Anda di halaman 1dari 11

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH NUSA TENGGARA BARAT


DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN DAN UDARA

PEDOMAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PERAIRAN

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

a. Dalam menjalankan tugas dan wewenang penyidikan, setiap


penyidik dituntut untuk mengetahui dan mengerti langkah-langkah
yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. Untuk menjabarkan peraturan perundang-undangan ke dalam
langkah-langkah penyidikan agar diperoleh keseragaman dan
ketepatan bertindak, diperlukan suatu acuan/pedoman, sehingga
diperoleh kesamaan persepsi;
c. Dalam rangka menyamakan persepsi ke dalam pola tindak yang
benar, maka dibuatlah Standar Operasional Prosedur (SOP) guna
dijadikan pedoman bagi seluruh penyidik dalam menjalankan
kegiatan penyidikan.

2. Dasar

a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang


Hukum Acara Pidana (KUHAP);
b. Undang-undang Republik Indonesa Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri);
c. Peraturan Polri Nomor 14 Tahun 2018 Tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Kepolisian Daerah;
2

d. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6


Tahun 2019 tentang Penyidikan Tindak Pidana.

3. Maksud dan Tujuan

a. Maksud :

Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan panduan bagi


Penyidik Direktorat Kepolisian Perairan dan Udara dalam melakukan
persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian Berkas Perkara serta
penyenggaraan Administrasi Penyidikan yang mendukung
pelaksanaan penyidikan tindak pidana perairan.

b. Tujuan :

Tujuan dari pedoman ini adalah untuk menyatukan persepsi diantara


para Penyidik Direktorat Kepolisian Perairan dan Udara, agar
diperoleh kesatuan arah dalam rangka Penyidikan Tindak Pidana
Perairan di lingkungan Direktorat Kepolisian Perairan dan Udara.

4. Ruang Lingkup

Standar Operasional Prosedur di bidang Penyidikan ini meliputi kegiatan


Perencanaan dan Penganggaran Penyidikan, Pelaksanaan Penyidikan
(Pemanggilan, Pemeriksaan, Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan,
dan Penyitaan), Penyelenggaraan Administrasi Penyidikan, Pemberkasan
dan Penyerahan Berkas Perkara serta Pengawasan dan Pengendalian
Penyidikan pada lingungan Direktorat Kepolisian Perairan dan Udara (Dit
Polairud).

5. Tata Urut

I PENDAHULUAN

II TUGAS POKOK

III PELAKSANAAN

IV ADMINISTRASI

V PENUTUP
3

II. TUGAS POKOK

6. Tugas Pokok Penyidik Dit Polairud:

1) Penyidik Dit Polairud bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan


penyidikan tindak pidana perairan, koordinasi, pengawasan
operasional, dan administrasi penyidikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
2) Dalam melaksanakan tugas di atas, penyidik Dit Polairud
menyelenggarakan fungsi :
a) Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana perairan, antara lain
tindak pidana di bidang Perikanan, Pelayaran, KSDA,
Karantina dan tindak pidana yang berkaitan dengan wilayah
perairan dan pesisir lainnya di daerah hukum Polda;
b) Penganalisasian kasus beserta penanganannya serta
mempelajari dan mengkaji efektivitas pelaksanaan tugas Dit
Polairud;
c) Pembinaan teknis, koordinasi, dan pengawasan operasional
serta administrasi penyidikan;
d) Pelaksanaan pengawasan penyidikan tindak pidana perairan di
lingkungan Polda; dan
e) Pengumpulan dan pengolahan data serta menyajikan informasi
dan dokumentasi program kegiatan Dit Polairud.

III. PELAKSANAAN

7. Personel

a. Penyidik Direktorat Kepolisian Perairan dan Udara adalah personel


Polri yang bertugas di lingkungan Direktorat Kepolisian Perairan dan
Udara (Dit Polairud) Polda NTB yang telah memiliki Surat Keputusan
sebagai Penyidik Dit Polairud;
b. Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
berpangkat IPDA sampai dengan Komisaris Besar Polisi yang
berada di lingkungan Dit Polairud yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang untuk melakukan penyidikan sebagaimana diatur
oleh UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;
c. Penyidik Pembantu adalah pejabat Kepolisian Negara Republik
4

Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan


tugas penyidikan sebagaimana diatur oleh UU No. 8 Tahun 1981
tentang KUHAP;
d. Atasan Penyidik adalah penyidik yang berwenang menerbitkan Surat
Perintah Tugas, Surat Perintah Penyelidikan, dan Surat Perintah
Penyidikan di daerah hukum Atasan Penyidik sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
e. Petugas Lainnya adalah personel yang bertugas dan/atau bekerja di
lingkungan Polda NTB dan atau setidak-tidaknya di lingkungan Dit
Polairud serta diberikan tugas oleh Penyidik Dit Polairud untuk
membantu atau mendukung pelaksanaan tugas-tugas penyidikan,
seperti pembuatan administrasi penyidikan, penyusunan Berkas
Perkara dan sejenisnya.

8. Sarana-Prasarana yang Digunakan

a. Sarana dan Prasarana yang digunakan untuk kepentingan


penyidikan adalah yang tersedia di lingkungan Dit Polairud;
b. Sarana dan Prasarana lain yang menunjang untuk kepentingan
penyidikan yang digunakan apabila telah mendapat persetujuan dari
Atasan Penyidik.

9. Urutan Tindakan

a. Tindakan penyidikan mempedomani UU No. 8 Tahun 1981 tentang


KUHAP, Peraturan Kapolri No. 6 Tahun 2019 tentang Penyidikan
Tindak Pidana;
b. Urut-urutan tindakan penyidikan sebagai berikut :
1) Membuat tata naskah (takah) yang terdiri dari :
a) Laporan Polisi;
b) Laporan Hasil Penyelidikan (LHP) apabila didahului
dengan penyelidikan;
c) Surat Perintah Penyidikan;
d) Surat Perintah Tugas
e) Rencana Penyidikan;
f) Rencana Kebutuhan Anggaran Penyidikan;
g) Gambar Skema Pokok Perkara; dan
h) Matrik untuk Daftar Kronologis Penindakan.
5

2) Menyusun rencana penyidikan dan penganggaran penyidikan,


meliputi :
a) Rencana Kegiatan;
b) Rencana Kebutuhan Anggaran Penyidikan;
c) Target pencapaian kegiatan;
d) Skala prioritas penindakan; dan
e) Target penyelesaian perkara.
3) Melakukan upaya hukum dalam rangkaian kegiatan penyidikan,
meliputi :
a) Pemanggilan saksi-saksi;
b) Pemeriksaan saksi-saksi;
c) Penyitaan barang bukti;
d) Pemanggilan tersangka;
e) Penangkapan tersangka (jika diperlukan);
f) Pemeriksaan tersangka;
g) Menawarkan bantuan Penasihat Hukum terhadap
Tersangka yang tidak mampu, yang ancaman
hukumannya diatas 5 tahun;
h) Penggeledahan (jika diperlukan) dan ditindaklanjuti
dengan penyitaan (jika ditemukan barang bukti baru);
i) Penahanan tersangka (jika diperlukan); dan
j) Pemeriksaan Ahli.
4) Menyelenggarakan Administrasi Penyidikan dengan kegiatan
meliputi :
a) Membuat Surat Perintah Penyidikan;
b) Membuat Surat Perintah Tugas;
c) Membuat Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
(SPDP);
d) Membuat Surat Perintah Penyitaan;
e) Mengajukan Ijin Penyitaan ke Pengadilan Negeri
setempat;
f) Membuat Berita Acara Penyitaan;
g) Mebuat Surat Tanda Terima Penyitaan
h) Mengajukan Surat Persetujuan Penyitaan ke Pengadilan
Negeri setempat (jika penyitaan yang dilakukan
mendahului permintaan ijin sita atau dalam keadaan
mendesak);
6

i) Membuat Surat Perintah Penggeledahan (jika diperlukan);


j) Membuat Berita Acara Penggeledahan;
k) Mengajukan Surat Ijin Penggeledahan Rumah dan/atau
tempat tertutup lainnya ke Pengadilan Negeri Setempat;
l) Mengajukan Surat Pemberitahuan Penggeledahan
Rumah dan/atau Tempat tertutup lainnya (apabila
penggeledahan dilakukan mendahului permintaan ijin
geledah atau dalam keadaan mendesak)
m) Membuat Surat Panggilan;
n) Membuat Surat Perintah Penangkapan (jika diperlukan);
o) Membuat Berita Acara Penangkapan;
p) Membuat dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
Penangkapan kepada Keluarga Tersangka;
q) Membuat Surat Perintah Penahanan (jika diperlukan);
r) Membuat Berita Acara Penahanan;
s) Membuat dan menyampaikan Pemberitahuan Penahanan
disertai Surat Perintah Penahanan kepada Keluarga
Tersangka;
t) Mengajukan Permintaan Perpanjangan Penahanan ke
Kejaksaan Negeri setempat (jika masa penahanan
penyidik telah berakhir dan masih diperlukan
perpanjangan penahanan);
u) Membuat Berita Acara Perpanjangan Penahanan;
v) Membuat dan menyampaikan pemberitahuan
perpanjangan penahanan disertai Surat Perpanjangan
Penahanan dari Kejaksaan Negeri setempat;
w) Mengajukan Permintaan Perpanjangan Penahanan ke
Pengadilan Negeri setempat (jika masa penahanan yang
diberikan Kejaksaan Negeri telah berakhir dan masih
diperlukan perpanjangan penahanan);
x) Membuat Berita Acara Perpanjangan Penahanan;
y) Membuat dan menyampaikan pemberitahuan
perpanjangan penahanan dengan disertai Surat
Penetapan Perpanjangan Penahanan dari Pengadilan
Negeri setempat;
z) Membuat dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
Perpanjangan Penahanan berikut Surat Perintah
7

Perpanjangan Penahanan dan Surat Penetapan


Perpanjangan Penahanannya setiap kali ada
perpanjangan penahanan

5) Menyelenggarakan kegiatan penyidikan dengan urutan


kegiatan yang meliputi :

a) Menganalisis perkara yang ditangani/disidik;


b) Menyusun rencana penyidikan dan rencana kebutuhan
anggaran;
c) Melakukan kegiatan penyidikan dalam bentuk upaya
hukum;
d) Menyampaikan Surat Pemberitahuan Perkembangan
Hasil Penyidikan (SP2HP) Tahap Pertama, kepada :
(1) Pelapor atau Korban atau Keluarga Pelapor/Korban;
(2) Tersangka atau keluarga tersangka untuk perkara
kriminal khusus yang tidak memiliki korban
(victimless crime).
e) Melakukan Gelar Perkara untuk menentukan :
(1) Tersangka, utamanya bagi penanganan/penyidikan
perkara tindak pidana khusus sebelum dikirimkannya
SPDP ; atau
(2) Ditemukan dua atau lebih alat bukti yang cukup dan
bersesuaian, sehingga dapat diteruskan kegiatan
penyidikannya atau tidak ditemukan dua alat bukti
yang cukup dan bersesuaian sehingga dapat
dihentikan penyidikannya.
(3) Melibatkan Ahli untuk keterangan Ahli sebagai Alat
Bukti
f) Melakukan upaya hukum lanjutan setelah ditentukan
tersangkanya atau penghentian penyidikan apabila tidak
ditemukan alat bukti yang cukup;
g) Menyampaikan Surat Pemberitahuan Perkembangan
Hasil Penyidikan (SP2HP) Tahap Kedua, kepada :
(1) Pelapor atau Korban atau Keluarga Pelapor/Korban;
8

(2) Tersangka atau keluarga tersangka untuk perkara


kriminal khusus yang tidak memiliki korban
(victimless crime).
h) Menyusun Berkas Perkara dan siap untuk dilimpahkan ke
Penuntut Umum;
i) Memperbaiki Berkas Perkara apabila dinyatakan kurang
lengkap oleh Penuntut Umum dan mengirimkan kembali
Berkas Perkara yang telah diperbaiki kepada Penuntut
Umum;
j) Menyerahkan Berkas Perkara beserta barang bukti dan
tersangkanya kepada Penuntut Umum; dan
k) Menyampaikan Surat Pemberitahuan Perkembangan
Hasil Penyidikan (SP2HP) Tahap Ketiga, kepada :
(1) Pelapor atau Korban atau Keluarga Pelapor/Korban;
(2) Tersangka atau keluarga tersangka untuk perkara
kriminal khusus yang tidak memiliki korban
(victimless crime).

10. Ketentuan Larangan dan Kewajiban

a. Penyidik Dilarang :
1) Melakukan tindak kekerasan (penyiksaan fisik) dalam
melaksanakan penyidikan;
2) Melakukan diskriminasi pelayanan dalam kegiatan penyidikan;
3) Menerima dan/atau meminta imbalan sebelum, selama,
dan/atau setelah kegiatan penyidikan;
4) Menyebarkan rasa takut kepada terperiksa baik dengan
menggunakan ancaman atau ancaman kekerasan atau dengan
menunjukkan senjata (api).
b. Kewajiban Dalam Penyidikan :
1) Memberikan pelayanan yang sama kepada semua orang
(pihak) dalam kegiatan penyidikan;

2) Menjalankan kegiatan penyidikan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3) Penggunaan senjata (api) sesuai dengan Prosedur Tetap
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor :
9

Protap/1/X/2010 tentang Penanggulangan Anarki;

11. Pengawasan dan Pengendalian

a. Pengawasan
Pengawasan terhadap kegiatan penyidikan dilakukan oleh :
1) Atasan Penyidik, yaitu :
a) Direktur; dan/atau
b) Wakil Direktur.
2) Penyidik Senior di lingkungan Subdit, yaitu :
a) Perwira Unit;
b) Kepala Unit; dan/atau
c) Kepala Subdit.
3) Pengawas Penyidik yang ditunjuk berdasarkan Surat Perintah
Pengawasan Penyidik.
b. Pengendalian
Pengendalian penyidikan dilakukan dalam bentuk :
1) Tata Naskah (Takah) yang berisikan komunikasi tertulis antara
penyidik dan Atasan Penyidik;
2) Gelar Perkara yang dilakukan dengan melibatkan :
a) Penyidik di lingkungan Subdit;
b) Penyidik dengan mengikutsertakan Pengawas Penyidik;
c) Penyidik dengan mengikutsertakan Subdit lain yang
dipimpin oleh Direktur atau Wakil Direktur;
d) Penyidik dengan mengikutsertakan institusi pengawasan
di lingkungan internal Polda, yaitu:
(1) Irwasda atau Perwira yang ditunjuk;
(2) Kabid Propam atau Perwira yang ditunjuk;
10

IV. ADMINISTRASI

12. Kelengkapan Administrasi

Segala administrasi adalah administrasi yang menunjang


terselenggaranya penyidikan, berupa :
a. Administrasi Penyidikan yang diatur oleh UU No. 8 Tahun 1981
tentang KUHAP dan/atau yang diatur oleh perundang-undangan
lainnya; atau
b. Administrasi Perkantoran yang menunjang kegiatan penyidikan
sebagaimana diatur oleh Hukum Administrasi dan/atau Peraturan
Kapolri serta peraturan administrasi lainnya.

13. Anggaran

a. Anggaran penyidikan menyesuaikan dengan DIPA Polri untuk


program penyelidikan dan penyidikan yang disediakan bagi Dit
Polairud;
b. Anggaran yang digunakan untuk kepentingan penyidikan
menyesuaikan dengan kriteria tingkat kesulitan atas penyidikan yang
ditentukan oleh pejabat yang berwenang atau Atasan Penyidik;
c. Penggunaan anggaran dalam kegiatan penyidikan sesuai dengan
standar biaya khusus (SBK) penyidikan yang disahkan oleh Kapolri.
V. PENUTUP

14. Ketentuan Lain-Lain

a. Batas waktu penyelesaian perkara ditentukan berdasarkan kriteria


tingkat kesulitan atas penyidikan :
1) Sangat sulit;
2) Sulit;
3) Sedang; atau
4) Mudah
b. Batas waktu penyelesaian perkara dihitung mulai diterbitkannya
Surat Perintah Penyidikan, meliputi :
11

1) 120 (seratus dua puluh) hari untuk penyidikan perkara sangat


sulit;
2) 90 (sembilan puluh) hari untuk penyidikan perkara sulit;
3) 60 (enam puluh) hari untuk penyidikan perkara sedang; atau
4) 30 (tiga puluh) hari untuk penyidikan perkara mudah.
c. Penentuan kriteria tingkat kesulitan atas penyidikan dilakukan oleh
pejabat yang berwenang atau Atasan Penyidik;
d. Apabila penyidikan yang dilakukan tidak sesuai dengan kriteria
tingkat kesulitan di atas, maka penyidik mengajukan alasan tentang
kesulitan dan/atau hambatan yang dihadapi dalam bentuk Laporan
Kemajuan kepada Atasan Penyidik (Direktur) untuk mendapatkan
persetujuan.

15. Ketentuan Penutup

a. Segala hal yang berkaitan dengan kegiatan penyidikan tetap


mengacu pada UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP dan/atau
undang-undang tertentu yang mengatur hukum acaranya sendiri;
b. Kegiatan penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik Dit Polairud
mempedomani Perkap No. 6 Tahun 2019 tentang Penyidikan Tindak
Pidana;
c. Hal-hal yang belum ditentukan dan/atau diatur di dalam SOP di
bidang penyidikan ini, maka penyidik tetap mempedomani aturan
hukum acara yang berlaku.

Lembar, 11 Januari 2020


DIR POLAIRUD POLDA NTB

I MADE SUNARTA, S.E., M.H.


KOMBES POL NRP 69100446

Anda mungkin juga menyukai