TUJUAN
Sebagai pedoman bagi penyidik Polri dalam menangani perkara tindak pidana
dibidang Perikanan (illegal fishing ) dan menjamin keseragaman dan kepastian
hukum.
II.
DASAR PENYIDIKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
III.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penyelundupan
Kapal pengangkut ikan yang datang dari luar negeri membawa barang
kebutuhan untuk kapal-kapal penangkap ikan tanpa dilengkapi Pemberitahuan
Import Barang (PIB). Barang-barang yang dibawa antara lain : oli mesin dalam
bentuk drum, bahan makanan, elektronik, dan spare part. Pemindahan barang
bawaan tersebut dilakukan di daerah kepabean.
(UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan)
/Pasal ..
3
Ketentuan Pidana :
- Pasal 102 a
- Pasal 103
- Pasal 104 huruf b
- Pasal 108 (1) huruf a & b, ayat (2)
Dalam situasi tertentu penyidikan terhadap Tindak Pidana dibidang Kepabean &
Cukai dapat dilakukan oleh Penyidik Polri.
Yang dimaksud dengan situasi tertentu tsb adalah Keadaan yang tidak
memungkinkan dilakukan penyidikan oleh PPNS Bea Cukai karena hambatan
Geografis, keterbatasan sarana, atau tertangkap tangan oleh Pejabat Polisi RI
untuk barang yang dikeluarkan diluar kawasan Pabean.
8.
IV.
Modus Operandi
Praktek Illegal fishing dapat terjadi karena masih terdapatnya berbagai celah yang
masih belum mampu ditutup oleh petugas di lapangan, dengan Modus Operandi
sebagai berikut :
1.
2.
Kapal penangkap ikan dilengkapi dengan alat penangkap ikan berupa jaring
(Fish Net) yang dimodifikasi dengan lebar mata jaring kurang dari 50 mm yang
dapat merusak biota laut.. Hal ini bertentangan dengan UU Nomor 31 tahun
2004 tentang Perikanan dan ketentuan sebagaimana diatur dalan Surat Dirjen
Perikanan Nomor IK.340/D3.12304/96K tertanggal 19 November 1996.
Armada kapal penangkap ikan berangkat dari Pelabuhan Perikanan menuju
Ground Fishing di perairan potensial Indonesia seperti di perairan Maluku
Tenggara (Laut Arafuru dan Laut Aru). Setelah hasil tangkapan penuh,
dilakukan pengepakan ikan di atas kapal.
Selanjutnya kapal penangkap ikan menuju Pelabuhan Perikanan dan
melakukan transfer hasil packing ikan ke kapal pengangkut (Transhipment) di
Kolam Bandar Pelabuhan. Kapal pengangkut ikan membawa ikan ke negara
tujuan kerjasama dengan aparat terkait setempat tanpa dilengkapi dengan
dokumen yang syah.
/c. Melakukan ..
4
3.
4.
5.
V.
Melakukan pemalsuan dokumen kapal dengan cara data dalam ijin tidak sesuai
dengan fakta fisik kapal yang dibantu oleh pengusaha perikanan lokal.
Melakukan penggandaan perijinan yaitu satu ijin digunakan untuk beberapa
kapal.
Gross Ton yang tertera di kapal tidak sesuai Ijin, tulisan GT di lambung kapal
dihapus.
3.
Cek fisik,dengan surat Perintah Tugas dari Ditjen Perikanan Tangkap dan dari
Ditjen Perhubungan laut, dinegara asal kapal,dengan permohonannya
melampirkan syarat-syarat seperti doatas.
Permohonan persetujuan penerbitan dokumen kapal dari Ditjen Perikanan yang
ditujukan kepada Ditjen Perhubungan laut dengan melampirkan : Bill Of Sale,
Deletion Certificate, Builder Certificate dan Protocol of Delivery and Acceptance.
Mengajukan permohonan Pergantian Bendera,surat ukur, Akta Pendaftaran/
Gross Akte, Penerbitan Dokumen Kapal (Pas Tahunan, Sertifikat Kelaikan dan
Pengawakan Kapal Penagkap Ikan) di Ditjen Perhubungan Laut Jakarta.
Setelah terbit Dokumen dari Perhubungan Laut, mengajukan permohonan SIPI
dengan melampirkan :
a. Dokumen Kapal (surat Laut, Sertificat Kalikan dan Pengawakan Kapal
penangkap ikan).
b. Gross Akta/Certificate of Nationality.
c. Surat Ukur/International Tonage.
d. Deletion Certificate.
e. Bill of Sale.
f.
Fish Gear or Other Equipment.
g. Protocol of Delivery and Acceptances.
h. Tanda Bukti Transaksi dari Bank/Tanda Terima.
i. Radio Communication Certificate/ surat radio.
4.
5.
6.
4.
5.
6.
7.
Pasal 85
Setiap orang yg dg sengaja diwilayah pengelolaan perikanan RI memiliki,
menguasai, membawa,dan atau menggunakan alat penangkapan ikan dan atau
alat bantu penangkapan ikan yg berada dikapal penangkap ikan yg tdk sesuai
dg ukuran yg ditetapkan,alat penangkapan ikan yg tdk sesuai dengan
persyaratan, atau stndar yg ditetapkan untuk tipe alat tertentu dan atau alat
penangkapan ikan yg dilarang sebagimana dimaksud dlm Pasal 9 dipidana
penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 2 Milyar.
Unsur-unsur :
a.
b.
c.
d.
Setiap Orang
Dengan sengaja diwilayah RI.
Menguasai,membawa dan atau menggunakan alat penagkap ikan atau
alat bantu yg berada di Kapal.
Tidak sesuai dg ukuran yg ditentukan,tdk sesuai dg persyaratan atau
standar yg ditetapkan atau yang dilarang.
/2. Pasal 92
2.
Pasal 92
6
Pasal 93
Ayat 1
Setiap oprang yang memiliki dan atau mengoperasikan kapal penangkap ikan
berbendera Indonesia melakukan penagkapan ikan di wilayah pengelolaan
perikanan RI dan atau di laut lepas yang tidak memiliki SIPI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dipidana paling lama 6 (enam) tahun dan
denda 2 (dua) millar rupiah.
Ayat 2.
Setiap orang yang memiliki dan atau mengoperasikan kapal penangkap ikan
berbendera asing melakukan penangkapan ikan diwilayah pengelolaan
perikanan RI yang tidak memiliki SIPI sebagaimana dimaksud pasal 27 ayat (2)
dipidana paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak 20 (duapuluh)
milyar rupiah.
4.
Pasal 94
Setiap orang yang memiliki dan atau mengoperasikan kapal pengangkut ikan
di wilayah pengelolaan perikanan RI yang melakukan pengangkutan ikan atau
kegiatan yang terkait yg tidak memiliki SIKPI sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1),dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan Denda 1,5
( satu setengah ) Milyar rupiah.
5.
Pasal 95
Setiap orang yang membangun,mengimpor,atau memodifikasi kapal perikanan
yang tidak memdapat persetujuan terlebih dahulu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (1) dipidana paling lama 1 (satu) tahun dan denda 600
(enam ratus) juta rupiah.
Penyelidikan
Penyelidikan dapat dilakukan dengan cara terbuka sepanjang hal itu dapat
menghasilkan keterangan-keterangan yang diperlukan dan dilakukan secara
tertutup apabila terdapat kesulitan mendapatkannya.
Penyelidikan secara tertutup harus dapat menghindarkan tindakan-tindakan
yang bertentangan dengan Ketentuan Hukum dan Peraturan Perundangundangan yang berlaku.
/Petugas ..
7
Interview
Observasi
Surveillance
Undercover
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Dimana pengisian BBM dilakukan untuk setiap kapal dan dengan cara
bagaimana.
Apakah BBM yang digunakan adalah BBM subsidi atau bukan.
Penindakan
Kegiatan penindakan yang dapat dilakukan adalah tempat panangkapan ikan
dan penampungan dan pengolahan ikan.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.
Persiapan.
Pada tahap persiapan ini yang perlu dilakukan adalah :
Personil : Anggota Reskrim, Pol Air, Brimob/Samapta, Intansi lain.
Sarana/Prasarana :
Mindik
Alat Transportasi
Darat/Laut
Peralatan
Metode/Tehnik
Terbuka
Tertutup
Biaya
Pelaksanaan Penindakan
Pelaksanaan Penangkapan Kapal Penangkap ikan dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu :
1) Kapal sedang melakukan Penangkapan ikan dilaut.
(a) Penghentian kapal di laut Teritorial Indonesia.
Kapal pengawas perikanan/kapal Polri
berwenang untuk
menghentikan kapal berdasarkan data /informasi yang ada,
dengan prosedur sbb :
9
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(b)
Pemeriksaan kapal.
Setelah kapal dihentikan maka dilaksanakan tindakan :
(1) Melaksanakan peran pemeriksaan.
(2) Atas perintah komandan, kapal yang akan diperiksa
merapat ke kapal pengawas perikanan/kapal Polri atau
sebaliknya.
(3) Dalam keadaan tertentu dapat menggunakan scoci untuk
merapat ke kapal yang diperiksa atau secoci kapal yang
diperiksa merapat ke kapal pengawas perikanan/kapal
Polri (harus melaksanakan pengawasan terhadap kapal
yang dicurigai tersebut pada jarak aman).
(4) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemeriksaan
dilaut :
/Tim .....
Tim Pemeriksa pertama yang masuk kapal harus
menggunakan seragam dan identitas yang jelas dan
10
(5)
Bukti Pelunasan PPP (Pungutan Pengusahaan Perikanan) asli bagi kapal yang
berukuran 30 GT.
Stiker Bar Code (kapal perikanan yang
berukuran diatas 30 GT)
SLO.
SIB
(c)
(d)
(3)
Digandeng/ditunda/ditarik.
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
3.
/Pemeriksaan .....
Pemeriksaan harus dilakukan secara tertib, tegas, teliti dan
cepat tidak terjadi kehilangan, kerusakan dan tidak menyalahi
prosedur pemeriksaan.
Dokumen yang harus ada diatas kapal perikanan sesuai
ketentuan yang berlaku saat itu :
Kapal Penangkap ikan :
(1)
SIPI
(2)
Bukti Pelunasan PPP (Pungutan Peng-usahaan
Perikanan) asli bagi kapal yang berukuran 30 GT.
(3)
Stiker Bar Code (kapal perikanan yang berukuran
diatas 30 GT)
(4)
SLO.
(5)
SIB
Kapal Penangkap Ikan :
(1)
SIKPI ( untuk kapal angkut ).
(2)
Bukti Pelunasan PHP (Pungutan Hasil Perikanan) Asli
bagi kapal yang berukuran 30 GT.
(3)
Stiker berkode (Kapal perikanan yang berukuran diatas
30 GT).
(4)
SLO
(5)
SIB
(6)
SKP ( Sertifikat Kelayakan Pengolahan) hasil perikanan
dan SKAI (Surat Keterangan Asal Ikan). Apabila
melakukan ekspor ikan.
Selanjutnya Nahkoda dan KKM kapal beserta bebera ABK
dibawa ke Mako terdekat ( Polres atau Polsek ) untuk
dilakukan pemeriksaan baik selaku tersangka maupun saksi
dan beberapa anggota menjaga kapal dan ABK yang lain.
2)
b.
3)
4)
c.
4)
5)
6)
7)
8)
4.
Pemanggilan
Pemanggilan dikenakan terhadap tersangka dan atau saksi yang ada kaitannya
dengan tindak pidana yang terjadi yang dilakukan dengan cara mengirimkan
Surat Panggilan tersebut kepada tersangka atau saksi dengan menyebutkan
alasan pemanggilan tersebut serta uraian singkat tindak pidana yang terjadi.
5.
Penangkapan
Penangkapan dilakukan terhadap Nahkoda dan KKM dan dibuatkan Surat
Perintah Penangkapan dan Berita Acara penangkapan, yang selanjutnya
diperiksa dan setelah diperiksa dilakukan Penahanan.
Sedangkan untuk pengurus perusahaannya dilakukan juga penangkapan dan
atau pemanggilan untuk dilakukan pemeriksaan baik sebagai tersangka
maupun saksi.
6.
Penahanan
Penahanan dilakukan terhadap tersangka (Nahkoda dan KKM) :
Penahanan dilakukan untuk paling lama 20 (duapuluh hari) dan dapat
diperpanjang untuk paling lama 10 (sepuluh hari). Dan tidak dapat dimintakan
perpanjangan lagi .
7.
Penggeledahan
Dilakukan penggeledahan terhadap kapal ikan yang ditangkap dan dibuatkan
surat perintah penggeledahan alat angkut/tangkap dan dibuatkan Berita
Acaranya, dan dalam pelaksanaannya disaksikan oleh Nahkoda ataupun ABK.
Dan juga digeledah agen dan kantor cabang perusahaan pengolahan ikan.
8.
Pemeriksaan
Pemeriksaan merupakan kegiatan untuk mendapatkan keterangan, kejelasan
dan keidentikan tersangka dan atau saksi atau barang bukti maupun tentang
unsur-unsur tindak pidana yang telah terjadi, sehingga kedudukan atau peranan
seseorang maupun barang bukti didalam tindak pidana tersebut menjadi jelas.
16
Pemeriksaan Tersangka :
Sebelum dimulai pemeriksaan wajib diberitahukan hak-hak tersangka
untuk mendapatkan bantuan hukum atau dalam perkara tersebut
sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 KUHAP wajib didampingi
penasehat hukum.
Penasehat hukum dapat mengikuti jalannya pemeriksaan dengan cara
melihat dan mendengarkan pemeriksaan, kepada tersangka wajib
diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti tentang apa
yang dipersangkakan, serta ditanyakan apakah tersangka menghendaki
didengarnya saksi yang menguntungkan, dan tidak diperkenankan
penekanan dalam bentuk apapun.
1)
2)
Identitas lengkap
Legalitas Usahanya
Data Kapal.
Riwayat Hidupnya
Kronologis perbuatan tersangka melakukan penangkapan ikan
tersebut.
Siapa saja pemilik kapal, penyandang dana, pengurus dan
pimpinan perusahaan dan jumlah ABK, dan siapa yang
menyuruh melakukan penangkapan didaerah tsb.
Proses Penangkapan dan pengangkutan ikan ke Tempat
Penampungan didarat maupun pemindah langsung ke Kapal
Angkut untuk dibawa ke Lauar Negeri.
Jumlah gaji yang diterima dan siapa yang membayarnya.
Siapakah yang melakukan pengurusan dokumen didarat (Bea
Cukai ,Syahbandar ,Imigrasi dll).
Alat tangkap yang digunakan lengkap dengan jenis dan
ukurannya.
Dan lain-lain sesuai dengan kasuistis.
/Pemeriksaan .....
b.
9.
1)
2)
Adapun hal-hal yang dipertanyakan terhadap saksi ahli dari DKP ( bid
Hukum, bidang Alat Tangkap, dan bidang Sumber daya ikan dan
kalau diperlukan dimintakan ahli lainnya yang independen yang
barkaitan dengan Tindak Pidana Ilegal Fishing) adalah :
a) Korelasi antara tindak pidana yang terjadi dengan UndangUndang/ Peraturan tentang Perikanan.
b) Jabatan, tugas dan tanggung jawabnya.
c) Penjelasan tentang Industri Pengolahan dan Penagkapan ikan.
d) Dokumen apa saja yang harus dimiliki oleh Kapal Penangkap
ikan dan pengangkut ikan serta Perusahaan pengolahan ikan
dikaitkan dengan peraturan perikanan.
e) Pejabat yang berwenang menerbitkan perijinan ikan.
f)
Prosedur penerbitan perijinan.
g) Pelanggaran apa saja yang terjadi dikaitan dengan kasus yang
sedang diperiksa.
c.
d.
ADMINISTRASI PENYIDIKAN\
1.
2.
Catatan :
1.
2.
3.
Jakarta,
Oktober 2009
19