

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 26


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

− RI - Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) Panjang garis batas


kurang lebih 150 km sektor timur dan
− 120 km sektor barat, 10 persen batas darat belum disepakati.

 Deliniasi Di Laut :
− R I– Filipina BLT, ZEE,dan BLK belum didelimitasi, terdapat perbedaan
pendapat dalam penentuan garis batas.
− RI – Singapura BLT belum didelimitasi
− RI - Australia Memerlukan penataan ulang di kawasan eks- Timor gap
− RI- India ZEE belum didelimitasi.
− RI – Republik Palau ZEE belum didelimitasi
− RI – Thailand ZEE belum didelimitasi
− RI – Malaysia BLT, ZEE, BLK belum didelimitasi
− RI–Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) BLT, ZEE belum
didelimitasi
− RI–Vietnam BLK belum didelimitasi Sedangkan demarkasi yang telah
dilakukan antara Republik Indonesia dengan negara yang
berbatasan meliputi :
∼ RI – Malaysia,
∼ RI – Papua Nugini (PNG),
∼ RI – Republik Demokratik Timor Leste (RDTL)

 Pos Lintas Batas


Keberadaan Pos Lintas Batas (PLB) dan Pos Pemeriksaan Lintas Batas
(PPLB) beserta fasilitas Bea dan Cukai, Imigrasi, Karantina dan Keamanan
(CIQS) sebagai gerbang yang mengatur arus keluar masuk orang dan barang di
wilayah perbatasan sangat penting. Sebagai pintu gerbang negara, sarana dan
prasarana ini diharapkan dapat mengatur hubungan sosial dan ekonomi antara
masyarakat Indonesia dengan masyarakat di wilayah negara tetangga.
Disamping itu, adanya sarana dan prasarana perbatasan ini akan mengurangi
keluar masuknya barang-barang illegal. Namun demikian, jumlah sarana dan
prasarana PLB, PPLB dan CIQS di wilayah perbatasan secara faktual masih
minim. Pulau-pulau kecil di Indonesia khususnya pulau-pulau di perbatasan

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 27


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

dengan negara tetangga diyakini memiliki nilai strategis, terutama berkaitan


dengan penentuan titik dasar penetapan wilayah perairan Indonesia. Selain itu
karena letaknya yang berada di wilayah perbatasan dengan negara tetangga
menyebabkan wilayah tersebut menjadi lebih strategis dari sisi ideologi, politik
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan dan keamanan.
Saat ini jumlah pulau-pulau terluar maupun kecil sebanyak 92 pulau,
sedangkan dari 92 pulau tersebut, yang perlu mendapat perhatian khusus
sebanyak 12 pulau yang kesemuanya perlu dikelola dan dikembangkandengan
lebih terencana, sistematis serta berdasarkan pada kebijakan yang bersifat
komprehensif dan disertai dengan optimalisasi peran masing- masing instansi
terkait. Pulau-pulau kecil memang dicirikan oleh keterisolasian penduduknya
dengan daratan besar, jumlah penduduknya sedikit dan umumnya sulit dijangkau
karena keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi laut, air
bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan sehingga membuat pulau-pulau sulit
berkembang.
Padahal, itu dari ribuan pulau-pulau kecil tersebut banyak yang memiliki
keindahan untuk dijadikan obyek pariwisata bahari, disamping itu pulau-pulau
kecil juga punya potensi untuk dikembangkan menjadi kota-kota pantai berbasis
industri perikanan. Secara garis besar pulau-pulau terluar yang memerlukan
perhatian khusus adalah sebagai berikut; Pulau Rondo, Pulau Berhala, Pulau
Nipah, Pulau Sekatung,Pulau Marampit, Pulau Marore, Pulau Miangas, Pulau
Fani, Pulau Fanildo, Pulau Bras, Pulau Dana dan Pulau Batek, yang tersebar di
sekitar wilayah Provinsi Nangroe Aceh Darusalam, Sumut, Kep. Riau, Sulut,
Papua dan NTT.

e. Temuan-Temuan dalam Patroli Laut


Dari lingkup wilayah patroli laut tersebut, ada beberapa hal yang mungkin
akan anda temukan seperti:
• Orang atau sekumpulan orang yang sedang menunggui tumpukan
barang.
• Orang atau sekumpulan orang yang sedang memuat barang ke atas
kendaraan
• Orang atau sekumpulan orang yang sedang mengangkut barang menuju
sebuah rumah atau bangunan

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 28


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

• Orang atau sekumpulan orang yang sedang menurunkan barang dari


sebuah rumah atau bangunan.
• Kendaraan yang sedang melaju membawa barang-barang.

Apabila Saudara merasa curiga terhadap perbuatan-perbuatan yang


demikian segeralah berhenti dan mendekati. Perhatikan apa yang terjadi. Apabila
Saudara beranggapan bahwa barang-barang tersebut berasal dari perdagangan
gelap segeralah ambil tindakan.

Tunjukkan surat tugas/perintah dan kartu identitas Saudara dan lakukan


wawancara singkat dengan orang-orang yang dicurigai tersebut. Apabila
diperoleh bukti awal/permulaan bahwa barang-barang tersebut berasal dari
pelannggaran, maka orang-orang, barang serta sarana pengangkut dibawa ke
kantor untuk pemeriksaan lebih lanjut. Apabila tidak memungkinkan untuk
membawa orang dan atau barang serta sarana pengangkut, hubungilah kantor
Saudara untuk mendapatkan bantuan, dan jika bantuan dari kantor juga tidak
memungkinkan, maka hubungi ABRI setempat. Selain itu, jangan lupa mencatat
dan merekam apa saja yang bisa diketahui disekitar tempat tersebut, karena ha-
tersebut dapat berguna untuk keperluan pembuktikan.

Khusus untuk kendaraan yang sedang berjalan apabila ingin


menghentikannya harus diberikan isyarat terlebih dahulu misalnya isyarat
tangan, bunyi atau lampu. Apabila syarat tidak diindahkan cobalah dengan
tembahan peringatan. Jika tembakan peringatan tidak berhasil, maka tindakan
selanjutnya adalah tembakan diarahkan ke roda kendaraan.

Untuk Anda Perhatikan bahwa sebelum menjalani penghentian dan


pemeriksaan barang yang diangkut, keputusan Anda untuk melakukan hal-hal
tersebut harus benar-benar dilandasi adanya kecurigaan yang kuat, sebab
apabila pada pemeriksaan bukti ternyata orang yang mengangkut tidak bersalah
(tidak terbukti melakukan pelanggaran), maka semua kerugian yang ditimbulkan
akibat tindakan saudara akan menjadi tanggung jawab DJBC.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 29


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

1.2. Latihan

Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1 ini,
coba kerjakan latihan-latihan berikut ini.
1. Apa itu UNCLOS, jelaskan.
2. Jelaskan lingkup wilayah patroli laut.
3. Apa yang dimaksud dengan patroli? Apa tujuan patroli laut?
4. Sebutkan dasar hukum patroli laut.
5. Apa yang dimaksud dengan zona ekonomi eksklusif?

1.3. Rangkuman
Tugas Patroli merupakan salah satu bagian penting dari pelaksanaan
tugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam rangka penegakan hukum. Kata
patroli berasal dari Bahasa Inggris ’Patrol’ yang artinya meronda. Patroli dapat
dilakukan di dalam lingkup wilayah pabean Indonesia dan juga daerah
perbatasan dengan negara lain. Tujuan patroli adalah untuk mencegah terjadinya
pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai; mencari dan menemukan
pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai; menindaklanjuti hasil penyidikan,
dan melakukan pengawasan agar pelaksanaan undang-undang kepabeanan dan
cukai, dan peraturan pelaksanaannya dilakukan sesuai ketentuan ketentuan.

Undang-Undang Kepabeanan (UU No.10 / 1995 yang direvisi dengan UU


No.17/2006) pasal 74 (1) dan pasal 75(1) memberikan dasar hukum bagi DJBC
untuk melakukan patroli, termasuk patroli laut. Selain itu untuk keperluan
operasional, dibuat peraturan setingkat Keputusan Direktur Jenderal (Keputusan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor Kep-58/BC/1997 tanggal 03 Juni 1997
tentang Patroli Bea dan Cukai, yang merupakan petunjuk pelaksanaan dalam
melakukan patroli oleh satuan tugas Bea dan Cukai) dan aturan-aturan lain yang
dapat digunakan sebagai payung hukum pelaksanaan patroli laut tersebut.

Aturan-aturan di atas hanya dapat diterapkan pada wilayah internal


Indonesia. Untuk wilayah perbatasan diatur berdasarkan aturan UNCLOS (United
Nations Conference on the Law of Sea) 1982. Menurut UNCLOS, semua negara
mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap pemanfaatan ruang laut dan
sumberdayanya. UNCLOS 1982 bagi Indonesia adalah pengakuan Indonesia

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 30


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

sebagai negara kepulauan dengan semua perairan/laut di antara pulau-pulau


menjadi laut/perairan nasional, yang kita sebut Perairan Nusantara. Juga
UNCLOS mengukuhkan lebar laut teritorial menjadi 12 mil laut.

Karena Indonesia adalah Negara kepulauan, maka Pemerintah berusaha


menciptakan landasan hukum yang kuat bagi Indonesia dengan dikeluarkannya
Deklarasi Djuanda pada tanggal 18 Februari 1960. Meskipun pada awalnya
deklarasi Djuanda banyak ditentang oleh beberapa Negara, namun pemerintah
Indonesia terus berjuang agar deklarasi yang mempergunakan archipelago
principle atau Wawasan Nusantara ini dapat diterima oleh dunia Internasional.

1.4. Tes Formatif 1 (Soal pilihan berganda)


1. Tugas Patroli merupakan salah satu bagian penting dari pelaksanaan tugas
pokok Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Berikut adalah alasan-alasan
perlunya dilakukan patroli oleh DJBC, kecuali:
a. Menegakkan hukum, termasuk hukum internasional.
b. Mengawasi setiap sarana pengangkut apakah telah melintasi atau
melalui jalur yang telah ditentukan.
c. Mencegah, mencari, dan menemukan adanya pelanggaran di bidang
Kepabeanan dan Cukai.
d. Mengamankan hak-hak Negara.

2. Dalam rangka melakukan patrol, agar sarana pengangkut melalui jalur yang
ditetapkan, maka Pejabat DJBC yang bertugas perlu dilengkapi sarana-
sarana operasional berikut, kecuali:
a. Kapal laut
b. Rudal
c. Kapal udara
d. Radar

3. Dasar hukum yang dapat digunakan payung atas kewenangan DJBC untuk
melakukan patrol adalah peraturan-peraturan berikut, kecuali:
a. UU No.10/1995 yang telah direvisi dengan UU No.17/2006.
b. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor Kep-58/BC/1997
c. UU No. 1 tahun 2006.
d. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1996

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 31


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

4. Menurut UNCLOS 1982, lebar laut teritorial adalah:


a. 20 mil laut
b. 10 mil laut
c. 21 mil laut
d. 12 mil laut.

5. Selain laut teretorial, UNCLOS 1982, Indonesia juga mempunyai


kewenangan penuh atas zona tambahan (continguous zone) sejauh 12 mil
laut dari batas laut teritorial untuk bidang-bidang berikut, kecuali:
a. Keimigrasian,
b. Perdagangan,
c. Pabean dan cukai
d. Karantina hewan dan tanaman.

6. Prinsip-prinsip dalam Deklarasi Djuanda yang dikukuhkan dengan Undang-


undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang ‘Peraiaran Indonesia’ memberikan
keuntungan bagi bangsa Indonesia karena…
a. jalur laut wilayah laut territorial Indpnesia menjadi selebar 100 mil.
b. wilayah Negara RI yang semula luasnya 2.027.087 km2 (daratan)
bertambah luas lebih kurang menjadi 5.193.250 km2 (terdiri atas
daratan dan lautan).
c. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landas continental Indonesia
menjadi 20 mil.
d. perairan yang terletak pada bagian dalam garis pangkal merubah
statusnya dari laut lepas menjadi ZEE.

7. Dasar laut dan tanah dibawahnya diluar perairan wilayah Republik


Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1960
sampai kedalaman 200 meter atau lebih, yang masih mungkin
diselenggarakan eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam disebut
a. Batas Landas Kontinen (BLK)
b. Batas Laut Teritorial (BLT)
c. Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
d. Batas Zona Perikanan Khusus (Special Fissheries Zone/SFZ)

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 32


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

8. Berikut ini adalah tujuan dari kegiatan patrol, kecuali:


a. Mencegah terjadinya pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai.
b. Mencari dan menemukan pelanggaran di bidang kepabeanan dan
cukai.
c. Menentukan kerugian Negara yang ditimbulkan oleh pelanggaran
ekportir dan importir.
d. Melakukan pengawasan agar pelaksanaan undang-undang
kepabeanan dan cukai, dan peraturan pelaksanaannya dilakukan
sesuai ketentuan ketentuan.

9. Lingkup wilayah patroli laut meliputi:


a. Sekitar dermaga atau kade.
b. Jalan-jalan di luar pabean yang menyusur pantai.
c. Jalan sepanjang dari kantor inspeksi sampai dengan tempat
penimbunan berikat.
d. Jalan-jalan sekitar bandara.

10. Wilayah perbatasan darat Indonesia berada di tiga pulau, yaitu:


a. Pulau Sumatera, Pulau Irian (papua) dan Pulau Timor.
b. Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Timor.
c. Pulau Sumatera, Sulawesi dan Pulau Kalimantan.
d. Pulau Kalimantan, Pulau Irian (papua) dan Pulau Timor.

11. Penarikan garis batas sementara suatu wilayah atau suatu negara di atas
peta disebut...
a. Deliniasi
b. Topografi
c. Pemetaan
d. Demarkasi

12. Pembatasan atau batas pemisah satu negara dengan negara lain yang
bertetangga yang ditandai dengan pemasangan patok di lapangan
disebut...
a. Deliniasi b. Topografi
c. Pemetaan d. Demarkasi

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 33


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

13. Daerah diluar dan berbatasan dengan laut teritoriaal yang tidak boleh
melebihi 200 mil laut dari garis pangkal disebut...
a. Batas Landas Kontinen (BLK)
b. Batas Laut Teritorial (BLT)
c. Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
d. Batas Zona Perikanan Khusus (Special Fissheries Zone/SFZ)

14. Menurut UNCLOS 1982 batas landas kontinen adalah selebar…


a. 200 mil laut
b. 350 mil laut
c. 12 mil laut
d. 24 mil laut

15. Menurut UNCLOS 1982, batas landas benua adalah…


a. 20 mil laut
b. 350 mil laut
c. 200 mil laut
d. 12 mil laut.

1.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang


modul ini. Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus
untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%


Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah


dipelajari mencapai :
91% s.d. 100% : Amat baik
81% s.d. 90,99% : Baik
71% s.d. 80,99% : Cukup
61% s.d. 70,99% : Kurang
bila tingkat pemahaman belum mencapai 81% ke atas (kategori “baik”), maka
disarankan mengulangi materi.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 34


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

KEGIATAN BELAJAR 2
KB 2
JENIS JENIS KAPAL PATROLI LAUT

INDIKATOR KEBERHASILAN:
Setelah mempelajari KB 2 anda diharapkan dapat:
- Menjelaskan tentang jenis-jenis Kapal Patrol Laut
- Menjelaskan karakteristik Kapal Patroli Laut.

2.1. Uraian dan Contoh


DJBC, Sebagai institusi yang menjaga pintu gerbang negara Indonesia,
memiliki tugas menjaga wilayah pabean Indonesia, baik terhadap barang-barang
yang masuk, maupun barang-barang yang akan keluar daerah pabean.
Pengawasan barang-barang tersebut, juga dilakukan di laut karena letak
geografis Indonesia adalah kepulauan dan berbatasan dengan beberapa negara
tetangga.

Untuk pengawasan perbatasan laut dengan negara lain, DJBC selama ini
melaksanakan secara rutin patroli laut yang didukung oleh armada kapal patroli
yang hingga saat ini jumlahnya mencapai ratusan unit dengan berbagai macam
ukuran. Saat ini DJBC memiliki lima jenis kapal patroli dengan berbagai ukuran
dan bahan, yaitu :

Ukuran/Jenis Kapal : Bahan Dasar Jumlah

1. FPB 28 Meter Alumunium 3 unit


Kayu 27 unit
2. FPB 38 Meter Aluminium 5 unit
3. LPC (Local Patrol Craft) Fiberglass 10 unit
4. VSV (Very Silinder Vessel) Kevlar 10 unit
5. Speed Boat Fiberglass 155 unit

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 35


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

1. Fast Patrol Boat (FPB) 28 Meter

Karakteristik FPB 28 Meter.


- Buatan : Belgia (seri 6000 dan 7000)
- Kecepatan : 25 knot/jam
- Ukuran Panjang : 28 Meter
- Ukuran Lebar : 4 Meter
FPB 28 meter diperuntukkan untuk patroli yang menempuh jarak antar
pulau atau yang disebut dengan intersuler. Kapal ini mampu mengarungi laut
bebas, sehingga mampu mengejar kapal-kapal yang melarikan diri. Saat ini
KPBC memiliki 32 FPB 28 Meter, 27 berbahan dasar kayu dan 5 berbahan dasar
alumunium. Dari 32 unit jumlah FPB 28 meter kayu, sebanyak 20 unit telah
diperbaharui sehingga memiliki karakteristik seperti layaknya kapal baru.

Seluruh FPB 28 meter memiliki radar serta diperlengkapi dengan senjata


otomatis caliber 12,7 mm serta senjata laras panjang dan pendek sesuai
kebutuhan. Demikian pula alat komunikasi SSB (Singgle Side Band) yang
mampu menerima maupun menyampaikan informasi ke kantor-kantor dan
sesame kapal.

FPB 28 meter ditempatkan pada beberapa Pangkalan Sarana dan


Operasi (Pangsarop), seperti Tanjung Balai Karimun (TBK) 24 unit dimana 19
unit berbahan dasar kayu dan 5 unit berbahan dasar aluminium; Tanjung Priok
sebanyak 2 unit dengan bahan dasar kayu; dan Pantoloan sebanyak 6 unit yang
berbahan dasar kayu”.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 36


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

2. Fast Patrol Boat Ukuran 38 Meter


DJBC kerap mengalami hambatan dalam pengejaran penyelundup di
wilayah timur yang memiliki ombak di atas empat meter, dan wilayah barat
khususnya Laut Cina Selatan dengan ombak mencapai lima meter. Oleh karena
itu DJBC memerlukan jenis kapal patrol berbadan lebar dengan ukuran 38 meter
yang mampu berlayar antar pulau dan dapat mengarungi lautan dengan ombak
yang tinggi.
Kapal Patroli Cepat 38 Meter Bea Cukai

Pada tahun 2009 DJBC melakukan pembelian kapal jenis ini sebanyak 3
unit. Dengan memiliki kapal patroli berukuran 38 meter tersebut diharapkan
kendala yang selama ini dihadapi bisa teratasi, misalnya pada Pangkalan Sarana
dan Operasi Pantoloan yang berpatroli hingga ke Irian Jaya dan sering terhambat
karena ombak yang tinggi, sementara kegiatan ilegal logging dan ilegal
fishing serta komoditi lainnya banyak terjadi. Selain itu tentunya kehadiran kapal
baru tersebut akan mengoptimalkan ungsi pengawasan DJBC.

Selain itu, untuk wilayah barat seperti TBK, keberadaan kapal patrol cepat
(FPB) berukuran 38 meter ini akan lebih mengefektifkan satgas patrol laut dalam
mengecar para penyelundup yang banyak berkeliaran dikawasan tersebut.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 37


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

Karakteristik FPB 38 Meter

a. Ukuran Kapal:
- Panjang : 42,00 Meter
- Panjang Garis : 38,00 Meter
- Panjang antar garis : 36,70 Meter
- Lebar : 7,30 Meter
- Sarat air kekuatan : 1,85 Meter
- Sarat air desain : 1,65 Meter

b. Kemampuan
- Mempunyai daya jelajah yang jauh dan kecepatannya maksimum sampai
30 knot.
- Mampu mengarungi laut lepas dengan gelombang stage 4 (4-5 meter),
dan
- Mampu berpatroli secara terus menerus dengan kecepatan 18 knot
sejauh 2000 Nm (Nautical mile) atau setara 8 hari..

c. Mesin dan sarana lainnya


- Menggunakan mesin jenis Motoren Unds Turbinen Union (MTU) yang
memiliki tenaga hingga 3700 PK.
- Dilengkapi dengan radar yang memiliki jangkauan lebih dari 72 Nm,
radio, ekosonder, yang keseluruhannya juga telah memenuhi ketentuan
dari International Maritime Organization (IMO).
- Selain itu, salah satu keunggulan kapal patroli 38 meter ini
memiliki riverse osmosis yang merupakan penyulingan air laut menjadi air
tawar.
- Untuk bahan bakar, kapal jenis ini sudah dilengkapi juga
dengan sperator yang fungsinya dapat memilah antara bahan bakar
dengan kotoran.

Kapal Patroli Cepat 38 Meter Aluminium ini merupakan hasil Rancang &
Bangun serta pengembangan produk sebelumnya yang telah di lakukan oleh
PAL INDONESIA Konsep pembangunan Kapal Patroli Cepat 38 meter
Aluminium ini di rancang khusus sebagai kapal patroli cepat untuk mendukung
pengamanan dan penegakan hukum di wilayah kedaulatan laut Indonesia.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 38


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

Dengan menggunakan standard class Lloyd Register. Konstruksi lambung dan


anjungan kapal di buat dari bahan aluminium dan di desain sedemikian rupa
sehingga mampu menahan gelombang yang tinggi dan lincah pada saat
manuver.

Kecepatan maksimum 30 knots dan kecepatan maksimum yang di capai


pada saat official trial adalah 33 knots. Kapal ini di pasang dua baling-baling
serta di lengkapi dengan Radar NavNet yang mampu mengintegrasikan data-
data peralatan sistim navigasi dan komunikasi seperti, echo sounder, speed log
dan GPS kedalam Peta Elektronik dan Sistim Radar serta di pertukaran
data(data exchange) dengan kapal lain atau stasiun pantai dan juga di lengkapi
dengan kemudi secara otomatis, alat pendeteksi arah angin serta mampu
mendeteksi kapal di sekitarnya.

3. Very Slinder Vessel (VSV)

Selain itu, DJBC juga memiliki delapan kapal Very Silinder Vessel (VSV)
yang mempunyai karakteristik dapat mencapai kecepatan 50 knot dan dapat
menembus ombak, sehingga kapal jenis ini lebih digunakan sebagai kapal
pemburu.

4. Local Patrol Craft (LPC)

Selain kapal patrol cepat DJBC juga memiliki kapal patrol local yang
kemampuan jelajahnya hanya sekitar perairan pelabuhan. Ukuran panjang
maupun lebar lebih kecil dari kapal patrol cepat. Rata-rata panjangnya hanya 10
meter. Pada umumnya kapal ini berfungsi selain untuk patrol juga untuk
mengangkut petugas-petugas yang akan melakukan pemeriksaan kapal.

Saat ini DJBC hanya memiliki 10 kapal jenis LPC ini yang disebar ke
seluruh kantor-kantor Pangsarop. Untuk perawatan kapal ini dilakukan oleh
kantor-kantor pangsarop yang bersangkutan.

5. Speed Boat (SB)

Pada KPPBC-KPPBC yang memiliki alur sungai ataupun selat yang


rawan akan penyelundupan, juga terdapat 155 kapal speed boat, dimana 113

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 39


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

unit dalam kondisi baik sedangkan 42 unit dalam kondisi rusak. Ukuran kapal ini
jauh lebih kecil, akan tetapi kecepatan dan kelincahannya melebihi jeni-jenis
kapal patrol lainnya. Oleh karena itu kapal patroli jenis ini digunakan pada aliran-
aliran sungai dan di laut yang jangkauan radius pelayarannya tidak terlalu jauh
(gelombang kecil), tetapi bisa mengantisipasi pengawasan disekitar KPPBC
tersebut.

Kapal Patroli yang dipergunakan dalam rangka Patroli Bea dan Cukai
harus memenuhi syarat kelaiklautan. Pernyataan kelaiklautan dinyatakan oleh
Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai :
 setelah mendapat laporan dari Pejabat Bea dan Cukai yang bertanggung
jawab mengenai nautika, teknik kapal, penginderaan dan telekomunikasi; dan
 bahwa kapal patroli untuk di laut memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
SOLAS (Save of Live at Sea) sebagaimana yang diatur dalam Protokol
SOLAS 1978 yang dikeluarkan oleh IMO (International Maritime
Organisation).

2.2. Latihan
Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1 ini,
coba kerjakan latihan-latihan berikut ini.
1. Sebutkan jenis-jenis kapal patrol laut yang dimiliki DJBC.
2. Sebutkan kelebihan FPB 38 Meter disbanding FPB 28 Meter.
3. Untuk perairan pedalaman (sungai), jenis kapal apa yang cocok untuk patrol?
Jelaskan.
4. Apa kelebihan dan manfaat Jenis kapal patrol VSV.
5. Apa yang dimaksud dengan kelaiklautan? Apa syaratnya?

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 40


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

2.3. Rangkuman

Untuk melakukan patrol, baik dilingkungan dalam daerah pabean maupun


daerah perbatasan dengan Negara lain, khususnya perbatasan laut, DJBC telah
melaksanakan patroli laut secara rutin yang didukung oleh armada kapal patroli
yang hingga saat ini jumlahnya mencapai ratusan unit dengan berbagai macam
ukuran. Saat ini DJBC memiliki lima jenis kapal patroli dengan berbagai ukuran
dan bahan, yaitu :

Ukuran/Jenis Kapal : Bahan Dasar Jumlah

1. FPB 28 Meter Alumunium 3 unit


Kayu 27 unit
2. FPB 38 Meter Aluminium 5 unit
3. LPC (Local Patrol Craft) Fiberglass 10 unit
4. VSV (Very Silinder Vessel) Kevlar 10 unit
5. Speed Boat Fiberglass 155 unit

2.4. Tes Formatif 2 (Soal pilihan berganda)

1. FPB 28 Meter buatan…


a. Jepang
b. Belgia
c. Jerman
d. Indonesia

2. Kecepatan maksimum FPB 28 Meter adalah…


a. 15 Knot
b. 20 Knot
c. 25 Knot
d. 30 Knot

3. Untuk patroli yang menempuh jarak antar pulau (intersuler) atau daerah laut
bebas diperlukan jenis kapal patrol…
a. FPB 28 Meter
b. LPC
c. Speed Boat
d. Perahu layar.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 41


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

4. FPB 38 Meter berbahan dasar…


a. Kayu
b. Fiberglass
c. Alumunium
d. Baja

5. Kecepatan maksimum FPB 38 Meter adalah…


a. 15 Knot
b. 20 Knot
c. 25 Knot
d. 30 Knot

6. Lebar kapal patrol jenis FPB 38 Meter adalah…


a. 7,30 Meter
b. 4 Meter
c. 3 Meter
d. 2 Meter.

7. Panjang kapal patrol jenis FPB 38 Meter adalah…


a. 40 Meter
b. 42 Meter
c. 38 Meter
d. 36 Meter

8. Berikut adalah kemampuan yang dimiliki oleh kapal patrol DJBC tipe FPB 38
Meter, kecuali…
a. Mempunyai daya jelajah yang jauh dan kecepatannya maksimum sampai
30 knot.
b. Mampu mengarungi laut lepas dengan gelombang stage 4 (4-5 meter),
dan
c. Mampu berpatroli secara terus menerus dengan kecepatan 18 knot
sejauh 2000 Nm (Nautical mile) atau setara 8 hari..
d. Dapat mencapai kecepatan maksimum 30 Knot.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 42


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

9. Salah satu keunggulan kapal patrol DJBC jenis FPB 38 yang tidak ada pada
jenis kapal patrol lainnya adalah…
a. Menggunakan bahan bakar bensin
b. Memiliki peralatan riverse osmosis.
c. Memiliki radar
d. Diperlengkapi senjata.

10. Kapal patrol DJBC jenis Very Silinder Vessel (VSV) dapat mencapai
kecepatan maksimum…
a. 50 Knot
b. 20 knot
c. 25 Knot
d. 30 Knot.
11. Kapal patroli yang dipergunakan dalam rangka patroli bea dan cukai harus
memenuhi syarat kelaiklautan yang dinyatakan oleh...
a. Kepala Pangsarop
b. Kepala operasi
c. Nahkoda
d. Mualim 1

12. FPB 38 Meter adalah jenis kapal patroli yang dibuat di negara...
a. Belgia b. Indonesia
c. Jerman d. Belanda

13. Kapal patroli DJBC yang mampu berpatoli secara terus menerus selama 8
hari adalah...
a. FPB 28 Meter b. FPB 38 Meter
c. Speed Boat d. Local Patrol Craft

14. Kapal patrol DJBC jenis VSV berbahan dasar…


a. Kayu b. Fiberglass
c. Alumunium d. Keylar
15. Rata-rata panjang Local Patrol Craft (LPC) adalah…
a. 15 meter b. 20 meter
c. 10 meter d. 30 meter

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 43


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

2.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang
modul ini. Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%


Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai :
91% s.d. 100% : Amat baik
81% s.d. 90,99% : Baik
71% s.d. 80,99% : Cukup
61% s.d. 70,99% : Kurang
bila tingkat pemahaman belum mencapai 81% ke atas (kategori “baik”), maka
disarankan mengulangi materi.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 44


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

3. KEGIATAN BELAJAR 3 KB 3
SATUAN TUGAS BEA DAN CUKAI

INDIKATOR KEBERHASILAN:
Setelah mempelajari KB 3 para peserta diharapkan dapat:
- Menjelaskan Dasar Hukum Pembentukan Satgas.
- Menjelaskan Unsur-Unsur Satgas dan persyaratannya.
- Menjelaskan Tugas dan Kewenangan Satgas.

3.1. Uraian dan Contoh


a. Dasar Hukum Pembentukan Satgas

Pelaksanaan Patroli Bea dan Cukai berdasarkan Surat Perintah yang


diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang. Pejabat Bea dan Cukai
yang berwenang menerbitkan Surat Perintah ialah:
 Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuk;
 Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai yang menangani Pencegahan Penindakan dan Penyidikan
atau Pejabat yang ditunjuk;
 Kepala Kantor Wilayah;
 Pejabat Eselon III pada Kantor Wilayah yang menangani
Pencegahan Penindakan dan Penyidikan atau Pejabat yang
ditunjuk; atau
 Kepala Kantor Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuk.

Surat Perintah Patroli Bea dan Cukai memuat tentang:


 nomor Surat Perintah;
 dasar dan pertimbangan pemberian perintah;
 nama, pangkat, dan NIP Pejabat Bea dan Cukai yang diberi
perintah;
 perintah yang harus dilaksanakan;

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 45


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

 tempat dimana tugas dilaksanakan;


 jangka waktu penugasan;
 sarana yang digunakan termasuk senjata api;
 pakaian yang digunakan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang diberi
perintah;
 kewajiban pelaporan hasil patroli;
 tempat dan tanggal peneribitan Surat Perintah;
 jabatan, tanda tangan, nama, dan NIP pejabat pemberi perintah
serta cap dinas; dan
 tembusan kepada pihak terkait apabila dianggap perlu.

Kapal Patroli yang dipergunakan dalam rangka Patroli Bea dan Cukai
wajib dilengkapi dengan Surat Perintah Berlayar yang dikeluarkan oleh Pejabat
Bea dan Cukai yang berwenang.

Surat Perintah Berlayar dikeluarkan oleh:

− Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuk;


− Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai yang menangani Pencegahan Penindakan dan Penyidikan
atau Pejabat yang ditunjuk;
− Kepala Kantor Wilayah;
− Pejabat Eselon III pada Kantor Wilayah yang menangani
Pencegahan Penindakan dan Penyidikan atau Pejabat yang
ditunjuk; atau
− Kepala Kantor Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuk.

Atas pelaksanaan Patroli Bea dan Cukai, Kepala Kantor Bea dan Cukai
wajib menyampaikan laporan bulanan kepada Kepala Kantor Wilayah;
Selanjutnya Kepala Kantor Wilayah wajib menyampaikan laporan bulanan
kepada Direktur Jenderal u.p. Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai yang menangani Pencegahan Penindakan dan
Penyidikan.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 46


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

b. Unsur Unsur Satuan Tugas Patroli dan Persyaratannya

Patroli dilaksanakan oleh Satuan Tugas Bea dan Cukai yang terdiri dari
Komandan Patroli, seorang wakil komandan patroli, dan awak kapal sebagai
anggota. Satuan Tugas Bea dan Cukai ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
menerbitkan Surat Perintah. Satuan Tugas Bea dan Cukai ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang. Anggota Satuan Tugas Bea dan Cukai diantaranya
seorang Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai. Wakil Komandan Patroli sekurang-kurangnya memiliki kualifikasi tehnis
Kepabeanan DPT II atau yang sederajat. Berikut adalah Persyaratan-persyaratan
bagi unsure-unsur satuan tugas Bea dan Cukai.

1. Komandan Patroli

Komando Patroli harus memenuhi kualifikasi teknis sebagai berikut :


1. Memiliki Sertifikat : DTSD I
2. Pendidikan formal : Minimal SLTA atau yang sederajat
3. Diklat/kursus : ---
4. Syarat lainnya : Mempunyai kecakapan dalam hal
kepemimpinan.

2. Pembantu Komandan Patroli

Pembantu Komando Patroli harus memenuhi kualifikasi teknis sebagai


berikut :

1. Memiliki Sertifikat : DTSD I


2. Pendidikan formal : Minimal SLTA atau yang sederajat
3. Diklat/kursus : ---
4. Syarat lainnya : ---

3. Nahkoda

Nahkoda harus memenuhi kualifikasi teknis sebagai berikut :


1. Memiliki Sertifikat : minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV
2. Pendidikan formal : SLTA dan yang sederajat
3. Diklat/kursus : DTSD I

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 47


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

4. Syarat lainnya : Pernah menduduki jabatan serendah-


rendahnya Mualim I dan mempunyai
kecakapan dalam hal kepemimpinan.

4. Mualim I

Mualim I harus memenuhi kualifikasi teknis sebagai berikut :

o Memiliki Sertifikat : minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV


o Pendidikan formal : SLTA dan yang sederajat
o Diklat/kursus : DTSD I
o Syarat lainnya : Pernah menduduki jabatan serendah-
rendahnya Mualim II.

5. Mualim II
Mualim II harus memenuhi kualifikasi teknis sebagai berikut :
o Memiliki Sertifikat : minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV
o Pendidikan formal : SLTA dan yang sederajat
o Diklat/kursus : DTSD I
o Syarat lainnya : Pernah menduduki jabatan serendah-
rendahnya Mualim III/Juru Mudi.

6. Mualim III / Juru Mudi

Mualim III . Juru Mudi harus memenuhi kualifikasi teknis sebagai berikut :
o Memiliki Sertifikat : minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV
o Pendidikan formal : SLTA dan yang sederajat
o Diklat/kursus : ---
o Syarat lainnya : Pengalaman berlayar selama 1 tahun.

7. Kepala Kamar Mesin (KKM)

Kepala Kamar Mesin harus memenuhi kualifikasi teknis sebagai berikut :


o Memiliki Sertifikat : minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV
o Pendidikan formal : SLTA dan yang sederajat
o Diklat/kursus : DTSD I
o Syarat lainnya : Pernah menduduki jabatan serendah-
rendahnya Juru Motor I.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 48


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

8. Juru Motor I

Juru Motor I harus memenuhi kualifikasi teknis sebagai berikut :


o Memiliki Sertifikat : minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV
o Pendidikan formal : SLTA dan yang sederajat
o Diklat/kursus : DTSD I
o Syarat lainnya : Pernah menduduki jabatan serendah-
rendahnya Juru Motor II.

9. Juru Motor II

Juru Motor II harus memenuhi kualifikasi teknis sebagai berikut :


o Memiliki Sertifikat : minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV
o Pendidikan formal : SLTA dan yang sederajat
o Diklat/kursus : DTSD I
o Syarat lainnya : ---

10. Juru Minyak

Tidak ada persyaratan tertentu bagi Juru Minyak.

11. Kelasi dan Juru Masak

Tidak ada persyaratan tertentu bagi Kelasi dan Juru Masak.

12. Operator Radio

Operator Radio harus memenuhi kualifikasi teknis sebagai berikut :


o Memiliki Sertifikat : ---
o Pendidikan formal : SLTA dan yang sederajat
o Diklat/kursus : DTSD I
o Syarat lainnya : ---

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 49


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

c. Tugas dan Kewenangan Satuan Tugas


Dalam rangka melaksanakan tugas patroli laut Komandan Patroli, Nahkoda, dan
ABK Kapal Patroli memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai
berikut:
1. Komandan Patroli

a). Tugas :
Memimpin, mengarahkan, dan mengendalikan patroli agar mencapai
sasaran yang ditetapkan berkoordinasi dengan Nakhoda BC.

b). Wewenang :
1) Menetapkan daerah/tempat-tempat yang dipatroli.
2) Menentukan kapal-kapal yang perlu diperiksa.
3) Menunjuk petugas untuk memeriksa kapal.
4) Menetapkan apakah kapal yang diperiksa terdapat pelanggaran
atau tidak.
5) Membuat surat bukti penindakan.
6) Menginstruksikan pemakaian senjata api berkoordinasi dengan
Nakhoda.

c). Tanggung jawab :


Kepada Kepala Seksi Penindakan selaku Komandan Tugas.

2. Pembantu Komandan Patroli

a). Tugas :
1) Membantu pelaksanaan tugas Komandan Patroli.
2) Mempersiapkan perlengkapan patroli antara lain berupa
perlengkapan segel, perlengkapan pemeriksaan, dan
perlengkapan persenjataan.
3) Melakukan Pemeriksaan kapal atas perintah Komandan Patroli.
4) Membuat dan menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada
Komandan Patroli yang akan digunakan.
5) Memberikan masukan kepada Komandan Patroli demi
kepentingan tercapainya hasil operasi patroli.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 50


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

6) Membuat surat bukti penindakan yang ditandatangani oleh


Komandan Patroli
7) Membuat konsep Laporan Patroli dan Laporan Hasil Patroli

b). Tanggung jawab :


Kepada Komandan Patroli.

3. Nahkoda

a. Tugas :
1) Berada di kapal selama berlayar, kecuali dalam keadaan
memaksa.
2) Memastikan bahwa kapalnya telah memenuhi syarat laik laut.
3) Mengawasi dan meneliti penyelenggaraan buku harian dek, buku
harian kamar mesin, dan buku harian radio.
4) Memperhatikan dan memelihara kondisi kapalnya tetap laik laut
untuk berlayar.
5) Menjaga keselamatan kapal dan Anak Buah Kapal.
6) Melengkapi dan menyimpan di kapal dokumen berupa Surat
Perintah Berlayar ( SPB), Surat-surat perintah lainnya, buku-buku
yang lazim untuk dunia pelayaran yang diperlukan, dan buku-buku
petunjuk pemeliharaan dan pemakaian komponen-komponen
serta peraturan kedinasan lainnya yang berkaitan dengan tugas di
kapal.
7) Mengatur/menyelenggarakan dinas jaga laut dan jaga darat di
kapal, dengan ketentuan sebagai berikut :

 Jaga Laut
Jam 00.00 s.d. 04.00 = Jaga Larut Malam = Mualim I
Jam 04.00 s.d. 08.00 = Jaga Dini Hari = Mualim
III/Juru Mudi
Jam 08.00 s.d. 12.00 = Jaga Pagi Hari = Mualim II
Jam 12.00 s.d. 16.00 = Jaga Siang Hari = Mualim I
Jam 16.00 s.d. 20.00 = Jaga Sore Hari = Mualim
III/Juru Mudi

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 51


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

Jam 20.00 s.d. 24.00 = Jaga Malam Hari = Mualim II

 Jaga Darat (di kapal)


Jam 17.00 s.d. 08.00 = Perwira jaga, Kelasi, dan Juru Minyak.

b). Wewenang :
1) Menegakkan hukum dan bertanggung jawab atas keselamatan
keamanan penumpang, kebersihan kapal dan barang muatan
yang menjadi kewajibannya.
2) Mengenakan tindakan disiplin atas pelanggaran yang dilakukan
setiap anak buah kapal yang meninggalkan kapal tanpa seijin
Nakhoda, tidak kembali ke kapal pada waktunya, menolak
perintah penugasan, tidak melaksanakan tugas dengan baik,
berperilaku tidak tertib, dan berperilaku tidak layak terhadap
seseorang.
3) Memberikan usulan/masukan kepada Kepala Pangkalan/Kepala
Kantor dalam pembuatan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
(DP3) untuk Anak Buah Kapal yang dipimpinnya.
4) Membuat usulan mutasi Anak Buah Kapal yang dipimpinnya.
5) Untuk tindakan penyelamatan, berwenang/berhak menyimpang
dari rute yang telah ditetapkan dan mengambil tindakan lainnya
yang diperlukan.
6) Menggunakan pandu laut dalam hal terdapat keraguan mengenai
alur keluar masuk perairan pelabuhan.
7) Berhak menolak untuk melayarkan kapalnya apabila mengetahui
kapal tersebut tidak memenuhi persyaratan kelaik lautan.
8) Diberi kewenangan khusus untuk membuat catatan setiap
kelahiran, setiap kematian serta menyaksikan dan mencatat surat
wasiat.

c). Larangan :
1) Selama dalam tugas atau apabila ada bahaya yang mengancam,
Nakhoda dilarang meninggalkan kapalnya, kecuali apabila

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 52


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

kepergiannya itu diperlukan secara mutlak atau ia terpaksa


berbuat demikian untuk menyelamatkan jiwanya.
2) Dilarang membawa barang untuk kepentingannya sendiri, kecuali
ijin dari atasannya.
3) Mengangkut penumpang, kecuali telah mendapat ijin berdasarkan
surat keputusan mengenai pengangkutan penumpang yang
dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai u.p. Direktur
Pencegahan dan Penyidikan atau pejabat yang ditunjuk.
4) Meninggalkan kapal pada saat jam kantor, kecuali mendapatkan
ijin dari atasannya.
5) Melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal.

4. Mualim I
a. Tugas :
1) Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta mentaati perintah
lainnya dari Nakhoda.
2) Membantu dan melaksanakan semua perintah Nakhoda, bertindak
sebagai Nakhoda kapal apabila Nakhoda berhalangan melakukan
tugasnya..
3) Segera memberitahukan kepada Nahkoda untuk tindakan
penyelamatan kapal apabila terjadi keragu-raguan atau cuaca
buruk dalam tugas jaga laut/berlayar.
4) Mengoreksi peta laut sesuai petunjuk dari berita pelaut Indonesia.
5) Bertanggung jawab atas penyelenggaraan Buku Harian Deck.
6) Melaksanakan tugas Check List satu jam sebelum kapal
berangkat/tiba.
7) Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan keutuhan inventaris
deck dan ketertiban administrasinya.
8) Mengatur petugas jaga kapal pada saat kapal berlayar dan berada
di pangkalan/pelabuhan, sehingga setiap saat kapal tersebut siap
digerakkan.
9) Mengontrol kesiapan anak buah kapal dalam kegiatan
pemeriksaan alat angkut.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 53


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

10) Memimpin langsung pelaksanaan pekerjaan harian deck untuk


pemeliharaan dan perawatan kapal beserta perlengkapannya.
11) Mengatur jadwal latihan pemadam kebakaran, alat keselamatan
lainnya dan orang jatuh ke laut.
12) Memimpin penurunan sekoci dan alat keselamatan lainnya serta
memeriksa seluruh anak buah kapal menggunakan jaket
pelampung (life jacket) jika terjadi musibah kapal.
13) Memimpin anak buah kapal jika terjadi kebakaran dan kebocoran
di kapal.

b). Wewenang :
1) Dapat memindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi
keselamatan kapal apabila merasa mampu.
2) Melarang orang-orang yang berada di atas kapal apabila
mengganggu ketertiban dan keamanan kapal.
3) Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk
tugas kedinasan.
4) Melarang orang-orang melakukan kegiatan yang melanggar
hukum di atas kapal.
5) Mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal.

5. Mualim II
a. Tugas :
1) Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta mentaati perintah
lainnya dari nakhoda.
2) Menyiapkan dan memelihara peta-peta laut, buku-buku navigasi
dan alat bantu navigasi lainnya guna persiapan kapal berlayar
3) Bertanggung jawab atas penyediaan bahan makanan, air tawar
yang mencukupi sesuai kebutuhan tugas berlayar.
4) Menyiapkan kebutuhan perlengkapan kapal dan anak buah kapal.
5) Pendataan kembali administrasi kapal, misalnya Surat Perintah
Berlayar, laporan siap berlayar, laporan tiba, daftar penumpang,
dan lain-lain.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 54


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

6) Berada di anjungan kapal (ruang kemudi) untuk membantu olah


gerak kapal mengganti mualim jaga pada saat terjadi musibah
kebakaran dan kebocoran.
7) Berada di sekoci penolong dan menyiapkan peralatan yang akan
digunakan pada saat kapal mengalami musibah tenggelam.
8) Menyiapkan obat-obatan untuk keperluan PPPK.
9) Segera melaporkan kepada Nakhoda untuk tindakan
penyelamatan kapal apabila terjadi keragu-raguan atau cuaca
buruk dalam tugas jaga laut / berlayar.
10) lkut melakukan pemeriksaan terhadap alat angkut yang diperiksa.

b. Wewenang :
1) Dapat memindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi
keselamatan kapal apabila merasa mampu.
2) Melarang orang-orang yang berada diatas kapal apabila
mengganggu ketertiban dan keamanan kapal.
3) Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk
tugas kedinasan.
4) Melarang orang-orang melakukan kegiatan yang melanggar
hukum di atas kapal.
5) Mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal.

6. Mualim III / Juru Mudi


a). Tugas :
1) Melaksanakan dinas jaga laut dan darat sertia mentaati perintah
lainnya dari Nakhoda.
2) Membantu tugas Mualim I dan Mualim II dalam rangka persiapan
kapal.
3) Merawat dan mempersiapkan perlengkapan kapal berupa tali temali,
jangkar, dan peralatan kerja.
4) Bertanggung jawab atas kesiapan semua alat penolong dan alat
pemadam kebakaran.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 55


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

5) Melaksanakan tugas Check List satu jam sebelum kapal berangkat /


tiba.
6) Mengurus dan menjaga agar kapal selalu dalam keadaan bersih.
7) Membawa salah satu tabung pemadam kebakaran menuju lokasi
apabila terjadi kebakaran di kapal.
8) Menyiapkan bahan dan peralatan untuk menanggulangi kebocoran.
9) Menyelamatkan dokumen kapal dan journal deck serta barang
inventaris lainnya apabila kapal mendapat musibah tenggelam.
10) Segera melaporkan kepada Nakhoda untuk tindakan penyelamatan
kapal apabila terjadi keragu-raguan atau cuaca buruk dalam tugas
jaga laut/berlayar.

b). Wewenang :
1) Dapat memindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi
keselamatan kapal apabila merasa mampu.
2) Melarang orang-orang yang berada di atas apabila mengganggu
ketertiban dan keamanan kapal.
3) Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk
tugas kedinasan.
4) Melarang orang-orang melakukan kegiatan yang melanggar
hukum di atas kapal.
5) Mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal.

c). Larangan:
1) Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seijin Nakhoda.
2) Membawa barang-barang di luar kepentingan dinas kecuali ada
ijin dari Nakhoda.
3) Mengambil dan/atau menghilangkan barang inventaris kapal baik
di sengaja atau tidak di atas kapal.
4) Dilarang mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik
disengaja atau tidak dari alat angkut yang diperiksa.
5) Dilarang melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas
kapal.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 56


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

7. Kepala Kamar Mesin (KKM)


a). Tugas :
1) Mentaati dan melaksanakan perintah Nakhoda dan bertindak
dengan kecakapan, kecermatan dan kebijaksanaan yang
diperlukan untuk melakukan tugasnya.
2) Mentaati segala peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam
dunia pelayaran guna menjamin kesanggupan berlayar dan
keamanan kapal.
3) Menyelenggarakan Buku Harian Mesin.
4) Mengelola semua instalasi di dalam kamar mesin dan peralatan
teknis lainnya.
5) Menyimpan semua peraturan dan ketentuan mengenai
pemeliharaan dan perbaikan motor induk dan instalasi yang ada di
dalam kamar mesin.
6) Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan keutuhan inventaris
kamar mesin dan ketertiban administrasinya.
7) Bertanggung jawab memegang handle mesin induk di anjungan
untuk olah gerak kapal apabila terjadi musibah kebakaran dan
kebocoran kapal serta saat melakukan pemeriksaan alat angkut.
8) Membantu Mualim I untuk menurunkan sekoci apabila terjadi
musibah tenggelamnya kapal.
9) Bertanggung jawab segala pelaksanaan pemeliharaan maupun
perbaikan instalasi mesin yang dilakukan oleh ABK, teknisi darat
dan pihak ketiga.
10) Bertanggung jawab setiap permintaan BBM, minyak pelumas, dan
suku cadang yang dipergunakan untuk keperluan kamar mesin.
11) Mengusahakan agar sebelum kapal bertolak dari pelabuhan telah
tersedia BBM, air tawar dan minyak pelumas yang cukup untuk
suatu masa pelayaran yang akan ditempuh.
12) Setibanya kapal dari tugas berlayar, bersama-sama Nakhoda
membuat laporan tiba kapal.
13) Memimpin langsung pekerjaan pemeliharaan dan perawatan
harian dari semua peralatan kamar mesin.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 57


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

14) Menyelenggarakan dan mengawasi giliran jaga darat bagi juru


motor dan juru minyak.
15) Membuat laporan kepada Nakhoda mengenai pemakaian bahan
bakar setiap hari.
16) Bertanggung jawab atas kelancaran jalannya motor induk, motor
bantu, serta seluruh peraturan yang berada di bawah
pengawasannya dengan melakukan giliran jaga laut bagi juru
motor dan juru minyak.
17) Memeriksa kebenaran pencatatan penunjukan semua meteran
yang ada di kamar mesin pada Buku Harian Kamar Mesin.
18) Segera memberitahukan kepada Nakhoda kapal, apabila terjadi
hal-hal darurat di kamar mesin.

b). Wewenang :
1) Dapat mernindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi
keselamatan kapal apabila merasa mampu.
2) Melarang orang-orang yang berada di atas kapal apabila
mengganggu ketertiban dan keamanan kapal.
3) Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk
tugas kedinasan.
4) Melarang orang-orang melakukan kcgiatan yang melanggar
hukum di atas kapal.
5) Mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal.

c). Larangan:
1) Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seijin Nakhoda.
2) Membawa barang-barang di luar kepentingan dinas kecuali ada
ijin dari Nakhoda.
3) Mengambil dan atau menghilangkan barang inventaris kapal baik
disengaja atau tidak disengaja di atas kapal.
4) Mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik disengaja
atau tidak dari alat angkut yang diperiksa.
5) Melakukan kegiatan vang melanggar hukum di atas kapal.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 58


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

8. Juru Motor I
a). Tugas :
1) Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta mentaati perintah
lainnya dari Kepala Kamar Mesin/Nakhoda.
2) Mentaati dan melaksanakan perintah Kepala Kamar Mesin dan
Nakhoda.
3) Bertindak sebagai Kepala Kamar Mesin apabila Kepala Kamar
Mesin berhalangan rnelakukan tugasnya.
4) Mencatat temperatur/suhu mesin induk, motor bantu di kamar
mesin pada Buku Harian Mesin waktu bertugas.
5) Melaksanakan tugas Check List satu jam sebelum kapal
berangkat/tiba.
6) Memimpin awak kamar mesin dalam melakukan tugas harian
kamar mesin.
7) Mempersiapkan semua perlengkapan kamar mesin waktu kapal
disiapkan untuk berlayar sesuai perintah Kepala Kamar Mesin.
8) Memberitahukan kepada Kepala Kamar Mesin apabila terjadi hal-
hal darurat di Kamar Mesin.
9) Melaksanakan perbaikan di dalam kamar mesin jika terjadi
kerusakan mesin dan instalasi lainnya.
10) Menyiapkan pompa kebakaran dan semua pompa penghisap air
di kamar mesin (menggantikan petugas jaga mesin ) jika terjadi
musibah kebakaran dan kebocoran kapal.
11) Menyiapkan mesin Out Boat serta jurnal mesin dan inventaris
kamar mesin pada saat meninggalkan kapal apabila terjadi
musibah tenggelamnya kapal.
12) Berada di kamar mesin guna mengawasi mesin induk, motor
bantu serta instalasi lainnya pada saat kapal sedang melakukan
pemeriksaan alat angkut.

b). Wewenang :
1) Dapat memindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi
keselamatan kapal apabila merasa mampu.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 59


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

2) Melarang orang-orang yang berada diatas apabila mengganggu


ketertiban dan keamanan kapal.
3) Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk
tugas kedinasan.
4) Melarang orang-orang melakukan kegiatan yang melanggar
hukum di atas kapal.
5) Mengarnbil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal.

9. Juru Motor II
a. Tugas :
1) Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta mentaati perintah
lainnya dari Kepala Kamar Mesin / Nakhoda.
2) Membantu pelaksanaan tugas Juru Motor l.
3) Menyiapkan perlengkapan kamar mesin apabila kapal siap
berlayar.
4) Membantu mempersiapkan laporan setibanya kapal di
pangkalan/pelabuhan.
5) Menjaga dan memelihara kebersihan kamar mesin dan merawat
motor penggerak serta semua instalasi.
6) Mempersiapkan salah satu pipa/selang kebakaran ke lokasi
kebakaran apabila terjadi musibah kebakaran.
7) Membantu menanggulangi kebocoran aoabila terjadi musibah
kebocoran kapal.
8) Berada di kamar mesin dan siap mematikan mesin induk dan
mesin bantu serta membantu penurunan sekoci apabila terjadi
musibah tenggelamnya kapal.
9) Membantu Juru Motor I di kamar mesin pada saat kapal sedang
melakukan pemeriksaan alat angkut.
10) Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diperintahkan oleh
atasannya.
11) Melaksanakan tugas jaga laut pada saat kapal berlayar dan tugas
jaga darat pada saat kapal berada di Pangkalan/Pelabuhan.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 60


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

b). Wewenang :
1) Dapat memindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi
keselamatan kapal apabila merasa mampu.
2) Melarang orang-orang yang berada diatas apabila mengganggu
ketertiban dan keamanan kapal.
3) Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk
tugas kedinasan.
4) Melarang orang-orang melakukan kegiatan yang melanggar
hukum di atas kapal.
5) Mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal.

c). Larangan :
1) Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seijin Kepala Kamar
Mesin/Nakhoda.
2) Membawa barang-barang di luar kepentingan dinas kecuali ada
ijin dari Nakhoda.
3) Mengambil dan/atau menghilangkan barang inventaris kapal baik
disengaja atau tidak di atas kapal.
4) Mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik disengaja
atau tidak dari alat angkut yang diperiksa.
5) Melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal.

10. Juru Minyak


a). Tugas :
1) Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta mentaati pcrintah
lainnya dari Juru Motor/Kepala Kamar Mesin dan Nakhoda.
2) Membantu Juru Motor dalam memelihara kebersihan kamar
mesin. motor induk, motor bantu, serta semua peralatannya.
3) Membantu melaksanakan perbaikan pada semua instalasi kamar
mesin.
4) Membantu mempersiapkan semua perlengkapan dan peralatan
kamar mesin pada saat kapal siap berlayar.
5) Melakukan tugas jaga laut/darat secara bergilir dengan Juru
Motor.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 61


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

6) Melaksanakan tugas Check List satu jam sebelum kapal


berangkat / tiba.
7) Memberitahukan Kepala Kamar Mesin/Juru Motor bila terjadi hal
darurat di kamar mesin.
8) Melaksanakan tugas lainnya yang diperintahkan oleh atasannya.
9) Membantu di kamar mesin untuk menyiapkan tabung dan selang
kebakaran ke lokasi kebakaran pada saat kapal mengalami
musibah kebakaran.
10) Menyiapkan bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menanggulangi kebocoran dan membantu juru motor di kamar
mesin pada saat kapal mengalami musibah kebocoran.
11) Membantu menurunkan sekoci dan alat keselamatan lainnya dan
turun ke sekoci untuk rnelayani mesin out boat pada saat
peninggalan kapal.
12) Membantu tugas Pembantu Kopat pada saat pemeriksaan.

b). Larangan :
1) Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seijin Kepala Kamar
Mesin/Juru Motor Jaga.
2) Membawa barang-barang di luar kepentingan dinas kecuali ada
ijin dari Nakhoda.
3) Mengambil dan atau menghilangkan barang inventaris kapal baik
disengaja atau tidak di atas kapal.
4) Mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik disengaja
atau tidak dari alat angkut yang diperiksa.
5) Melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal.

11. Kelasi dan Juru Masak


a). Tugas Kelasi :

1) Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta mentaati perintah


lainnya dari Mualim/Nakhoda.
2) Mentaati dan melaksanakan semua perintah Nakhoda dan
Mualim.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 62


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

3) Mentaati dan melaksanakan perintah Nakhoda dan perwira jaga


lainnya dalam mengemudikan kapal.
4) Ikut mengawasi dan menghindari kemungkinan kapal dalam
keadaan darurat, yang dapat membahayakan keselamatan kapal.
5) Ikut mengawasi dan memperhatikan sekeliling kapal dan
memberitahukan perwira jaga bila ada hal yang mencurigakan
yang dapat mengancam keselamatan kapal.
6) Melaksanakan pekerjaan sehari-hari untuk menjaga kebersihan
kapal.
7) Memasang dan mempersiapkan daprah, tali temali demi menjaga
keselamatan kapal dari benturan dengan kapal lainnya maupun
dermaga/kade.
8) Melakukan tugas jaga darat dan laut secara bergilir.
9) Bila mendengar alarm ataupun perintah sandar segera
menyiapkan tali temali, daprah untuk merapat ke kapal lain.
10) Membawa tabung kebakaran menuju lokasi kebakaran dan
berada di ruang kemudi (anjungan).
11) Membantu menanggulangi kebocoran di lokasi kebocoran dan
berada di ruang kemudi (anjungan) membantu Mualim II pada
saat terjadi musibah kebocoran.
12) Menyiapkan tangga untuk turun menuju sekoci dan melayani davit
sekoci saat menurunkan sekoci pada saat peninggalan kapal.
13) Mengamati sekitar lokasi pemeriksaan menggunakan senjata
laras panjang dan menyiapkan daprah untuk kegiatan manouver
pada saat pemeriksaan.
14) Melaksanakan tugas lain yang diperintatrkan oleh atasannya.

b). Tugas Juru Masak:


1) Mentaati dan melaksanakan semua perintah Nakhoda dan perwira
kapal.
2) Menjaga kebersihan ruang dapur, merawat seluruh peralatan
dapur dan bertanggung jawab atas keutuhannya.
3) Membuat laporan apabila terjadi kerusakan/kehilangan peralatan
dapur.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 63


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

4) Melapor kepada Nakhoda dan perwira kapal atau anak buah kapal
lainnya bila terjadi hal darurat di ruang dapur.
5) Menyediakan dan menyiapkan bahan makanan untuk keperluan
semua petugas patroli.
6) Menyediakan makanan dan minuman bagi semua petugas patroli.
7) Menyelamatkan ruang dapur dan membawa tabung kebakaran
menuju lokasi kebakaran pada saat terjadi musibah kebakaran.
8) Membantu menanggulangi kebocoran di lokasi kebocoran pada
saat terjadi musibah kebocoran.
9) Menurunkan ke laut life raft (rakit penolong) kanan/kiri dan
menyiapkan keperluan bahan makan untuk di sekoci pada saat
peninggalan.
10) Mengamati sekitar lokasi pemeriksaan nrenggunakan senjata
laras panjang pada saat pemeriksaan.

c). Larangan Kelasi dan Juru Masak :


1) Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seijin Mualim/Nakhoda.
2) Membawa barang-barang di luar kepentingin dinas kecuali ada ijin
dari Nakhoda.
3) Mengambil dan/atau menghilangkan barang inventaris kapal baik
di sengaja atau tidak di atas kapal.
4) Mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik disengaja
atau tidak dari alat angkut yang diperiksa.
5) Melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal.

12. Operator Radio


a). Tugas :
1) Mentaati dan melaksanakan semua perintah Nakhoda.
2) Menerima dan mencatat serta melaporkannya kepada Nakhoda
setiap berita yang diterima.
3) Mengirim setiap berita yang telah ditandatangani oleh Nakhoda
sesuai aksi serta tembusannya.
4) Bertanggung-jawab atas pengiriman berita keluar/masuk dan
pengisian Buku Harian Radio.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 64


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

5) Mentaati ketentuan-ketentuan konvensi intemasional tentang


telekomunikasi dan aturan lainnya berhubungan dengan
telekomunikasi.
6) Mengadakan hubungan dengan pangkalan untuk melaporkan
kejadian-kejadian penting selama pelayaran.
7) Mengadakan hubungan dengan kapal lain atau station radio lain
untuk menerima atau meneruskan berita.
8) Menjaga kerahasiaan setiap isi berita yang diterima maupun
keluar.
9) Secara berkala melakukan dinas monitor.
10) Menjaga dan merawat agar semua perangkat telekomunikasi
selalu dalam keadaan baik dan siap pakai.
11) Selepas jaga harus menghubungkan pesawat alarm otomatik ke
antena dan memeriksa apakah pesawat itu bekerja dengan baik,
dalam hal kapal dilengkapi dengan pesawat alarm otomatik.

b. Larangan:
1) Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seijin Mualim/Nakhoda.
2) Membawa perangkat telekomunikasi dari kapal di luar
kepentingan dinas kecuali ada ijin dari Nahkoda.
3) Mengambil dan/atau menghilangkan barang inventaris kapal baik
disengaja atau tidak di atas kapal.
4) Dilarang mengurangi dan/atau menghilangkan berita yang
diterima maupun dikirim baik disengaja atau tidak.
5) Menyebarkan berita yang diterima maupun dikirim tanpa seijin
Nakhoda.
6) Mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik disengaja
atau tidak dari alat angkut yang diperiksa.
7) Melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 65


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

d. Tugas Satuan Tugas Bea dan Cukai Lainnya


Atas perintah Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuk, Satuan Tugas
Bea dan Cukai:
 melaksanakan patroli bersama dengan Administrasi Pabean
negara lainnya;
 ikut serta dalam Patroli Keamanan Laut (Kamla) berdasarkan
permintaan Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla);
 membantu instansi penegak hukum lainnya berdasarkan
permintaan instansi terkait atas dasar Nota Persepahaman;
 ikut serta dalam kegiatan Search and Rescue (SAR) berdasarkan
permintaan Badan SAR Nasional/Daerah; atau
 ikut serta melaksanakan Pertahanan Keamanan Negara dan
pengamanan Pejabat Negara berdasarkan perintah Menteri
Pertahanan keamanan/Panglima ABRI atau Pejabat yang ditunjuk.

3.2. Latihan

Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1 ini, coba
kerjakan latihan-latihan berikut ini.
1. Sebutkan dasar hukum pembentukan satgas patroli laut.
2. Sebutkan unsur-unsur satuan tugas patroli.
3. Sebutkan isi dari Surat Perintah Patroli.
4. Sebutkan persyaratan kualifikasi teknis yang harus dimiliki oleh komandan
patroli?.
5. Apa-apa saja yang dilarangkan kepada nahkoda apabila dalam pelaksanaan
tugas ditemui adanya bahaya yang mengancam.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 66


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

3.3. Rangkuman

Pelaksanaan Patroli Bea dan Cukai didasarkan atas Surat Perintah yang
diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang, yaitu: Direktur Jenderal
atau Pejabat yang ditunjuk; Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai yang menangani Pencegahan Penindakan dan
Penyidikan atau Pejabat yang ditunjuk; Kepala Kantor Wilayah; Pejabat Eselon III
pada Kantor Wilayah yang menangani Pencegahan Penindakan dan Penyidikan
atau Pejabat yang ditunjuk; atau Kepala Kantor Bea dan Cukai atau Pejabat
yang ditunjuk.

Patroli dilaksanakan oleh Satuan Tugas Bea dan Cukai yang terdiri dari
Komandan Patroli, seorang wakil komandan patroli, dan awak kapal sebagai
anggota. Anggota Satuan Tugas Bea dan Cukai diantaranya seorang Pejabat
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Wakil
Komandan Patroli sekurang-kurangnya memiliki kualifikasi tehnis Kepabeanan
DPT II atau yang sederajat.

Pejabat Bea dan Cukai yang bertanggung jawab mengenai nautika, teknik
kapal, penginderaan, dan telekomunikasi sebelum menyampaikan laporan
kepada Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai terlebih dahulu wajib
melakukan persiapan dan pengujian fungsi peralatan/perlengkapan kapal patroli.
Kapal patroli yang dipergunakan dalam patroli Bea dan Cukai dapat dilengkapi
dengan senjata api dinas. Penempatan senjata api dinas pada Kapal Patroli
wajib dicantumkan dalam Surat Perintah Berlayar/Terbang.

Selama melaksanakan patroli, Komandan Patroli wajib melaporkan posisi


dan kegiatannya dalam waktu tertentu yang ditetapkan oleh Pejabat Bea dan
Cukai yang memberi perintah. Komandan Patroli membuat catatan perjalanan
dalam Jurnal Kapal atau Jurnal Pesawat Terbang (Journey/Log). Atas setiap
kerusakan Kapal Patroli, Komandan Patroli wajib mencantumkan dalam Jurnal
Kapal dan membuat Laporan kerusakan Kapal Patroli.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 67


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

3.4. Tes Formatif (Soal pilihan berganda)

1. Pelaksanaan Patroli Bea dan Cukai berdasarkan Surat Perintah yang


diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang. Pejabat Bea dan
Cukai yang tidak berwenang menerbitkan Surat Perintah adalah…
a. Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuk;
b. Kepala Kantor Wilayah;
c. Pejabat Eselon III pada Kantor Wilayah yang menangani Bidang
Kepatuhan Internal.
d. Kepala Kantor Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuk.

2. Surat Perintah untuk melaksanakan Patroli Bea dan Cukai diantaranya


memuat hal-hal berikut, kecuali…
a. Nomor Surat Perintah;
b. Nama, pangkat, dan NIP Pejabat Bea dan Cukai yang diberi perintah;
c. Tempat dimana tugas dilaksanakan dan jangka waktu penugasan;
d. Nama dan tandatangan atasan pemberi perintah.

3. Kapal Patroli laut yang dipergunakan dalam rangka Patroli Bea dan Cukai
wajib dilengkapi dengan Surat Perintah Berlayar yang dapat dikeluarkan
oleh pejabat-pejabat Bea dan Cukai berikut, kecuali...
a. Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
yang menangani post clearance audit.
b. Kepala Kantor Wilayah;
c. Pejabat Eselon III pada Kantor Wilayah yang menangani Pencegahan
Penindakan dan Penyidikan.
d. Kepala Kantor Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuk.

4. Patroli dilaksanakan oleh Satuan Tugas Bea dan Cukai yang terdiri dari…
a. Komandan, wakil komandan, awak kapal (sebagai anggota), dan
pengamat, pengawas.
b. Komandan, wakil komandan, dan pengamat
c. Komandan Patroli, seorang wakil komandan patroli, dan awak kapal
sebagai anggota.
d. Komandan, wakil komandan, awak kapal (sebagai anggota), dan
pengamat.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 68


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

5. Yang tidak termasuk pejabat yang dapat menetapkan Satuan Tugas Patroli
Bea dan Cukai adalah…
a. Mentri Keuangan
b. Dirjen Bea dan Cukai
c. Kepala Kantor Wilayah;
d. Pejabat Eselon III pada Kantor Wilayah yang menangani Pencegahan
Penindakan dan Penyidikan.

6. Dalam setiap Satuan Tugas Patroli Bea dan Cukai, salah satu anggotanya
harus seorang…
a. Pejabat pada Bagian Audit
b. Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil DJBC.
c. Pejabat pada Bidang Kepatuhan Internal
d. Pejabat Bidang Pelayanan.

7. Selain tugas utama melakukan patroli Atas perintah pejabat-pejabat yang


berwenang, Satuan Tugas Bea dan Cukai, berdasarkan perintah Direktur
Jenderal atau Pejabat yang ditunjuk, dapat melakukan kegiatan-kegiatan
berikut, kecuali…
a. Melaksanakan patroli bersama dengan Administrasi Pabean negara
lainnya;
b. Ikut serta dalam Patroli Keamanan Laut (Kamla) berdasarkan
permintaan Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla);
c. Ikut serta dalam kegiatan Search and Rescue (SAR) berdasarkan
permintaan Badan SAR Nasional/Daerah; atau
d. Ikut serta melaksanakan Pertahanan Keamanan Negara dan
pengamanan Pejabat Negara berdasarkan perintah Direktur P2i.

8. Kapal Patroli laut yang dipergunakan dalam rangka Patroli Bea dan Cukai
harus memenuhi syarat berikut, kecuali…
a. Memenuhi kelaiklautan yang dinyatakan oleh Kepala Pangkalan Sarana
Operasi Bea dan Cukai.
b. Telah diperlengkapi dengan persenjataan, perbekalan dan sarana-
sarana lainnya yang diperlukan untuk patroli selama satu bulan.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 69


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

c. Memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam SOLAS (Save of Live at


Sea) sebagaimana yang diatur dalam Protokol SOLAS 1978 yang
dikeluarkan oleh IMO (International Maritime Organisation).
d. Seluruh fungsi perlengkapan/peralatan telah diuji oleh petugas yang
berwenang..

9. Pejabat Bea dan Cukai yang bertanggung jawab mengenai nautika, teknik
kapal, penginderaan, dan telekomunikasi sebelum menyampaikan laporan
kepada Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai terlebih dahulu
wajib melakukan persiapan dan pengujian fungsi peralatan/perlengkapan
kapal patroli. Mana dari pernyataan berikut yang kurang benar berkaitan
dengan pengujian tersebut.
a. Pengujian alat/perlengkapan keselamatan di laut oleh petugas nautika
kapal patroli;
b. Pengujian mesin induk, mesin bantu dan listrik kapal oleh petugas
teknik kapal patroli;
c. Pengujian alat radar, Global Position System (GPS), dan Echo Sounder
oleh petugas penginderaan kapal patroli;
d. Pengujian sarana radio komunikasi oleh petugas telekomunikasi.

10. Berikut adalah tindakan-tindakan yang harus diambil oleh Komandan


Patroli, bila diperlukan pengejaran seketika (Hot Pursuit) karena diduga
terjadi pelanggaran ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
kecuali…
a. Menunggu bantuan ABRI.
b. Melaporkan kepada Pejabat Penerbit Surat Perintah.
c. Mencatat dalam jurnal Kapal.
d. Menggunakan senjata api bila terdapat ancaman/perlawanan yang
dapat membahayakan keselamatan kapal patroli dan mengancam jiwa
Satuan Tugas Bea dan Cukai.

11. Memimpin, mengarahkan, dan mengendalikan patroli agar mencapai


sasaran yang ditetapkan merupakan tugas dari
a. Nahkoda BC b. Komandan Patroli
c. Mualim I d. Kepala Pangkalan dan Sarana Operasi

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 70


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

12. Berikut adalah merupakan tugas operator radio, kecuali…


a. Menerima dan mencatat serta melaporkannya kepada Komandan
Patroli setiap berita yang diterima.
b. Mengirim setiap berita yang telah ditandatangani oleh Nakhoda sesuai
aksi serta tembusannya.
c. Mentaati ketentuan-ketentuan konvensi intemasional tentang
telekomunikasi dan aturan lainnya berhubungan dengan
telekomunikasi.
d. Mengadakan hubungan dengan pangkalan untuk melaporkan kejadian-
kejadian penting selama pelayaran.

13. Komando Patroli harus memenuhi kualifikasi teknis sebagai berikut,


kecuali…
a. Memiliki sertifikat DTSD I
b. Pendidikan formal minimal SLTA atau yang sederajat
c. Mempunyai kecakapan dalam hal kepemimpinan.
d. Memiliki Sertifikat Ahli Nautika Tingkat IV

14. Nahkoda harus memenuhi kualifikasi teknis sebagai berikut, kecuali…


a. Memiliki Sertifikat minimal Ahli Nautika Tingkat IV
b. Memiliki ijasah S1
c. Telah mengikuti dan lulus diklatm DTSD.
d. Pernah menduduki jabatan serendah-rendahnya Mualim I dan
mempunyai kecakapan dalam hal kepemimpinan.

15. Nahkoda dilarang untuk melakukan hal-hal berikut, kecuali…


a. Membawa barang untuk kepentingannya sendiri, kecuali ijin dari
atasannya.
b. Meninggalkan kapal pada saat jam kantor, kecuali mendapatkan ijin dari
atasannya.
c. Melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal.
d. Mengarahkan kapal menyimpang dari rute yang telah ditetapkan dalam
kondisi apapun.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 71


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

3.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang
modul ini. Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%


Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah


dipelajari mencapai :
91% s.d. 100% : Amat baik
81% s.d. 90,99% : Baik
71% s.d. 80,99% : Cukup
61% s.d. 70,99% : Kurang
bila tingkat pemahaman belum mencapai 81% ke atas (kategori “baik”), maka
disarankan mengulangi materi.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 72


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

PENUTUP

Setelah anda selesai melakukan proses pembelajaran mulai dari


Kegiatan Belajar 1 sampai Kegiatan Belajar 3, maka selanjutnya anda diminta
untuk menyelesaikan tes sumatif yang merupakan gabungan tes seluruh materi
kegiatan belajar yang telah dipelajari sebelumnya.

Tes sumatif digunakan untuk mengukur kemampuan dan keberhasilan


anda dalam mempelajari seluruh materi di dalam modul ini. Apabila hasil evaluasi
tes sumatif secara keseluruhan menunjukkan nilai sebesar minimal 81, maka
anda dianggap sudah dapat memahami materi modul ini dengan baik. Cara
menghitung nilai tes sumatif pertama-tama cocokkan hasil jawaban dengan
kunci yang terdapat di bagian belakang modul ini. Hitung jawaban Anda dengan
benar. Kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman
terhadap materi.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%


Jumlah keseluruhan Soal

Pada dasarnya sebagian soal tes sumatif merupakan soal-soal yang telah
dites pada setiap kegiatan belajar. Oleh karena itu peserta diharapkan dapat
menyelesaikan tes sumatif dengan lebih baik bila dibandingkan dengan tes
formatif. Selamat bekerja semoga modul ini bermanfaat bagi anda di dalam
menunjang aktifitas anda di lapangan.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 73


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

TES SUMATIF

A. Pilihlah Betul atau Salah !

1.B - S Kapal Patroli laut yang dipergunakan dalam rangka Patroli


Bea dan Cukai wajib dilengkapi dengan Surat Perintah
Berlayar yang dapat dikeluarkan oleh Pejabat Eselon II
pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang
menangani post clearance audit.

2.B - S Patroli dilaksanakan oleh Satuan Tugas Bea dan Cukai yang
terdiri dari komandan patroli, seorang wakil komandan
patroli, dan awak kapal sebagai anggota.

3.B - S Tugas Patroli merupakan salah satu bagian penting dari


pelaksanaan tugas pokok Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, misalnya menegakkan hukum, termasuk hukum
internasional.

4.B - S Prinsip-prinsip dalam Deklarasi Djuanda yang dikukuhkan


dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1960 memberikan
keuntungan bagi bangsa Indonesia karena Wilayah Negara
RI yang semula luasnya 2.027.087 km2 (daratan) bertambah
luas lebih kurang menjadi 5.193.250 km2 (terdiri atas
daratan dan lautan).

5.B - S Menurut UNCLOS 1982, lebar laut teritorial adalah 12 mil


laut.

6.B - S Keunggulan kapal patrol DJBC jenis FPB 38 yang tidak ada
pada jenis kapal patrol lainnya adalah bahwa FPB 38
memiliki peralatan riverse osmosis.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 74


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

7.B - S Salah satu kemampuan yang dimiliki oleh kapal patrol DJBC
tipe FPB 28 Meter adalah mampu berpatroli secara terus
menerus dengan kecepatan 18 knot sejauh 2000 Nm
(Nautical mile) atau setara 8 hari.

8. B - S Panjang kapal patrol jenis FPB 38 Meter adalah 38 Meter.

9. B - S Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai Yang tidak termasuk


pejabat yang dapat menetapkan Satuan Tugas Patroli Bea
dan Cukai.

10.B - S Selain laut teretorial, berdasarkan UNCLOS 1982, Indonesia


juga mempunyai kewenangan penuh atas zona tambahan
(continguous zone) sejauh 15 mil laut dari batas laut teritorial
untuk bidang perdagangan

B. PILIHAN GANDA

1. Batas ZEE adalah…


a. 12 mil
b. 24 mil
c. 200 mil.
d. 350 mil

2. Batas Laut Teritorial (BLT), Batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan Batas
Landas Kontinen (BLK) diukur jaraknya dari…
a. Titik dasar/ garis pangkal kepulauan,
b. Pos lintas batas
c. Pulau terluar
d. Demarkasi

3. Dari lingkup wilayah patroli laut tersebut, ada beberapa kemungkinan hal-hal
yang akan ditemukan dan patut dicuriagai. Hal-hal tersebut adalah sebagai
berikut, kecuali...

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 75


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

a. Orang atau sekumpulan orang yang sedang menunggui tumpukan


barang disekitar dermaga.
b. Orang atau sekumpulan orang yang berada di lingkungan dermaga
yang sedang memuat barang ke atas kendaraan.
c. Orang atau sekumpulan orang yang sedang menurunkan barang dari
sebuah kapal.
d. Kendaraan yang sedang melaju di jalan raya membawa barang-
barang.

4. Apabila Saudara merasa curiga terhadap suatu perbuatan atau keadaan,


maka tindakan pertama yang harus anda lakukan adalah...
a. Segera berhenti, mendekati dan memperhatikan apa yang terjadi.
b. Segera lakukan perampasan
c. Segera lakukan penahanan
d. Menunjukkan surat tugas/perintah.

5. Apabila diperoleh bukti awal/permulaan bahwa barang-barang tersebut


berasal dari pelanggaran, maka tindakan yang perlu diambil adalah...
a. Membawa orang-orang, barang, dan sarana pengangkut ke kantor
untuk pemeriksaan lebih lanjut.
b. Menghubungi kantor Saudara untuk mendapatkan bantuan.
c. Menghubungi polisi/ABRI.
d. Mencatat dan merekam apa saja yang bisa diketahui disekitar tempat
tersebut.

6. Dalam melakukan patroli disekitar perairan pelabuhan, DJBC menggunakan


kapal patroli jenis…

a. FPB 38 Meter b. FPB 28 Meter

c. LPC d. Speed Boat

7. Pada KPPBC-KPPBC yang memiliki alur sungai ataupun selat yang rawan
akan penyelundupan, umumnya menggunakan kapal patrol jenis…

a. FPB 38 Meter b. FPB 28 Meter

c. LPC d. Speed Boat

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 76


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

8. Kapal patrol yang dimiliki DJBC yang mampu berpatroli secara terus menerus
dengan kecepatan 18 knot sejauh 2000 Nm (Nautical mile) atau setara 8 hari
adalah…
a. FPB 38 Meter
b. FPB 28 Meter
c. LPC
d. Speed Boat

9. Seluruh FPB 28 meter dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut, kecuali…


a. Radar
b. Senjata otomatis caliber 12,7 mm
c. Bom Molotov
d. Alat komunikasi SSB (Singgle Side Band).

10. FPB 38 Meter buatan…


a. Jepang
b. Belgia
c. Jerman
d. Indonesia

11. Hal-hal yang wajib dilakukan oleh komandan patroli selama melaksanakan
patroli adalah sebagai berikut, kecuali…
a. Melaporkan posisi dan kegiatannya dalam waktu tertentu yang
ditetapkan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang memberi perintah.
b. Menguji peralatan kapal.
c. Membuat catatan perjalanan dalam Jurnal Kapal (Journey/Log).
d. Mencantumkan dalam Jurnal Kapal dan membuat Laporan kerusakan
Kapal Patroli atas setiap kerusakan kapal patroli.

12. Bila berdasarkan pertimbangan Nahkoda baik karena alasan teknik atau
cuaca membuat tidak dapat dilanjutkannya kegiatan patroli, maka sebelum
kembali ke tempat pemberangkatan/Pangkalan Sarana Operasi Bea dan
Cukai hal yang harus segera dilakukan oleh Komandn Patroli adalah…

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 77


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

a. Melaporkan kepada Pejabat penerbit Surat Perintah tentang keadaan


tersebut.
b. Langsung membatalkan operasi dan kembali kepangkalan.
c. Membuat Jurnal Kapal tentang keadaan dilapangan.
d. Pantang menyerah dan melanjutkan operasi.

13. Dalam rangka melakukan patroli, agar sarana pengangkut melalui jalur yang
ditetapkan, maka Pejabat DJBC yang bertugas perlu dilengkapi sarana-
sarana operasional berikut, kecuali…
a. Kapal laut
b. Rudal
c. Kapal udara
d. Radar

14. Selain laut teretorial, UNCLOS 1982, Indonesia juga mempunyai


kewenangan penuh atas zona tambahan (continguous zone) sejauh 12 mil
laut dari batas laut teritorial untuk bidang-bidang berikut, kecuali…
a. Keimigrasian,
b. Perdagangan,
c. Pabean dan cukai
d. Karantina hewan dan tanaman.

15. Berikut ini adalah tujuan dari kegiatan patrol, kecuali…


a. Mencegah terjadinya pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai.
b. Mencari dan menemukan pelanggaran di bidang kepabeanan dan
cukai.
c. Menentukan kerugian Negara yang ditimbulkan oleh pelanggaran
ekportir dan importir.
d. Melakukan pengawasan agar pelaksanaan undang-undang
kepabeanan dan cukai, dan peraturan pelaksanaannya dilakukan
sesuai ketentuan ketentuan.

16. Kecepatan maksimum FPB 28 Meter adalah…

a. 15 Knot b. 20 Knot
c. 25 Knot d. 30 Knot

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 78


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

17. FPB 38 Meter berbahan dasar…


a. Kayu
b. Fiberglass
c. Alumunium
d. Baja

18. Kecepatan maksimum FPB 38 Meter adalah…


a. 15 Knot
b. 20 Knot
c. 25 Knot
d. 30 Knot

19. Pelaksanaan Patroli Bea dan Cukai berdasarkan Surat Perintah yang
diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang. Pejabat Bea dan
Cukai yang tidak berwenang menerbitkan Surat Perintah adalah…

a. Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuk;


b. Kepala Kantor Wilayah;
c. Pejabat Eselon III pada Kantor Wilayah yang menangani Bidang
Kepatuhan Internal.
d. Kepala Kantor Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuk.

20. Kapal Patroli laut yang dipergunakan dalam rangka Patroli Bea dan Cukai
wajib dilengkapi dengan Surat Perintah Berlayar yang dapat dikeluarkan oleh
pejabat-pejabat Bea dan Cukai berikut, kecual…
a. Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai yang menangani post clearance audit.
b. Kepala Kantor Wilayah;
c. Pejabat Eselon III pada Kantor Wilayah yang menangani Pencegahan
Penindakan dan Penyidikan.
d. Kepala Kantor Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuk.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 79


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

21. Pembatasan atau batas pemisah satu negara dengan negara lain yang
bertetangga yang ditandai dengan pemasangan patok di lapangan disebut...
a. Deliniasi
b. Topografi
c. Pemetaan
d. Demarkasi

22. Daerah diluar dan berbatasan dengan laut teritoriaal yang tidak boleh
melebihi 200 mil laut dari garis pangkal disebut...
a. Batas Landas Kontinen (BLK)
b. Batas Laut Teritorial (BLT)
c. Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
d. Batas Zona Perikanan Khusus (Special Fissheries Zone/SFZ)

23. Menurut UNCLOS 1982 batas landas kontinen adalah selebar…


a. 200 mil laut
b. 350 mil laut
c. 12 mil laut
d. 24 mil laut

24. Kapal patrol DJBC jenis VSV berbahan dasar…


a. Kayu
b. Fiberglass
c. Alumunium
d. Kevlar

25. Rata-rata panjang Local Patrol Craft (LPC) adalah…


a. 15 meter
b. 20 meter
c. 10 meter
d. 30 meter

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 80


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

KUNCI JAWABAN

A. Kunci Jawaban Tes Formatif

Kegiatan Belajar 1
1. a 6. b 11.a
2. b 7. a 12.d
3. c 8. c 13.c
4. d 9. d 14.b
5. b 10. d 15.c

Kegiatan Belajar 2
1. b 6. a 11.a.
2. c 7. b 12.b
3. a 8. d 13.b
4. c 9. b 14.d
5. d 10.a 15.c

Kegiatan Belajar 3
1. c 6. a 11.b
2. d 7. d 12.a
3. a 8. b 13.d
4. c 9. d 14.b
5. a 10.a 15.d

B. Kunci Jawaban Test Sumatif

Bagian 1. Jawaban Benar / Salah.

1. S 6. B
2. B 7. B
3. S 8. S
4. B 9. S
5. B 10.S

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 81


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

Bagian 2. Multiple choices

1. c 6.c 11. b 16. c 21.d


2. a 7. d 12. c 17. c 22.c
3. d 8. a 13. b 18. d 23.b
4. a 9. c 14. b 19. c 24.d
5. a 10. d 15. c 20. a 25.c

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul
ini. Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%


Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai :
91% s.d. 100% : Amat baik
81% s.d. 90,99% : Baik
71% s.d. 80,99% : Cukup
61% s.d. 70,99% : Kurang
bila tingkat pemahaman belum mencapai 81% ke atas (kategori “baik”), maka
disarankan mengulangi materi.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 82


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

DAFTAR ISTILAH / PENGERTIAN

 Batas Landas Kontinen (BLK) adalah dasar laut dan tanah dibawahnya
diluar perairan wilayah Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 4 Prp. Tahun 1960 sampai kedalaman 200 meter
atau lebih, yang masih mungkin diselenggarakan eksplorasi dan
eksploitasi kekayaan alam.
 Batas Laut Teritorial (BLT) adalah garis batas dasar laut dan tanah
dibawahnya, dari daerah dibawah permukaan laut yang terletak maksimal
12 mil dari gurun pangkal teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah
wilayah daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen (lihat UNCLOS 82)
 Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah suatu daerah diluar dan
berdampingan dengan laut teritoriaal. Lebar ZEE tidak boleh melebihi 200
mil laut dari garis pangkal.
 Batas Zona Perikanan Khusus (Special Fissheries Zone/SFZ) adalah
zona pemanfaatan perikanan yang ditentukan secara khusus oleh dua
negara atau lebih berdasarkan perjanjian internasional.
 Batas Zona Tambahan (BZT) adalah batas jalur laut terletak sebelah luar
dari batas terluar laut teritorial yang lebar yang max 24 mil dari gurun
pangkal suatu daerah didalam batas laut teritorial berjarak tidak melebihi
24 mil dari garis pangkal untuk mencegah pelanggaran peraturan
perundangan bea cukai, fiskal, dan imigrasi.
 Deliniasi adalah penarikan garis batas sementara suatu wilayah atau
suatu negara di atas peta.
 Demarkasi adalah pembatasan atau batas pemisah satu negara dengan
negara lain yang bertetangga yang ditandai dengan pemasangan patok di
lapangan.
 Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
pengawasan atas lalulintas barang yang masuk atau keluar daerah
pabean dan pemungutan bea masuk.
 Kepulauan adalah suatu gugusan pulau, termasuk bagian pulau dan
perairan diantara pulau-pulau tersebut, dan lain-lain wujud alamiah yang
berhubungan satu sama lain demikian eratnya sehingga pulau-pulau,

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 83


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

perairan, dan wujud alamiah lainnya itu merupakan satu kesatuan


geografi, ekonomi, pertahanan keamanan, dan politik yang hakiki, atau
yang secara historis dianggap demikian.
 Landas Kontinen (BLK) adalah daerah dibawah laut yang meliputi dasar
laut dan tanah di bawahnya dari daerah dibawah permukaan laut yang
terletak di luar laut teritorial sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratan
hingga pinggiran laut tepi kontinen, sehingga suatu jarak 200 mil laut dari
garis pangkal, dalam hal pinggiran luar tepi kontinen tidak mencapai jarak
tersebut. Garis batas luar kondisi kontinen pada dasar laut, tidak boleh
melebihi 350 mil laut dari garis pangkal atau tidak melebihi 100 mil laut
dari garis kedalaman (isobath) 2500 m, kecuali untuk elevasi dasar laut
yang merupakan bagian alamiah tepian kontinen, seperti pelataran
(plateau), tanjakan (rise), puncak (caps), ketinggian yang datar ( banks)
dan puncak gunung yang bulat (spurs).
 Pulau adalah suatu area daratan yang terbentuk secara alamiah,
dikelilingi air dan selalu berada di atas air pada saat air pasang
(UNCLOS, artikel 121.1).
 Pulau terluar adalah pulau yang terletak paling luar pada perairan
yurisdiksi Republik Indonesia, dimana pulau tersebut sebagai penetapan
titik dasar (TD).
 Titik Acuan adalah titik tetap di darat berupa pilar yang digunakan sebagai
acuan penentuan titik awal.
 Titik Awal adalah titik koordinat yang terletak pada garis pantai untuk
menentukan garis dasar.
 Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya yang batas dari sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administrasi dan atau aspek fungsional.
 Wilayah NKRI adalah wilayah negara yang meliputi daratan, wilayah
perairan dasar laut dan tanah dibawahnya serta udara diatasnya
termasuk termasuk sumber kekayaan yang terkandung didalamnya.
 Wilayah perbatasan adalah wilayah geografis yang berhadapan dengan
negara tetangga, dengan penduduk yang bermukim diwilayah tersebut
disatukan melalui hubungan sosio-ekonomi, dan sosio-budaya dengan

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 84


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

cakupan wilayah administratif tertentu setelah ada kesepakatan antar


negara yang berbatasan.
 Wilayah pengembangan perbatasan adalah wilayah tempat
dilaksanakannya pengembangan sektor-sektor tertentu mencakup
wilayah administrasi kabupaten/kota.
 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah suatu daerah diluar dan
berbatasan dengan laut teritoriaal. Lebar ZEE tidak boleh melebihi 200
mil laut dari garis pangkal.

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 85


[PENGANTAR PATROLI LAUT]

DAFTAR PUSTAKA

Suyono, RP, Cap., Shipping-Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui


Laut, Edisi Revisi, penerbit PPM-Jakarta Tahun 2003

Wibisono, Sonny et all, Terjemahan Buku Panduan–Customs Course, Ships


Search, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai-Jakarta Tahun
2005 Pemeriksaan Kapal (Buku Panduan ini diperoleh dari hasil
Shipsearch Training Course di National Enforcement Training Course–
Australian Customs Service pada bulan Apri–Mei 2005.

Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang


No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.
Undang-undang No. 17 tahun 2006 Tanggal 15 Nopember 2006 tentang
Perubahan Undang-undang No. 10 tahun 1995 Tanggal 30 Desember 1995
tentang Kepabeanan.
Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2010 tentang Penindakan di Bidang
Kepabeanan.
Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 1996 tentang Senjata Api Dinas DJBC.

Keputusan Direktur Jendral Bea dan Cukai No. Kep-08/BC/1997 tentang


Penghentian Pemeriksaan dan Penegahan Sarana Pengangkut dan
Barang di Atasnya serta Penghentian dan Pembongkaran Penegahan
Barang.
Keputusan Direktur Jendral Bea dan Cukai No. Kep-58/BC/1997 tentang Patroli
Bea dan Cukai.

Territoriale Zee En Maritieme Kringen Ordonantie (TZEMKO) No. 442 Th 1939


Indische Scheepvaart-Wet (Staatablad 1936 No. 700) Tentang Pelabuhan
Keputusan Mahkamah Internasional tahun 1951 dalam Anglo-Norwegian
Fisheries Case yang membenarkan penarikan garis-garis dasar lurus
(straight base lines) dalam point to point theory dari Archipellagic State
Principle, melalui Pengumuman Pemerintah Indonesia tanggal 13
Desember 1957 yang dikenal dengan nama ’Deklarasi Juanda’

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sakut Laut Page 86

Anda mungkin juga menyukai