BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................... 2
1.1 PENGANTAR .............................................................................................. 2
1.2 LATAR BELAKANG ..................................................................................... 5
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN.............................................................................. 6
1.4 DASAR HUKUM .......................................................................................... 6
LAMPIRAN .............................................................................................................. 37
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 PENGANTAR
Dalam dunia kepelabuhanan, dikenal istilah DLKr dan DLKp. DLKr merupakan
singkatan dari Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan, sedangkan DLKp
merupakan singkatan dari Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan.
Menurut Undang Undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Daerah
Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan dan daratan pada
pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk
kegiatan pelabuhan. Sedangkan, Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp)
adalah perairan di sekeliling daerah lingkungan kerja perairan pelabuhan yang
dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran. DLKr meliputi wilayah
daratan dan perairan, sementara DLKp hanya meliputi wilayah perairan.
DLKr perairan digunakan untuk alur pelayaran, areal labuh, areal alih muat
antar kapal (Ship to ship), kolam pelabuhan untuk areal sandar dan olah gerak
kapal (kolam putar), areal pemanduan, dan kegiatan lain yang sesuai dengan
kebutuhan.
DLKp digunakan untuk keperluan darurat seperti kapal terbakar atau kapal
bocor, penempatan kapal mati; perairan untuk percobaan kapal berlayar;
kapal serta fasilitas perbaikan atau pemeliharaan kapal, dan untuk
pengembangan pelabuhan jangka panjang.
2
Gambar 1. 1 Contoh Batas-batas DLKr Daratan Pelabuhan
3
Gambar 1. 2 Contoh Batas-batas DLKr Perairan dan DLKp Pelabuhan
4
1.2 LATAR BELAKANG
Petunjuk teknis ini dibuat untuk menjadi panduan bagi penyusun batas-batas
DLKR dan DLKP Pelabuhan agar sesuai dengan maksud dan tujuan yang
sudah ditetapkan dan subtansi atau materi yang dihasilkan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
5
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
6
6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan Di
Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 193,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5731);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
48, Tambahan Lembaran Negara Nomer 4833);
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 tentang
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran;
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun 2016 tentang
Alur Pelayaran Di Laut ;
11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang
Pedoman Perencanaan Di Lingkungan Departemen Perhubungan;
12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 901 tahun 2016 tentang
Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional;
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 130 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62
Tahun 2010 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Unit
Penyelenggara Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1400);
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 135 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun
2012 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran Dan
Otoritas Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1401);
15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 136 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52
7
Tahun 2011 Pengerukan dan Reklamasi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1309);
16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844);
17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015
sebagaimana telah diubah PM 146 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Pelabuhan Laut;
18. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 648);
8
BAB 2
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH
LINGKUNGAN KERJA (DLKR) DAN DAERAH
LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKP) PELABUHAN
9
f. Pemetaan Batas-batas DLKR dan DLKP. Kegiatan ini dilakukan sebagai
hasil akhir dari proses penyusunan konsep DLKR dan DLKP berupa peta-
peta batas DLKR dan DLKP Pelabuhan yang dinyatakan dalam bentuk
peta dan dilengkapi dengan titik-titik batas koordinatnya yang sudah
disepakati semua pihak yang terkait.
g. Penyusunan Draft Surat Keputusan terkait Penetapan Batas-batas DKR
dan DLKP Pelabuhan. Kegiatan ini dilakukan untuk membuat dokumen SK
yang berisi pasal-pasal penetapan batas-batas DLKR dan DLKP yang
memuat titik-titik batas dan hak dan kewajiban setiap stakeholder di dalam
lingkup DLKR dan DLKP.
10
c. Dokumen Laporan Draft Akhir
d. Dokumen Laporan Akhir
e. Dokumen Ringkasan Eksekutif (Executive Summary).
f. Dokumen Lampiran Peta-peta
g. Dokumen Draft SK Penetapan Batas DLKR dan DLKP.
Penjelasan detail mengenai substansi masing-masing dokumen laporan
dijelaskan pada subbab 2.1.2.
Tahapan kegiatan studi penentuan batas-batas DLKR dan DLKP terdiri dari
persiapan, survey pendahuluan (pengumpulan data sekunder), survey
lapangan, analisis data, pemetaan, serta penyusunan draft penetapan batas-
batas DLKR dan DLKP Pelabuhan.
A. Survey Pendahuluan
Sebelum proses kegiatan Penyusunan Batas-Batas DLKr dan DLKp
dilakukan, terlebih dahulu dilakukan survei pendahuluan. Survei pendahuluan
dilakukan untuk :
1) mengumpulkan data sekunder terutama data Rencana Induk Pelabuhan
dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, data operasional pelabuhan
dan status lahan pelabuhan dari penyelenggara pelabuhan,
2) Koordinasi dan pengumpulan data dan informasi dari Pemerintah
Kabupaten/Kota dan Propinsi setempat, terutama terkait dengan rencana
peruntukan lahan pelabuhan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Selain itu, koordinasi ini diperlukan juga
untuk inventarisasi rencana pemerintah daerah terkait penggunaan lahan
daratan dan perairan di sekitar pelabuhan.
3) Pengamatan kondisi eksisting pelabuhan dengan menggunakan media
foto, video, dan dokumentasi foto dan video menggunakan drone.
11
Kemudian, untuk tertib administrasi, konsultan penyedia jasa diharuskan
membuat Berita Acara Pelaksanaan Survey Pendahuluan, yang
ditandatangani pejabat yang berwenang seperti Kepala UPP/KSOP/OP,
pejabat pemerintah daerah/SKPD yang dikunjungi.
B. Survey Lapangan
Setelah pelaksanaan survei pendahuluan, selanjutnya penyedia jasa harus
melaksanakan survei lapangan. Survei lapangan yang dilaksanakan akan
mencakup 3 (tiga) aspek yaitu :
1) Penentuan Titik Koordinat Batas-Batas DLKr dan DLKp Pelabuhan dengan
menggunakan peralatan survey yang akurat yaitu GPS Real Time
Kinematik (RTK).
2) Penentuan Tanda Alam Batas-Batas DLKr dan DLKp Pelabuhan, dan
3) Inventarisasi Data Status Lahan Pelabuhan. Hal ini perlu dilakukan jika
pada survey pendahuluan belum didapatkan kejelasan mengenai status
lahan.
12
pengukuran yang digunakan adalah GPS Real Time Kinematik (RTK) yang
hasilnya dapat diperoleh secara real time sehingga tidak perlu diproses lagi.
Bench Mark (BM) yang digunakan sebagai titik acuan di lapangan adalah BM
eksisting yang diikatkan ke titik BIG / BAKOSURTANAL/ BM pembangunan
(SID) dengan metode static differential dan pengolahannya dilakukan secara
Post-Processing. Lingkup pekerjaan pengukuran GPS geodetic sebagai
berikut :
Pengikatan BM ke titik Bako (BIG)
Pengukuran titik batas-batas DLKr dan DLKp.
13
yang diketahui koordinatnya. Dengan mengetahui jarak dan titik perpotongan
dari minimal empat buah satelit, maka koordinat posisi yang diinginkan dapat
diketahui. Koordinat posisi yang diperoleh merupakan koordinat relatif
terhadap titik referensi atau titik ikatnya. Metode pengikatan titik referensi
dilakukan dengan menggunakan metode statik differential yaitu titik yang akan
diukur (Bench Mark) dan titik ikatnya (BAKO/BIG) diukur secara bersamaan,
sehingga diperoleh data dari satelit yang sama yang digunakan dalam
pengolahan data. Sedangkan metode pengukuran titik-titik batas DLKr daratan
menggunakan metode Real Time Kinematic (RTK), seperti pada Gambar 2.3.
14
Mulai
Selesai
15
Tanda batas alam tersebut nantinya direkomendasikan oleh penyedia jasa
kepada penyelenggara pelabuhan untuk dibuat permanen setelah batas-batas
DLKR dan DLKP pelabuhan ini ditetapkan secara hukum baik melalui surat
keputusan bupati, gubernur, maupun menteri perhubungan.
16
Gambar 2. 6 Contoh Sertifikat Hak Pakai Lahan untuk Pelabuhan
17
Kedalaman perairan tempat/area labuh minimal sama dengan tinggi
fulload draft kapal yang direncanakan dapat berlabuh di pelabuhan
ditambah 1 meter untuk faktor keselamatan (referensi LWS);
Areal perairan yang dibutuhkan untuk tempat labuh persatu kapal
diasumsikan berbentuk lingkaran;
Rumus pendekatan dalam perhitungan luasan area labuh:
A = π*R2
R = L + 6 (D) + 30 Meter
Dimana,
A = Luas Perairan tempat/area labuh
R = Jari-jari tempat/area labuh
L = Panjang kapal maksimum yang berlabuh
D = Kedalaman perairan tempat labuh (referensi LWS)
18
L = Panjang kapal maksimum yang melakukan alih muat antar
kapal
D = Kedalaman perairan tempat/area alih muat antar kapal
(referensi LWS)
19
Dimana,
R = D/2 meter
A = Luas areal kolam putar
D = Diameter kolam putar
R = Jari-jari kolam putar
L = Panjang kapal rencana maksimum (LOA)
20
(1) Alur Pelayaran
Tata letak alur pelayaran
Tata letak alur pelayaran masuk dan keluar pelabuhan banyak
ditentukan oleh kondisi hidrografi dan kondisi alam perairan dengan
aspek-aspek yang harus diperhitungkan adalah sebagai berikut:
Alur pelayaran sedapat mungkin menghindari adanya tikungan-
tikungan;
Bila tikungan tidak dapat dihindari dan terdapat beberapa tikungan,
maka jarak antara tikungan minimal 10 L (L = Panjang Kapal);
Sudut sumbu pertemuan tikungan tidak boleh lebih dari 30o, atau bila
lebih dari 30o maka garis tengah tikungan harus membentuk busur
dengan jari-jari lengkung minimal 10 L atau untuk kondisi tertentu
dapat ≥ 5 L dengan penambahan lebar jalur;
Tambat labuh darurat akan disediakan di sepanjang alur.
Lebar alur pelayaran
Lebar alur pelayaran harus dipertimbangkan terhadap faktor-faktor
standar alur pelayaran yang tergantung pada panjang alur pelayaran
dan kondisi navigasi (lihat tabel).
Atau
21
Tabel 2 Kriteria Lebar Alur (ii)
Panjang Alur Kondisi Navigasi Lebar Alur
Alur yang relatif Kapal dengan 2 L
panjang frekuensi tinggi
Kapal dengan 1,5 L
frekuensi rendah
Alur yang relatif Kapal dengan 1,5 L
pendek frekuensi tinggi
Kapal dengan L
frekuensi rendah
Dimana L = Panjang kapal,
Sumber : Juknis Penyusunan RIP, 2014
22
(2) Areal pindah labuh kapal. Faktor yang perlu diperhatikan: kunjungan
kapal, ukuran kapal rencana yang berkunjung, draft kapal rencana yang
berkunjung dan draft yang dibutuhkan untuk labuh. Rumus pendekatan
dalam perhitungan luasan tempat/areal pindah labuh kapal:
A = π*R2
R = L + 6 (D) + 30 Meter
Dimana,
A = Luas perairan tempat/areal pindah labuh kapal
R = Jari-jari tempat/area alih muat antar kapal
L = Panjang kapal maksimum yang melakukan alih muat antar kapal
D = Kedalaman perairan tempat/area alih muat antar kapal (referensi
LWS).
(3) Areal Keperluan keadaan darurat, faktor yang perlu diperhatikan
yaitu: kecelakaan kapal, kebakaran kapal, kapal kandas dan lain-lain.
Luas yang dibutuhkan sekitar setengah dari luas areal pindah labuh
kapal.
(4) Pengembangan pelabuhan jangka panjang. Disesuaikan dengan
layout plan/masterplan pelabuhan.
(5) Penempatan kapal mati. Faktor yang perlu diperhatikan: jumlah kapal
dan ukuran kapal. Luas yang dibutuhkan sekitar setengah dari luas
areal pindah labuh kapal.
(6) Percobaan berlayar. Faktor yang perlu diperhatikan adalah ukuran
kapal rencana. Luas yang dibutuhkan sekitar setengah dari luas areal
pindah labuh kapal.
(7) Perairan wajib pandu. Faktor yang perlu diperhatikan: kondisi alur,
ukuran kapal rencana dan kunjungan kapal. Luas yang dibutuhkan
disesuaikan dengan kondisi fisik alur dan ukuran kapal yang
menggunakan alur pelayaran.
(8) Fasilitas pembangunan dan pemeliharaan. Faktor yang perlu
diperhatikan: ukuran kapal maksimum yang dibangun/diperbaiki. Luas
yang dibutuhkan sekitar setengah dari luas areal pindah labuh kapal.
23
2.1.2 Tahapan Penyusunan Laporan
A. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan berisi latar belakang pekerjaan, maksud dan tujuan
studi, gambaran umum pelabuhan, tanggapan terhadap KAK, metodologi
pelaksanaan pekerjaan, dan organisasi serta rencana kerja. Inti dari laporan
pendahuluan adalah penyedia jasa melaporkan hasil survey pendahuluan ke
lokasi pelabuhan dan dapat menggambarkan kondisi eksisting dan
permasalahan yang ada di pelabuhan, termasuk rencana-rencana pemerintah
daerah terkait pengembangan kawasan pelabuhan dan areal di sekitarnya di
masa yang akan datang.
24
B. Laporan Antara
Laporan antara berisi hasil survey lapangan berupa titik-titik batas koordinat
sesuai dengan RIP dan status lahan yang sudah dimiliki penyelenggara
pelabuhan, tanda alam batas-batas DLKR dan DLKP, serta inventarisasi data
status lahan. Pada laporan ini, penyedia jasa juga harus menampilkan hasil
perhitungan kebutuhan untuk fasilitas daratan dan perairan berdasarkan hasil
perhitungan sendiri, kemudian membandingkannya dengan hasil perhitungan
di dokumen Rencana Induk Pelabuhan, kemudian membuat justifikasi mana
yang akan dipakai dalam penetapan DLKR dan DLKP Pelabuhan yang
dimaksud.
25
C. Laporan Draft Akhir
Laporan Draft Akhir berisi hasil perbaikan dari Laporan antara ditambah
pemetaan titik-titik batas DLKR dan DLKP pelabuhan yang sudah dianalisis
berdasarkan hasil perhitungan dan kondisi di lapangan. Secara sistematika,
laporan Draft akhir minimal harus memuat :
Pendahuluan, berisi latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi studi, ruang
lingkup pekerjaan, dan landasan hukum.
Gambaran umum pelabuhan, berisi antara lain hierarki pelabuhan, fasilitas
esksitng, data opersioanl, potensi wilayah hinterland, kondisi aksesibilitas,
serta permasalahan pelabuhan.
Hasil survey lapangan, memuat antara lain penentuan titik koordinat Batas-
Batas DLKr dan DLKp yang isinya antara lain proses pengukuran dan
pengolahan data serta dokumentasi penentuan titik-titik batas, kemudian
penentuan tanda-tanda alam sebagai batas DLKR DLKP secara visual,
dan data status lahan.
Perhitungan Kebutuhan Luasan Daratan dan Perairan Pelabuhan, yang
berisi proyeksi arus bongkar muat barang dan kunjungan kapal,
perhitungan dan analisis kebutuhan fasilitas pelabuhan, dan rencana
tahapan pembangunan pelabuhan dari jangka pendek, menegah, panjang
kemudian melakukan justifikasi teknis terhadap batas-batas DLKR dan
DLKP yang sudah ditetapkan dalam RIP dengan hasil hasil analisis sendiri
dan kondisi di lapangan.
Deskripsi Batas-batas DLKR dan DLKP pelabuhan, yang berisi penjelasan
deskriptif mengenai titik koordinat beserta jarak antar titik dan posisinya.
Pada bab ini juga harus ditampilkan peta usulan DLKr dan DLKp
pelabuhan yang dimaksud.
Penutup, berisi kesimpulan hasil studi dan saran-saran atau rekomendasi
terkait dengan penetapan batas-batas DLKR dan DLKP atau
pengembangan pelabuhan ke depan.
26
D. Laporan Akhir
Laporan Akhir berisi hasil penyempurnaan dari Laporan Draft Akhir sesuai
dengan hasil masukan pada saat rapat dan asistensi dengan tim teknis.
Secara sistematika, Laporan Akhir sama dengan laporan draft akhir ditambah
dengan lampiran-lampiran.
Secara sistematika, Laporan Akhir minimal harus memuat :
Pendahuluan, berisi latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi studi, ruang
lingkup pekerjaan, dan landasan hukum.
Gambaran umum pelabuhan, berisi antara lain hierarki pelabuhan, fasilitas
esksitng, data opersioanl, potensi wilayah hinterland, kondisi aksesibilitas,
serta permasalahan pelabuhan.
Hasil survey lapangan, memuat antara lain penentuan titik koordinat Batas-
Batas DLKr dan DLKp yang isinya antara lain proses pengukuran dan
pengolahan data serta dokumentasi penentuan titik-titik batas, kemudian
penentuan tanda-tanda alam sebagai batas DLKR DLKP secara visual,
dan data status lahan.
Perhitungan Kebutuhan Luasan Daratan dan Perairan Pelabuhan, yang
berisi proyeksi arus bongkar muat barang dan kunjungan kapal,
perhitungan dan analisis kebutuhan fasilitas pelabuhan, dan rencana
tahapan pembangunan pelabuhan dari jangka pendek, menegah, panjang
kemudian melakukan justifikasi teknis terhadap batas-batas DLKR dan
DLKP yang sudah ditetapkan dalam RIP dengan hasil hasil analisis sendiri
dan kondisi di lapangan.
Deskripsi Batas-batas DLKR dan DLKP pelabuhan, yang berisi penjelasan
deskriptif mengenai titik koordinat beserta jarak antar titik dan posisinya.
Pada bab ini juga harus ditampilkan peta usulan DLKr dan DLKp
pelabuhan yang dimaksud.
Penutup, berisi kesimpulan hasil studi dan saran-saran atau rekomendasi
terkait dengan penetapan batas-batas DLKR dan DLKP atau
pengembangan pelabuhan ke depan.
Lampiran 1 berisi Draft Keputusan Menteri/ Gubernur/ Walikota/ Bupati
Tentang Penetapan DLKR DLKP Pelabuhan
27
Lampiran 2 Berisi Peta DLKR DLKP Pelabuhan (A3).
Lampiran 3 berisi Surat Keputusan Menteri/ Gubernur/ Walikota/ Bupati
Tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan
Lampiran 4 berisi Laporan Survey Lapangan
Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan dan daratan pada
pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk
kegiatan pelabuhan. DLKr terdiri dari DLKr daratan dan DLKr perairan. DLKr
daratan digunakan untuk kegiatan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang.
Penetapan batas-batas DLKr daratan berpedoman pada :
1) Rencana induk pelabuhan yang mencakup:
a. Rencana Jangka pendek;
b. Rencana Jangka menengah;
c. Rencana Jangka panjang.
2) Kebutuhan ruang fasilitas pokok dan fasilitas penunjang yang ada;
3) Rencana kebutuhan areal untuk fasilitas pokok dan penunjang;
4) Penguasaan areal tanah;
5) Rencana pembebasan tanah;
6) Rencana reklamasi.
28
setempat. Oleh sebab itu, penyedia jasa wajib mendapatkan data sertifikat
lahan pelabuhan yang diterbitkan oleh BPN.
2.3 PEMETAAN
Hasil survey lapangan dan analisis harus dituangkan dalam bentuk peta
digital. Proses pemetan adalah penggambaran situasi di lapangan degan
menggunakan proyeksi tertentu sehingga semua detail yang ada di lapangan
berupa batas-batas DLKR/DLKP tergambar di dalam bidang datar
(softcopy/hardcopy) dengn skala tertentu. Proses pemetaan dapat dilakukan
dengan alat bantu software pemetaan yang umum digunakan saat ini seperti
ArcGIS atau AutoCAD.
29
Di dalam kegiatan ini pemetaan yang dilakukan adalah mengambarkan batas-
batas :
DLKR daratan
DLKR perairan
DLKP
Zonasi kegiatan kepelabuhanan.
30
BAB 3
TATA CARA PENETAPAN DLKR DAN DLKP
31
Secara prosedur, proses penetapan DLKr dan DLKp Pelabuhan sebagaimana
disajikan pada gambar di bawah ini.
EVALUASI DOKUMEN
USULAN DLKR/DLKP
TIDAK
DIREKTUR JENDERAL
PERHUBUNGAN LAUT
YA
PERBAIKAN
EVALUASI DOKUMEN
USULAN DLKR/DLKP
TIDAK
MENTERI PERHUBUNGAN
Cq. SEKRETARIS JENDERAL
YA
MENTERI PERHUBUNGAN
KEMENKUMHAM
PUBLIKASI
DISAMPAIKAN KEPADA PENYELENGGARA
PELABUHAN
WEBSITE KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
32
SURAT PERMOHONAN PENETAPAN DLKR/DLKP
GUBERNUR
PERBAIKAN
EVALUASI PERMOHONAN
PENETAPAN DLKR DLKP
TIDAK
PEMERINTAH PROVINSI
YA
DISAMPAIKAN KEPADA
PENYELENGGARA PELABUHAN
DISAMPAIKAN KEPADA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Cq DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
33
SURAT PERMOHONAN PENETAPAN DLKR/DLKP
BUPATI/WALIKOTA
PERBAIKAN
EVALUASI PERMOHONAN
PENETAPAN DLKR DLKP
TIDAK
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
YA
DISAMPAIKAN KEPADA
PENYELENGGARA PELABUHAN
DISAMPAIKAN KEPADA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Cq DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DAN
GUBERNUR
34
3.2 Format Draft Surat Keputusan Penetapan Batas DLKR dan DLKP
Pada dasarnya, isi dari draft surat keputusan menteri/gubernur/bupati/walikota
tentang penetapan batas DLKR dan DLKP pelabuhan berisi
Pertama, Batas Daerah Lingkungan Kerja Daratan dan Perairan
Pelabuhan, yang menyebutkan luasannya, titik-titik batas, dan tanda-
tanda batas yang menunjukan posisi titik-titik batas DLKR daratan dan
perairan pelabuhan tersebut.
Kedua, Batas Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan, yang
menyebutkan luasannya, titik-titik batas, dan tanda-tanda batas yang
menunjukan posisi titik-titik batas DLKP pelabuhan tersebut.
Ketiga, Batas DLKR dan DLKP Pelabuhan digambarkan pada peta-peta
terlampir yang tidak terpisahkan dari peraturan atau surat keputusan ini.
Keempat, penyerahan tanah yang termasuk ke dalam batas DLKR
Pelabuhan diserahkan pengelolaannya kepada Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kelima, kewajiban Direktur Jenderal Perhubungan Laut terkait kewajiban
terhadap pemberian hak pakai/pengelolaan lahan untuk DLKR
Pelabuhan.
35
BAB 4
PENUTUP
Petunjuk Teknis ini dapat ditinjau ulang dan dilakukan penyempurnaan untuk
keperluan penyusunan, penetapan dan tinjau ulang Rencana Induk Pelabuhan
khususnya pada bagian rancangan DLkr dan DLKp Pelabuhan.
36
LAMPIRAN
37
Contoh Peta DLKR Daratan
38
Contoh Peta DLKR Perairan dan DLKP
39
Contoh Draft Penetapan Batas-batas DLKR dan DLKP
Pelabuhan (Pelabuhan Pengumpan Regional)
NOMOR : …...................
TENTANG
BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA DAN
DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN
PELABUHAN ........................
PROVINSI .........................
40
lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan
pelabuhan;
41
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
42
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun
2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran;
43
15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 136 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 Pengerukan
dan Reklamasi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 1309);
44
20. Peraturan Daerah Provinsi ..................... Nomor
........... Tahun ......... tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi .........;
MEMUTUSKAN :
................... " LU
................... " BT
45
selanjutnya ditarik garis lurus ke arah ............ sampai di
titik B yang terletak di ............ pelabuhan pada titik
koordinat geografis :
................... " LU
................... " BT
................... " LU
................... " BT
................... " LU
................... " BT
46
KEDUA : Batas-batas Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan
............... seluas lebih kurang ............... Ha
(..............................) Hektar dimulai dari titik AA yang terletak
di ............... titik koordinat geografis :
................... " LU
................... " BT
................... " LU
................... " BT
47
KELIMA : Untuk pemberian Hak Pengelolaan pada Diktum KEEMPAT
Kementerian Perhubungan diwajibkan:
48
b. menggunakan tanah tersebut untuk keperluan
pelaksanaan usahanya;
Ditetapkan di : ...............
pada tanggal : ...............
----------------------------------------
MENTERI PERHUBUNGAN/
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
...............
(…………NAMA …….….)
49
SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada :
50
CONTOH USULAN PENYUSUNAN STUDI DLKR DLKP
Kepada:
Yth. Direktur Jenderal
Perhubungan Laut Cq.
Direktur Kepelabuhanan
di
JAKARTA
PENYELENGGARA PELABUHAN
(nama Pelabuhan)
Pangkat (Gol)
NIP
Tembusan :
1. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
51
CONTOH PERMOHONAN REKOMENDASI UNTUK
PENETAPAN DLKR DAN DLKP
Kepada:
Yth. Gubernur/ Walikota/ Bupati
(nama Provinsi /Kota/
Kabupaten)
di
TEMPAT
PENYELENGGARA PELABUHAN
(nama Pelabuhan)
Pangkat (Gol)
NIP
Tembusan :
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan;
2. Direktur Kepelabuhanan, Ditjen Hubla.
52
CONTOH REKOMENDASI DARI PEMERINTAH DAERAH
UNTUK PENETAPAN DLKR DAN DLKP PELABUHAN
UTAMA/PENGUMPUL
GUBERNUR/WALIKOTA/BUPATI
………………………………..
Tembusan :
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan;
2. Direktur Kepelabuhanan, Ditjen Hubla;
3. Kepala Kantor (Otoritas Pelabuhan/Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan/Unit Penyelenggara Pelabuhan).
53
CONTOH REKOMENDASI DARI PEMERINTAH DAERAH
UNTUK PENETAPAN DLKR DAN DLKP PELABUHAN
PENGUMPAN REGIONAL
WALIKOTA/BUPATI
………………………………..
Tembusan :
1. Menteri Perhubungan RI;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan;
3. Direktur Kepelabuhanan, Ditjen Hubla;
4. Kepala Kantor (Otoritas Pelabuhan/Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan/Unit Penyelenggara Pelabuhan).
54
OUTLINE LAPORAN PENDAHULUAN
Kerangka Laporan
I. Pendahuluan
a. Kata Pengantar
b. Latar Belakang
c. Maksud dan Tujuan
d. Ruang Lingkup Pekerjaan
e. Lokasi studi yang dilengkapi peta lokasi
f. Landasan Hukum
g. Sistematika Penulisan
55
OUTLINE LAPORAN ANTARA
Kerangka Laporan
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan
1.4 Lokasi studi
1.5 Landasan Hukum
1.6 Sistematika Penulisan
56
OUTLINE LAPORAN AKHIR
Kerangka Laporan
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan
1.4 Lokasi studi
1.5 Landasan Hukum
1.6 Sistematika Penulisan
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
57
OUTLINE RINGKASAN EKSEKUTIF
Kerangka Laporan
1. LATAR BELAKANG
2. MAKSUD DAN TUJUAN
3. ORIENTASI LOKASI PEKERJAAN
4. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
5. PENGUMPULAN DATA
5.1 Hasil Survei Pendahuluan
5.1.1 Hierarki Pelabuhan
5.1.2 Data Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan
5.1.3 Data SBNP
5.1.4 Data Operasional Pelabuhan
5.2 Hasil Survei Lapangan
5.2.1 Penentuan Koordinat DLKr Daratan
5.2.2 Penentuan Koordinat DLKr Perairan dan DLKp
5.2.3 Batas Alam DLKr Daratan
5.2.4 Batas Alam DLKr Perairan dan DLKp
5.2.5 Data Status Lahan Pelabuhan
6. ANALISIS PERKIRAAN KEBUTUHAN FASILITAS PELABUHAN
6.1 Analisis Kebutuhan Fasilitas DLkr Daratan
6.2 Analisis Kebutuhan DLKr Perairan dan DLKp
6.3 Perbandingan DLKr dan DLKp Pelabuhan Berdasarkan RIP dan Analisis
7. DESKRIPSI BATAS-BATAS DLKr DAN DLKp PELABUHAN
7.1 Batas Daerah Lingkungan Kerja Daratan (DLKr) Pelabuhan
7.2 Batas Daerah Lingkungan Kerja Perairan (DLKr) Pelabuhan
7.3 Batas Daerah Lingkungan Kepentingan
58