I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kepercayaan masyarakat adalah salah satu tujuan dari diterapkannya reformasi Polri
melalui penyusunan Grand Strategi Pembangunan Polri. Dalam rangka terwujudnya kepercayaan
masyarakat tersebut maka Kapolri dalam tahapan kedua ini telah mencanangkan 10 (sepuluh)
program prioritas yang diantaranya adalah pembenahan kinerja reserse yang dilakukan melalui
penerapan strategi taat hukum, taat prosedur, taat etika, dan komitmen terhadap upaya
revitalisasi. Pembenahan kinerja reserse merupakan variabel yang penting dalam upaya
mewujudkan kepercayaan masyarakat sehingga pimpinan Polri meletakkannya pada prioritas
keempat dari 10 program prioritas yang dicanangkan.1[1]
Banyak indikator yang menunjukkan peningkatan kinerja satuan reserse, dalam
tulisan ini pengungkapan perkara merupakan output yang diharapkan dari upaya optimalisasi
penyelidikan. Pengungkapan perkara merupakan satu hal yang sangat penting untuk dicapai
karena langsung berhubungan pada penilaian masyarakat atas profesionalisme Polri. Dengan
kata lain, sebaik apapun pelayanan Polri di bidang reserse kepada masyarakat cenderung akan
mudah terlupakan jika tingkat pengungkapan perkara rendah. Oleh karena itu upaya
pengungkapan perkara menjadi satu hal yang sangat penting untuk dicapai, sebagai salah satu
bentuk pemberian pelayanan prima satuan reserse kepada masyarakat. Kegagalan satuan reserse
dalam pengungkapan perkara merupakan kegagalan Polres atau Polri dalam memberikan rasa
aman kepada masyarakat. Bila hal ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin kepercayaan
masyarakat akan profesionalisme Polri semakin tergerus dan menimbulkan ide untuk membentuk
lembaga baru dibidang pencurian kendaraan bermotor.
Polres Tapanuli Utara, sebagai Polres yang memiliki karakter wilayah transit
bercirikan pada pesatnya perkembangan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Pertumbuhan
ekonomi yang relatif baik berimbas pada peningkatan daya beli masyarakat di wilayah ini. Salah
satu diantaranya adalah tingginya tingkat kepemilikan warga masyarakat pada kendaraan
1
bermotor khususnya kendaraan roda dua sebagai sarana transportasi. Tindak pidana pencurian
kendaraan bermotor. Seiring dengan itu, maka berdasarkan data kriminalitas Polres Tapanuli
Utara catur wulan pertama dan kedua tahun 2012, terungkap bahwa angka pencurian kendaraan
bermotor roda dua sangatlah tinggi yaitu sekitar 24% dari total kejahatan yang terjadi, tetapi
ternyata tingkat pengungkapannya sangat rendah yaitu hanya berkisar 7%. Sehubungan dengan
fakta ini, maka diperlukan suatu optimalisasi terhadap kinerja penyelidikan satuan reserse Polres
Tapanuli Utara, guna meningkatkan pengungkapan perkara, khususnya tindak pidana pencurian
kendaraan bermotor roda dua dalam rangka terciptanya kepercayaan masyarakat kepada Polri.
2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, yang menjadi permasalahan dalam penulisan
Naskah Karya Perorangan ini adalah “bagaimana mengoptimalisasikan kegiatan penyelidikan
tindak pidana curanmor guna meningkatkan pengungkapan perkara dalam rangka terciptanya
kepercayaan masyarakat”.
3. Pokok Persoalan
Untuk memudahkan proses pembahasan dalam Naskah Karya Perorangan ini maka
permasalahan diatas dirumuskan ke dalam pokok-pokok persoalan sebagai berikut:
a. Bagaimana dukungan SDM dan anggaran satuan reserse Polres Tapanuli Utara terhadap
kegiatan penyelidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor roda dua?
b. Bagaimana sistem dan metode satuan Reskrim Polres Tapanuli Utara dalam kegiatan
penyelidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor roda dua?
4. Ruang Lingkup
Penulisan naskah karya perorangan (NKP) ini dibatasi pada upaya optimalisasi kegiatan
penyelidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor roda dua di wilayah Polres Tapanuli
Utara guna meningkatkan pengungkapan perkara dalam rangka terciptanya kepercayaan
masyarakat melalui pendekatan dukungan SDM, anggaran dan penerapan sistem dan metode
yang tepat.
II. PEMBAHASAN
5. Fakta-Fakta
Guna menggambarkan lebih jelas dan detail tentang hal-hal apa saja yang ditemukan dari
hasil pengamatan penulis di wilayah hukum Polres “Tapanuli Utara”, maka akan disampaikan
fakta-fakta sebagai berikut:
a. Kondisi Wilayah
Polres Tapanuli Utara terletak di daerah pesisir pantai utara (Pantura) memanjang dari barat ke
timur sekitar 8 kilometer, dan dari utara ke selatan sekitar 11 kilometer dan dapat ditempuh
melalui jalan darat sejauh 130 km dari arah Bandung dan 258 km dari kota Jakarta. Luas
wilayah Polres Tapanuli Utara adalah 3.754 km persegi dan terdiri dari 5 kecamatan dan 22
kelurahan.
Berdasarkan data kriminalitas Polres Tapanuli Utara diketahui bahwa tindak pidana pencurian
kendaraan bermotor, khususnya roda dua adalah sebagai berikut:
2016 2017 (sampai Oktober)
Data
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Crime Total
Crime Clearance
Sedangkan pola waktu terjadinya tindak pidana tersebut, berdasarkan data tahun 2012 terbanyak
dilakukan pada rentang pukul 15.00 sampai dengan 24.00 Wib kemudian pagi hari antara pukul
03.00 sampai pukul 06.00 Wib dengan rincian sebagai berikut:
c. Anggaran
Struktur anggaran satuan reserse kriminal Polres Tapanuli Utara berdasarkan DIPA Polres
Tapanuli Utara adalah sebagai berikut:
NO NAMA GIAT DIPA
6. Analisis
Bahwa tindak pidana curanmor roda dua di Polres Tapanuli Utara pada tahun 2017 (sampai
Agustus) relatif sangat tinggi dengan sekitar 24% angka kejahatan dibandingkan dengan crime
total keseluruhan Polres Tapanuli Utara. Sementara itu, crime clearance-nya sebanyak 6,7%
justru jauh di bawah rata-rata penyelesaian perkara Polres Tapanuli Utara yang berada pada
angka 44,31%. Dari data ini dapat disimpulan bahwa tindak pidana pencurian kendaraan
bermotor roda dua di Polres Tapanuli Utara sangat menonjol sementara angka penyelesaiannya
relatif sangat rendah.
a. Dukungan SDM Polri
1) Secara kuantitas, dukungan jumlah personil satuan reserse kriminal yang berjumlah 65
orang terdiri dari 8 orang berpangkat perwira dan sisanya 54 orang berpangkat bintara
dan 3 orang berstatus PHL masih belum memenuhi DSP satuan reserse Polres
TAPANULI UTARA sehingga menyebabkan terhambatnya pelaksanaan tugas-tugas
penyelidikan. Hal ini disebabkan karena anggota serse sudah disibukkan dengan kegiatan
rutin pemberkasan sehingga kegiatan penyelidikan terabaikan.
2) Tercatat bahwa hanya sekitar 16% personil sat reserse kriminal yang sudah pernah
mengikuti pendidikan pengembangan di bidang reserse. Hal ini menunjukan bahwa
personil yang ditugaskan pada fungsi lalu lintas masih sangat kurang pemahamannya
tentang mekanisme dan berbagai regulasi/kebijakan dan metode-metode penyelidikan
untuk meningkatkan pengungkapan perkara khususnya di bidang pencurian kendaraan
bermotor.
b. Anggaran
Secara umum kondisi anggaran dibandingkan dengan crime total di wilayah Polres TAPANULI
UTARA relaif sangat rendah dengan rata-rata anggaran perkejahatan adalah sekitar Rp 450.000,-
oleh karena itu diperlukan dukungan dana yang lebih, khususnya dalam memenuhi anggaran
penyelidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor. Selain itu, mekanisme pencairan
dana lidik sidik juga belum ideal karena hal-hal sebagai berikut:
1) Pencairan anggaran berdasarkan perkara P-21 atau perkara selesai, seharusnya dana
dicairkan berdasarkan rencana kegiatan penyelidikan/penyidikan.
2) Pertanggungjawaban angaran tidak riil karena mengacu pada patokan biaya per-perkara.
3) Tunggakan perkara tidak didukung anggaran.
7. Upaya Optimalisasi
a. Internal
1) Dukungan SDM
a) Mengarahkan kasat serse kriminal agar menggunakan personil sesuai dengan kemampuan
atau kompetensi yang dimilikinya, dan menempatkan personil seimbang antara personil yang
bertugas di bidang pelayanan, admnistrasi, pembinaan dan operasional.
b) Melakukan analisis beban pekerjaan untuk menempatkan personeil dari bidang tugas yang
relatif lebih ringan untuk membantu pelaksanaan tugas penyelidikan kasus curanmor.
c) Melaksanakan pelatihan peningkatan kemampuan personil unit satuan serse kriminal
Polres “Tapanuli Utara”, yaitu dengan melakukan pelatihan fungsi atau vcd fungsi terutama
berkaitan dengan bentuk-bentuk kerjasama internal dan eksternal, teknik dan taktik penyelidikan
serta melakukan simulasi metode penyelidikan curanmor.
d) Secara bertahap mengikutkan anggota reserse untuk mengikuti pendidikan pengembangan
reserse, khususnya bidang pencurian kendaraan bermotor.
2) Dukungan Anggaran
a) Bekerjasama dengan bagian keuangan menetapkan tata cara pencairan dana lidik dan sidik
sesuai dengan peraturan yang berlaku berdasarkan prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja.
b) Melakukan koordinasi dengan bagian perencanaan dan keuangan untuk menyusun
anggaran lidik dan sidik tahun berikutnya dengan lebih baik berdasarkan kebutuhan riil,
misalnya juga memasukkan tunggakan perkara sebagai asumsi dalam penyusunan anggaran
c) Menggunakan dana dukungan operasional Kapolres untuk melakukan kegiatan
penyelidikan tindak pidana curanmor dalam upaya untuk meningkatkan pengungkapannya.
b. Eksternal
1) Kapolres/Wakapolres dan Kasat reskrim secara proaktif membuka komunikasi dan
membangun kesepahaman dengan pihak eksternal secara berjenjang terkait dengan komitmen
untuk saling membantu dan mendukung serta sharing informasi terkait dengan penanganan
tindak pidana pencurian kendaraan bermotor roda dua yang semakin meresahkan.. Pihak
eksternal yang terkait dengan hal ini adalah pihak ATPM, samsat Polres sekitar, Intelkam Polres
sekitar, Operator telepon seluler, pengelola parkir, gedung pertokoan dengan fasilitas parkir,
satuan pengamanan, dan tokoh masyarakat lainnya.
2) Melakukan pendekatan kepada pihak instansi samping dengan tujuan menumbuhkan
kesadaran terhadap kewajiban bersama pencegahan dan pengungkapan curanmor.
III. PENUTUP
8. Kesimpulan
Bahwa pengungkapan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di Polres TAPANULI
UTARA belum optimal dikarenakan hal-hal sebagai berikut 1) Dukungan SDM dan Anggaran
Polri yang belum memadai dan belum tepat penggunaannya, kemudian dari sisi sistem metode
ada beberapa kendala seperti 2) tidak ada unit khusus bidang curanmor, 3) metode penyelidikan
tidak diterapkan, 4) manajemen penyelidikan tidak diterapkan, 5) kerjasama dengan pihak
eksternal/stakeholder belum baik, 6) Belum ada dukungan database curanmor.
Dalam rangka optimalisasi penyelidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor secara
internal dapat dilakukan kegiatan 1) Optimalisasi SDM, 2) Dukungan anggaran, 3) Optimalisasi
sistem dan metode melalui kegiatan reorganisasi satuan reserse, penerapan metode penyelidikan,
penerapan langkah-langkah manajemen penyelidikan, membangun kerjasama dengan satfung
lain (intelkam dan lantas/samsat), dan membangun database dalam rangka mendukung
pelaksanaan proses Scientific crime investigation. Kemudian secara eksternal melakukan
kerjasama dan koordinasi dengan pemerintah lokal dan kemitraan lokal atau nasional lainnya.
9. Rekomendasi
a. Mengusulkan kepada Kapolda melalui Direktur Reskrim untuk melakukan operasi
kewilayahan yang mengedepankan kegiatan penegakkan hukum di bidang pengungkapan
jaringan pencurian kendaraan bermotor khususnya roda dua..
b. Mengusulkan kepada Kapolda melalui Direktur Reskrim untuk membangun database anatomi
kejahatan bidang pencurian kendaraan bermotor.