Anda di halaman 1dari 7

TERMINAL KHUSUS & TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI

MATA KULIAH OPERASI TERMINAL KHUSUS

DOSEN PENGAMPU : WINOTO HADI

DISUSUN OLEH

NAMA : ZAHRA PUSPITA NINGRUM

NIM : 1511519042

KELAS : B TRANSPORTASI 2019

PROGRAM STUDI D3 TRANSPORTASI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Terminal Khusus

Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah Lingkungan


Kerja dan Daerah Lingkungan, kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian
dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha
pokoknya. Terminal khusus digunakan Untuk menunjang kegiatan tertentu di luar
Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan laut
serta pelabuhan sungai dan danau dapat dibangun dan dioperasikan terminal
khusus untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan usaha pokoknya.
Pembangunan terminal khusus dilakukan oleh pengelola terminal khusus
berdasarkan izin dari Direktur Jenderal. Contoh : PT Pertamina Persero, PT
Mariana Bahagia, PT Buana Cipta Mandala.

2.1.2 Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan


Terminal Khusus

Berikut adalah Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan


Kepentingan Terminal Khusus

1. lapangan penumpukan
2. tempat kegiatan bongkar muat
3. alur-pelayaran dan perlintasan kapal
4. olah gerak kapal
5. keperluan darurat
6. tempat labuh kapal.

2.1.3 Aspek Penetapan Lokasi Terminal Khusus

Berikut beberapa aspek penempatan lokasi terminal khusus :

1. Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah provinsi dan


kabupaten kota
2. Berdasarkan pertimbangan ekonomis dan teknis operasional yang
lebih efektif dan efisien serta lebih menjamin keselamatan
pelayaran apabila membangun dan mengoperasikan terminal
khusus
3. Keselamatan dan keamanan pelayaran
4. Pelabuhan yang ada tidak dapat melayani jasa
5. Pelabuhan untuk kegiatan tertentu karena keterbatasan
6. Kemampuan fasilitas yang tersedia
7. Pertahanan dan keamanan negara.

2.1.4 Pengoperasian Terminal Khusus

Pengoperasian Terminal Khusus hanya dapat dioperasikan untuk


kegiatan :

1. Kegiatan lalu lintas kapal atau turun naik penumpang atau bongkar
muat barang berupa bahan baku, hasil produksi dan peralatan
penunjang produksi untuk kepentingan sendiri
2. Kegiatan pemerintahan, penelitian, pendidikan dan pelatihan serta
sosial

2.1.5 Terminal Untuk Kepentingan Sendiri

Terminal untuk adalah terminal yang terletak di dalam Daerah Lingkungan


Kerja dan Daerah Lingkungan, kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian
dari pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha
pokoknya. Contoh TUKS adalah

2.1.6 Kegiatan di Terminal Untuk Kepentingan Sendiri

Kegiatan tertentu yang dapat dilakukan di terminal untuk kepentingan


sendiri meliputi kegiatan di bidang :

1. Pertambangan
2. Perindustrian
3. Pertanian
4. Perikanan
5. Kehutanan
6. Pariwisata
7. Kegiatan lainnya yang dalam pelaksanaan kegiatan pokoknya
memerlukan fasilitas dermaga

2.1.8 Pengelolaan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri

Pengelolaan terminal untuk kepentingan sendiri hanya dapat dilakukan


atas dasar kerjasama dengan penyelenggara pelabuhan dan setelah memperoleh
persetujuan pengelolaan dari :

1. Menteri bagi terminal untuk kepentingan sendiri yang berlokasi di dalam


Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
pelabuhan utama dan pengumpul
2. Gubernur bagi terminal untuk kepentingan sendiri yang berlokasi di dalam
Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
pelabuhan pengumpan regional
3. Bupati/walikota bagi terminal untuk kepentingan sendiri yang berlokasi di
dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
pelabuhan pengumpan lokal

2.19 Kesimpulan Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan


Sendiri Terminal khusus dan TUKS :

1. Terminal Khusus (Tersus) adalah terminal yang terletak diluar Daerah


Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan
Pelabuhan (DLKp), yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk
melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya. Sedangkan
TUKS adalah dermaga dan fasilitas pendukungnya yang berada didalam
Daerah Lingkungan Kerja dan/atau Daerah Lingkungan Kepentingan
pelabuhan laut yang dibangun, dioperasikan dan digunakan untuk
kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu, berdasarkan
Undang-Undang No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran. Setelah
berlakunya UU No. 17 tahun 2008, maka istilah DUKS berubah menjadi
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS). Pengertian TUKS dan
DUKS adalah sama. Sedangkan istilah Terminal adalah fasilitas pelabuhan
yang terdiri atas kolam sandar dan tempat kapal bersandar dan tempat
kapal bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan
naik turun penumpang dan/atau tempat bongkar muat barang.
2. Terminal Khusus (TERSUS) dan TUKS dibangun dan dioperasikan, hanya
bersifat menunjang kegiatan pokok perusahaan. Pembangunan Pelabuhan
hanya bertujuan untuk menunjang usaha pokok dari perusahaan tersebut.
Kegiatan usaha pokok antara lain ; pertambangan, energi, kehutanan,
pertanian, perikanan, industri, pariwisata, dok dan galangan kapal.

2.2 Kajian Yang Relevan

2.2.1 Analisis Penjadwalan Proyek Pengerukan Perairan Tersus PT


Pertamina Refinery Unit VI Balongan

Keberadaan pelabuhan sangat bernilai strategis bagi PT Pertamina karena


seluruh pasokan bahan baku hasil produksi, dan peralatan berat penunjang
kegiatan
operasional kilang harus diangkut melalui transportasi laut. Pekerjaan Pengerukan
Alur Pelayaran, Turning Circle dan Kolam Dermaga Propylene di Terminal
Khusus
(TERSUS) PT Pertamina RU VI Balongan merupakan salah satu upaya yang
dilakukan PT Pertamina untuk memelihara kedalaman perairan (maintenance
dredging) di pelabuhan milik dalam rangka menjaga keselamatan dan kelancaran
sandar lepas kapal.

Proyek pengerukan ini memiliki karakteristik durasi waktu yang


probabilistik dengan tingkat kompleksitas yang tinggi dan menggunakan anggaran
biaya operasional yang cukup besar dan pada umumnya cenderung mengalami
keterlambatan sehingga sangat diperlukan perencanaan yang baik. Proses
perencanaan diawali dengan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab
keterlambatan proyek pengerukan kemudian menerapkan manajemen
penjadwalan
proyek pengerukan melalui pendekatan network planning seperti PERT (Program
Evaluation and Review Technique) dan menganalisis kemungkinan dilakukan
schedule compression terhadap aktivitas di jalur kritis sehingga diperoleh
penjadwalan yang optimal. Dari analisis yang dilakukan diketahui faktor-faktor
penyebab dikategorikan menjadi 5 (lima) yakni Man, Procedure, Machine,
Method dan Environment yang secara umum berasal dari aktivitas di fase pra-
proyek yang
memiliki dependensi dengan aktivitas lainnya. Hasil penerapan network planning
dan schedule compression diperoleh total durasi waktu penyelesaian proyek
pengerukan adalah sebesar 365 hari dengan nilai probilitas penyelesaian pekerjaan
diatas 99%.
DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 51 TAHUN 2021

Tomo Siagian, Suadi, 2020 Analisis Penjadwalan Proyek Pengerukan Perairan


Tersus, Yogyakarta : UGM

Anda mungkin juga menyukai