Anda di halaman 1dari 147

1

PERANCANGAN
DAN
PEMBANGUNAN
FASILITAS
PELABUHAN
PERJALANAN PANJANG PENGATURAN
TENTANG KEPELABUHANAN

UU 22/1999 UU 21/1992
tentang Tentang
Otonomi Pelayaran

UU 32/2004 UU 17/2008 PP 69/2001


Tentang tentang
Tentang
Otonomi Kepelabuhanan
Pelayaran

PP 61/2009
Tentang
Kepelabuhanan

2
1.
Ketentuan
9. Umum
Sistem
Informasi 2.
Pelabuhan TKN

8.
Pelb & 3.
Tersus RIPN,
terbuka DLKr
PP 61 tahun &
bagi
2009 ttg DLKp
Perdg LN
Kepelabuhan
an

4.
7. Penyelenggaraan
Penarifan Kegiatan di
pelabuhan

6. Tersus 5.
Pemb &
&
Pengop
TUKS Pelabuhan

3
PENGERTIAN UMUM
DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008

Suatu sistem kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi,


Tatanan Kepelabuhanan jenis, hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan
Nasional Nasional, dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra-
dan antarmoda serta keterpaduan dengan sektor lainnya

Pengaturan ruang kepelabuhanan nasional yang memuat


Rencana Induk
tentang kebijakan pelabuhan, rencana lokasi dan hierarki
Pelabuhan Nasional
pelabuhan secara nasional yang merupakan pedoman
dalam penetapan lokasi, pembangunan, pengoperasian,
dan pengembangan pelabuhan

Daerah Lingkungan Wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan atau


Kerja (DLKr) terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk
kegiatan pelabuhan

Perairan di sekeliling daerah lingkungan kerja perairan


Daerah Lingkungan pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin
Kepentingan (DLKp) keselamatan pelayaran
Lanjutan…

Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah atau


Badan Usaha Pelabuhan Badan Hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk
mengusahakan jasa kepelabuhanan di pelabuhan

Lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai otoritas yang


Otoritas Pelabuhan melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, dan
(Port Authority) pengawasan kegiatan kepelabuhanan yang diusahakan
secara komersial

Lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai otoritas yang


melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian,
Unit Pelayanan pengawasan kegiatan kepelabuhanan, dan pemberian
Pelabuhan pelayanan jasa kepelabuhanan untuk pelabuhan yang
belum diusahakan secara komersial
6

TATANAN KEPELABUHANAN
NASIONAL
Rencana Induk
Pelabuhan
Nasional
(RIPN)

Peran, fungsi,
Lokasi
jenis, & hierarki pelabuhan
pelabuhan

TKN
merupakan sistem kepelabuhanan secara Diwujudkan dalam penyelenggaraan
nasional yang menggambarkan pelabuhan yg andal & berkemampuan tinggi,
perencanaan kepelabuhanan berdasarkan menjamin efisiensi, & mempunyai daya
kawasan ekonomi, geografi, dan saing global untuk menunjang
keunggulan komparatif wilayah, serta pembangunan nasional & daerah yang ber-
kondisi alam. Wawasan Nusantara
7

RENCANA INDUK
PELABUHAN NASIONAL

Merupakan Pedoman dalam penetapan lokasi,


pembangunan, pengoperasian, rencana
pengembangan pelabuhan, dan penyusunan
Rencana Induk Pelabuhan.

Rencana Induk Pelabuhan Nasional memuat :


a. Kebijakan Pelabuhan Nasional ;
b. Rencana Lokasi dan Hirarki Pelabuhan ;

Menteri menetapkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional untuk


jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. Dan dapat ditinjau kembali 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun. dalam hal terjadi perubahan
kondisi lingkungan strategis akibat bencana Rencana Induk
Pelabuhan Nasional dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.
8

RENCANA INDUK PELABUHAN

Wilayah Daratan
(untuk kegiatan fasilitas pokok & penunjang)

DLKr
Wilayah Perairan
(untuk kegiatan alur pelayaran, tempat labuh,
alih muat antar kapal sandar, pemanduan,
RENCANA INDUK perbaikan kapal, dll)
PELABUHAN
(RIP)
disusun oleh
Penyelenggara Wilayah perairan pelabuhan diluar DLKr, untuk
Pelabuhan DLKp alur pelayaran dari/ke pelabuhan, keadaan
darurat, pengembangan, kapal mati,
percobaan berlayar, dll

Jangka panjang ---Diatas 15 tahun s/d 20 tahun


Jangka waktu
Jangka menengah---diatas 10 tahun s/d 15 tahun
perencanaan
Jangka pendek-----5 tahun s/d 10 tahun
8
9

PERANCANGAN FASILITAS
PELABUHAN
PENGERTIAN “PELABUHAN”

Tempat berlabuh / bertambat kapal untuk


mengadakan bongkar/muat barang, naik turun
penumpang dari moda transportasi laut dan
sebaliknya.
“Pelabuhan” berasal dari kata Port & Harbour
Harbour : Suatu Perairan yang terlindung terhadap angin & gelombang.

Port : suatu perairan tempat untuk berlabuh dan bersandar kapal


untuk melakukan bongkar muat barang melalui terminal
(dermaga, lapangan penumpang dll), serta merupakan titik
perpindahan barang dan penumpang dari transportasi laut
ke darat dan sebaliknya.
PELABUHAN (HARBOURS)
• Fungsi Umum
• Fungsi Umum
Pelabuhan (Harbours) adalah suatu kawasan perairan (laut)
Pelabuhan (Harbours) adalah suatu kawasan perairan (laut)
yang dibatasi oleh batasan secara alami maupun batasan
yang dibatasi oleh batasan secara alami maupun batasan
(struktur) yang dibuat oleh manusia, atau kombinasi
(struktur) yang dibuat oleh manusia, atau kombinasi
batasan dari keduanya yang dapat memberikan keamanan
batasan dari keduanya yang dapat memberikan keamanan
bagi kapal-kapal (vessels) yang berlabuh (moorings), baik
bagi kapal-kapal (vessels) yang berlabuh (moorings), baik
terhadap gelombang besar maupun pada waktu terjadi
terhadap gelombang besar maupun pada waktu terjadi
badai (storms).
badai (storms).
• Fungsi Khusus
• Fungsi Khusus
Pelabuhan sebagai tempat pelayanan berbagai aktifitas dari
Pelabuhan sebagai tempat pelayanan berbagai aktifitas dari
kawasan air ke air ataupun dari kawasan air kekawasan di
kawasan air ke air ataupun dari kawasan air kekawasan di
darat, misalnya : Resuply bahan bakar, refueling, repairs
darat, misalnya : Resuply bahan bakar, refueling, repairs
atau transfer cargo dan personil, bila area pelabuhan biasa
atau transfer cargo dan personil, bila area pelabuhan biasa
digunakan untuk transfer komersial cargo dan penumpang
digunakan untuk transfer komersial cargo dan penumpang
biasa disebut sebagai “Port”.
biasa disebut sebagai “Port”.
5. Klasifikasi Pelabuhan

A. Menurut Penggunaannya
A. Menurut Penggunaannya
1. Pelabuhan Umum
1. Pelabuhan Umum
2. Pelabuhan Khusus
2. Pelabuhan Khusus
 Industrial Harbors / Ports
 Industrial Harbors / Ports
 Military Harbors
 Military Harbors
3. Pelabuhan Rakyat
3. Pelabuhan Rakyat

B. Menurut Lokasinya
B. Menurut Lokasinya
 Pelabuhan Laut
 Pelabuhan Laut
 Pelabuhan Sungai
 Pelabuhan Sungai
 Pelabuhan Lepas Pantai
 Pelabuhan Lepas Pantai
 Pelabuhan Danau
 Pelabuhan Danau
Lanjutan
2. Tujuan Pembangunan Pelabuhan
2. Tujuan Pembangunan Pelabuhan
Tujuan utama dalam perencanaan, perancangan dan pelaksana
Tujuan utama dalam
(construction) adalahperencanaan,
: perancangan dan pelaksana
(construction) adalah :
Untuk mendapatkan kawasan perairan yang relatif luas dengan kedalaman
Untuk
laut yangmendapatkan
cukup ditinjaukawasan perairan
dari segala yang relatif
tingkatan pasangluas dengan
surut kedalaman
air laut
laut yangdaapt
sehingga cukupmenjadi
ditinjautempat
dari segala tingkatan
berlindung bagipasang surutdan
kapal-kapal air lokasi
laut di
sehingga
darat sertadaapt menjadi tempat berlindung bagi kapal-kapal dan lokasi di
fasilitasnya.
darat serta fasilitasnya.
3. Ciri-ciri Pelabuhan (Harbour Features)
3. Ciri-ciri Pelabuhan (Harbour Features)
 Terlindung dari gelombang lepas.
 Terlindung dari gelombang lepas.
 Tingkat pasang surut air laut yang minimum dan arus yang moderate.
 Tingkat pasang surut air laut yang minimum dan arus yang moderate.
 Bebas dari gangguan “long wave agitation” (seiche).
 Bebas dari gangguan “long wave agitation” (seiche).
 Tersedianya satu atau lebih kanal navigasi yang aman dalam segala
 Tersedianya satu atau lebih kanal navigasi yang aman dalam segala
cuaca.
cuaca.
 Area yang cukup luas dan kedalaman air laut yang memadai untuk
 Area yangkapal-kapal
“manuver” cukup luas di
dan kedalaman
dalam air laut yang
area pelabuhan memadaiArea).
(Sheltered untuk
“manuver” kapal-kapal di dalam area pelabuhan (Sheltered Area).
 Tersedianya ruang/space yang cukup untuk sejumlah tambatan kapal
 Tersedianya
(fixed ruang/space yang cukup untuk sejumlah tambatan kapal
moorings).
(fixed moorings).
 Terlindung dari angin kencang yang datang dari segala arah.
 Terlindung dari angin kencang yang datang dari segala arah.
 Minimum pemeliharaan (maintenance) Dredging.
 Minimum pemeliharaan (maintenance) Dredging.
 Tersedianya area yang cukup luas untuk perluasan dimasa.
 Tersedianya area yang cukup luas untuk perluasan dimasa.
14
Fasilitas-Fasilitas Pelabuhan
1. Fasilitas Bertambat
a. Dermaga
b. Breasthing Dolphin
2. Trestle
3. Breakwater
4. Talud
5. Causeway
6. Areal darat
a. Apron
b. Lapangan
Penumpukkan
c. Terminal Penumpang 4
d. Gedung Kantor
e. Gudang 3
1 2
15
• DERMAGA
BANGUNAN MARITIM UNTUK TAMBAT DAN BERLABUHNYA KAPAL, B/M
BARANG SERTA NAIK TURUN PENUMPANG DARI MODA TRANSPORTASI
DARAT KE MODA TRANSPORTASI LAUT DAN SEBALIKNYA

• JENIS DERMAGA
 WHARF (MARGINAL WHARF, OPEN TYPE, FINGER TYPE)  TERLETAK DI
SEPANJANG GARIS PANTAI ATAU AGAK MENJOROK KE LAUT,
KONSTRUKSI TIANG PANCANG
 QUAY WALL  TERLETAK DI SEPANJANG GARIS PANTAI, KONSTRUKSI
SHEET PILE, CONCRETE BLOCKS, CAISSON
 JETTY/PIER  TERLETAK JAUH DARI GARIS PANTAI ATAU MENJOROK KE
LAUT

• KONSTRUKSI
SUB STRUCTURE (PONDASI)
 SHEET PILE
 TIANG PANCANG BAJA ATAU BETON  TIANG PANCANG VERTIKAL DAN
MIRING
 DLL
UPPER STRUCTURE: POER, BALOK, LANTAI
Open Type Marginal

Finger
17

FASILITAS PELENGKAP DERMAGA


A. FENDER
 FUNGSI: MENGURANGI GAYA TAMBAT KAPAL  MENGURANGI KERUSAKAN
AKIBAT TUMBUKAN KAPAL DAN DERMAGA KARENA SEBAGIAN ENERGI YANG
TIMBUL DISERAP OLEH FENDER
 DESAIN FENDER  BERTHING ENERGI, PERBEDAAN PASANG SURUT, JARAK
FENDER  AGAR LAMBUNG KAPAL TIDAK MENYENTUH KONSTRUKSI DERMAGA
 JENIS FENDER (KAYU, KARET)
B. MOORING POST (TAMBATAN)
 BOLLARD
- TERLETAK DI TEPI DERMAGA
- TEMPAT DIMANA KAPAL DIIKAT
DAN BERTAMBAT
- TERBUAT DARI BAJA COR
 BITTS
 MOORING RINGS/CLEAT
C. KANSTEEN/CURB (PEMBATAS)
 UNTUK KEAMANAN BONGKAR MUAT BARANG
 TINGGI 20 CM DARI LANTAI DERMAGA
 DILETAKKAN SEPANJANG DERMAGA
D. TANGGA
E. INSTALASI PIPA AIR BERSIH DAN BAHAN BAKAR MINYAK
18
CAUSEWAY/BREAKWATER
1. Tipe konstruksi
rubblemound
2. Konstruksi terdiri dari :
- Batu Pelindung (armor
rock) Terbuat dari blok
beton/batu alam (sesuai
kebutuhan)
- Lapisan filter (filter
rock)
- Quarry run, pasir atau
timbunan tanah
- Filter Cloth
- Cerucuk (digunakan jika
tanah dasar sangat lunak
dan tidak stabil)
19
ARMOR ROCK
1. Berfungsi untuk memecah gelombang
2. Dibuat dengan cetakan dengan batu kali dan 60%
beton.
3. Penempatan blok beton pada bagian yang
mendapatkan pengaruh gelombang/arus lebih
besar agar lebih banyak daripada bagian yang
pengaruh gelombang kecil
4. Penempatan pada dinding talud minimal 2 lapis
sampai pada elevasi HWS
5. Dilengkapi pengait untuk memudahkan
penempatan
20

ARMOR ROCK
Akmon Cube

Dolos Tetrapod
21

AREAL DARAT
A. APRON
 TERLETAK ANTARA BAGIAN MUKA DERMAGA SAMPAI GUDANG
SEMENTARA ATAU LAPANGAN PENUMPUKAN
 FUNGSI: TEMPAT B/M BARANG ATAU TEMPAT BARANG DIPINDAHKAN
DARI KAPAL KE FASILITAS DARAT DAN SEBALIKNYA
 LEBAR APRON MENENTUKAN B/M BARANG YANG AMAN DAN LANCAR
 DESAIN MEMPERHATIKAN BENTUK DERMAGA (MARGINAL, PIER, DLL)
B. GUDANG TRANSIT (TRANSIT SHED)
 FUNGSI: MENYORTIR BARANG YANG MEMERLUKAN PENYELESAIAN
ADMINISTRASI  MEMPERCEPAT PROSES B/M KAPAL PADA DERMAGA
 BIASANYA TERLETAK DI BELAKANG APRON
C. LAPANGAN PENUMPUKKAN (OPEN STORAGE)
PRINIP PERENCANAAN SAMA DENGAN TRANSIT SHED, HANYA BARANG
DAPAT DITINGGAL LEBIH LAMA
22

KONSEP PERANCANGAN FASILITAS


PELABUHAN

Reconnaissance
Sur ●
Topografi dan
Hidro-oseanografi
vei ●
Penyelidikan Tanah


Kriteria Desain

Ana Layout Dermaga



Analisa Pasang Surut
Analisa Arus, Angin dan
lisa

Gelombang

Analisa Struktur Tanah


Detail Perhitungan
Desain
Detail ●
Gambar Desain
desain ●
Rencana Anggaran Biaya

Rencana Kerja dan Syarat

Tender Dokumen

KRITERIA PERENCANAAN PELABUHAN


24

Pekerjaan Survei
I. MAKSUD DAN TUJUAN
UNTUK MENDAPATKAN GAMBARAN UMUM DAN
FISIK LOKASI RENCANA SUATU PELABUHAN
YANG AKAN DIBANGUN SEBAGAI ACUAN UNTUK
DASAR PERENCANAAN/PERHITUNGAN DESAIN
PELABUHAN

II. JENIS-JENIS PEKERJAAN SURVEY


A. SURVEY RECONNAISSANCE.
B. SURVEY TOPOGRAFI DAN HIDROGRAFI.
C. SURVEY PENYELIDIKAN TANAH DAN LAIN
SEBAGAINYA.
25

SURVEY PENDAHULUAN
(RECONNAISSANCE)
26
SURVEY RECONNAISSANCE
PENGAMATAN LOKASI YANG PALING LAYAK UNTUK DIBANGUN PELABUHAN
Survey
Reconna
issance

Kajian
Kesesuaian lokasi
Kondisi Transportasi Darat,
Kondisi

rencana pelabuhan
terhadap TKN dan
RTRW Provinsi Laut, Udara, dan
dan Kabupaten
Transporta ●
Rute Jalur Kapal Perintis
si Eksisting

Kajian ●
Potensi dan Hinterland wilayah
Pemantauan ●
Data kunjungan kapal di perairan rencana lokasi
Analisa Kajian
Lokasi & pelabuhan dan pelabuhan eksisting terdekat
Kondisi ●
Frekuensi kunjungan kapal perintis
Kelayaka Transportas Wawancara ●
Ada/tidaknya kawasan konservasi di lokasi
n i Eksisting dengan rencana

Status kepemilikan lahan
masyarakat
Kajian
Pemantauan
Lokasi &
Wawancara

Analisa
dengan
masyarakat
3 Alternatif ●
Kelayakan Ekonomi dan Finansial
Lokasi
Kelayak ●


Kelayakan Analisa SWOT
Kelayakan Teknis dan Operasional
an
Scoring Matriks
Pemiihan Lokasi
Kesesuaian lokasi ●
Hierarki pelabuhan2 eksisting di
rencana pelabuhan
sekitar lokasi pelabuhan rencana
terhadap TKN dan ●
Peruntukkan tata guna lahan lokasi
RTRW Provinsi
Lokasi terpilih dan Kabupaten pelabuhan eksisting dalam RTRW
SURVEI PENDAHULUAN
UNTUK PEMILIHAN LOKASI
Tujuan
• Mendapatkan informasi awal mengenai lokasi
pelabuhan , fasilitas existing, kegiatan kepelabuhanan,
kondisi lingkungan, potensi daerah hinterland dan
rencana pengembangan.
• Memberikan gambaran potensi daerah dan manfaat
pembangunan fasilitas pelabuhan.

Kesimpulan dari hasil pekerjaan reconnaissance :


• Gambaran lokasi rencana pelabuhan (perairan, back
up area, acces road) berupa gambaran informasi
berskala / tanpa skala
• Tanggapan atau analisa secara umum perlu tidaknya
pembangunan/ pengembangan pelabuhan
• Gambaran manfaat pembangunan pelabuhan
• Usulan/saran pembangunan pelabuhan (dilengkapi
dengan fasilitas pelabuhan yang dibutuhkan)
• Alternatif lokasi (minimal 3 alternatif)
• Informasi pelabuhan umum terdekat dari lokasi
rencana pelabuhan (jarak, kondisi jalan dll)
• Usulan luas area untuk survey hidrografi dan topografi
Penilaian Aspek Teknis
Alternatif Lokasi Pelabuhan
No. Pokok Penilaian Alternatif - 1 Alternatif - 2 Alternatif - 3

Aspek Teknis Kondisi Nilai Kondisi Nilai Kondisi Nilai


Lapangan Lapangan Lapangan
Tinggi Gelombang di
1. Area Kolam Pelabuhan 0,3 – 0,4 m Cuku
p 0,3 – 0,4 m
Cuku
p 0,5 – 1,0 m Kura
(Ketika Musim Angin Baik Baik ng
Dominan)
Dapa Baik Baik
2. Lebar
Pelabuhan
Area Kolam 3 – 4 LOA t
Diteri 6 – 7 LOA Sekal 6 – 7 LOA Sekal
ma i i

3. Lebar Alur Masuk ke 6 LOA – 8 Baik 6 LOA – 8 LOA


Kolam Pelabuhan LOA Baik 6 LOA – 8 LOA Baik

4. Kedalaman Alur Masuk


ke Kolam Pelabuhan >1,5 D Baik >1,5 D Baik >1,5 D Baik
Tingkat Kesulitan Baik
5. dalam Pelaksanaan/ Tidak Ada Baik Sangat tinggi Buru
k Tidak ada Sekal
Konstruksi i
Cuku Baik Baik
6. Jarak Kedalaman -5
meter dari garis pantai 100 m p 30 m Sekal 30 m Sekal
Baik i i
Cuku Cuku Cuku
Tingkat Sedimentasi
7. Kolam Pelabuhan di Ada, Sedikit p Ada, Sedikit p Ada, Sedikit p
Baik Baik Baik
Penilaian Aspek Non-Teknis
Alternatif Lokasi Pelabuhan
No Pokok
Alternatif - 1 Alternatif - 2 Alternatif - 3
. Penilaian
Aspek Non- Informasi Informasi Informasi
Nilai Nilai Nilai
Teknis Lapangan Lapangan Lapangan
Milik penduduk, Milik penduduk,
Ketersediaa Milik penduduk,
cukup luas, tidak cukup luas, tidak
n Lahan areal sempit, Sangat
1. diusahakan, Baik diusahakan, Baik
Untuk Area dapat Kurang
dapat dapat
Daratan dibebaskan
dibebaskan dibebaskan
Dekat jalan Dekat jalan
Jauh dari jalan, Dapat
Aspek dengan kondisi dengan kondisi
2. berada di dalam Diterim Baik Baik
Aksesibilitas sedang, berada baik, berada di
kota a
di luar kota. luar kota
Sesuai dengan Sesuai dengan Sesuai dengan
Kesesuaian RUTRW, ada RUTRW, ada RUTRW, ada Cuku
Cukup Cukup
3. dengan arahan arahan arahan p
RUTRW pengembangan Baik pengembangan Baik pengembangan Baik
jangka panjang jangka panjang jangka panjang
Berada di luar Berada di luar
Berada di luar
Arahan Arahan
Arahan
Pengembangan Pengembangan
Pengembangan
Keterkaitan Kawasan Kawasan
Kawasan
dengan Lindung, dekat Cukup Lindung, dekat
4. Lindung, ada di Kurang Baik
Kawasan dari kawasan Baik dari kawasan
kawasan hutan
Lindung hutan bakau, hutan bakau,
bakau, dekat
dekat dari jauh dari
dari konservasi
konservasi konservasi
karang laut
karang laut karang laut
Jaringan
Jaringan fasilitas Sanga Jaringan fasilitas
Ketersediaa fasilitas
Matriks Penilaian Alternatif Lokasi
Pelabuhan

Kesimpulan :
Dari ketiga lokasi diperoleh kesimpulan bahwa
lokasi alternatif 3 sebagai lokasi terbaik dengan
31

SURVEY INTERIM
(HIDROOSEANOGRAFI DAN
TOPOGRAFI)
BAGAN ALIR KEGIATAN
SURVEY TOPOGRAFI & HIDRO-OCEANOGRAFI
(INTERIM)
SURVEY
RECONNAISSANCE

LOKASI TERPILIH

SURVEY INTERIM

HIDRO-OCEANO TOPOGRAFI
GRAFI

ARUS PEMERUMAN PASUT POLIGON WATERPAS DETAIL SITUASI

3 ALTERNATIF LAYOUT

SCORING MATRIKS
PEMILIHAN LAYOUT LAYOUT
TERPILIH
SURVEI HIDRO-OCEANOGRAFI DAN TOPOGRAFI
UNTUK PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS
TUJUAN
survey bathimetri dan topografi bertujuan mendapatkan gambaran tentang :
▫ Konfigurasi dasar laut dan profil/potongan melintang pantai, laut atau
sungai.
▫ Identifikasi bangunan – bangunan yang termasuk dalam kategori rintangan
navigasi (kapal tenggelam, letak karang dll).
 Kedudukan pasang surut, arus, sedimen dan kadar garam
 Arah gelombang dominan, tinggi gelombang dan periode gelombang.

KESIMPULAN DARI HASIL PEKERJAAN


• Berdasarkan data – data teknis hasil survey hidro-oceanografi, topografi
dan data meteorology diharapkan diperoleh lokasi dermaga yang paling
menguntungkan.  
• Faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tata letak
fasilitas adalah keamanan fasilitas yang akan dibangun akibat proses alam
dan operasional (hydrografis, gelombang, sedimentasi dan lain – lain).
KEGIATAN SURVEY TOPOGRAFI
PEMASANGAN BENCH MARK (BM)
Sebelum kegiatan survey dilakukan terlebih dahulu dilakukan pemasangan titik
referensi berupa patok beton (Bench Mark), yang dipasang sebanyak 2 (dua)
buah di lokasi survey yaitu BM-01 dan BM-02 yang dipasang di pinggir pantai di
lokasi yang direkomendasikan.

BM. 01

BM. 02

BM.-01 :
Dalam UTM:
X= 475.700,000 m
Y = 9.596.870,000 m
Z= + 3,216 m LWS
KEGIATAN PENGUKURAN POLIGON
Pada awal pengukuran pertama-tama
ditentukan Titik Awal Pengukuran (titik
referensi), yang akan dipergunakan sebagai
titik awal pemetaan serta sebagai titik refernsi
didalam pelaksanaan kontruksi / pengerukan.
Dalam hal ini titik referensi yang dipakai
adalah BM.-01 dari hasil pengamatan GPS.

Selanjutnya dimulai dari BM- 01 dilakukan


pengukuran poligon dengan melalui titik –
titik kerangka yang telah ditentukan
sebelumnya, termasuk titik BM-02.

Pengukuran dilakukan dengan geometrik loop


atau jaring tertutup hal ini dilakukan untuk
mengontrol bila terjadi kesalahan, baik
kesalahan yang disebabkan oleh alat ukur
(kesalahan sistematik) maupun kesalahan
yang diakibatkan oleh juru ukur (human
error).
KEGIATAN PENGUKURAN LEVELING
Pengukuran waterpas bertujuan
untuk mendapatkan nilai elevasi
masing - masing bench mark KEGIATAN PENGUKURAN
(BM) terhadap 0,00 LWS. LEVELING

Karena didalam pengukuran ini


bidang acuan yang digunakan
adalah Low Water Spring
(LWS) yaitu bidang referensi
yang diperoleh dari pengamatan
pasang surut air laut yang
dilakukan minimal selama 15
hari berturut – turut.
KEGIATAN PENGUKURAN SITUASI DETAIL
Pengukuran situasi topografi bertujuan untuk mendapatkan letak/posisi setiap detail (bangunan existing,
batas areal, garis pantai, dll), sedangkan pengukuran topografi bertujuan untuk mendapatkan ketinggian
setiap titik detail dilapangan pengukuran ini dilakukan secara bersama – sama sehingga akan diperoleh
sekaligus posisi dan ketinggian setiap titik detail dilapangan.

Luas areal yang diukur didalam kegiatan


pengukuran situasi dan topografi ini adalah
seluas 4,5 hektare, bangunan-bangunan yang
penting dan berkaitan dengan pekerjaan
desain harus diambil posisinya, untuk
digambarkan dalam peta situasi.
KEGIATAN SURVEY HIDRO-
OCEANOGRAFI
PEMERUMAN / SOUNDING
Pekerjaan pemeruman (sounding) dilakukan untuk mengetahui kedalaman dan
konfigurasi dari dasar laut direncana lokasi rencana dermaga dan treste.

Dokumentasi kegiatan pemeruman/sounding


Survei Pasang Surut
• Pengamatan minimal selama 15 hari dengan menggunakan
peilschaal.
• Pengamatan diikatkan (levelling) ke patok pengukuran topografi.
• Analisis data hasil pengamatan:

1. Komponen pasang surut.


2. Perbandingan hasil ramalan dengan pengukuran.
3. Elevasi acuan pasang surut.
4. Probabilitas kejadian tiap elevasi acuan pasang
surut.

Peilschaal

BM

HHWL: Highest High Water Level


MHWS: Mean High Water Spring
MHWL: Mean High Water Level

MSL: Mean Sea Level


MLWL: Mean Low Water Level

MLWS: Mean Low Water Spring


LLWL: Lowest Low Water Level

Nol Peilschaal
Grafik Pasang Surut
hasil pengamatan di lapangan (min 15 hari)
2
HWS
1.8

1.6

1.4

1.2

1
MSL
0.8

0.6

0.4

0.2

LWS
10 J uni 2010

11 J uni 2010

12 J uni 2010

13 J uni 2010

18 J uni 2010

20 J uni 2010

21 J uni 2010

25 J uni 2010

26 J uni 2010

27 J uni 2010

28 J uni 2010

29 J uni 2010
14 J uni 2010

15 J uni 2010

16 J uni 2010

17 J uni 2010

22 J uni 2010

23 J uni 2010

24 J uni 2010

30 J uni 2010
29 Mei 2010

30 Mei 2010

31 Mei 2010

3 J uni 2010

4 J uni 2010

5 J uni 2010

9 J uni 2010
1 J uni 2010

2 J uni 2010

6 J uni 2010

7 J uni 2010

8 J uni 2010

P E L AB UH AN N UN UKAN
MAS T E R P L AN (S / D TAH UN 2 0 2 5 ) P E LAB UH AN B IAK
MAS TE R P L AN (S / D TAH UN 2 0 2 5 )

    300
35 10 8
50 100 100 50 35

   
LOA = 126 M LOA = 144 M
(KAPAL GEN CAR/PETI KEMAS) (KAPAL PENUMPANG)

   

13 13
15
20

150 dm 472 M 150 dm


50 M 142 M 60 M 120 M 50 M 50 M
   
120 dm 120 dm
LOA = 144 M
50

100 dm
LOA = 126 M LOA = 126 M
(KAPAL PENUMPANG) (KAPAL GEN CAR/PETI KEMAS) (KAPAL GEN CAR/PETI KEMAS)

100 dm

15 M

20 M
10 10
70 dm

10 M

1 4 .4 M
    33 M 37.7 M 34 M
   
2

50 dm

70 M
15 M 15 M
135

17,25 02
30X2 GS 18X2 GS

   
    07
70 dm 09 03
    01

    50 dm

03 30X2 GS
08
100 30X2 GS

3
14 GS

30

10 1 04
25

3 06 06
05 GATE
46 G S

4
12 2
20

GATE
7
40
40 GS

GATE
40
3
20 4 GATE

4
8
28 G S

11
5 4
6
SURVEI TOPOGRAFI DAN BATHIMETRI

Pengukuran
Topografi

Hasil Pengukuran bathimetri


Pengukuran bathimetri Dan topografi
Model Arus (RMA2)

Bathymetri Perairan Pada Model RMA2


DATA ANGIN 10 TAHUN TERAKHIR
Fetch Effective Lokasi Studi
Analisa Transformasi Gelombang
dengan Model CGWAVE
Persamaan Pengatur Model CGWAVE

Cg
.  CCg ˆ    2ˆ  0
C
ˆ  x,=y  fungsi kompleks elevasi permukaan
= frekuensi gelombang
C= x, y  kecepatan fasa = 
= / k kecepatan grup=
C g  x, y  , dengan  / k  nC
1 2kd 
n  1  
2  sinh 2kd 
k  x, =y  bilangan gelombang (= ) 2 / L

tergantung kedalaman d  x, y 
melalui hubungan dispersi linier :   gk tanh  kd 
2
Tata letak fasilitas pelabuhan
HASIL AKHIR DARI
PEKERJAAN
SURVEI TOPOGRAFI DAN
HIDRO-OCEANOGRAFI
ADALAH TATA LETAK
FASILITAS
PELABUHAN
BH-1
S-1
BH-3
S-2
S-3

BH-2

KET :
BH – 1 : TITIK SELANJUTNYA
BORHOLE 1 DILAKUKAN PELETAKAN
S – 1 : TITIK SONDIR 1 TITIK BORING (BH) DAN
SONDIR (S) UNTUK
PENYELIDIKAN TANAH
SOIL INVESTIGATION
BAGAN ALIR KEGIATAN
SURVEY PENYELIDIKAN TANAH

SURVEY ●
SPT dilakukan minimal 3 (tiga) titik di areal

SPT
INTERIM pada umumnya 2 (dua) titik di dermaga dan
titik di trestle

Pemboran masing-masing titik dilakukan hi
LAYOUT TERPILIH diperoleh nilai SPT N > 60 sebanyak 3 (tiga)
berturut-turut

SURVEY PENYELIDIKAN
TANAH

Sondi
PENYELIDIKAN PENYELIDIKAN
LAPANGAN LABOLATORIUM ●
Sondir dilakukan minimal 3 (tiga) titi
areal darat dengan kedalaman penguj
masing-masing titik hingga diperoleh

r
Penyelidikan Penyelidikan Tanah
Tanah di Laut di darat (Dengan qc > 250 kg/cm2
(Dengan SPT) SONDIR)

ANALISA DAYA
DUKUNG TANAH ●
Atterberg Limit
DAN PONDASI Penyelidikan ●


Specific Gravity
Hydrometer
Sieve Analysis
Labolatoriu


Permeability
INPUT DESAIN ●
Triaxial
STRUKTUR ATAS Konsolidasi
m


Direct Shear

UCT
Standard Penetration Test
(SPT)
Pendahuluan dan Teori Singkat
Definisi :
Pengujian sifat tanah yang dilakukan dengan memukul tabung standar (split spoon sampler) ke dasar lubang bor
sedalam 450mm dengan menggunakan hammer seberat 63,5 kg yang jatuh bebas dengan ketinggian 760mm.
Jumlah pukulan setiap penetrasi 150mm dicatat. Jumlah pukulan untuk 150mm pertama tidak dicatat. Jumlah
pukulan 300 mm terakhir dicatat sebagai N-value.

Maksud:
• Mengetahui tingkatan Relative
density untuk tanah fraksi kasar
dan consistency tanah fraksi halus
(korelasi N-value dengan
kepadatan/kekerasan tanah). Nilai
N-SPT selanjutnya digunakan
untuk perencanaan desain daya BH 1
dukung pondasi tiang pancang
dermaga dan trestle

SPT dilakukan minimal sebanyak 3


titik, dengan 2 titik pada plot
rencana dermaga dan 1 titik pada
plot rencana trestle BH 2 BH 3
1. Crown sheave atau
pulley(katrol)
2. Manila rope
3. Rotating cathead
4. Hammer (63,5 Kg)
5. Guide pipe
6. Anvil (landasan)
7. Drill rod (batang bor)
8. Split tube/split spoon.
(Disisipkan ke batang
bor)
Alat Uji
1. Mempersiapkan lubang pemboran
dengan diameter ±75 mm

2. Setting alat seperti pada gambar

3. Menumbuk dengan hammer


secara jatuh bebas pada
ketinggian 760 mm dan mencatat
jumlah tumbukan setiap 15 cm.
Pengujian dilakukan setiap
interval kedalaman 2 m, dengan
pencatatan setiap masuk 15 cm
(N0), 15 cm (N1), 15 cm (N2)

PROSEDUR
55

Pelaksanaan SPT
56

Pelaksanaan SPT
TIAP 15 cm

SPT dilakukan tiap 2


Hasil Uji
1. Nilai tumbukan dicatat 3x tiap masuk 15 cm (N0, N1,
N2).

2. Dimana jumlah tumbukan pada kedalaman 15 cm


pertama (N0) tidak diperhitungkan sebagai koreksi
perhitungan karena ada reruntuhan dan kontaminasi
pada lubang bor

3. Nilai N = N1 + N2.
N diplot ke SPT
N = 2+2 = 4 Chart

N0 N1 N2 N
Tanah Kasar Tanah Halus
Nilai N Kepadatan Nilai N Kekerasan

(Relative Density) (Consistency)

0–2 Very soft


0–4 Very loose

2–4 Soft
4 – 10 Loose
4–8 Medium stiff
10 – 30 Medium
8 – 15 Stiff
30 – 50 Dense
15 – 30 Very stiff

 50 Very Dense
 30 Hard
Sondir
Pendahuluan dan Teori Singkat

• Sondir dilakukan
minimal 3 (tiga)
titik di areal darat
dengan kedalaman Areal Darat
pengujian masing-
S1
masing titik hingga S2

diperoleh nilai qc >


BH 1
250 kg/cm2

S3
Causeway
63

CONTOH
SONDIR CHART
LAB TEST RESULT (BH.01)
LAB TEST RESULT (BH.02)
DATA TEST LABORATORIUM
67

PERANCANGAN TEKNIS
FASILITAS PELABUHAN
PERENCANAAN PONDASI DERMAGA

• Pemilihan Pondasi dermaga,


mempertimbangkan :
▫ Kondisi tanah di lokasi dermaga
▫ Penggunaan dermaga
• Pondasi dermaga
▫ Struktur gravitasi : dinding
penahan tanah, caissons,
dinding beton, cellular
cofferdam
▫ Sheet pile
▫ Slurry wall method
▫ Struktur terbuka, dengan tiang
pancang baja/beton
• Letak lokasi terhadap zona gempa
Pemilihan Pondasi Tiang
LENGTH (M) DESIGN LOAD( TM )

File Type Extra Extra


Short Medium Long Low Medium Heavy
Long Heavy
<21 21-39 39-60 <27 27-90 90-270
60-105 90-2700
Steel H
• • • • • • •
Steel open-end
• • • • • • • •
Stell closed-
end (with • • • • • •
concrete)
Prestressed
concrete • • • • • • •
Wood
• •
Precast
concrete • • • •
ABILITY TO WITHSTAND ABILITY TO PENETRATE
HARD DRIVING DENSE STRATA
(In order of decreasing ability) (In order of decreasing ability)

1. Steel H and open-end pipe (>0,9 cm thickness) 1. Steel H and open-end pipe
2. Prestressed concrete, unspliced 2. Prestressed concrete, unspliced
3. Closed-end (>0,9 cm thickness) 3. Closed-end pipe (depends on wall
4. Closed-end pipe (<0,9 cm thickness) thickness)
5. Prestressed concrete, spliced 4. Prestressed concrete, spliced (splicing is
6. Wood questionable)
5. Wood
PERENCANAAN PONDASI N SPT

TIANG PANCANG
> 60

Gaya Aksial, 0m
diperoleh dari
Modelling (ton)

10 m
Gaya Lateral
diperoleh dari Tiang
pancang/
kondisi tanah sheet pile
20 m

24 m

Daya Dukung
tanah
Kedalaman akhir tiang
pancang setelah
mencapai tanah keras
pada 24 m di bawah sea
bed
PERENCANAAN DERMAGA
Faktor – faktor yang harus diperhitungkan :
1. Kondisi Fisik
a. Topografi dan
Bathimetri. 2. Operasional
Pelabuhan
b. Gelombang.
a. Dimensi kapal (panjang,
c. Arus. lebar, draft).
d. Pasang surut. b. Manuver kapal. 3. Ekonomis
e. Sedimentasi. c. Lalu lintas kapal. a. Jenis konstruksi.
f. Meteorologi, angin, d. Operasi bongkat muat.
hujan,temperatur. b. Material konstruksi.

g. Geologi dan mekanika c. Peralatan konstruksi.


tanah.
d. Kemampuan pelaksana
konstruksi
Standar perencanaan yang dapat digunakan :
1. Standar Rencana Pelabuhan 6. Struktur Bangunan Pantai
a. Japan Standard for Ports and a. Rekomendasi dari Komite Untuk Struktur
Bangunan Pantai (EAU 1980), Edisi 4.
Harbours.
b. Shore Protection Manual (SPM)
b. Technical Standards And c. Coastal Engineering Manual (CEM).
Commentaries For Port and
Harbour Facilities in Japan, 2002. 7. Pengurugan, Reklamasi dan Pondasi
a. American Society for Testing and Materials (ASTM).
b. Metode pengujian untuk mendapatkan kepadatan
2. Konstruksi Beton tanah maksimum dengan kadar air optimum SNI 03-
2832-1992
Tata cara perhitungan beton untuk c. Cara uji potensi penyumbatan sistem tanah
Bangunan Gedung SNI-03-2847- geotekstil dengan menggunakan rasio gradien ( SNI
2002 6423:2008)
Tata cara perhitungan ketahanan
gempa untuk bangunan gedung 8. Konstruksi Jalan
SNI-03-1726-2002 a. Spesifikasi Teknis Standar – Jalan
3. Konstruksi Baja Raya.
a. Tata Cara Perencanaan b. AASHTO.
Bangunan Baja Untuk Gedung, 9. Pembebanan
SNI 03-1729-2002 Tata cara perhitungan beton untuk
b. ASTM A 96 – 81, Material Baja. Bangunan Gedung SNI-03-2847-2002
4. Konstruksi Kayu 10. Beban Gempa
Peraturan Konstruksi Kayu Tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk bangunan gedung SNI-03-
PEMODELAN DERMAGA DENGAN PROGRAM SAP 2000
Program SAP 2000 dapat digunakan
untuk perencanaan tiang pancang,
balok, plat dan konstruksi lainnya.
Contoh pemodelan dermaga dengan
SAP2000 V14, Dermaga Deck on Pile
yang dimodelkan dengan dimensi
sebagai berikut:
1. Dermaga Deck On Pile Ukuran
21.5 m x 8 m
2. Tinggi tiang pancang dengan
fixity point = (4.5+3.45+5)= 12.95
13 m
3. Pelat lantai dengan tebal 250 mm
(4m x 3m)
4. Tiang pancang baja diameter 508 Pemodelan Dermaga
mm dengan tebal 12 mm
5. Balok ukuran 400 mm x 700 mm
PERENCANAAN
FENDER
• Diasumsikan Kapal dianggap bermuatan penuh
• Kapal merapat dengan sudut 10°
• Energi yang diserap Fender dan dermaga diambil = ½ E, sehingga kerja yang
dilakukan dermaga:
1
K F d
2

• Gaya Reaksi Fender dihitung :


1 1
E  F d
2 2

1 W 1
 V 2   F  d
2 g 2

F
W
V 2 Dengan:
2 g d F : Gaya bentur yang diserap sistem Fender
d : Defleksi Fender
V : Kecepatan arus arah tegak lurus sisi
dermaga (m/d)
W : Bobot Kapal bermuatan penuh
76

Perencanaan mooring/tambat

165 ton bollard at 40 ft

• 85 ton bollards spaced


at 120 ft
TABEL BOLLARD TERHADAP UKURAN
KAPAL

• Besarnya Gaya Tarikan Kapal


• Besarnya Gaya Tarikan Kapal
diasumsikan bekerja bersama-sama
dalam arah vertikal
Detile Dermaga

Dermaga yang direncanakan memiliki data


sebagai berikut :
Dimensi : (70 x 8) m2 2 Segmen
Elevasi Lantai : +4.00 m
Lantai : Beton Fc’ 35 Mpa, t= 32 cm
Balok 400x700 : Beton Fc’ 35 Mpa
Poer : Beton Fc’ 35 Mpa
Tiang Pancang : SPP Ø457,2 mm t = 12 mm
Detile Trestle
 Kriteria Perencanaan

Trestle yang direncanakan memiliki data sebagai berikut :


Dimensi : (70 x 8) m2
Elevasi Lantai : +4.00 m
Lantai : Beton Fc’ 35 Mpa, t= 25 cm
Balok 400x700 : Beton Fc’ 35 Mpa
Poer : Beton Fc’ 35 Mpa
Tiang Pancang : SPP Ø457,2 mm t = 12 mm

 Model Struktur

3
DENAH TRESTLE 2
SKALA 1:200
Struktur Dermaga
• Struktur Dermaga
direncanakan bagian atas
beton dengan pondasi tiang
pancang baja
• Perencanaan Pondasi
Dermaga dianalisa dengan
modeling dari aplikasi
program struktur (mis.
SAP2000, STAAD)

Lantai Dermaga Balok, Pile


: Beton Jacket, Pile
Head : Beton

Pondasi
Tiang
Pancang
Baja
81

KRITERIA USULAN PEMBANGUNAN


FASILITAS PELABUHAN
82
KRITERIA PROGRAM RENCANA USULAN
PEMBANGUNAN FASILITAS DAN PERALATAN
PELABUHAN

• PEMBANGUNAN
• REHABILITASI / PEMELIHARAAN
• PENGEMBANGAN
• LANJUTAN
83
PROGRAM DUK DAN DUP FASILITAS
PELABUHAN BERDASARKAN SKALA
PRIORITAS
• PEMBANGUNAN
 KEGIATAN OPERASIONAL PELABUHAN 3 TAHUN
TERAKHIR (B/M, N/T PENUMPANG, JUMLAH KUNJUNGAN
KAPAL (PELRA, PERINTIS, LOKAL)
 DATA EXISITING STATUS LOKASI
 LAY OUT
 GAMBAR DESAIN, RKS, RAB
 RINGKASAN PROYEK

• REHABILITASI / PEMELIHARAAN
 FOTO KERUSAKAN
 JENIS KERUSAKAN  BERAT / RINGAN
 ITEM KERUSAKAN
 LAY OUT
 DESAIN/RKS/RAB
 EVALUASI KERUSAKAN
84

• PENGEMBANGAN
DATA EKSISTING FASILITAS PELABUHAN
CARGO FORECAST
TINGKAT KINERJA PELABUHAN
UKURAN KAPAL YANG DILAYANI
GAMBAR DESAIN/RKS/RAB

• LANJUTAN
KEGIATAN YANG DIBANGUN PADA TAHUN TERSEBUT
KEGIATAN YANG AKAN DITAMBAH UNTUK
DIOPERASIONALKAN
LAY OUT
GAMBAR DESAIN/RKS/RAB
85

STANDAR HARGA SATUAN


YANG DIBUTUHKAN DALAM PENYUSUNANDUP
• HARGA DINAS PEKERJAAN UMUM
KECAMATAN
KABUPATEN
KOTAMADYA

• HARGA PASAR

• HARGA LOKASI SETEMPAT


86

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN


PERAWATAN FASILITAS PELABUHAN
87

PROGRAM PEMELIHARAAN FASILITAS


PELABUHAN
• TUJUAN
MEMPERTAHANKAN KEAMANAN DAN FUNGSI
FASILITAS PELABUHAN

• SASARAN
MENGEMBALIKAN BAGIAN YANG RUSAK
KEMBALI KE KEADAAN ASLINYA
MEMPERBAIKI BAGIAN YANG RUSAK SEHINGGA
KERUSAKAN LEBIH LANJUT DAPAT DIHINDARI
TINDAKAN DARURAT UNTUK MENJAMIN
KESELAMATAN
88
PERAWATAN PRASARANA PELABUHAN

• KRITERIA PERAWATAN
PEMERIKSAAN BERKALA DAN MENDADAK
UNTUK MENEMUKAN BAGIAN-BAGIAN RUSAK
MELALUI PEMERIKSAAN VISUAL
EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN SERTA
KEPUTUSAN AKAN KEBUTUHAN PERBAIKAN
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
o PERAWATAN UNTUK PENCEGAHAN ATAU
PERLAMBATAN KERUSAKAN
o PERBAIKAN KECIL (PARSIAL)
o REHABILITASI
o PERBAIKAN MENYELURUH
89

PERAWATAN PRASARANA PELABUHAN


• DATA-DATA YANG DIPERLUKAN
AS BUILT DRAWINGS
KEADAAN LINGKUNGAN (TEMPERATUR,
KELEMBABAN, SINAR MATAHARI,
GELOMBANG, ARUS DAN LAIN-LAIN)
CATATAN PERKEMBANGAN KONDISI
FASILITAS PELABUHAN
PENYEBAB KERUSAKAN
STATUS KERUSAKAN
90

PENGAWASAN PEMBANGUNAN
FASILITAS PELABUHAN
91

• MAKSUD DAN TUJUAN


UNTUK MENJAMIN KELANCARAN PELAKSANAAN ANGGARAN
PEMBANGUNAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL
PERHUBUNGAN LAUT KHUSUSNYA DI DIREKTORAT
PELABUHAN DAN PENGERUKAN SEBAGAI ATASAN
LANGSUNG PEMIMPIN PROYEK / BAGIAN PROYEK UNTUK
TAHUN ANGGARAN 2002

• MEKANISME PENGENDALIAN
 ATASAN LANGSUNG PROYEK-PROYEK FASILITAS
PELABUHAN ADALAH DIREKTUR PELABUHAN DAN
PENGERUKAN
 DIRPELPENG BERKEWAJIBAN MEMBERIKAN ARAHAN DAN
BIMBINGAN DALAM HAL TEKNIS PELAKSANAAN
PEKERJAAN FISIK BAIK BERUPA STANDAR DESAIN
FASILITAS PELABUHAN, STANDAR PELAKSANAAN
PEKERJAAN FASILITAS PELABUHAN
92

• RENCANA KERJA
1. DALAM LAPORAN PERSIAPAN PROYEKNYA,
PEMPRO/PEMBAGPRO MENYIAPKAN RENCANA KERJA
PROYEK SELAMA SATU TAHUN YANG MELIPUTI:
 BARCHART / NETWORK PLANNING DAN KURVA S
 ORGANISASI DAN SK PENGANGKATANPERSONIL PROYEK
 SK PEMBENTUKAN PANITIA PELELANGAN
 WAKTU PELAKSANAAN PELELANGAN (TANGGAL RENCANA
PELELANGAN, KONTRAK, PELAKSAAAN PROYEK, SERAH
TERIMA DAN LAIN SEBAGAINYA

2.SELAMA MASA PELAKSANAAN PEKERJAAN, PEMPRO /


PEMBAGPRO MEMBUAT:
 LAPORAN BULANAN SECARA TERTULIS (BESERTA FOTO
PELAKSANAAN PEKERJAAN) YANG DISAMPAIKAN KEPADA
SEKJEN DEPHUB DENGAN MEMBERIKAN TEMBUSANNYA
KEPADA DIRPELPENG
 LAPORAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KHUSUSNYA
MENGENAI PERMASALAHAN YANG TERJADI DI LAPANGAN
93
3.SETELAH PELAKSANAAN PEKERJAAN FISIK SELESAI,
PEMPRO / PEMBAGPRO MELAKSANAKAN SERAH
TERIMA PROYEK YANG DILENGKAPI DENGAN:
 FOTO-FOTO SELAMA PELAKSANAAN PROYEK
 RIWAYAT PEKERJAAN
 AS BUILT DRAWING

4. MONITORING FASILITAS PELABUHAN LAUT


 PEMPRO / PEMBAGPRO MENYAMPAIKAN LAPORAN
BULANAN SETIAP BULAN SEBELUM TANGGAL 10 BULAN
BERIKUTNYA. LAPORAN TERSEBUT BERUPA DATA
PROYEK, KEMAJUAN FISIK DAN KEUANGAN, SERTA
FOTO-FOTO PELAKSANAAN.
 PEMPRO / PEMBAGPRO MENYAMPAIKAN
HAMBATAN/KESULITAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JIKA
DIBUTUHKAN. JIKA DIRASAKAN PERLU MAKA DIADAKAN
RAPAT PEMBAHASAN ATAU PENINJAUAN LANGSUNG KE
LAPANGAN
 PEMPRO / PEMBAGPRO MENYAMPAIKAN DOKUMEN
KONTRAK KEPADA DITPELPENG
94
DESIGN KONSTRUKSI STANDAR
Latar Belakang
1. Kualitas pelaksanaan tidak konsisten
2. Langkanya tenaga untuk supervisi dan tenaga skill
3. Kesulitan/langkanya material batu ukuran besar
4. Belum adanya standar untuk konstruksi dermaga

Tujuan
5. Meningkatkan mutu perencanaan
6. Meningkatkan mutu pelaksanaan
7. Keandalan hasil konstruksi

Konsep Dasar
8. Strength
9. Durability
95
DESIGN KONSTRUKSI STANDAR
Unsur Unsur DKS
1. Material mutu beton tinggi a.1. :
Daya tahan pelapukan beton terhadap air laut
2. Material precast : Lantai dan balok
3. Prefabricated : prestressed spun pile
4. Kubus kubus beton untuk breakwater/talud

Sasaran
Tahap awal : Pelabuhan kecil/terpencil
Tahap berikut : Pelabuhan lain yang diusahakan
Tahap jangka panjang : Standarisasi seluruh pelabuhan di Indonesia
96
PEDOMAN TEKNIS RANCANG BANGUN
DESAIN KONSTRUKSI STANDAR (DKS)
• DIPERUNTUKKAN UNTUK DERMAGA LOKAL DAN PERINTIS
• BAGIAN KONSTRUKSI YANG DISTANDARKAN SEBAGAI BERIKUT :
 Mutu beton fc’ = 35 Mpa (Untuk lantai, balok, poer, selimut
tiang pancang)
 TIANG PANCANG TERDIRI DARI :
 Spun Pile (Prestress Concrete Spun Pile)
ø 40 Tebal 8 cm ø 45 Tebal 10 cm
 Steel Pipe
ø 40 T = 9 mm & 12 mm
ø 45 T = 9 mm & 12 mm
 Konstruksi lantai dermaga sebaiknya kombinasi dari precast
dan cast in situ
 Batu pelindung pada konstruksi Causeway / Talud terdiri dari
blok blok beton atau batu pecah/belah
97
PEDOMAN TEKNIS RANCANG BANGUN
DESAIN STANDAR PELRA
• DIPERUNTUKKAN UNTUK DERMAGA PELAYARAN RAKYAT,
TERUTAMA YANG LOKASINYA TERLETAK DI SUNGAI ATAU DAERAH
TERLINDUNG.
• BAGIAN KONSTRUKSI YANG STANDAR ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
 Lantai dari kayu
 Balok dari kombinasi kayu dan baja profil
 Tiang dari baja profil (H Beam/WF, I, dan lain lain)
STANDARISASI TERMINAL PENUMPANG
• UNTUK MENJAMIN KELANCARAN, KENYAMANAN, KEAMANAN, DAN
TURUN NAIK PENUMPANG.
• DENGAN MEMPERHATIKAN 4 ASPEK, YAITU :
 Tata ruang menjamin kelancaran arus turun naik penumpang
 Petunjuk-petunjuk arah (Grafic Sign)
 Bercirikan arsitektur daerah setempat
 Kemudahan Angkutan antar moda
• DESAIN KONSTRUKSI MEMPERHATIKAN SIRKULASI UDARA DENGAN
DINDING SEDAPAT MUNGKIN TRANSPARAN
98
PERSETUJUAN TEKNIS GAMBAR DESAIN DAN RKS
Dokumen pelelangan desain dan RKS terdiri dari :
1. Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS)
a. Administrasi
b. Spesifikasi teknis
2. Gambar-gambar detail Design
(dicantumkan nama dan tanda tangan penanggung jawab)
3. Bill of Quantity

Catatan :
4. Dokumen pelelangan diajukan rangkap 3 (tiga)
5. Desain dilampiri dengan :
a. Hasil survey hydrografi, topografi dan soil investigation (soundir dan
boring)
b. Perhitungan konstruksi untuk design yang tidak standar dan konstruksi
berat (dermaga, trestle, talud H > 2 M. dan sebagainya)
c. Perhitungan dimensi tiang dan final set berdasarkan beban rencana dan
soil investigation (sondir dan boring) untuk konstruksi tiang pancang
99

FORMAT SURAT
PENGAJUAN
100
LAPORAN PROYEK
1. PEMPRO harus membuat laporan kepada DIRJEN
HUBLA sesuai dengan ketentuan dalam KM No.48
tahun 1995 antara lain :
- Laporan Kesiapan Proyek
- Laporan Bulanan
- Laporan Triwulan
- Laporan posisi keuangan per 31 Desember
2. Laporan bulanan supervisi
(lihat slide supervisi proyek FASPEL)
3. Laporan harus disampaikan lugas, akurat dan tepat
waktu
101

LAPORAN BULANAN KONSULTAN


PENGAWAS/SUPERVISI
1. Kemajuan pelaksanaan fisik
2. Hambatan/permasalahan
3. Evaluasi mutu pekerjaan dan waktu
4. Saran dan tindak lanjut

Lampiran :
- Foto-foto kemajuan fisik
- Berita acara pengukuran, pemancangan,
pengecoran, pengetesan, dan lain-lain
102

SERAH TERIMA OPERASIONAL


Dasar :
SE. 21 tahun 2001 Tentang :
Pelaksanaan proyek-proyek pembangunan di
daerah dan mekanisme kerja UPT Pusat di daerah.

KEPMENHUB KP. 141.A tahun 2001 Tentang :


Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan Barang
Milik/kekayaan Negara di Lingkungan DEPHUB.
103
SERAH TERIMA OPERASIONAL
Kelengkapan :
- Surat pengajuan dari PEMPRO ke atasan langsung PEMPRO
(DITJEN HUBLA)
- Berita Acara Serah Terima Pekerjaan ke I
- Berita Acara Serah Terima Pekerjaan ke II
- Berita acara Tim Pemeriksa DITJEN HUBLA
- Foto-foto proyek 0 – 100% dan foto-foto bagian yang
penting/strategis
- Uraian singkat pelaksanaan proyek
- Berita acara Serah Terima Hasil Proyek untuk dipergunakan dalam
tugas-tugas beserta lampiranyya (format standar dari DITJEN
HUBLA).
Kriteria Proyek :
< 2 : Atasan Langsung (DIRPELPENG)
2 – 5 : DIRJEN HUBLA
5 M : Menteri Perhubungan
104
PERLENGKAPAN DERMAGA
1. Bollard (bolder)
- terbuat dari baja cor
- diletetakkan di atas dudukan setebal 10 cm dari
permukaan lantai dermaga
- dimensi
2. Cleat
- terbuat dari ring baja
- diletakkan diantara bolder
- dimensi
3. Fender
- fender kayu : mutu kayu kelas I
- fender ban : ban truk keadaan masih baik minimum 1
diameter 1,99 cm tebal 20 cm
- rubber fender : memenuhi standar JIC K – 6301 atau SII 2281 –
1988
- Pasang surut
- dimensi
4. Kanstin
- beton dengan tulangan menyatu dengan lantai dermaga
- kayu untuk lantai dermaga kayu (beton)
105
PEMANCANGAN
1. Alat pancang diesel/steam hammer dengan berat ram
= 1/3 tiang.
2. Penentuan titik pancang/deviasi
3. Test Pile
4. Harus mencapai final set/daya dukung yang
diinginkan cek dengan dynamik dan static formula
5. Pencatatan kalendering
106
TIANG PANCANG PIPA BETON PRATEKAN
Tiang pancang pipa beton pratekan yang digunakan
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Mutu beton fc’ = 60 Mpa
- Tegangan putus kawat beton pratekan = 180 kg/mm2.
- Mutu tulangan baja spiral U-24
- Sistem sambungan menurut standar produksi pabrik
yang disetujui direksi
- Syarat minimum dimensi tiang : dia = 450 mm tebal
dinding = 80 mm
107
TIANG PANCANG PERSEGI DARI BETON
BERTULANG
• Tiang pancang persegi dari beton bertulang yang
digunakan harus memenuhi syarat syarat sebagai
berikut :
- Mutu beton fc’ = 60 Mpa
- Mutu baja tulangan utama (DIA > = 16 mm) U 39
- Sistem penyambungan tiang mengikuti standar
produksi pabrik (kalau ada) atau sistem menurut
usulan kontrak yang harus disetujui direksi
- Syarat minimum penampang tiang 400 x 400 mm2
108
TIANG PANCANG BAJA
- Standar JIS G.3444 : 2 STK.41
- Perhitungan dimensi tiang, final set berdasarkan beban
gempa rencana dan soi investigation (sondir dan boring)
- Lapisan anti karat/coating dengan coalter epoxi sebanyak
3 kali, t = 75 mikron
- Penyimpanan tiang : aman dari karat (tidak boleh
berhubungan langsung dengan tanah, air laut) tinggi
tumpukan maksimum 3 lapis.
- Selimut beton :
Bagian ujung bawah : 50 cm dari LWS
Bagian kepala tiang : 30 cm masuk ke dalam poer
- Corrosin rate : 0,2 – 0,3 mm/year
- Dimensi : Diameter minimum 50 cm
tebal 9 mm
109
Sepatu Tiang
Letak : Ujung bagian bawah tiang pancang
Fungsi : Menembus lapisan lensa tanah padat atau
lapisan batu / karang (SPT ≥ 40)
Bahan : Baja mutu STK 41
Bentuk : Profil H.I atau pelat baja
Sistem penyambungan : dengan cara las (ujung bawah tiang
harus
dipasang pelat sambung dan sepatu tiang
dilas terhadap pelat tersebut)
PEMANCANGAN TIANG (BEARING CAPACITY) 110

• Static Formula
 Sandy Soil
Ru = 30 N.Ap + 0,2 Ns As
N : Nilai SPT dari lapisan tanah pada ujung tiang
Ap : Luas ujung tiang (m2)
As : Luas dinding tiang yang masuk ke dalam
tanah
Ns : Nilai rata rata N (SPT) yang terletak pada bidang
geser
Ns : (N1 + N2)/3
N1 : nilai SPT di ujung tiang
N2 : nilai SPT lapisan tanah dari ujung s/d > 4B

 Cohessive Soil
R = 6 Cp.Ap + Ca.As
PEMANCANGAN TIANG (BEARING CAPACITY) 111

• Dinamic Formula (Hiley Formula)

eff : Efisiensi diesel hammer


Wr : Berat hammer (1/3 Wp) (ton)
Wp : Berat tiang pancang (ton)
H : Tinggi Jatuh (cm)
e : Koefisien restitusi dari tiang (0,5)
c : rebound (cm)
Sr : Final set (cm/pukulan)
Ru : daya dukung (ton)
112
PENCATATAN KALENDERING
Selama pemancangan harus dilakukan pencatatan kalendering yang meliputi :
a. Tanggal dan hari pemancangan
b. Nomor atau posisi tiang
c. Panjang tiang sebelum dipancang
d. Ukuran penampang
e. Tipe Hammer
f. Berat Ram
g. Elevasi dasar tanah pada titik pancang
h. Tiang masuk ke dalam tanah tanpa dipukul
i. Jumlah pukulan/strokes per interval benaman (pukulan per interval 100 cm,
50 cm, 25 cm)
j. Elastic Compression (cm)
k. Rebound (cm)
l. Tinggi jatuh hammer (cm)
m. Total panjang tiang pancang masuk ke dalam tanah/seabed.
n. Elevasi ujung atas tiang sebelum dipotong
o. Cutting level
p. Penyimpangan posisi/kemiringan tiang dari rencana
q. Hal-hal khusus yang ditemui waktu pemancangan
r. Daya dukung tiang berdasarkan Hiley Formula
113

CONTOH
LAPORAN
PEMANCANGAN
114

CONTOH LEMBAR
PENCATATAN
HASIL
PEMANCANGAN
115

PILE DRIVING
RECORD (FORM-
1)
116

PILE DRIVING RECORD (FORM-2)


117
CONTOH LEMBAR
PENCATATAN
PELAKSANAAN
PENGELASAN
118
TALUD
Jenis Konstruksi
1. Pasangan batu kosong (Slope V : H = 1 : 2)
2. Pasangan Batu Kali Spesi PC : PS = 1 : 3 (Slope V : H = 1 : 1 atau 1 : 1,5)
3. Beton
4. Kombinasi 1,2, dan 3
Persyaratan Teknis
5. Pasang surut : elevasi
6. Gelombang dan arus dimensi-dimensi
7. Metode pelaksanaan (sequence)
8. Lokasi harus dibersihkan dari lumpur dan bahan-bahan organik
9. < + cm LWS – batu kosong
> + cm LWS – pasang batu kali/beton
6. Dilengkapi lubang-lubang drainase dari PVC
7. Dimensi batu kosong 10 – 25 kg/buah s/d 25- 40 kgbuah untuk konstruksi
lap[isan dalam 40 – 60 kg/buah untuk lapisan luar
8. Filter cloth antara talud dan material urugan
9. Pelindung talud dengan armour rock
10. Anti scouring dengan armour rock 40 – 60 kg/buah minimal lebar 3 m
11. Dilatasi setiap 5 m
119
CAUSEWAY/BREAKWATER
1. Tipe konstruksi rubblemound
2. Konstruksi terdiri dari :
- Batu Pelindung (armor rock)
Terbuat dari blok beton/batu alam
(sesuai kebutuhan)
- Lapisan filter (filter rock)
dimensi 10 – 60 kg
- Quarry run, pasir atau timbunan tanah
- Filter Cloth
120
CAUSEWAY/BREAKWATER
3. Penentuan berat batu dan batu pelindung dipakai rumus
empiris Hudson

W = Berat satu unit batu pelindung


Wr = Berat Jenis (lbs/ft3)
H = Tinggi gelombang rencana (ft)
Ww = Berat jenis air, Air tawar = 62,4 lbs/ft3
Air laut = 64 lbs/ft3
Sr = Wr/Ww spesifik gravity relatif
ø = Sudut kemiringan konstruksi
Kd= Koefisien kerusakan, tergantung dari kekerasan
permukaan, ketajaman sisinya dan derajat interlocking
121
ARMOR ROCK
1. Fungsi pemecah gelombang
2. Cetakan dengan batu kali dan 60% beton.
3. Penempatan blok beton pada bagian yang
mendapatkan pengaruh gelombang/arus lebih
besar agar lebih banyak daripada bagian yang
pengaruh gelombang kecil
4. Penempatan pada dinding talud minimal 2 lapis
sampai pada elevasi HWS
5. Dilengkapi pengait untuk memudahkan
penempatan
6. Diberi nomor urut
122

ARMOR ROCK
Akmon Cube

Dolos Tetrapod
123
URUGAN
Bahan/Material
1. Pasir/tanah (non cohesive)
2. Campuran pasir dengan batu (sirtu)

Persyaratan Teknis
3. Kandungan lempung max 20% (hasil test lab)
4. Berat batu 0,5 – 10 Kg/buah (untuk sirtu)
5. Ber-gradasi baik (dari hasil test lab)
6. Sumber material diusahakan dekat lokasi proyek
7. Alat pemadat berat 8 12 ton, untuk bagian-bagian tertentu menggunakan
stemper.

Tahapan Pelaksanaan
8. Pato-patok referensi
9. Pembersihan/penyingkiran lumpur, bahan-bahan organic
10. Pengurugan material berlapis-lapis dengan ketebalan 30 – 50 cm
11. Pemadatan tiap lapis
12. Antisipasi Konsolidasi
124

KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN

• D1 = Surface Cource

• D2 = Base Course

• D3 = Sub Base Course

• Sub Grade

• Surface Cource; CBR 95-100%


• Base Course; CBR 70-80%
• Sub Base Course; CBR 20-30%
• Sub Grade; CBR 3-5%
125
PAVING STONE (INTERBLOCK)
1. Sub Grade : bersih dari humus dan zat organic
2. Sub Base :
Lapangan penumpukan
- Lean Concrete CBR 70% – 80%
Jalan /trotoar
- Sirtu CBR 60 – 70%
3. Sand Bedding : kadar air 10%
4. Mutu beton paving stone
- Jalan dan lapangan penumpukan K-300
- Trotoar K-225
5. a. pemadatan Pertama ; Kanstin harus menjepit paving
stone
b. Sand Filter ; Pasir harus kering
c. Pemadatan Kedua ; dilakukan 2 -3 lintasan
126

POTONGAN MELINTANG JALAN


TERMINAL PENUMPANG 127

1. Perencanaan mengikuti konsep aliran turun/naik


penumpang.
2. Letak dekat dengan dermaga
3. Bentuk bangunan sedapat mungkin mengikuti arsitektur
daerah.
4. Transparan.
5. Tinggi bangunan dan ventilasi menjamin sirkulasi udara.
6. Dilengkapi dengan tanda-tanda/graphic sign.
7. Bila bangunan di atas urug diberi pondasi tiang.
8. Kelengkapan ruang minimal :
- Ruang tunggu/pengantar
- Toilet
- Kantin
9. Kemudahan Intermoda.
10. Lapanmgan Parkir.
128
GUDANG
1. Pondasi
- Kedalaman > 2 m ; pondasi pelat setempat balok memanjang/melintang B = 0,15 m dan H =
0,2.
- Kedalaman > 1,5 m ; pondasi batu kali slope/balok B = 0,15 dan H = 0,2 m
2. Kolom
- Baja profil H
- Beton
3. Lantai (peil lebih tinggi dari peil lantai bagian lain
4. Ventilasi :
- Sirkulasi udara masuk 60%
- Sirkulasi udara keluar 40%
5. Pencahayaan matahari :
- Cahaya masuk 75%
- Cahaya keluar 25%
6. Atap bentangan > 17 m ; Konstruksi baja
Atap bentangan < 17 m ; konstruksi kayu
Pemilihan material efisiensi biaya konstruksi
7. Penerangan lampu secukupnya
8. Pintu Gudang :
- Pintu dorong
- Pintu gantung
129
INSTALASI AIR
1. - Bentuk : lower reservoir
- Konstruksi beton bertulang kedap air ;
Alternatif baja/pasangan batu kali
2. Kapasitas bak minimal 200 m3 dengan kapasitas
pompa 50 ton/jam.
3. - Dilengkapi dengan instalasi ke dermaga
- Harus jelas sumber air/debit input
4. Dilengkapi perhitungan input/output dan
perhitungan konstruksi
5. Harus dilengkapi dengan testing pipa
130
INSTALASI LISTRIK
1. Tipe/material tiang :
- Di darat : Tiang beton
- Di dermaga : Tiang baja galvanized
2. Posisinya harus diperhatikan jangan mengganggu
operasional.
3. Tinggi llampu, wattage, disesuaikan dengan
kebutuhan.
4. Ground cable.
5. Menurut standar PLN (Jaringan Instalasi dan
Peralatan).
6. Dilakukan testing hidup instalasi sebelum.
131
SALURAN/DRAINASE
1. Konstruksi : beton (precast)
2. Pasangan batu kali dengan spesi mutu beton K-300
3. Kemiringan/slope = 1 : 250 s/d 1 : 500
4. Lebar dasar minimal 50 cm
5. Dimensi Saluran
- Curah hujan
- Debit air buangan
6. Dinding Saluran
- Tegak
- Miring (2:1 ; 1,5:1)
7. Bak Kontrol
- Tikungan
- Tiap pertemuan saluran
- Setiap 25 m
132
PAGAR
1. Tipe : - transparan
- Massif (bila diperlukan)
2. Tinggi/dimensi : 2,5 – 3 m.
3. Kolom tiap 3 meter dan harus diangker terhadap
pondasi.
4. Dibuat sloof dan ring balok
133

SERTIFIKASI FASILITAS DAN


PERALATAN PELABUHAN
134

SERTIFIKASI
PERALATAN PELABUHAN
SESUAI
SKB DIRJEN PERHUBUNGAN LAUT DAN DIRJEN BINAWAS
DEPNAKER
N0.KEP.507/BW/1999 dan NO.PP.713/9-99 TANGGAL 21
DESEMBER 1999

TENTANG PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN PESAWAT ANGKAT


DAN ANGKUT
PESAWAT UAP, DAN BEJAN TEKAN DI KAPAL DAN PELABUHAN
135
LATAR BELAKANG
• Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan
disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dankegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau
bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi.
• Performansi/kinerja pelabuhan sangat dipengaruhi oleh tersedianya
fasilitas yang memadai, alat bongkar muat di kapal maupun di
pelabuhan serta SDM yang terampil
• Sesuai Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 2001 tentang
Kepelabuhan dan KEPMENHUB No.54 Tahun 2002 tentang
penyelenggaraan Pelabuhan Laut, Pemerintah memiliki kewajiban
melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pencapaian
kinerja di pelabuhan
136
MAKSUD DAN TUJUAN
a. Melaksanakan Undang Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamtan
kerja melalui pelaksanaan Keputusan Bersama antara Dirjen
Perhubungan Laut dengan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan, Depnaker Nomor:PP.72/3/9-99 dan
Kep.507/BW/1999 tanggal 21 Desember 1999, tentang Pemeriksaan dan
Pengujian terhadap pesawat angkat dan angkut, pesawat uap dan bejana
tekan yang berada di kapal dan pelabuhan.
b. Para penyelenggara/pengelola pelabuhan serta pengguna jasa di
pelabuhan memahami secara benar bahwa kinerja pelayanan kapal dan
barang di pelabuhan sangat dipengaruhi oleh pesawat angkat dan angkut,
baik yang berada di kapal maupun di pelabuhan serta SDM yang terampil.
c. Pengoperasian pesawat angkat dan angkut di pelabuhan harus mengacu
kepada Safe Working Load (SWL) yang ditetapkan oleh pabrik pembuat,
agar kondisi tersebut dapat terjamin, hanya dapat dilakukan melalui
pengujian atau sertifikasi.
d. Dengan kesiapan operasi pesawat angkat dan angkut di pelabuhan
diharapkan dapat menjamin produktivitas bongkar muat sehiongga
standar d kinerja pelayanan operasional pelabuhan yang telah ditetapkan
tercapai.
137
DASAR HUKUM
1. Undang-undang No.21 tahun 1992 Tentang Pelayaran.
2. Undang-undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3).
3. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.54 Tahun 2002
Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut.
4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor.KM 55 Tahun 2002
Tentang Pengelolaan Pelabuhan Khusus.
5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 1993
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan.
6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.67 Tahun 1999
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Administrator Pelabuhan.
7. Surat Keputusan Bersama DIRJEN Perhubungan Laut dan Dirjen
Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan Nomor : PP.72/3/9-99 dan Kep.507/BW/1999
tanggal 21 Desember 1999 Tentang Pemeriksaan dan Pengujian
Terhadap Pesawat Angkat dan Angkut, Pesawat Uap dan Bejana
Tekan yang Berada di Kapal dan Pelabuhan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)138
DASAR HUKUM :
Undang-Undang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara
No.1 Tahun 1970)

TUJUAN :
Melindungi Keselamatan :
 Tenaga Kerja
 Orang lain yang Berada di Tempat Kerja
 Sumber-Sumber Produksi
 Proses Produksi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)139
PENGERTIAN K3 :
Upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang bertalian dengan :
• Keadaan mesin, pesawat, alat kerja, bahan-bahan
dsb.
• Lingkungan Kerja.
• Sifat Pekerjaan.
• Cara Kerja.
• Proses Produksi.
PELIMPAHAN KEWENANGAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DAN 140
PENGUJIAN

1. Sesuai SKB DIRJEN HUBLA dan DIRJEN Pembinaan Hubungan


Ketenagakerjaan, DITJEN HUBLA diberi wewenang untuk
melaksanaan pemeriksaan dan pengujian pesawat angkat, angkut
dan bejana yang berada di kapal dan di pelabuhan.
2. Dalam pelaksanaannya dapat dilaksanakan oleh Badan Hukum
Indonesia yang memenuhi persyatatan sebagai berikut :
a. Memiliki tenaga ahli di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja, perkapalan, fasilitas/peralatan pelabuhan dan
pelatihan/pengujian operator.
b. Memiliki kantor cabang di beberapa Ibukota Propinsi
terutama di Ibukota Propinsi yang memiliki pelabuhan kelas 1.
c. Memiliki peralatan pengujian yang cukup memadai untuk
melakukan pengujian terhadap peralatan angkat, angkut dan
operator.
d. Memiliki akreditasi untuk pengujian operator.
141
PELIMPAHAN KEWENANGAN PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
3. DIRJENHUBLA telah menunjuk BHI yang memenuhi
kriteria dan persyaratan yang telah ditentukan yaitu :
 PT. (Persero) Biro Klasifikasi Indonesia (PT.BKI)
sebagai pelaksana pemeriksaan dan pengujian
pesawat angkat dan angkut, pesawat uap dan bejana
tekan di kapal dan di pelabuhan berdasarkan
KEPDIRJENHUBLA No.BXXV-456 Tanggal 16 Juni
2000.
 PT.SUCOFINDO sebagai pemeriksa dan pengujian
pesawat angkat dan angkut, pesawat upa dan bejana
tekan di pelabuhan berdasarkan KEPDIRJENHUBLA
No.PP.72/3/8-01 Tanggal 22 Mei 2001.
142
PROSEDUR SERTIFIKASI
Doc
Doc
Pemilik mengirim permohonan ke BKI,
PEMILIK dilampiri dokumen spesifikasi teknik
Doc

BKI melakukan pemeriksaan


Mengirim hasil pemeriksaan ke Dirjen
BKI Perla dan Depnaker
Menerbitkan Surat percobaan jalan

Depnaker menerbitkan
DIRJEN PNKK Akta Izin Penggunaan
DEPNAKER DIRJEN
PERLA
Dirjen Perla menerbitkan
sertifikat laik pakai

BKI mengirim laporan, akta dan


BKI
sertifikat kepada pemilik

Pemilik berhak mengoperasikan crane


PEMILIK
143
TENAGA AHLI

• CRANE INSPECTOR (AHLI K-3 DI BIDANG


PESAWAT ANGKAT).
• WELDING INSPECTOR.
• AHLI K-3 DI BIDANG UAP DAN BEJANA TEKAN
• NDT LEVEL 1 DAN LEVEL 2.
• AHLI RADIOGRAPHY.
• VESSEL INSPECTOR.
• DLL
144
PERALATAN

• WIRE ROPE TESTER.


• MAGNETIC PARTICLE INSPECTION.
• DYE PENETRANT.
• LOAD CELL SHACKLE.
• WATER BAG.
• ULTRASONIC.
• HARDNESS TESTER.
• DLL
145

COMPILE
DOCUMENT PEMERIKSAAN
DOCUMENT: AKHIR
• Manual Operation
• Technical Specification
• Drawings (General Arrangements)
VISUAL • Log Book (if any)
NDT • Any data, deemed necessary (by Inspector)

UJI REKOMENDASI
FUNGSI BILA ADA CACAT

UJI PEMERIKSAAN SERTIFIKASI


BEBAN AKHIR
MULAI DOCUMENT: 146
• Manual Operation Book

PROSES
• Technical Specification
COMPILE • Sertificate (if any)
DOCUMENT
PEMERIKSAAN
• Log Book (if any)

DOC
LENGKAP?
HUBUNGI CLIENT UNTUK
DILENGKAPI DAN
PENGUJIAN
INSPEKSI VISUAL DAN PERIKSA HASIL
NDT PERBAIKAN CRANE
ADA BUAT REKOMENDASI PERBAIKAN OLEH
PELABUHAN
CACAT? PERBAIKAN CLIENT SELESAI

LAKUKAN PERIKSA HASIL


UJI FUNGSI PERBAIKAN

SUKSES? BUAT REKOMENDASI PERBAIKAN OLEH


PERBAIKAN CLIENT SELESAI
LAPORAN:
• Form Checklist
LAKUKAN UJI BEBAN DAN • Laporan NDT
PEMERIKSAAN AKHIR • Laporan Uji Beban
• Copy spesifikasi teknis
BUAT LAPORAN DAN • Copy Operation Manual
BERITA ACARA • Copy Certificates (bila ada)
• Berita Acara

PROSES SERTIFIKASI
• Sertifikat dari BKI (Jasa sertif)
• Sertifikat dari Perla (Pusat)
• Sertifikat dari Depnaker
SELESAI
KEUNTUNGAN PERSH 147

• MENGURANGI BEBAN KERJA (Tidak ada survey tahunan,


karena akan dilakukan oleh BKI).
• TIDAK PERLU INVESTASI ALAT UJI (Disediakan BKI).
• ASPEK LEGAL UU KESELAMATAN KERJA TERPENUHI
(Jaminan kepada Tenaga Kerja).
• PENGGUNA JASA LEBIH PERCAYA (Peralatan telah diperiksa
oleh pihak yang independent).

KONDISI ALAT BAIK


TIDAK ADA KECELAKAAN KERJA

PRODUKTIVITAS MENINGKAT
BEKERJA LEBIH TENANG

Anda mungkin juga menyukai