DAFTAR ISI
PETA KONSEP
PENGANTAR
PATROLI LAUT
A
PENDAHULUAN
1. DESKRIPSI SINGKAT
2. PRASYARAT KOMPETENSI
Untuk mempelajari modul ini idealnya Anda telah ditunjuk sebagai peserta
DTSS Pemeriksaan Sarana Pengangkutan dan telah memenuhi syarat-syarat
berikut:
a. Pangkat minimum II/b
b. Telah Lulus DTSD Kepabeanan dan Cukai
c. Usia Maksimum 45 tahun
d. Berkepribadian tanggap, tegas dan cekatan,
e. Sehat jasmani dan rohani
f. Mampu bela diri dan berenang
g. Ditunjuk oleh sekretaris DJBC
3. STANDAR KOMPETENSI
Standar kompetensi yang ingin di capai adalah setelah mempelajari mata
diklat ini anda diharapkan dapat memahami pengetahuan dasar tentang konsep
dasar patrol laut dilingkungan Direktorat Jendral Bea dan Cukai.
Oleh karena modul ini berisi materi-materi umum yang harus diketahui oleh
seorang pelaksana patroli, maka keberhasilan Saudara dalam mempelajari dan
menyerap materi-materi modul ini sangat berarti bagi Saudara dalam mempelajari
modul-modul selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan ’Patroli laut’
dilingkungan Direktorat Jenrdal Bea dan Cukai.
4. KOMPETENSI DASAR
Setelah mempelajari modul ini Saudara diharapkan mampu:
- Menjelaskan pengertian patroli laut
- Menjelaskan dasar hukum patroli laut
- Menjelaskan tujuan patroli laut
- Menjelaskan wilayah lingkup patroli laut
- Mengenal dan menjelaskan kapal-kapal yang digunakan dalam patroli laut.
- Menjelaskan dasar hukum pembentukas satgas, dan
- Menjelaskan persyaratan kualifikasi satgas
- Menjelaskan tugas dan wewenang satgas
B
KB 1 1. KEGIATAN BELAJAR 1
INDIKATOR KEBERHASILAN:
Setelah mempelajari KB 1 anda diharapkan dapat:
- Menjelaskan dasar hukum patrol laut
- Menjelaskan pengertian patrol laut
- Menjelaskan tujuan patrol laut
- Menjelaskan Lingkup wilayah patrol laut
- Menjelaskan temuan-temuan dalam patrol laut
b).Deklarasi Juanda
Deklarasi Djuanda adalah suatu perjuangan bangsa Indonesia untuk
memperjuangkan batas wilayah laut, sehingga wilayah Indonesia merupakan
suatu kesatuan yang utuh dilihat dari berbagai aspek, yaitu aspek politik, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan.
Sebagaimana dijelaskan di muka, kalau kita menggunakan Territorial Zee
Maritieme Kringen Ordonantie tahun 1939, maka lebar wilayah laut Indonesia
adalah tiga mil diukur dari garis rendah di pantai masing-masing pulau Indonesia.
Karena di antara ribuan pulau di Indonesia terdapat laut-laut bebas, hal tersebut
dapat membahayakan kepentingan bangsa Indonesia sebagai Negara kesatuan.
DAERAH PABEAN
WILAYAH
REPUBLIK
INDONESIA
ZEE R.I.
PERAIRAN
INDONESIA
ZEE
200 MIL
ZEE+UU LANDAS KONTINEN
19-Jul-10 SLIDE PHKC STAN 1
SLIDE 1 DTSD/PRODIP PHKC LETAK ZEE B.SEMEDI,SH
Bea dan Cukai memiliki wewenang di daerah perairan Indonesia, terutama dalam
hubungannya dengan ekspor dan impor.
Seiring dengan perkembangan jaman, teknik perdagangan, khususnya
ekspor impor, kini semakin maju, dan bisa dibilang kini semakin beresiko.
Beresiko disini dalam artian bahwa akan semakin banyak pelanggaran-
pelanggaran yang terjadi. Penanganan atas pelanggaran ekspor impor tersebut
menjadi tugas bagi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pelanggaran yang dapat
terjadi misalnya penyelundupan, penghindaran terhadap pembayaran bea
masuk, perdagangan gelap, perdagangan narkoba, dan sebagainya. Hal inilah
yang menjadi alasan bagi Pejabat Bea dan Cukai harus mengetahui dan
memahami mengenai daerah perairan Indonesia, yang nantinya akan membantu
dalam melaksanakan tugasnya. Sejak abad ke-17, laut dianggap sebagai
warisan bersama umat manusia (common heritage of mankind). Berlaku suatu
adagium pada masa itu, bahwa “ocean space as a commons, available to all but
owned by non” (Juda 1996).
Berdasarkan konsep ini maka Konferensi Hukum Laut Pertama diadakan
di Switzerland tahun 1958 untuk membahas secara terbuka pengertian Common
Heritage of Mankind, terutama pada saat dunia mulai memanfaatkan dasar laut
dan lantai samudera (sea-bed and ocean floor) yang berada di luar yurisdiksi
nasionalnya. Konferensi-konferensi selanjutnya membahas tidak hanya terbatas
pada mineral yang terdapat di dasar samudera tetapi juga mencakup konsep
negara pantai, negara kepulauan (archipelago), negara pulau-pulau (Islands
States), negara yang secara geografis tidak diuntungkan terhadap ruang laut dan
negara-negara yang tidak memiliki laut.
Semua negara ini mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap
pemanfaatan ruang laut dan sumberdayanya. Bagi Indonesia, UNCLOS 1982
merupakan pengakuan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan dengan
semua perairan/laut di antara pulau-pulau menjadi laut/perairan nasional, yang
kita sebut Perairan Nusantara. Di samping UNCLOS juga mengukuhkan lebar
laut teritorial menjadi 12 mil laut.
Dengan demikian batas laut Indonesia adalah batas terluar yang
menghubungkan semua pulau-pulau terluar. Selain laut teritorial, Indonesia juga
mempunyai kewenangan penuh atas zona tambahan (continguous zone) juga 12
mil laut dari batas laut teritorial, hanya untuk 4 bidang, yaitu: keimigrasian,
Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban kapal dagang, kapal
perang dan kapal pemerintah asing yang dioperasikan untuk tujuan niaga dan
bukan niaga dalam melaksanakan hak lintas damai melalui perairan Indonesia,
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Lintas alur laut kepulauan dalam alur-alur laut yang khusus ditetapkan
adalah pelaksanaan hak pelayaran dan penerbangan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan Konvensi dengan cara normal hanya untuk melakukan transit yang
terus-menerus, langsung, dan secepat mungkin serta tidak terhalang. Segala
jenis kapal dan pesawat udara negara asing, baik negara pantai maupun negara
tak berpantai, menikmati hak lintas alur laut kepulauan melalui perairan
kepulauan Indonesia, antara satu bagian dari laut lepas atau Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia dengan bagian laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia lainnya.
alur laut dan skema pemisah lalu lintas transit diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Hingga saat ini penetapan batas wilayah laut Indonesia dengan negara-
negara tetangga masih banyak yang belum tuntas. Dari 10 negara yang wilayah
lautnya berbatasan dengan Indonesia, baru antara Indonesia dan Australia yang
batas-batas wilayah lautnya telah diselesaikan secara lengkap.
patroli yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah pelabuhan bagian laut); di
udara (tugas patroli yang dilakukan di udara).
Lebih jauh, Keputusan Direktur Jendral Bea dan Cukai No. KEP-
58/BC/1997 menjelaskan bahwa patroli yang dilaksanakan oleh Satuan Tugas
Bea dan Cukai di laut, di darat dan di udara untuk pencegahan, penindakan dan
penyidikan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan kepabeanan
dan cukai serta tujuan lain berdasarkan ketentuan yang berlaku.
2) Wilayah perbatasan
Deliniasi Di Darat :
− RI - Malaysia Panjang garis batas kurang lebih 1900 km, 10 segmen
batas belum disepakati, yaitu 5 segmen RI-Serawak dan 5 segmen RI-
Sabah.
− RI - Papua Nugini (PNG) Panjang garis batas kurang lebih 770 km,
seluruhnya telah disepakati dalam perjanjian
− tahun 1973, namun terdapat aspek kultural (tanah ulayat) yang
berpotensi menjadi konflik
Deliniasi Di Laut :
− R I– Filipina BLT, ZEE,dan BLK belum didelimitasi, terdapat perbedaan
pendapat dalam penentuan garis batas.
− RI – Singapura BLT belum didelimitasi
− RI - Australia Memerlukan penataan ulang di kawasan eks- Timor gap
− RI- India ZEE belum didelimitasi.
− RI – Republik Palau ZEE belum didelimitasi
− RI – Thailand ZEE belum didelimitasi
− RI – Malaysia BLT, ZEE, BLK belum didelimitasi
− RI–Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) BLT, ZEE belum
didelimitasi
− RI–Vietnam BLK belum didelimitasi Sedangkan demarkasi yang telah
dilakukan antara Republik Indonesia dengan negara yang
berbatasan meliputi :
∼ RI – Malaysia,
∼ RI – Papua Nugini (PNG),
∼ RI – Republik Demokratik Timor Leste (RDTL)
1.2. Latihan
Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1 ini,
coba kerjakan latihan-latihan berikut ini.
1. Apa itu UNCLOS, jelaskan.
2. Jelaskan lingkup wilayah patroli laut.
3. Apa yang dimaksud dengan patroli? Apa tujuan patroli laut?
4. Sebutkan dasar hukum patroli laut.
5. Apa yang dimaksud dengan zona ekonomi eksklusif?
1.3. Rangkuman
Tugas Patroli merupakan salah satu bagian penting dari pelaksanaan
tugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam rangka penegakan hukum. Kata
patroli berasal dari Bahasa Inggris ’Patrol’ yang artinya meronda. Patroli dapat
dilakukan di dalam lingkup wilayah pabean Indonesia dan juga daerah
perbatasan dengan negara lain. Tujuan patroli adalah untuk mencegah terjadinya
pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai; mencari dan menemukan
pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai; menindaklanjuti hasil penyidikan,
dan melakukan pengawasan agar pelaksanaan undang-undang kepabeanan dan
cukai, dan peraturan pelaksanaannya dilakukan sesuai ketentuan ketentuan.
2. Dalam rangka melakukan patrol, agar sarana pengangkut melalui jalur yang
ditetapkan, maka Pejabat DJBC yang bertugas perlu dilengkapi sarana-
sarana operasional berikut, kecuali:
a. Kapal laut
b. Rudal
c. Kapal udara
d. Radar
3. Dasar hukum yang dapat digunakan payung atas kewenangan DJBC untuk
melakukan patrol adalah peraturan-peraturan berikut, kecuali:
a. UU No.10/1995 yang telah direvisi dengan UU No.17/2006.
b. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor Kep-58/BC/1997
c. UU No. 1 tahun 2006.
d. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1996
11. Penarikan garis batas sementara suatu wilayah atau suatu negara di atas
peta disebut...
a. Deliniasi
b. Topografi
c. Pemetaan
d. Demarkasi
12. Pembatasan atau batas pemisah satu negara dengan negara lain yang
bertetangga yang ditandai dengan pemasangan patok di lapangan
disebut...
a. Deliniasi b. Topografi
c. Pemetaan d. Demarkasi
13. Daerah diluar dan berbatasan dengan laut teritoriaal yang tidak boleh
melebihi 200 mil laut dari garis pangkal disebut...
a. Batas Landas Kontinen (BLK)
b. Batas Laut Teritorial (BLT)
c. Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
d. Batas Zona Perikanan Khusus (Special Fissheries Zone/SFZ)
KEGIATAN BELAJAR 2
KB 2
JENIS JENIS KAPAL PATROLI LAUT
INDIKATOR KEBERHASILAN:
Setelah mempelajari KB 2 anda diharapkan dapat:
- Menjelaskan tentang jenis-jenis Kapal Patrol Laut
- Menjelaskan karakteristik Kapal Patroli Laut.
Untuk pengawasan perbatasan laut dengan negara lain, DJBC selama ini
melaksanakan secara rutin patroli laut yang didukung oleh armada kapal patroli
yang hingga saat ini jumlahnya mencapai ratusan unit dengan berbagai macam
ukuran. Saat ini DJBC memiliki lima jenis kapal patroli dengan berbagai ukuran
dan bahan, yaitu :
Pada tahun 2009 DJBC melakukan pembelian kapal jenis ini sebanyak 3
unit. Dengan memiliki kapal patroli berukuran 38 meter tersebut diharapkan
kendala yang selama ini dihadapi bisa teratasi, misalnya pada Pangkalan Sarana
dan Operasi Pantoloan yang berpatroli hingga ke Irian Jaya dan sering terhambat
karena ombak yang tinggi, sementara kegiatan ilegal logging dan ilegal
fishing serta komoditi lainnya banyak terjadi. Selain itu tentunya kehadiran kapal
baru tersebut akan mengoptimalkan ungsi pengawasan DJBC.
Selain itu, untuk wilayah barat seperti TBK, keberadaan kapal patrol cepat
(FPB) berukuran 38 meter ini akan lebih mengefektifkan satgas patrol laut dalam
mengecar para penyelundup yang banyak berkeliaran dikawasan tersebut.
a. Ukuran Kapal:
- Panjang : 42,00 Meter
- Panjang Garis : 38,00 Meter
- Panjang antar garis : 36,70 Meter
- Lebar : 7,30 Meter
- Sarat air kekuatan : 1,85 Meter
- Sarat air desain : 1,65 Meter
b. Kemampuan
- Mempunyai daya jelajah yang jauh dan kecepatannya maksimum sampai
30 knot.
- Mampu mengarungi laut lepas dengan gelombang stage 4 (4-5 meter),
dan
- Mampu berpatroli secara terus menerus dengan kecepatan 18 knot
sejauh 2000 Nm (Nautical mile) atau setara 8 hari..
Kapal Patroli Cepat 38 Meter Aluminium ini merupakan hasil Rancang &
Bangun serta pengembangan produk sebelumnya yang telah di lakukan oleh
PAL INDONESIA Konsep pembangunan Kapal Patroli Cepat 38 meter
Aluminium ini di rancang khusus sebagai kapal patroli cepat untuk mendukung
pengamanan dan penegakan hukum di wilayah kedaulatan laut Indonesia.
Selain itu, DJBC juga memiliki delapan kapal Very Silinder Vessel (VSV)
yang mempunyai karakteristik dapat mencapai kecepatan 50 knot dan dapat
menembus ombak, sehingga kapal jenis ini lebih digunakan sebagai kapal
pemburu.
Selain kapal patrol cepat DJBC juga memiliki kapal patrol local yang
kemampuan jelajahnya hanya sekitar perairan pelabuhan. Ukuran panjang
maupun lebar lebih kecil dari kapal patrol cepat. Rata-rata panjangnya hanya 10
meter. Pada umumnya kapal ini berfungsi selain untuk patrol juga untuk
mengangkut petugas-petugas yang akan melakukan pemeriksaan kapal.
Saat ini DJBC hanya memiliki 10 kapal jenis LPC ini yang disebar ke
seluruh kantor-kantor Pangsarop. Untuk perawatan kapal ini dilakukan oleh
kantor-kantor pangsarop yang bersangkutan.
unit dalam kondisi baik sedangkan 42 unit dalam kondisi rusak. Ukuran kapal ini
jauh lebih kecil, akan tetapi kecepatan dan kelincahannya melebihi jeni-jenis
kapal patrol lainnya. Oleh karena itu kapal patroli jenis ini digunakan pada aliran-
aliran sungai dan di laut yang jangkauan radius pelayarannya tidak terlalu jauh
(gelombang kecil), tetapi bisa mengantisipasi pengawasan disekitar KPPBC
tersebut.
Kapal Patroli yang dipergunakan dalam rangka Patroli Bea dan Cukai
harus memenuhi syarat kelaiklautan. Pernyataan kelaiklautan dinyatakan oleh
Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai :
setelah mendapat laporan dari Pejabat Bea dan Cukai yang bertanggung
jawab mengenai nautika, teknik kapal, penginderaan dan telekomunikasi; dan
bahwa kapal patroli untuk di laut memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
SOLAS (Save of Live at Sea) sebagaimana yang diatur dalam Protokol
SOLAS 1978 yang dikeluarkan oleh IMO (International Maritime
Organisation).
2.2. Latihan
Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1 ini,
coba kerjakan latihan-latihan berikut ini.
1. Sebutkan jenis-jenis kapal patrol laut yang dimiliki DJBC.
2. Sebutkan kelebihan FPB 38 Meter disbanding FPB 28 Meter.
3. Untuk perairan pedalaman (sungai), jenis kapal apa yang cocok untuk patrol?
Jelaskan.
4. Apa kelebihan dan manfaat Jenis kapal patrol VSV.
5. Apa yang dimaksud dengan kelaiklautan? Apa syaratnya?
2.3. Rangkuman
3. Untuk patroli yang menempuh jarak antar pulau (intersuler) atau daerah laut
bebas diperlukan jenis kapal patrol…
a. FPB 28 Meter
b. LPC
c. Speed Boat
d. Perahu layar.
8. Berikut adalah kemampuan yang dimiliki oleh kapal patrol DJBC tipe FPB 38
Meter, kecuali…
a. Mempunyai daya jelajah yang jauh dan kecepatannya maksimum sampai
30 knot.
b. Mampu mengarungi laut lepas dengan gelombang stage 4 (4-5 meter),
dan
c. Mampu berpatroli secara terus menerus dengan kecepatan 18 knot
sejauh 2000 Nm (Nautical mile) atau setara 8 hari..
d. Dapat mencapai kecepatan maksimum 30 Knot.
9. Salah satu keunggulan kapal patrol DJBC jenis FPB 38 yang tidak ada pada
jenis kapal patrol lainnya adalah…
a. Menggunakan bahan bakar bensin
b. Memiliki peralatan riverse osmosis.
c. Memiliki radar
d. Diperlengkapi senjata.
10. Kapal patrol DJBC jenis Very Silinder Vessel (VSV) dapat mencapai
kecepatan maksimum…
a. 50 Knot
b. 20 knot
c. 25 Knot
d. 30 Knot.
11. Kapal patroli yang dipergunakan dalam rangka patroli bea dan cukai harus
memenuhi syarat kelaiklautan yang dinyatakan oleh...
a. Kepala Pangsarop
b. Kepala operasi
c. Nahkoda
d. Mualim 1
12. FPB 38 Meter adalah jenis kapal patroli yang dibuat di negara...
a. Belgia b. Indonesia
c. Jerman d. Belanda
13. Kapal patroli DJBC yang mampu berpatoli secara terus menerus selama 8
hari adalah...
a. FPB 28 Meter b. FPB 38 Meter
c. Speed Boat d. Local Patrol Craft
3. KEGIATAN BELAJAR 3 KB 3
SATUAN TUGAS BEA DAN CUKAI
INDIKATOR KEBERHASILAN:
Setelah mempelajari KB 3 para peserta diharapkan dapat:
- Menjelaskan Dasar Hukum Pembentukan Satgas.
- Menjelaskan Unsur-Unsur Satgas dan persyaratannya.
- Menjelaskan Tugas dan Kewenangan Satgas.
Kapal Patroli yang dipergunakan dalam rangka Patroli Bea dan Cukai
wajib dilengkapi dengan Surat Perintah Berlayar yang dikeluarkan oleh Pejabat
Bea dan Cukai yang berwenang.
Atas pelaksanaan Patroli Bea dan Cukai, Kepala Kantor Bea dan Cukai
wajib menyampaikan laporan bulanan kepada Kepala Kantor Wilayah;
Selanjutnya Kepala Kantor Wilayah wajib menyampaikan laporan bulanan
kepada Direktur Jenderal u.p. Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai yang menangani Pencegahan Penindakan dan
Penyidikan.
Patroli dilaksanakan oleh Satuan Tugas Bea dan Cukai yang terdiri dari
Komandan Patroli, seorang wakil komandan patroli, dan awak kapal sebagai
anggota. Satuan Tugas Bea dan Cukai ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
menerbitkan Surat Perintah. Satuan Tugas Bea dan Cukai ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang. Anggota Satuan Tugas Bea dan Cukai diantaranya
seorang Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai. Wakil Komandan Patroli sekurang-kurangnya memiliki kualifikasi tehnis
Kepabeanan DPT II atau yang sederajat. Berikut adalah Persyaratan-persyaratan
bagi unsure-unsur satuan tugas Bea dan Cukai.
1. Komandan Patroli
3. Nahkoda
4. Mualim I
5. Mualim II
Mualim II harus memenuhi kualifikasi teknis sebagai berikut :
o Memiliki Sertifikat : minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV
o Pendidikan formal : SLTA dan yang sederajat
o Diklat/kursus : DTSD I
o Syarat lainnya : Pernah menduduki jabatan serendah-
rendahnya Mualim III/Juru Mudi.
Mualim III . Juru Mudi harus memenuhi kualifikasi teknis sebagai berikut :
o Memiliki Sertifikat : minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV
o Pendidikan formal : SLTA dan yang sederajat
o Diklat/kursus : ---
o Syarat lainnya : Pengalaman berlayar selama 1 tahun.
8. Juru Motor I
9. Juru Motor II
a). Tugas :
Memimpin, mengarahkan, dan mengendalikan patroli agar mencapai
sasaran yang ditetapkan berkoordinasi dengan Nakhoda BC.
b). Wewenang :
1) Menetapkan daerah/tempat-tempat yang dipatroli.
2) Menentukan kapal-kapal yang perlu diperiksa.
3) Menunjuk petugas untuk memeriksa kapal.
4) Menetapkan apakah kapal yang diperiksa terdapat pelanggaran
atau tidak.
5) Membuat surat bukti penindakan.
6) Menginstruksikan pemakaian senjata api berkoordinasi dengan
Nakhoda.
a). Tugas :
1) Membantu pelaksanaan tugas Komandan Patroli.
2) Mempersiapkan perlengkapan patroli antara lain berupa
perlengkapan segel, perlengkapan pemeriksaan, dan
perlengkapan persenjataan.
3) Melakukan Pemeriksaan kapal atas perintah Komandan Patroli.
4) Membuat dan menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada
Komandan Patroli yang akan digunakan.
5) Memberikan masukan kepada Komandan Patroli demi
kepentingan tercapainya hasil operasi patroli.
3. Nahkoda
a. Tugas :
1) Berada di kapal selama berlayar, kecuali dalam keadaan
memaksa.
2) Memastikan bahwa kapalnya telah memenuhi syarat laik laut.
3) Mengawasi dan meneliti penyelenggaraan buku harian dek, buku
harian kamar mesin, dan buku harian radio.
4) Memperhatikan dan memelihara kondisi kapalnya tetap laik laut
untuk berlayar.
5) Menjaga keselamatan kapal dan Anak Buah Kapal.
6) Melengkapi dan menyimpan di kapal dokumen berupa Surat
Perintah Berlayar ( SPB), Surat-surat perintah lainnya, buku-buku
yang lazim untuk dunia pelayaran yang diperlukan, dan buku-buku
petunjuk pemeliharaan dan pemakaian komponen-komponen
serta peraturan kedinasan lainnya yang berkaitan dengan tugas di
kapal.
7) Mengatur/menyelenggarakan dinas jaga laut dan jaga darat di
kapal, dengan ketentuan sebagai berikut :
Jaga Laut
Jam 00.00 s.d. 04.00 = Jaga Larut Malam = Mualim I
Jam 04.00 s.d. 08.00 = Jaga Dini Hari = Mualim
III/Juru Mudi
Jam 08.00 s.d. 12.00 = Jaga Pagi Hari = Mualim II
Jam 12.00 s.d. 16.00 = Jaga Siang Hari = Mualim I
Jam 16.00 s.d. 20.00 = Jaga Sore Hari = Mualim
III/Juru Mudi
b). Wewenang :
1) Menegakkan hukum dan bertanggung jawab atas keselamatan
keamanan penumpang, kebersihan kapal dan barang muatan
yang menjadi kewajibannya.
2) Mengenakan tindakan disiplin atas pelanggaran yang dilakukan
setiap anak buah kapal yang meninggalkan kapal tanpa seijin
Nakhoda, tidak kembali ke kapal pada waktunya, menolak
perintah penugasan, tidak melaksanakan tugas dengan baik,
berperilaku tidak tertib, dan berperilaku tidak layak terhadap
seseorang.
3) Memberikan usulan/masukan kepada Kepala Pangkalan/Kepala
Kantor dalam pembuatan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
(DP3) untuk Anak Buah Kapal yang dipimpinnya.
4) Membuat usulan mutasi Anak Buah Kapal yang dipimpinnya.
5) Untuk tindakan penyelamatan, berwenang/berhak menyimpang
dari rute yang telah ditetapkan dan mengambil tindakan lainnya
yang diperlukan.
6) Menggunakan pandu laut dalam hal terdapat keraguan mengenai
alur keluar masuk perairan pelabuhan.
7) Berhak menolak untuk melayarkan kapalnya apabila mengetahui
kapal tersebut tidak memenuhi persyaratan kelaik lautan.
8) Diberi kewenangan khusus untuk membuat catatan setiap
kelahiran, setiap kematian serta menyaksikan dan mencatat surat
wasiat.
c). Larangan :
1) Selama dalam tugas atau apabila ada bahaya yang mengancam,
Nakhoda dilarang meninggalkan kapalnya, kecuali apabila
4. Mualim I
a. Tugas :
1) Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta mentaati perintah
lainnya dari Nakhoda.
2) Membantu dan melaksanakan semua perintah Nakhoda, bertindak
sebagai Nakhoda kapal apabila Nakhoda berhalangan melakukan
tugasnya..
3) Segera memberitahukan kepada Nahkoda untuk tindakan
penyelamatan kapal apabila terjadi keragu-raguan atau cuaca
buruk dalam tugas jaga laut/berlayar.
4) Mengoreksi peta laut sesuai petunjuk dari berita pelaut Indonesia.
5) Bertanggung jawab atas penyelenggaraan Buku Harian Deck.
6) Melaksanakan tugas Check List satu jam sebelum kapal
berangkat/tiba.
7) Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan keutuhan inventaris
deck dan ketertiban administrasinya.
8) Mengatur petugas jaga kapal pada saat kapal berlayar dan berada
di pangkalan/pelabuhan, sehingga setiap saat kapal tersebut siap
digerakkan.
9) Mengontrol kesiapan anak buah kapal dalam kegiatan
pemeriksaan alat angkut.
b). Wewenang :
1) Dapat memindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi
keselamatan kapal apabila merasa mampu.
2) Melarang orang-orang yang berada di atas kapal apabila
mengganggu ketertiban dan keamanan kapal.
3) Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk
tugas kedinasan.
4) Melarang orang-orang melakukan kegiatan yang melanggar
hukum di atas kapal.
5) Mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal.
5. Mualim II
a. Tugas :
1) Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta mentaati perintah
lainnya dari nakhoda.
2) Menyiapkan dan memelihara peta-peta laut, buku-buku navigasi
dan alat bantu navigasi lainnya guna persiapan kapal berlayar
3) Bertanggung jawab atas penyediaan bahan makanan, air tawar
yang mencukupi sesuai kebutuhan tugas berlayar.
4) Menyiapkan kebutuhan perlengkapan kapal dan anak buah kapal.
5) Pendataan kembali administrasi kapal, misalnya Surat Perintah
Berlayar, laporan siap berlayar, laporan tiba, daftar penumpang,
dan lain-lain.
b. Wewenang :
1) Dapat memindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi
keselamatan kapal apabila merasa mampu.
2) Melarang orang-orang yang berada diatas kapal apabila
mengganggu ketertiban dan keamanan kapal.
3) Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk
tugas kedinasan.
4) Melarang orang-orang melakukan kegiatan yang melanggar
hukum di atas kapal.
5) Mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal.
b). Wewenang :
1) Dapat memindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi
keselamatan kapal apabila merasa mampu.
2) Melarang orang-orang yang berada di atas apabila mengganggu
ketertiban dan keamanan kapal.
3) Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk
tugas kedinasan.
4) Melarang orang-orang melakukan kegiatan yang melanggar
hukum di atas kapal.
5) Mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal.
c). Larangan:
1) Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seijin Nakhoda.
2) Membawa barang-barang di luar kepentingan dinas kecuali ada
ijin dari Nakhoda.
3) Mengambil dan/atau menghilangkan barang inventaris kapal baik
di sengaja atau tidak di atas kapal.
4) Dilarang mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik
disengaja atau tidak dari alat angkut yang diperiksa.
5) Dilarang melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas
kapal.
b). Wewenang :
1) Dapat mernindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi
keselamatan kapal apabila merasa mampu.
2) Melarang orang-orang yang berada di atas kapal apabila
mengganggu ketertiban dan keamanan kapal.
3) Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk
tugas kedinasan.
4) Melarang orang-orang melakukan kcgiatan yang melanggar
hukum di atas kapal.
5) Mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal.
c). Larangan:
1) Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seijin Nakhoda.
2) Membawa barang-barang di luar kepentingan dinas kecuali ada
ijin dari Nakhoda.
3) Mengambil dan atau menghilangkan barang inventaris kapal baik
disengaja atau tidak disengaja di atas kapal.
4) Mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik disengaja
atau tidak dari alat angkut yang diperiksa.
5) Melakukan kegiatan vang melanggar hukum di atas kapal.
8. Juru Motor I
a). Tugas :
1) Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta mentaati perintah
lainnya dari Kepala Kamar Mesin/Nakhoda.
2) Mentaati dan melaksanakan perintah Kepala Kamar Mesin dan
Nakhoda.
3) Bertindak sebagai Kepala Kamar Mesin apabila Kepala Kamar
Mesin berhalangan rnelakukan tugasnya.
4) Mencatat temperatur/suhu mesin induk, motor bantu di kamar
mesin pada Buku Harian Mesin waktu bertugas.
5) Melaksanakan tugas Check List satu jam sebelum kapal
berangkat/tiba.
6) Memimpin awak kamar mesin dalam melakukan tugas harian
kamar mesin.
7) Mempersiapkan semua perlengkapan kamar mesin waktu kapal
disiapkan untuk berlayar sesuai perintah Kepala Kamar Mesin.
8) Memberitahukan kepada Kepala Kamar Mesin apabila terjadi hal-
hal darurat di Kamar Mesin.
9) Melaksanakan perbaikan di dalam kamar mesin jika terjadi
kerusakan mesin dan instalasi lainnya.
10) Menyiapkan pompa kebakaran dan semua pompa penghisap air
di kamar mesin (menggantikan petugas jaga mesin ) jika terjadi
musibah kebakaran dan kebocoran kapal.
11) Menyiapkan mesin Out Boat serta jurnal mesin dan inventaris
kamar mesin pada saat meninggalkan kapal apabila terjadi
musibah tenggelamnya kapal.
12) Berada di kamar mesin guna mengawasi mesin induk, motor
bantu serta instalasi lainnya pada saat kapal sedang melakukan
pemeriksaan alat angkut.
b). Wewenang :
1) Dapat memindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi
keselamatan kapal apabila merasa mampu.
9. Juru Motor II
a. Tugas :
1) Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta mentaati perintah
lainnya dari Kepala Kamar Mesin / Nakhoda.
2) Membantu pelaksanaan tugas Juru Motor l.
3) Menyiapkan perlengkapan kamar mesin apabila kapal siap
berlayar.
4) Membantu mempersiapkan laporan setibanya kapal di
pangkalan/pelabuhan.
5) Menjaga dan memelihara kebersihan kamar mesin dan merawat
motor penggerak serta semua instalasi.
6) Mempersiapkan salah satu pipa/selang kebakaran ke lokasi
kebakaran apabila terjadi musibah kebakaran.
7) Membantu menanggulangi kebocoran aoabila terjadi musibah
kebocoran kapal.
8) Berada di kamar mesin dan siap mematikan mesin induk dan
mesin bantu serta membantu penurunan sekoci apabila terjadi
musibah tenggelamnya kapal.
9) Membantu Juru Motor I di kamar mesin pada saat kapal sedang
melakukan pemeriksaan alat angkut.
10) Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diperintahkan oleh
atasannya.
11) Melaksanakan tugas jaga laut pada saat kapal berlayar dan tugas
jaga darat pada saat kapal berada di Pangkalan/Pelabuhan.
b). Wewenang :
1) Dapat memindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi
keselamatan kapal apabila merasa mampu.
2) Melarang orang-orang yang berada diatas apabila mengganggu
ketertiban dan keamanan kapal.
3) Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk
tugas kedinasan.
4) Melarang orang-orang melakukan kegiatan yang melanggar
hukum di atas kapal.
5) Mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal.
c). Larangan :
1) Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seijin Kepala Kamar
Mesin/Nakhoda.
2) Membawa barang-barang di luar kepentingan dinas kecuali ada
ijin dari Nakhoda.
3) Mengambil dan/atau menghilangkan barang inventaris kapal baik
disengaja atau tidak di atas kapal.
4) Mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik disengaja
atau tidak dari alat angkut yang diperiksa.
5) Melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal.
b). Larangan :
1) Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seijin Kepala Kamar
Mesin/Juru Motor Jaga.
2) Membawa barang-barang di luar kepentingan dinas kecuali ada
ijin dari Nakhoda.
3) Mengambil dan atau menghilangkan barang inventaris kapal baik
disengaja atau tidak di atas kapal.
4) Mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik disengaja
atau tidak dari alat angkut yang diperiksa.
5) Melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal.
4) Melapor kepada Nakhoda dan perwira kapal atau anak buah kapal
lainnya bila terjadi hal darurat di ruang dapur.
5) Menyediakan dan menyiapkan bahan makanan untuk keperluan
semua petugas patroli.
6) Menyediakan makanan dan minuman bagi semua petugas patroli.
7) Menyelamatkan ruang dapur dan membawa tabung kebakaran
menuju lokasi kebakaran pada saat terjadi musibah kebakaran.
8) Membantu menanggulangi kebocoran di lokasi kebocoran pada
saat terjadi musibah kebocoran.
9) Menurunkan ke laut life raft (rakit penolong) kanan/kiri dan
menyiapkan keperluan bahan makan untuk di sekoci pada saat
peninggalan.
10) Mengamati sekitar lokasi pemeriksaan nrenggunakan senjata
laras panjang pada saat pemeriksaan.
b. Larangan:
1) Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seijin Mualim/Nakhoda.
2) Membawa perangkat telekomunikasi dari kapal di luar
kepentingan dinas kecuali ada ijin dari Nahkoda.
3) Mengambil dan/atau menghilangkan barang inventaris kapal baik
disengaja atau tidak di atas kapal.
4) Dilarang mengurangi dan/atau menghilangkan berita yang
diterima maupun dikirim baik disengaja atau tidak.
5) Menyebarkan berita yang diterima maupun dikirim tanpa seijin
Nakhoda.
6) Mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik disengaja
atau tidak dari alat angkut yang diperiksa.
7) Melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal.
3.2. Latihan
Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1 ini, coba
kerjakan latihan-latihan berikut ini.
1. Sebutkan dasar hukum pembentukan satgas patroli laut.
2. Sebutkan unsur-unsur satuan tugas patroli.
3. Sebutkan isi dari Surat Perintah Patroli.
4. Sebutkan persyaratan kualifikasi teknis yang harus dimiliki oleh komandan
patroli?.
5. Apa-apa saja yang dilarangkan kepada nahkoda apabila dalam pelaksanaan
tugas ditemui adanya bahaya yang mengancam.
3.3. Rangkuman
Pelaksanaan Patroli Bea dan Cukai didasarkan atas Surat Perintah yang
diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang, yaitu: Direktur Jenderal
atau Pejabat yang ditunjuk; Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai yang menangani Pencegahan Penindakan dan
Penyidikan atau Pejabat yang ditunjuk; Kepala Kantor Wilayah; Pejabat Eselon III
pada Kantor Wilayah yang menangani Pencegahan Penindakan dan Penyidikan
atau Pejabat yang ditunjuk; atau Kepala Kantor Bea dan Cukai atau Pejabat
yang ditunjuk.
Patroli dilaksanakan oleh Satuan Tugas Bea dan Cukai yang terdiri dari
Komandan Patroli, seorang wakil komandan patroli, dan awak kapal sebagai
anggota. Anggota Satuan Tugas Bea dan Cukai diantaranya seorang Pejabat
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Wakil
Komandan Patroli sekurang-kurangnya memiliki kualifikasi tehnis Kepabeanan
DPT II atau yang sederajat.
Pejabat Bea dan Cukai yang bertanggung jawab mengenai nautika, teknik
kapal, penginderaan, dan telekomunikasi sebelum menyampaikan laporan
kepada Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai terlebih dahulu wajib
melakukan persiapan dan pengujian fungsi peralatan/perlengkapan kapal patroli.
Kapal patroli yang dipergunakan dalam patroli Bea dan Cukai dapat dilengkapi
dengan senjata api dinas. Penempatan senjata api dinas pada Kapal Patroli
wajib dicantumkan dalam Surat Perintah Berlayar/Terbang.
3. Kapal Patroli laut yang dipergunakan dalam rangka Patroli Bea dan Cukai
wajib dilengkapi dengan Surat Perintah Berlayar yang dapat dikeluarkan
oleh pejabat-pejabat Bea dan Cukai berikut, kecuali...
a. Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
yang menangani post clearance audit.
b. Kepala Kantor Wilayah;
c. Pejabat Eselon III pada Kantor Wilayah yang menangani Pencegahan
Penindakan dan Penyidikan.
d. Kepala Kantor Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuk.
4. Patroli dilaksanakan oleh Satuan Tugas Bea dan Cukai yang terdiri dari…
a. Komandan, wakil komandan, awak kapal (sebagai anggota), dan
pengamat, pengawas.
b. Komandan, wakil komandan, dan pengamat
c. Komandan Patroli, seorang wakil komandan patroli, dan awak kapal
sebagai anggota.
d. Komandan, wakil komandan, awak kapal (sebagai anggota), dan
pengamat.
5. Yang tidak termasuk pejabat yang dapat menetapkan Satuan Tugas Patroli
Bea dan Cukai adalah…
a. Mentri Keuangan
b. Dirjen Bea dan Cukai
c. Kepala Kantor Wilayah;
d. Pejabat Eselon III pada Kantor Wilayah yang menangani Pencegahan
Penindakan dan Penyidikan.
6. Dalam setiap Satuan Tugas Patroli Bea dan Cukai, salah satu anggotanya
harus seorang…
a. Pejabat pada Bagian Audit
b. Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil DJBC.
c. Pejabat pada Bidang Kepatuhan Internal
d. Pejabat Bidang Pelayanan.
8. Kapal Patroli laut yang dipergunakan dalam rangka Patroli Bea dan Cukai
harus memenuhi syarat berikut, kecuali…
a. Memenuhi kelaiklautan yang dinyatakan oleh Kepala Pangkalan Sarana
Operasi Bea dan Cukai.
b. Telah diperlengkapi dengan persenjataan, perbekalan dan sarana-
sarana lainnya yang diperlukan untuk patroli selama satu bulan.
9. Pejabat Bea dan Cukai yang bertanggung jawab mengenai nautika, teknik
kapal, penginderaan, dan telekomunikasi sebelum menyampaikan laporan
kepada Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai terlebih dahulu
wajib melakukan persiapan dan pengujian fungsi peralatan/perlengkapan
kapal patroli. Mana dari pernyataan berikut yang kurang benar berkaitan
dengan pengujian tersebut.
a. Pengujian alat/perlengkapan keselamatan di laut oleh petugas nautika
kapal patroli;
b. Pengujian mesin induk, mesin bantu dan listrik kapal oleh petugas
teknik kapal patroli;
c. Pengujian alat radar, Global Position System (GPS), dan Echo Sounder
oleh petugas penginderaan kapal patroli;
d. Pengujian sarana radio komunikasi oleh petugas telekomunikasi.
PENUTUP
Pada dasarnya sebagian soal tes sumatif merupakan soal-soal yang telah
dites pada setiap kegiatan belajar. Oleh karena itu peserta diharapkan dapat
menyelesaikan tes sumatif dengan lebih baik bila dibandingkan dengan tes
formatif. Selamat bekerja semoga modul ini bermanfaat bagi anda di dalam
menunjang aktifitas anda di lapangan.
TES SUMATIF
2.B - S Patroli dilaksanakan oleh Satuan Tugas Bea dan Cukai yang
terdiri dari komandan patroli, seorang wakil komandan
patroli, dan awak kapal sebagai anggota.
6.B - S Keunggulan kapal patrol DJBC jenis FPB 38 yang tidak ada
pada jenis kapal patrol lainnya adalah bahwa FPB 38
memiliki peralatan riverse osmosis.
7.B - S Salah satu kemampuan yang dimiliki oleh kapal patrol DJBC
tipe FPB 28 Meter adalah mampu berpatroli secara terus
menerus dengan kecepatan 18 knot sejauh 2000 Nm
(Nautical mile) atau setara 8 hari.
B. PILIHAN GANDA
2. Batas Laut Teritorial (BLT), Batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan Batas
Landas Kontinen (BLK) diukur jaraknya dari…
a. Titik dasar/ garis pangkal kepulauan,
b. Pos lintas batas
c. Pulau terluar
d. Demarkasi
3. Dari lingkup wilayah patroli laut tersebut, ada beberapa kemungkinan hal-hal
yang akan ditemukan dan patut dicuriagai. Hal-hal tersebut adalah sebagai
berikut, kecuali...
7. Pada KPPBC-KPPBC yang memiliki alur sungai ataupun selat yang rawan
akan penyelundupan, umumnya menggunakan kapal patrol jenis…
8. Kapal patrol yang dimiliki DJBC yang mampu berpatroli secara terus menerus
dengan kecepatan 18 knot sejauh 2000 Nm (Nautical mile) atau setara 8 hari
adalah…
a. FPB 38 Meter
b. FPB 28 Meter
c. LPC
d. Speed Boat
11. Hal-hal yang wajib dilakukan oleh komandan patroli selama melaksanakan
patroli adalah sebagai berikut, kecuali…
a. Melaporkan posisi dan kegiatannya dalam waktu tertentu yang
ditetapkan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang memberi perintah.
b. Menguji peralatan kapal.
c. Membuat catatan perjalanan dalam Jurnal Kapal (Journey/Log).
d. Mencantumkan dalam Jurnal Kapal dan membuat Laporan kerusakan
Kapal Patroli atas setiap kerusakan kapal patroli.
12. Bila berdasarkan pertimbangan Nahkoda baik karena alasan teknik atau
cuaca membuat tidak dapat dilanjutkannya kegiatan patroli, maka sebelum
kembali ke tempat pemberangkatan/Pangkalan Sarana Operasi Bea dan
Cukai hal yang harus segera dilakukan oleh Komandn Patroli adalah…
13. Dalam rangka melakukan patroli, agar sarana pengangkut melalui jalur yang
ditetapkan, maka Pejabat DJBC yang bertugas perlu dilengkapi sarana-
sarana operasional berikut, kecuali…
a. Kapal laut
b. Rudal
c. Kapal udara
d. Radar
a. 15 Knot b. 20 Knot
c. 25 Knot d. 30 Knot
19. Pelaksanaan Patroli Bea dan Cukai berdasarkan Surat Perintah yang
diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang. Pejabat Bea dan
Cukai yang tidak berwenang menerbitkan Surat Perintah adalah…
20. Kapal Patroli laut yang dipergunakan dalam rangka Patroli Bea dan Cukai
wajib dilengkapi dengan Surat Perintah Berlayar yang dapat dikeluarkan oleh
pejabat-pejabat Bea dan Cukai berikut, kecual…
a. Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai yang menangani post clearance audit.
b. Kepala Kantor Wilayah;
c. Pejabat Eselon III pada Kantor Wilayah yang menangani Pencegahan
Penindakan dan Penyidikan.
d. Kepala Kantor Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuk.
21. Pembatasan atau batas pemisah satu negara dengan negara lain yang
bertetangga yang ditandai dengan pemasangan patok di lapangan disebut...
a. Deliniasi
b. Topografi
c. Pemetaan
d. Demarkasi
22. Daerah diluar dan berbatasan dengan laut teritoriaal yang tidak boleh
melebihi 200 mil laut dari garis pangkal disebut...
a. Batas Landas Kontinen (BLK)
b. Batas Laut Teritorial (BLT)
c. Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
d. Batas Zona Perikanan Khusus (Special Fissheries Zone/SFZ)
KUNCI JAWABAN
Kegiatan Belajar 1
1. a 6. b 11.a
2. b 7. a 12.d
3. c 8. c 13.c
4. d 9. d 14.b
5. b 10. d 15.c
Kegiatan Belajar 2
1. b 6. a 11.a.
2. c 7. b 12.b
3. a 8. d 13.b
4. c 9. b 14.d
5. d 10.a 15.c
Kegiatan Belajar 3
1. c 6. a 11.b
2. d 7. d 12.a
3. a 8. b 13.d
4. c 9. d 14.b
5. a 10.a 15.d
1. S 6. B
2. B 7. B
3. S 8. S
4. B 9. S
5. B 10.S
Batas Landas Kontinen (BLK) adalah dasar laut dan tanah dibawahnya
diluar perairan wilayah Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 4 Prp. Tahun 1960 sampai kedalaman 200 meter
atau lebih, yang masih mungkin diselenggarakan eksplorasi dan
eksploitasi kekayaan alam.
Batas Laut Teritorial (BLT) adalah garis batas dasar laut dan tanah
dibawahnya, dari daerah dibawah permukaan laut yang terletak maksimal
12 mil dari gurun pangkal teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah
wilayah daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen (lihat UNCLOS 82)
Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah suatu daerah diluar dan
berdampingan dengan laut teritoriaal. Lebar ZEE tidak boleh melebihi 200
mil laut dari garis pangkal.
Batas Zona Perikanan Khusus (Special Fissheries Zone/SFZ) adalah
zona pemanfaatan perikanan yang ditentukan secara khusus oleh dua
negara atau lebih berdasarkan perjanjian internasional.
Batas Zona Tambahan (BZT) adalah batas jalur laut terletak sebelah luar
dari batas terluar laut teritorial yang lebar yang max 24 mil dari gurun
pangkal suatu daerah didalam batas laut teritorial berjarak tidak melebihi
24 mil dari garis pangkal untuk mencegah pelanggaran peraturan
perundangan bea cukai, fiskal, dan imigrasi.
Deliniasi adalah penarikan garis batas sementara suatu wilayah atau
suatu negara di atas peta.
Demarkasi adalah pembatasan atau batas pemisah satu negara dengan
negara lain yang bertetangga yang ditandai dengan pemasangan patok di
lapangan.
Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
pengawasan atas lalulintas barang yang masuk atau keluar daerah
pabean dan pemungutan bea masuk.
Kepulauan adalah suatu gugusan pulau, termasuk bagian pulau dan
perairan diantara pulau-pulau tersebut, dan lain-lain wujud alamiah yang
berhubungan satu sama lain demikian eratnya sehingga pulau-pulau,
DAFTAR PUSTAKA