Anda di halaman 1dari 19

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PENANGANAN TINDAK PIDANA DIBIDANG PERIKANAN (ILLEGAL FISHING)


I.

TUJUAN
Sebagai pedoman bagi penyidik Polri dalam menangani perkara tindak pidana
dibidang Perikanan (illegal fishing ) dan menjamin keseragaman dan kepastian
hukum.

II.

DASAR PENYIDIKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

III.

UU RI No. 8 Tahun 1981 ttg KUHAP.


UU RI No 31 Tahun 2004 ttg Perikanan.
UU RI No 21 Tahun 1992 ttg Pelayaran.
UU RI No 22 Tahun 2001 ttg Migas.
UU RI No 31 Tahun 1999 yang dirubah dengan UU RI No 20 Tahun 2001 ttg
Tindak Pidana Korupsi.
PP No 51 Tahun 2002 ttg Perkapalan.
Permenhub No. 26 Tahun 2006 ttg Penyederhanaan Sistem dan Prosedur
Pengadaan Kapal dan Penggunaan/Pergantian Bendera Kapal.
Permen DKP No. : Per.05/Men/2008 ttg Usaha Tangkap Ikan.
Kepmen DKP No. : Kep/60/Men/2001 ttg Penataan Penggunaan Kapal
Perikanan di ZEE.
Kepmen Perhubungan KM. 33 Tahun 2001 ttg Penyelenggaraan dan
Pengusahaan Angkutan Laut.
Kesepakatan bersama antara DKP RI dan Polri serta TNI AL ttg Standar
Operasional Dan Prosedur Penanganan TP Perikanan pada tingkat penyidikan.

JENIS- JENIS PELANGGARAN ILEGAL FISHING


1.

Pelanggaran pendaftaran kapal


Sesuai dengan Permenhub Nomor 26 tahun 2006 tentang penyederhanaan
sistem dan prosedur pengadaan kapal dan penggunaan/penggantian bendera
asing untuk dapat didaftar dan mendapatkan GROSSE AKTA sebagai kapal
berbendera Indonesia, terhadap kapal tersebut telah dimiliki oleh orang atau
perusahaan Indonesia mengandung arti bahwa kapal yang masih dalam proses
cicil pembeliannya belum dapat dikatakan sebagai kapal yang telah dimiliki oleh
orang/perusahaan Indonesia sehingga proses pendaftaran untuk mendapatkan
GROSSE AKTA tidak akan dilayani/ditolak oleh pihak Ditjend Perhubungan Laut
Departemen Perhubungan Republik Indonesia.
Pasal yang dillanggar : Pasal 263 dan 266 KUHP
/2. Pelanggaran ..
1

2.

Pelanggaran Deletion Certificate


Berdasarkan surat dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Nomor B II. 465/
UK. 11 tanggal 16 Oktober 2006, kepada Duta Besar Republik Indonesia di
Bangkok Thailand menyatakan bahwa untuk memenuhi permintaan legalisasi
Deletion Certificate seyogyanya dilakukan setelah Kedutaan Besar Republik
Indonesia memperoleh konfirmasi keabsahan dari pejabat yang menerbitkan
Deletion Certificate tersebut.
Namun pada kenyataannya, berdasarkan data yang diperoleh KBRI dari pihak
Thailand bahwa kapal yang telah di delete berjumlah 201 (dua ratus satu) kapal
dan yang telah dilegalisir oleh KBRI di Thailand hanya 10 (sepuluh) kapal yaitu
pada tahun 2005 s/d tahun 2006 sebanyak 4 (empat) kapal dan tahun 2007
sebanyak 6 (enam) kapal,
Pasal yang di langgar : Pasal 263 dan 266 KUHP
Dan apabila dalam pengurusan dokumen kapal tidak benar maka dapat juga
dipersangkakan Pasal 452 KUH Pidana yang berbunyi :
Ayat 1. :
Barang siapa menyuruh memuatkan dalam proses verbal keterangan kapal,
keterangan palsu tentang suatu keadaan yang kebenarannya harus dinyatakan
dalam surat ( AKTA ) itu dengan maksud akan memakai surat itu seolah-olah
keterangannya itu cocok dengan kebenaran, dihukum penjara selama-lamanya
8 (delapan) tahun jika karena memakai surat itu dapat terbit kerugiaqn.
Ayat 2 :
Dengan hukuman yang serupa itu dihukum barang siapa dengan sengaja
memakai surat (AKTA) itu seolah-olah isinya cocok dengan kebenaran, jika
karena memakai surat dapat terbit suatu kerugian (KUHP Pasal 8,266 dan 486).

3.

Pelanggaran Ijin Tangkap Ikan


Dikarenakan proses pendaftaran kapal telah terjadi dugaan tindak pidana
keterangan palsu (Pasal 266 KUHP) sehingga GROSSE AKTA yang diterbitkan
dapat dikatakan cacat hukum. Oleh karena itu penerbitan SIPI yang mendasari
GROSSE AKTA tersebut juga dikatakan cacat hukum sehingga segala aktifitas
penangkapan yang dilakukan oleh kapal penangkap ikan yang menggunakan
GROSSE AKTA tersebut dapat dikatakan telah melakukan penangkapan ikan
secara ilegal/tanpa SIPI
Setiap Surat Ijin Penangkap Ikan (SIPI) yang dikeluarkan oleh DKP hanya
berlaku untuk masing-masing jenis ikan, cumi, dan udang. Tetapi dengan hanya
menggunakan satu jenis SIPI, masing-masing kapal juga melakukan
penangkapan hasil laut yang tidak tercamtum di dalam SIPI tersebut.
Pasal yang dilanggar adalah Pasal 92,93 ayat (1) dan (2) dan Pasal 94 UU
No. 31 Tahun 2004 Ttg Perikanan.
/4. Pelanggaran ..
2

4.

Pelanggaran alat tangkap ikan


Alat tangkap ikan yang digunakan di lapangan tidak sesuai dengan alat tangkap
yang tercantum di dalam SIPI.
Ketentuan alat tangkap yang diperbolehkan yaitu : pasal 7 huruf f dan pasal 9
huruf a, b dan c Undang-Undang RI No. 31 tahun 2004 tentang perikanan dan
atau Keppres No. 39 tahun 1980 yaitu ukuran mata jaring yang terkecil adalah
5 Cm (lima sentimeter),
Pasal yang di langgar adalah Pasal 85 jo Pasal 9 UU No. 31 Tahun 2004
dan Pasal 100 jo Pasal 7 UU No. 31/ 2004 ttg Perikanan.

5.

Pelanggaran daerah tangkapan (Fishing Ground)


Setiap kapal mempunyai titik koordinat daerah tangkapan ikan, tetapi fakta di
lapangan sering terjadi penangkapan ikan di luar ijin daerah penangkapan yang
telah diberikan oleh DKP.
Pelanggaran Administrasi berupa tegoran dari DKP/ Pasal 4 (1) Permen
No 17/2006 yang telah dirubah dengan Permen No. 05/2008)

6.

Pelanggaran Ketenaga Kerjaan


Kapal-kapal penangkap ikan yang beroperasi mempekerjakan warga negara
asing (Thailand). Anak buah kapal yang bekerja tidak sesuai dengan Crew List
dan Seamen Book. Di dalam Seamen Book yang tertera juga tidak sesuai
dengan daftar yang ada di Crew List. Selain itu, anak buah kapal yang bekerja
ada yang di bawah umur (16 tahun).
(Berdasarkan buku panduan Bunker Th 2006 bahwa ABK Asing yang lebih dari
80 % tidak diberikan BBM Bersubsidi).
(Berdasarkan Buku Panduan Bunker Th. 2006 bahwa ABK Asing yg lebih
dari 80% tdk diberikan BBM bersubsidi)

7.

Penyelundupan
Kapal pengangkut ikan yang datang dari luar negeri membawa barang
kebutuhan untuk kapal-kapal penangkap ikan tanpa dilengkapi Pemberitahuan
Import Barang (PIB). Barang-barang yang dibawa antara lain : oli mesin dalam
bentuk drum, bahan makanan, elektronik, dan spare part. Pemindahan barang
bawaan tersebut dilakukan di daerah kepabean.
(UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan)
/Pasal ..
3

Pasal yang dilanggar :

Ketentuan Pidana :

- Pasal 102 a
- Pasal 103
- Pasal 104 huruf b
- Pasal 108 (1) huruf a & b, ayat (2)

Pasal 7a ayat (2), (3)


Pasal 9 a ayat (1)
Pasal 11 a ayat (1), (3)
Pasal 102, 102 a, 102 b
PP. 55/1996, Pasal 1 ayat (2).

Dalam situasi tertentu penyidikan terhadap Tindak Pidana dibidang Kepabean &
Cukai dapat dilakukan oleh Penyidik Polri.
Yang dimaksud dengan situasi tertentu tsb adalah Keadaan yang tidak
memungkinkan dilakukan penyidikan oleh PPNS Bea Cukai karena hambatan
Geografis, keterbatasan sarana, atau tertangkap tangan oleh Pejabat Polisi RI
untuk barang yang dikeluarkan diluar kawasan Pabean.
8.

Pelanggaran Minyak dan Gas Bumi


Pasal 55 UU RI No 22 Tahun 2001 ttg Minayak dan Gas Bumi, Setiap orang
yang menyalahgunakan pengangkutan dan/ atau niaga bahan bakar minyak
yang disubsidi Pemerintah ( Surat Keputusan Direktur Pertamina No. Kpts056/F00000/2006-SO,tgl 1 Maret 2006 ttg Pemberlakuan Panduan Pelayanan
Bunker Tahun 2006 ) dipidana dengan penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
dengan Rp 6 (enam) Milyar rupiah.
Dan dapat juga dikenakan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana Pasal 2, 3,5
dan 11 UU RI No 20 Tahun 2001 sebagai perubahan UU RI No 31 Tahun 1999.

IV.

Modus Operandi
Praktek Illegal fishing dapat terjadi karena masih terdapatnya berbagai celah yang
masih belum mampu ditutup oleh petugas di lapangan, dengan Modus Operandi
sebagai berikut :
1.

2.

Kapal penangkap ikan dilengkapi dengan alat penangkap ikan berupa jaring
(Fish Net) yang dimodifikasi dengan lebar mata jaring kurang dari 50 mm yang
dapat merusak biota laut.. Hal ini bertentangan dengan UU Nomor 31 tahun
2004 tentang Perikanan dan ketentuan sebagaimana diatur dalan Surat Dirjen
Perikanan Nomor IK.340/D3.12304/96K tertanggal 19 November 1996.
Armada kapal penangkap ikan berangkat dari Pelabuhan Perikanan menuju
Ground Fishing di perairan potensial Indonesia seperti di perairan Maluku
Tenggara (Laut Arafuru dan Laut Aru). Setelah hasil tangkapan penuh,
dilakukan pengepakan ikan di atas kapal.
Selanjutnya kapal penangkap ikan menuju Pelabuhan Perikanan dan
melakukan transfer hasil packing ikan ke kapal pengangkut (Transhipment) di
Kolam Bandar Pelabuhan. Kapal pengangkut ikan membawa ikan ke negara
tujuan kerjasama dengan aparat terkait setempat tanpa dilengkapi dengan
dokumen yang syah.
/c. Melakukan ..
4

3.
4.
5.

V.

Melakukan pemalsuan dokumen kapal dengan cara data dalam ijin tidak sesuai
dengan fakta fisik kapal yang dibantu oleh pengusaha perikanan lokal.
Melakukan penggandaan perijinan yaitu satu ijin digunakan untuk beberapa
kapal.
Gross Ton yang tertera di kapal tidak sesuai Ijin, tulisan GT di lambung kapal
dihapus.

PROSEDUR IMPOR KAPAL IKAN


1.

Perusahaan mengajukan rekomendasi impor ke Ditjen Perikanan Tangkap


dengan syarat :
a.
IUO.
b.
APIS/APIT.
c.
Perjanjian jual beli (Sales Purchase Agreement).
d.
Gambar Kapal (General Agreement).
e.
Surat Ukur Internasional (International Tonage Certificate).
f.
Surat Kebangsaan (National Certificate).
g.
Sertifikat Pembangunan Kapal (Builder Certificate).

3.

Cek fisik,dengan surat Perintah Tugas dari Ditjen Perikanan Tangkap dan dari
Ditjen Perhubungan laut, dinegara asal kapal,dengan permohonannya
melampirkan syarat-syarat seperti doatas.
Permohonan persetujuan penerbitan dokumen kapal dari Ditjen Perikanan yang
ditujukan kepada Ditjen Perhubungan laut dengan melampirkan : Bill Of Sale,
Deletion Certificate, Builder Certificate dan Protocol of Delivery and Acceptance.
Mengajukan permohonan Pergantian Bendera,surat ukur, Akta Pendaftaran/
Gross Akte, Penerbitan Dokumen Kapal (Pas Tahunan, Sertifikat Kelaikan dan
Pengawakan Kapal Penagkap Ikan) di Ditjen Perhubungan Laut Jakarta.
Setelah terbit Dokumen dari Perhubungan Laut, mengajukan permohonan SIPI
dengan melampirkan :
a. Dokumen Kapal (surat Laut, Sertificat Kalikan dan Pengawakan Kapal
penangkap ikan).
b. Gross Akta/Certificate of Nationality.
c. Surat Ukur/International Tonage.
d. Deletion Certificate.
e. Bill of Sale.
f.
Fish Gear or Other Equipment.
g. Protocol of Delivery and Acceptances.
h. Tanda Bukti Transaksi dari Bank/Tanda Terima.
i. Radio Communication Certificate/ surat radio.

4.
5.
6.

VI. PROSEDUR PENGURUSAN SERTIFICAT UJI MUTU


1.
2.
3.

Kapal tiba di Pengolahan ikan, Nahkoda memberitahukan ke Pelabuhan


Perikan Nusantara.
Muatan ikan diturunkan ke unit Pengolahan ikan
Pada waktu bongkar muatan ikan dari kapal ke unit Pengolahan (Procesing)
dilakukan pencatatan di Log Book sesuai dengan jenis ikan dan dimasukkan ke
Packing List oleh Pelabuhan Perikanan Nusantara.
5

4.
5.
6.
7.

Kemudian Packing List diserahkan ke Labaratorium untuk dihitung nilai


ekonomis berdasarkan tarif yang ditetapkan pemerintah Provensi.
Selanjutnya melakukan pembayaran Retribusi ke Bank yang telah ditentukan
dengan membawa tagihan Labaratorium.
Bukti pembayaran ke Bank di serahkan ke Laboratorium.
Selanjutnya dengan telah diserahkan bukti pembayaran tsb certificate uji mutu
diserahkan.

VII. DOKUMEN-DOKUMEN YANG HARUS ADA DIATAS KAPAL PADA SAAT


BEROPERASI MENANGKAP IKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

SIPI Asli bagi kapal penangkap ikan atau kapal lampu.


SIKPI Asli bagi kapal pengangkut ikan.
Stiker barcode.
Tanda pelunasan pungutan perikanan asli (untuk Tramper).
Surat Laik Operasi ( SLO ).
Surat ijin berlayar ( SIB ).

VIII. UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA


Ketentuan Pidana dalam UU No. 31/2004 diatur dalam Pasal 84 s/d Pasal 105.
Dimana untuk Ilegal Fishing yang ditangani oleh penyidik Polri selama ini diterapkan
persangkaan Pasal 85 yaitu menggunakan alat tangkap yang tidak sesuai dengan
ketentuan.
1.

Pasal 85
Setiap orang yg dg sengaja diwilayah pengelolaan perikanan RI memiliki,
menguasai, membawa,dan atau menggunakan alat penangkapan ikan dan atau
alat bantu penangkapan ikan yg berada dikapal penangkap ikan yg tdk sesuai
dg ukuran yg ditetapkan,alat penangkapan ikan yg tdk sesuai dengan
persyaratan, atau stndar yg ditetapkan untuk tipe alat tertentu dan atau alat
penangkapan ikan yg dilarang sebagimana dimaksud dlm Pasal 9 dipidana
penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 2 Milyar.
Unsur-unsur :
a.
b.
c.
d.

Setiap Orang
Dengan sengaja diwilayah RI.
Menguasai,membawa dan atau menggunakan alat penagkap ikan atau
alat bantu yg berada di Kapal.
Tidak sesuai dg ukuran yg ditentukan,tdk sesuai dg persyaratan atau
standar yg ditetapkan atau yang dilarang.
/2. Pasal 92

2.

Pasal 92
6

Setiap orang yg dengan sengaja diwilayah pengelolaan perikanan RI


melakukan
usaha
perikanan
dibidang
penangkapan
Pembudi
dayaan,pengangkutan,pengolahan, dan pemasaran ikan yang tidak memiliki
SIUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dipidana paling lama 8
(delatan) tahun dan denda paling banyak 1,5 (satu setengah) millar rupiah.
3.

Pasal 93
Ayat 1
Setiap oprang yang memiliki dan atau mengoperasikan kapal penangkap ikan
berbendera Indonesia melakukan penagkapan ikan di wilayah pengelolaan
perikanan RI dan atau di laut lepas yang tidak memiliki SIPI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dipidana paling lama 6 (enam) tahun dan
denda 2 (dua) millar rupiah.
Ayat 2.
Setiap orang yang memiliki dan atau mengoperasikan kapal penangkap ikan
berbendera asing melakukan penangkapan ikan diwilayah pengelolaan
perikanan RI yang tidak memiliki SIPI sebagaimana dimaksud pasal 27 ayat (2)
dipidana paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak 20 (duapuluh)
milyar rupiah.

4.

Pasal 94
Setiap orang yang memiliki dan atau mengoperasikan kapal pengangkut ikan
di wilayah pengelolaan perikanan RI yang melakukan pengangkutan ikan atau
kegiatan yang terkait yg tidak memiliki SIKPI sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1),dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan Denda 1,5
( satu setengah ) Milyar rupiah.

5.

Pasal 95
Setiap orang yang membangun,mengimpor,atau memodifikasi kapal perikanan
yang tidak memdapat persetujuan terlebih dahulu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (1) dipidana paling lama 1 (satu) tahun dan denda 600
(enam ratus) juta rupiah.

IX. PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA ILLEGAL FISHING


1.

Penyelidikan
Penyelidikan dapat dilakukan dengan cara terbuka sepanjang hal itu dapat
menghasilkan keterangan-keterangan yang diperlukan dan dilakukan secara
tertutup apabila terdapat kesulitan mendapatkannya.
Penyelidikan secara tertutup harus dapat menghindarkan tindakan-tindakan
yang bertentangan dengan Ketentuan Hukum dan Peraturan Perundangundangan yang berlaku.
/Petugas ..
7

Petugas yang melakukan penyelidikan harus mampu menguasai teknik-teknik


yang diperlukan berupa :
a.
b.
c.
d.

Interview
Observasi
Surveillance
Undercover

Pelaksanaan penyelidikan diawali dengan melakukan kordinasi ke Dinas


Perikanan atau Departeman Kelautan dan Perikanan dalam hal mengetahui
data-data jumlah Kapal Penangkap Ikan yang ada/beroperasi di wilayah
Indonesia dan Perusahaan-perusahaan mana saja yang mempunyai
perusahaan pengolahan ikan maupun penangkap ikan serta analisa data VMS (
Vessel monitoring system ).
Selanjutnya sedapat mungkin mengetahui kegiatan perusahaan ikan yang
sedang beroperasi, dan menggali informasi dari pengusaha perikanan setempat
dan tokoh-tokoh masyarakat dan anggota masyarakat yang banyak mengetahui
kegiatan penangkapan ikan.
Dari hasil kordinasi tersebut selanjutnya dilakukan penyelidikan dilapangan baik
melalui udara dengan menyewa pesawat terbang ataupun helekopter maupun
laut dengan menyewa kapal ataupun menggunakan Sat Polair setempat dan
dilakukan pemotretan dari udara atas kegiatan penagkapan ikan dilaut yang
dilakukan oleh kapal-kapal penangkap ikan.
Dan dari hasil penyelidikan tersebut harus didapat data-data sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

i.
j.
k.
l.

Kapal dari mana saja dan berbendera apa saja.


Nama-nama Kapal penangkap ikan.
Berat Kapal ( Grosston).
Perijinan Kapal maupun perijinan penangkap ikan dari DKP disesuaikan
dengan kondisi kapal yang ada di lapangan.
Memastikan alat tangkap yang digunakan tidak sesuai dengan SIPI yang
dimiliki.
Berapa perusahaan perikanan yang beroperasi didaerah tersebut.
Berapa armada yang dioperasikan oleh tiap-tiap perusahaan tsb.
Alat tangkap apa yang digunakan di setiap kapal ( apakah sudah sesuai
dengan perijinan dan PerMen DKP No 05 tahun 2008, dengan cara
dilakukan pengukuran mata jaring dibawah 50 MM dengan menggunakan
alat ukur penggaris dorong (Swape Net ) sesuai dengan surat Dirjen
Perikanan No.IK. 340/D3.123.4/96K,tgl 19 November 1996 dan sesuai Psl
7 huruf f dan pasal 9 huruf a,b dan c UU No 31 tahun 2004 ttg alat tangkap
berupa jaring yang diperbolehkan.
Siapa pemilik kapal ( WNI atau WNA ).
Berapa jumlah ABK ditiap-tiap kapal (WNI berapa dan WNA berapa).
Dimana area penangkapan ikan masing-masing kapal tsb, apakah sesuai
dengan fishing ground.
Bagaimana cara transhipmen (apakah telah sesuai dengan Per Men DKP
No. 05 Tahun 2008) dan dimana dilakukan transhipmen tersebut.
/Dimana .....
8

m.
n.

Dimana pengisian BBM dilakukan untuk setiap kapal dan dengan cara
bagaimana.
Apakah BBM yang digunakan adalah BBM subsidi atau bukan.

Kemudian hasil penyelidikan dituangkan dalam bentuk laporan dan harus


benar-benar diolah sehingga merupakan keterangan-keterangan yang berguna
untuk menentukan benar atau tidaknya telah terjadi suatu tindak pidana
maupun untuk memperoleh kejelasan dalam rangka melengkapi keteranganketerangan guna kepentingan penindakan dan petunjuk-petunjuk dalam
melakukan pemeriksaan.
Berdasarkan pengalaman bahwa kegiatan illegal fishing yang mungkin dapat
dilakukan penyidikan oleh penyidik Polri hanya terhadap dugaan Tindak
Pidana :
a.
b.
c.
2.

Menggunakan alat tangkap yang tidak sesuai dengan ketentuan.


Menggunakan BBM subsidi.
Melakukan penangkapan diluar daerah tangkap (Fishing Ground)

Penindakan
Kegiatan penindakan yang dapat dilakukan adalah tempat panangkapan ikan
dan penampungan dan pengolahan ikan.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.

Persiapan.
Pada tahap persiapan ini yang perlu dilakukan adalah :
Personil : Anggota Reskrim, Pol Air, Brimob/Samapta, Intansi lain.
Sarana/Prasarana :
Mindik
Alat Transportasi
Darat/Laut
Peralatan
Metode/Tehnik
Terbuka
Tertutup
Biaya

: Sprint 2, bila perlu ID penyamaran.


: Umum, Dinas, Sewa dan atau pinjam,
: Kapal/Speed boat.
: ATK, Kamera, GPS,Senpi dll.
: : : Observasi, Interview, Survailance, Undercover.
:-

Dihitung secermat mungkin kebutuhan biaya yang diperlukan sejak lidik


sampai dengan Berkas Perkara diserahkan ke Jaksa PU ( penyerahan BB
dan Tersangka ).
b.

Pelaksanaan Penindakan
Pelaksanaan Penangkapan Kapal Penangkap ikan dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu :
1) Kapal sedang melakukan Penangkapan ikan dilaut.
(a) Penghentian kapal di laut Teritorial Indonesia.
Kapal pengawas perikanan/kapal Polri
berwenang untuk
menghentikan kapal berdasarkan data /informasi yang ada,
dengan prosedur sbb :
9

(1)
(2)

(3)

(4)

(5)
(6)

(7)

(b)

Pada saat kapal pengawas prikanan/kapal Polri akan


melaksanakan penghentian suatu kapal, laksanakan
Peran tempur bahaya permukaan
Dimulai dengan memberikan isyarat dengan cara :
Mengibarkan bendera. K (pada batas cuaca yang
dapat dilihat ), Optis lampu KKK (pada batas cuaca yang dapat
dilihat), Semaphore, hurup K pada batas cuaca yang dapat
dilihat).

Radio komunikasi channel 16.


Apabila komunikasi gagal, perintah berhenti dapat
dilaksanakan dengan cara :
Mengibarkan bendera Upen L (pada batas cuaca
yang dapat dilihat).
Megaphone (pada batas yang dapat didengar)
Isyarat Gauk/suling.
Jika permintaan untuk berkomunikasi dan perintah berhenti
menurut cara-cara diatas tidak diindahkan, maka diberikan
peringatan tembakan dimulai dari caliber kecil sampai
dengan caliber besar dengan menggunakan amunisi jenis
peluru hampa atau tajam kearah atas.
Jika peringatan ini tidak diindahkan, laksanakan tembakan
kearah laut disekitar kapal yang percikannya dapat dilihat
oleh kapal yang dicurigai.
Apabila dengan peringatan tersebut kapal tidak juga
berhenti, dapat diambil tindakan dengan menembak kearah
badan kapal pada tempat yang diperkirakan tidak ada
ABKnyadan laksanakan pertolongan jika diperlukan.
Dalam hal kapal melakukan manufer yang membahayakan
dan atau ABK melakukan perlawanan tindak kekerasan
maka dapat diambil tindakan bela diri secara proposional
sejauh mungkin hindari jatuhnya korban.

Pemeriksaan kapal.
Setelah kapal dihentikan maka dilaksanakan tindakan :
(1) Melaksanakan peran pemeriksaan.
(2) Atas perintah komandan, kapal yang akan diperiksa
merapat ke kapal pengawas perikanan/kapal Polri atau
sebaliknya.
(3) Dalam keadaan tertentu dapat menggunakan scoci untuk
merapat ke kapal yang diperiksa atau secoci kapal yang
diperiksa merapat ke kapal pengawas perikanan/kapal
Polri (harus melaksanakan pengawasan terhadap kapal
yang dicurigai tersebut pada jarak aman).
(4) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemeriksaan
dilaut :
/Tim .....
Tim Pemeriksa pertama yang masuk kapal harus
menggunakan seragam dan identitas yang jelas dan
10

(5)

dilengkapi dengan Surat Perintah dan bersenjata


lengkap, dan apabila situasi sudah dikuasai baru tim
yang berpakaian preman masuk ke kapal.
Pemeriksaan harus disaksikan oleh Nahkoda atau
ABK kapal yang diperiksa.
Pemeriksaan harus dilakukan secara tertib, tegas, teliti
dan cepat tidak terjadi kehilangan, kerusakan dan
tidak menyalahi prosedur pemeriksaan.
Selama pemeriksaan Tim pemeriksa harus selalu
berkomunikasi dengan kapal pemeriksa.
Dokumen yang harus ada diatas kapal perikanan
sesuai ketentuan yang berlaku saat itu :

Kapal Penagkap Ikan :


SIPI

Bukti Pelunasan PPP (Pungutan Pengusahaan Perikanan) asli bagi kapal yang
berukuran 30 GT.
Stiker Bar Code (kapal perikanan yang
berukuran diatas 30 GT)
SLO.
SIB

Kapal Penangkap Ikan :


SIKPI
Bukti Pelunasan PHP (Pungutan Hasil
Perikanan) Asli bagi kapal yang berukuran
30 GT.
Stiker berkode
(Kapal perikanan yang
berukuran diatas 30 GT).
SLO
SIB
SKP (Sertifikat Kelayakan Pengolahan)
hasil perikanan dan SKAI
(Surat
Keterangan Asal Ikan). Apabila melakukan
ekspor ikan.
Setelah selesai pemeriksaan, hal-hal yang harus
diperhatikan :
Membuat surat pernyataan tertulis dan ditanda tangai
oleh nahkoda kapal, yang menerangkan bahwa
pemeriksaan berjalan tertib tidak terjadi kekerasan,
kerusakan.
Memuat surat pernyataan tertulis dan ditanda tangani
oleh
nahkoda kapal, yang menerangkan tentang
hasil pemeriksaan surat-surat/dokumen dengan
menyebutkan tempat dan waktu.
Mencatat dalam buku jurnal kapal yang diperiksa
berisi :

Kapan dan dimana kapal diperiksa.

Pendapat tentang hasil pemeriksaan secara


garis besar.
11

Perintah yang diberikan.


Perwira pemeriksa menandatangani hasil
pemeriksaan pada jurnal kapal dibubuhi stempel
kapal pemeriksa.
Dalam hal buku jurnal kapal tidak ada, agar Nahkoda
membuat surat pernyataan tentang tidak adanya buku
jurnal kapal.

(c)

Tindak lanjut hasil pemeriksaan.


(1) Apabila terdapat bukti yang cukup atau petunjuk yang kuat
tentang terjadi suatu tindak pidana :
Ketua Team memberitahukan kepada nahkoda bahwa
telah terjadi tindak pidana perikanan dan untuk itu
kapal akan dibawa ke pangkalan pengawas
DKP/Pelabuhan/Dinas yang ditentukan.
Meminta kepada nahkoda kapal untuk memberikan
tanda tangan pada peta posisi, gambar situasi
pengejaran dan penghentian.
Komandan kapal pengawas perikanan/ kapal Polri
mengeluarkan Surat Perintah Untuk membawa kapal
dan orang ke pangkalan/pelabuhan Dinas/ pelabuhan
yang telah ditentukan.

(d)

Alternatif cara membawa kapal :


(1) Di ad hoc.
Komandan kapal pengawas perikanan/kapal Polri
menerbitkan Surat Perintah Ad hoc kepada
nahkoda/tersangka
supaya
membawa
sendiri
kapalnya
kepelabuhan
sesuai
dengan
yang
diperintahkan.
Surat-surat/dokumen kapal/muatan dan benda-benda
yang mudah dipindahkan diamankan diatas kapal
pengawas perikanan/kapal Polri.
Perintah Ad hoc hanya diberlakukan terhadap kapal
berbendera Indonesia yang diyakini tidak akan
melarikan diri.
Surat Perintah Ad hoc dibuat
rangkap 3 (tiga)
(Nahkoda, instansi yang dituju dan arsip kapal
pengawas perikanan/kapal Polri).
(2) Dikawal.
Kapal tetap dibawa nahkoda dan ABKnya menuju
yang dituju.
Ditemptkan tim kawal ( Pol Air atau Brimob ) diatas
kapal.
Kapal pengawas perikanan/kapal Polri
dapat
mengawal pada jarak aman.
/Surat-surat .....
12

(3)

Surat-surat/dokumen kapal/muatan dan benda-benda


yang mudah dipindahkan
diamankan di
kapal
pengawas perikanan/ Kapal Polri
Sebagian ABK
dari kapal yang dikawal dapat
dipindahkan ke kapal pengawas perikanan/kapal Polri

Digandeng/ditunda/ditarik.

Dalam hal kapal yang diperiksa mengalami kerusakan


dapat dibawa oleh kapal pengawas perikanan/kapal
Polri dengan cara digandeng /ditunda/ditarik.
Sebagian ABK dapat dipindahkan kapal pengawas
perikanan/kapal Polri dan menempatkan petugas
diatas kapal yang dikawal.
Apabila kapal mengalami kerusakan dan kemungkinan
besar akan tenggelam serta upaya penyelamatan
kapal tidak memungkinkan, maka nahkoda dan ABK
dipindahkan ke kapal pengawas perikanan/kapal Polri
sebagai upaya pertolongan.

Selanjutnya Ketua Team Penyidik dan teamnya melengkapi Mindik


sebagai berikut :
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)

Membuat Laporan Kejadian.


Gambar situasi pengejaran dan penghentian kapal.
Pernyataan tentang posisi kapal.
Surat Perintah dan Berita Acara Pemeriksaan Kapal.
Surat Perintah dan Berita Acara membawa Kapal dan Orang.
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Saksi Penangkap kapal. (min.
2 orang)
Berita Acara Pengambilan sumpah/janji saksi Penangkap kapal
(min 2 orang).

Selanjutnya Nahkoda dan Kepala Kamar Mesin (KKM) beserta


beberapa ABK dibawa ke Mako (Polres ataupun Polsek terdekat )
untuk dilakukan pemeriksaan baik sebagai tersangka maupun saksi.
2)

Penangkapan kapal ikan pada waktu sedang memindahkan muatan


ikan ke Kapal Pengangkut atau kapal lain (Ship to ship) sebagai
berikut :
(a)
(b)

(c)

Tim Pemeriksa harus menggunakan seragam dan identitas


yang jelas dan dilengkapi dengan Surat Perintah.
Tim yang masuk ke kapal terlebih dahulu harus berpakaian
seragam, dan apabila keadaan sudah dapat dikuasai baru tim
yang berpakaian preman/penyidk masuk ke kapal untuk
melakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan harus disaksikan oleh Nahkoda atau ABK kapal
yang diperiksa.
13

(d)
(e)
(f)

(g)

(h)

3.

/Pemeriksaan .....
Pemeriksaan harus dilakukan secara tertib, tegas, teliti dan
cepat tidak terjadi kehilangan, kerusakan dan tidak menyalahi
prosedur pemeriksaan.
Dokumen yang harus ada diatas kapal perikanan sesuai
ketentuan yang berlaku saat itu :
Kapal Penangkap ikan :
(1)
SIPI
(2)
Bukti Pelunasan PPP (Pungutan Peng-usahaan
Perikanan) asli bagi kapal yang berukuran 30 GT.
(3)
Stiker Bar Code (kapal perikanan yang berukuran
diatas 30 GT)
(4)
SLO.
(5)
SIB
Kapal Penangkap Ikan :
(1)
SIKPI ( untuk kapal angkut ).
(2)
Bukti Pelunasan PHP (Pungutan Hasil Perikanan) Asli
bagi kapal yang berukuran 30 GT.
(3)
Stiker berkode (Kapal perikanan yang berukuran diatas
30 GT).
(4)
SLO
(5)
SIB
(6)
SKP ( Sertifikat Kelayakan Pengolahan) hasil perikanan
dan SKAI (Surat Keterangan Asal Ikan). Apabila
melakukan ekspor ikan.
Selanjutnya Nahkoda dan KKM kapal beserta bebera ABK
dibawa ke Mako terdekat ( Polres atau Polsek ) untuk
dilakukan pemeriksaan baik selaku tersangka maupun saksi
dan beberapa anggota menjaga kapal dan ABK yang lain.

Penanganan Barang Bukti


a.

Penyitaan Barang Bukti


Penyitaan dilakukan dengan Surat Perintah Penyitaan dalam keadaan
yang sangat mendesak dan perlu karena memerlukan tindakan segera,
penyitaan dapat dilakukan tanpa izin Ketua Pengadilan Negeri tetapi
terbatas pada benda-benda bergerak dan sesudahnya segera melaporkan
kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat.
1)

Barang Bukti yang dapat disita :


a)
b)
c)
d)
e)

Alat-alat yang digunakan untuk menangkap ikan ( jaring


dan
kelengkapannya ).
Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut ikan (Kapalnya).
Ikan hasil penangkapan tanpa dilengkapai ijin.
Dokumen-dokumen (Perizinan Perusahaan, Kapal dll).
Barang-barang lain yang berkaitan dengan kegiatan Illegal
Fishing.
14

2)

b.

3)

Penyitaan barang bukti alat angkut :


a) Membuat surat perintah penyitaan, tanda penerimaan dan berita
acara penyitaan.
b) Barang bukti diberikan tanda Police Line.
c) Mengajukan permintaan persetujuan barang bukti ke
Pengadilan Negeri.
d) Membuat surat perintah penitipan barang bukti, tanda
penerimaan penitipan dan berita acara penitipan barang bukti.

4)

Setelah dilakukan penyitaan harus segera dibuat Berita Acara


Penyitaan yang ditandatangani oleh Penyidik atau orang dari mana
benda itu disita dengan disaksikan oleh dua oarang saksi, dan
turunan dari Berita Acara Penyitaan disampaikan kepada pemilik
Kapal , serta diberikan Surat Tanda Penerimaan dari mana benda itu
disita.

Penyisihan barang bukti :


1)
2)
3)

c.

/2) Penyitaan .....


Penyitaan Barang ikan ;
a) Pada saat menemukan barang bukti Kapal penangkap ikan,
segera cek fisik ikan dan lakukan penyitaan dan kalau ada cold
storage ( tempat pendingin ikan didarat yang dimiliki oleh
perusahaan ikan dibongkar dan dipindahkan selanjutnya
dilakukan penghitungan oleh petugas DKP setempat disaksikan
oleh pemilik/Nahkoda dan penyidik. Dan apabila tidak ada cold
storage penghitungan dilakukan dari Palka kapal tsb ke Palka
kapal kosong lainya dan tetap pada alat pendingin kapal tsb dan
pembongkaran serta penghitungan tsb dilakukan pada malam
hari karena menjaga kualitas ikan.
b) Membuat surat perintah penyitaan, tanda terima, berita acara
penyitaan.
c) Barang bukti ikan diberitanda Police Line.
d) Membuat surat ke DKP stempat untuk meminta bantuan
pemeriksaan dan penghitungan barang bukti ikan.
e) Mengajukan permintaan persetujuan penyitaan barang bukti ke
Pengadilan Negeri.
f)
Membuat surat perintah penitipan barang bukti, tanda
penerimaan penitipan dan berita acara penitipan barang bukti.

Masing-masing jenis ikan disisihkan lebih kurang 1 Pang.


Masing-masing diberi label BB.
Membuat berita acara Penyisihan Barang Bukti.

Pelaksanaan lelang BB ikan adalah sebagai berikut :


1)
2)
3)

Mengajukan surat ijin lelang Barang bukti ikan kepada Pengadilan


negeri Setempat.
Mengajukan harga limit ke DKP setempat (Kab/Propensi).
Membentuk panitia lelang ( Penyidik ) dilengkapi surat perintah untuk
melakukan pelelangan.
15

4)
5)

6)
7)
8)
4.

/4) Mengajukan ......


Mengajukan surat kepada Kantor lelang Propensi setempat untuk
melakukan pelelangan barang bukti ikan den gan telah ditentukan
waktu dan tempat serta syarat-syarat pelaksanaan lelang.
Membuat pengumuman media cetak untuk koran lokal dan Nasional
sesuai dengan jumlah yang akan dilelang.( Jumlah ikan, harga dasar,
tempat/waktu lelang, dan persyaratan lainnya sesuai dengan Kepres
80 ).
Membuat surat undangan kepada Pengadilan, Kejaksaan, DKP, dan
kuasa hukum tsk.
Pelaksanaan lelang dilaksanakan oleh Panitia lelang Propensi/
Kabupaten.
Pelaksanaan lelang ikan dapat dilakukan sesegera mungkin setelah
dilakukan penghitungan dan penyitaan barang bukti ikan.

Pemanggilan
Pemanggilan dikenakan terhadap tersangka dan atau saksi yang ada kaitannya
dengan tindak pidana yang terjadi yang dilakukan dengan cara mengirimkan
Surat Panggilan tersebut kepada tersangka atau saksi dengan menyebutkan
alasan pemanggilan tersebut serta uraian singkat tindak pidana yang terjadi.

5.

Penangkapan
Penangkapan dilakukan terhadap Nahkoda dan KKM dan dibuatkan Surat
Perintah Penangkapan dan Berita Acara penangkapan, yang selanjutnya
diperiksa dan setelah diperiksa dilakukan Penahanan.
Sedangkan untuk pengurus perusahaannya dilakukan juga penangkapan dan
atau pemanggilan untuk dilakukan pemeriksaan baik sebagai tersangka
maupun saksi.

6.

Penahanan
Penahanan dilakukan terhadap tersangka (Nahkoda dan KKM) :
Penahanan dilakukan untuk paling lama 20 (duapuluh hari) dan dapat
diperpanjang untuk paling lama 10 (sepuluh hari). Dan tidak dapat dimintakan
perpanjangan lagi .

7.

Penggeledahan
Dilakukan penggeledahan terhadap kapal ikan yang ditangkap dan dibuatkan
surat perintah penggeledahan alat angkut/tangkap dan dibuatkan Berita
Acaranya, dan dalam pelaksanaannya disaksikan oleh Nahkoda ataupun ABK.
Dan juga digeledah agen dan kantor cabang perusahaan pengolahan ikan.

8.

Pemeriksaan
Pemeriksaan merupakan kegiatan untuk mendapatkan keterangan, kejelasan
dan keidentikan tersangka dan atau saksi atau barang bukti maupun tentang
unsur-unsur tindak pidana yang telah terjadi, sehingga kedudukan atau peranan
seseorang maupun barang bukti didalam tindak pidana tersebut menjadi jelas.
16

/a. Pemeriksaan .....


a.

Pemeriksaan Tersangka :
Sebelum dimulai pemeriksaan wajib diberitahukan hak-hak tersangka
untuk mendapatkan bantuan hukum atau dalam perkara tersebut
sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 KUHAP wajib didampingi
penasehat hukum.
Penasehat hukum dapat mengikuti jalannya pemeriksaan dengan cara
melihat dan mendengarkan pemeriksaan, kepada tersangka wajib
diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti tentang apa
yang dipersangkakan, serta ditanyakan apakah tersangka menghendaki
didengarnya saksi yang menguntungkan, dan tidak diperkenankan
penekanan dalam bentuk apapun.
1)

Adapun hal-hal yang dipertanyakan kepada tersangka Nahkoda dan


KKM adalah :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)

2)

Identitas lengkap
Legalitas Usahanya
Data Kapal.
Riwayat Hidupnya
Kronologis perbuatan tersangka melakukan penangkapan ikan
tersebut.
Siapa saja pemilik kapal, penyandang dana, pengurus dan
pimpinan perusahaan dan jumlah ABK, dan siapa yang
menyuruh melakukan penangkapan didaerah tsb.
Proses Penangkapan dan pengangkutan ikan ke Tempat
Penampungan didarat maupun pemindah langsung ke Kapal
Angkut untuk dibawa ke Lauar Negeri.
Jumlah gaji yang diterima dan siapa yang membayarnya.
Siapakah yang melakukan pengurusan dokumen didarat (Bea
Cukai ,Syahbandar ,Imigrasi dll).
Alat tangkap yang digunakan lengkap dengan jenis dan
ukurannya.
Dan lain-lain sesuai dengan kasuistis.

Adapun hal-hal yang dipertanyakan kepada tersangka (Pemilik


Perusahaan) adalah :
a)
b)
c)
d)
e)

Ijin-ijin yang dimiliki ( diantaranya Akta Perusahaan, TDP NPWP


dll sesuai kasusuistis), Jumlah Kapal Penangkap dan
Pengangkut secara rinci identitasnya.
Dimana saja Tempat penampungan dan pengolahan ikan
sebelum dilakukan exsport dan jumlah karyawan dan susunan
pengurusnya.
Bagaimana proses pembelian kapal dan pendirian perusahaan
pengolahan ikan.
Ikan-ikan tsb diexport kenegara mana dan bagaimana proses
exsportnya.
Siapa yang bertanggung jawab di perusahaan dalam rangka
pengolahan dan exspor ikan hasil tangkapan tersebut.
17

/Pemeriksaan .....
b.

Pemeriksaan Saksi/ dani Ahli :


Pemeriksaan terhadap saksi/ saksi ahli harus dituangkan dalam Berita
Acara yang memenuhi persyaratan formal dan material.

9.

1)

Adapun hal-hal yang dipertanyakan terhadap saksi adalah :


a) Proses saling mengenal dengan tersangka
b) Pengetahuan tentang kegiatan penangkapan ikan.
c) Pengetahuan tentang ikan yang ditangkap dan diangkut oleh
tersangka.
d) Dan lain-lain sesuai dengan kasuistis.

2)

Adapun hal-hal yang dipertanyakan terhadap saksi ahli dari DKP ( bid
Hukum, bidang Alat Tangkap, dan bidang Sumber daya ikan dan
kalau diperlukan dimintakan ahli lainnya yang independen yang
barkaitan dengan Tindak Pidana Ilegal Fishing) adalah :
a) Korelasi antara tindak pidana yang terjadi dengan UndangUndang/ Peraturan tentang Perikanan.
b) Jabatan, tugas dan tanggung jawabnya.
c) Penjelasan tentang Industri Pengolahan dan Penagkapan ikan.
d) Dokumen apa saja yang harus dimiliki oleh Kapal Penangkap
ikan dan pengangkut ikan serta Perusahaan pengolahan ikan
dikaitkan dengan peraturan perikanan.
e) Pejabat yang berwenang menerbitkan perijinan ikan.
f)
Prosedur penerbitan perijinan.
g) Pelanggaran apa saja yang terjadi dikaitan dengan kasus yang
sedang diperiksa.

Penyelesaian Dan Penyerahan Berkas Perkara


Penyelesaian dan Penyerahan Berkas Perkara merupakan kegiatan akhir dari
pada proses penyidikan tindak pidana, kegiatan tersebut terdiri dari :
a.
b.

c.
d.

Pembuatan Resume, yaitu merupakan kegiatan penyidikan untuk


menyusun ikhtisar dan kesimpulan berdasarkan hasil penyidikan suatu
tindak pidana yang terjadi.
Penyusunan Isi Berkas Perkara, yaitu penyusunan isi berkas perkara yang
sesuai dengan urut-urutan tindakan dan pengelompokan surat/ Berita
Acara yang telah dibuat serta dilampiri sesuai dokumen-dokumen bukti
serta surat-surat lain yang perlu dilampirkan sebagaiman yang tertuang
dalam Petunjuk Tehnis Penyidikan.
Pemberkasan, yaitu merupakan kegiatan untuk memberkas isi Berkas
Perkara dengan susunan dan syarat-syarat pengikatan penyegelan
tertentu.
Penyerahan Berkas Perkara, yaitu merupakan kegiatan pengiriman berkas
perkara berikut tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada
Penuntut Umum yang dilakukan dalam dua tahap sebagi berikut :
1) Pada tahap pertama penyidik hanya menyerahkan Berkas Perkara
2) Pada tahap kedua penyidik menyerahkan tanggung jawab tersangka
dan barang buktinya.
18

/E. ADMINISTRASI .....


E.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN\
1.

Administrasi Umum yang berhubungan dengan surat menyurat dilaksanakan


sesuai dengan petunjuk administrasi umum yang berlaku dilingkungan Polri.

2.

Administrasi Penyidikan kasus Illegal Fishing disesuaikan dengan KUHAP,


JUKLAK dan JUKNIS Penyidikan Tindak Pidana.

Catatan :
1.
2.
3.

Dalam pelaksanaan Operasi ilegal Fishing harus ditunjuk seorang Perwira


Administrasi Penyidikan dan seorang Perwira yang mengendalikan penyidikan.
Pada setiap hari ,menjelang malam untuk istirahat diadakan Anev terhadap
kegiatan yang sudah dilakukan dan kegiatan besok hari untuk memaksimalnya
waktu penyidikan.
Apabila prosedur ini tidak dilaksanakan oleh penyidik dapat mengakibatkan
pelanggaran profesi.

Jakarta,

Oktober 2009

DIREKTORAT V/TINDAK PIDANA TERTENTU

19

Anda mungkin juga menyukai