KANTOR KESYAHBANDARAN DAN

OTORITAS PELABUHAN KELAS II BITUNG

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN TRANSPORTASI LAUT
DI SULAWESI UTARA

2
 MENGENAL APA ITU KSOP
PM. 36 TAHUN 2012
TUGAS DAN FUNGSI KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS PELABUHAN
Kantor Kesyahbandaran
dan Otoritas Pelabuhan
mempunyai tugas
melaksanakan
pengawasan dan
penegakan hukum di
bidang keselamatan dan
keamanan pelayaran,
koordinasi kegiatan
pemerintahan di
pelabuhan serta
pengaturan, pengendalian
dan pengawasan kegiatan
kepelabuhanan pada
pelabuhan yang
diusahakan secara
komersial
1. Pelaksanaan pengawasan dan pemenuhan kelaiklautan kapal, sertifikasi keselamatan kapal, pencegahan
pencemaran dari kapal dan penetapan status hokum kapal
2. Pelaksanaan pemeriksaan manajemen keselamatan kapal
3. Pelaksanaan pengawasan keselamatan dan keamanan pelayaran terkait dengan kegiatan bongkar muat
barang berbahaya, barang khusus, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), pengisian bahan bakar,
ketertiban embarkasi dan debarkasi penumpang, pembangunan fasilitas pelabuhan, pengerukan dan
reklamasi, laik layar dan kepelautan, tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur pelayaran,
pemanduan dan penundaan kapal, serta penerbitan Surat Persetujuan Berlayar
4. Pelaksanaan pemeriksaan kecelakaan kapal, pencegahan dan pemadaman kebakaran di perairan
pelabuhan, penanganan musibah di laut, pelaksanaan perlindungan lingkungan maritime dan penegakan
hokum di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran
5. Pelaksanaan koordinasi kegiatan pemerintahan di pelabuhan yang terkait dengan pelaksanaan
pengawasan dan penegakan hokum di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran;
6. Pelaksanaan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan, Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan pelabuhan, serta pengawasan penggunaannya, pengusulan tariff untuk ditetapkan Menteri;
7. Pelaksaan penyediaan, pengaturan, dan pengawasan penggunaan lahan daratan dan perairan
pelabuhan, pemeliharaan penahan gelombang, kolam pelabuhan, alur pelayaran dan jaringan jalan serta
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran;
8. Pelaksanaan penjaminan dan pemeliharaan kelestarian lingkungan di pelabuhan, keamanan, dan
ketertiban, kelancaran arus barang di pelabuhan
9. Pelaksanaan pengaturan lalu lintas kapal ke luar masuk pelabuhan melalui pemanduan kapal,
penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan serta pemberian konsesi atau bentuk lainnya
kepada Badan Usaha Pelabuhan
10. Penyiapan bahan penetapan dan evaluasi standar kinerja operasional pelayanan jasa kepelabuhanan;
dan
11. Pelaksanaan urusan keuangan, kepegawaian dan umum, hukum dan hubungan masyarakat serta
pelaporan.
2
 BAB XI
PASAL 210
SYAHBANDAR DIBENTUK KELEMBAGAAN
PASAL 207

FUNGSI
PASAL 207
• KESELAMATAN DAN
KEAMANAN PELAYARAN
• PELAKSANAAN PENGAWASAN
DAN PENEGAKAN HUKUM
• MEMBANTU MELAKSANAKAN
SEARCH AND RESCUE (SAR)
• DIANGKAT OLEH MENTERI
MEMENUHI PERSYARATAN
KOMPETENSI DIBIDANG
KESELAMATAN DAN
KEAMANAN PELAYARAN
TUGAS
PASAL 208
• MENGAWASI LAIK LAUT, KESELAMATAN, KEWENANGAN
KEAMANAN, KETERTIBAN DI PELABUHAN PASAL 209
• MENGAWASI KEDATANGAN KAPAL
• MENGAWASI KEGIATAN B/M • KOORDINASI SELURUH
• MENGAWASI ALIH MUAT KEGIATAN PEMERINTAHAN DI
• MENGAWASI SALVAGE DAN PENGAWASAN PELABUHAN
BAWAH AIR • PEMERIKSAAN, PENYIMPANAN
• PENUNDAAN SURAT DOKUMEN WARTA
• PEMANDUAN KAPAL
• B/M BARANG BERBAHAYA, LIMBAH BAHAN • PEMERIKSAAN KAPAL
BERBAHAYA DAN BERACUN • MENERBITKAN SPB
• EMBARKASI DAN DEBARKASI PENUMPANG • PEMERIKSAAN LAKA KAPAL
KAPAL • MENAHAN KAPAL ATAS PN
• PENANGGULANGAN PENCEMARAN DAN • MELAKSANAKAN SIJIL KAPAL
PEMADAMAN KEBAKARAN DI PELABUHAN
• PELAKSANAAN PERLINDUNGAN MARITIM
• PPNS (MENGACU KEPADA UU 8/1981 TENTANG
KUHAP

ANCAMAN PADA PASAL 336

UU 17/2008 TENTANG PELAYARAN
 PROGRAM PEMENUHAN KESELAMATAN DAN
KEAMANAN PELAYARAN
1 PENGERUKAN ALUR PELAYARAN
Pengerukan Alur Pelayaran merupakan pekerjaan untuk memperdalam suatu perairan pada alur
pelayaran dimana kegiatan tersebut terbagi atas 2 jenis yaitu capital dan maintenance.

2 PEMBANGUNAN SARANA BANTU NAVIGASI

PELAYARAN (SBNP)
Sistem yang berada di luar kapal yang didesain dan
dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan
efisiensi bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal.
SBNP berupa Menara Suar, Rambu Suar dan Pelampung
Suar
4 PEMBANGUNAN KAPAL NEGARA KENAVIGASIAN
Kapal negara yang melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan/atau
perawatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dapat mendekati Sarana
Bantu Navigasi-Pelayaran
3
TELEKOMUNIKASI PELAYARAN
Telekomunikasi khusus untuk keperluan dinas pelayaran yang merupakan setiap
pemancaran, pengiriman atau penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara dan
informasi dalam bentuk apapun melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem
elektromagnetik lainnya dalam dinas bergerak-pelayaran yang merupakan
bagian dari keselamatan pelayaran.
5 PEMBANGUNAN KAPAL PATROLI KPLP
Kapal negara yang melaksanakan tugas patroli dalam rangka menegakkan
peraturan dan perundang-undang bidang pelayaran dan penertiban serta
pengawasan keselamatan pelayaran. Selain itu juga juga melaksanakan
patroli menanggulangi pencemaran di laut, penanggulangan kebakaran di
laut, serta penanggulangan musibah di laut dan SAR.
25
 KONSEPSI INDONESIA SEBAGAI NEGARA MARITIM

PENGEMBANGAN TRANSPORTASI LAUT SEBAGAI TULANG PUNGGUNG PENGEMBANGAN WILAYAH

DIPERLUKAN UPAYA
PENGEMBANGAN
KAWASAN
PERTUMBUHAN EKONOMI
DI WILAYAH TIMUR
INDONESIA DENGAN
DIDUKUNG PELAYANAN
TRANSPORTASI LAUT
SEBAGAI TULANG
PUNGGUNG DISTRIBUSI
INDONESIA TERLETAK PADA LOKASI STRATEGIS LOGISTIK YANG
DALAM RUTE PERDAGANGAN DUNIA MENGINGAT 90% MENGHUBUNGKAN
PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI JALUR LAUT PELAYANAN TRANSPORTASI LAUT WILAYAH BARAT DAN
DIMANA 40% -NYA MELEWATI WILAYAH PERAIRAN
INDONESIA
DOMESTIK MASIH TERPUSAT PADA WILAYAH TIMUR INDONESIA
YANG MEMILIKI AKTIFITAS EKONOMI TINGGI SEHINGGA MAMPU
YAITU DI WILAYAH BARAT INDONESIA MENURUNKAN BIAYA
PERKEMBANGAN SEKTOR MARITIM NASIONAL MASIH MESKIPUN KARAKTERISTIK KEPULAUAN DI LOGISTIK GUNA
SANGAT TERBATAS. UNTUK MENJADI SEBUAH NEGARA
WILAYAH TIMUR INDONESIA TELAH MEMPERCEPAT
MARITIM, INDONESIA HARUS MAMPU
MENGOPTIMALKAN WILAYAH LAUT SEBAGAI BASIS MENJADIKAN TRANSPORTASI LAUT SEBAGAI PEMERATAAN
PENGEMBANGAN KEKUATAN EKONOMI, GEOPOLITIK, TULANG PUNGGUNG AKTIVITAS PEREKONOMIAN
BUDAYA BAHARI MAUPUN PERTAHANAN KEAMANAN PERGERAKANNYA

5
 KEBIJAKAN TRANSPORTASI LAUT
DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI NAWA CITA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MEMEGANG PERANAN PENTING DALAM

MENDUKUNG IMPLEMENTASI NAWA CITA MELALUI KEBIJAKAN DAN STRATEGI
TRANSPORTASI LAUT

1. MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN TRANSPORTASI

MULTIMODA PEMBANGUNAN DAN MENDUKUNG
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
NAWA CITA TRANSPORTASI LAUT
SISLOGNAS, KAWASAN INDUSTRI
2. MELAKUKAN UPAYA KESEIMBANGAN ANTARA
TRANSPORTASI YANG BERORIENTASI NASIONAL DENGAN
TRANSPORTASI YANG BERORIENTASI LOKAL DAN

3. KEWILAYAHAN.
MEMBANGUN SISTEM DAN JARINGAN TRANSPORTASI YANG
TERINTEGRASI UNTUK MENDUKUNG INVESTASI PADA
KORIDOR EKONOMI, KAWASAN INDUSTRI KHUSUS,
KOMPLEKS INDUSTRI, DAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN
LAINNYA DI WILAYAH NON-KORIDOR EKONOMI
4. MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN DALAM
PENYELENGARAAN TRANSPORTASI
5. MENGEMBANGKAN SARANA DAN PRASARANA
TRANSPORTASI YANG RAMAH LINGKUNGAN

6
DASAR HUKUM DAN ISU STRATEGIS
PENYELENGGARAAN PELAYARAN

7
 ARAH KEBIJAKAN UTAMA
TRANSPORTASI LAUT TAHUN 2020-2024
1
Perwujudan logistik maritim di dalam negeri
• Mengembangkan jaringan pelayaran komersil, perintis/subsidi (tol laut, ternak) dan pelayaran rakyat untuk menyediakan konektivitas
dan distribusi barang pokok dan penting ke wilayah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan

2 Peningkatan konektivitas terhadap jaringan pelayaran internasional

• Mendorong pelabuhan-pelabuhan di Indonesia dapat menjadi pelabuhan singgah dari rute utama pelayaran dunia, antara lain Kuala
Tanjung, Tanjung Priok, Patimban, Tanjung Perak, Makassar, dan Bitung

3 Pengembangan Pelabuhan Hub Internasional dan pelabuhan pendukung tol laut

• Pengembangan pelabuhan pendukung tol laut (termasuk Pelabuhan Hub Internasional di Kuala Tanjung, Tj Priok dan Bitung)

4 Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana keselamatan

• Pemenuhan kecukupan serta kondisi/keandalan sarana dan prasarana SBNP, telekomunikasi pelayaran, kapal patroli, dan
sarana/prasarana kerja lainnya, serta keselamatan dan perlindungan maritim

5 Peningkatan compliance terhadap standar/regulasi internasional

• Ratifikasi dan pelaksanaan sejumlah regulasi/standar pelayaran yang berlaku secara internasional sebagai upaya awal perwujudan
Indonesia sebagai poros maritim dunia
6 Peningkatan keterpaduan antarmoda dan antar wilayah
• Peningkatan konektivitas antarmoda transportasi di pelabuhan untuk mendukung pengembangan kawasan (terutama KSPN, KEK,
KI)
 RENCANA INDUK
PELABUHAN
NASIONAL SAMPAI 2020
636 LOKASI & HIERARKI
PELABUHAN -
MELAYANI ANGKUTAN LAUT :
KEBIJAKAN UTAMA
 28 PELABUHAN UTAMA
 164 PELABUHAN PENGUMPUL
 166 PELABUHAN PENGUMPAN REGIONAL
 278 PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL

1321 RENCANA LOKASI PELABUHAN

55 TERMINAL (BAGIAN DARI PELABUHAN UMUM)

SESUAI KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KP 432 TAHUN

2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN NASIONAL

KEBIJAKAN PELABUHAN NASIONAL diarahkan dalam upaya:

1. MENDORONG INVESTASI SWASTA 5. MENCIPTAKAN KERANGKA KERJA HUKUM DAN PERATURAN YANG TEPAT SERTA FLEKSIBEL
2. MENDORONG PERSAINGAN 6. MEWUJUDKAN SISTEM OPERASI PELABUHAN YANG AMAN, TERJAMIN SERTA OPTIMAL
3. PEMBERDAYAAN PERAN PENYELENGGARA PELABUHAN 7. MENINGKATKAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM
4. TERWUJUDNYA INTEGRASI PERENCANAAN 8. MENGEMBANGKAN SUMBERDAYA MANUSIA

9
PERENCANAAN PEMBANGUNAN /
PENGEMBANGAN PELABUHAN

SESUAI UU NO 17 TAHUN 2008

LOKASI & RENCANA INDUK

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN DAN
PELABUHAN PENETAPAN PELABUHAN PENGOPERASIAN
PENGEMBANGAN
HIERARKHI DILENGKAPI PELABUHAN
NASIONAL PELABUHAN
PELABUHAN DLKr/DLKp

Berdasarkan PM 112 Tahun 2017

Seluruh lokasi pelabuhan wajib mengikuti proses perencanaan
Pembangunan /pengembangan pelabuhan
10
EKSISTING & FORCASTING PENGEMBANGAN
PELABUHAN BITUNG

Bitung, 8 Maret 2021

LATAR BELAKANG

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Peraturan Pemerintah Nomor PP 61
Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan, maka perlu dilaksanakan Pekerjaan “Review Rencana Induk Pelabuhan Laut
Bitung di Provinsi Sulawesi Utara” karena merupakan salah satu syarat yang diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan pelabuhan.
Rencana Induk Pelabuhan adalah pedoman pembangunan dan pengembangan pelabuhan yang mencakup
seluruh kebutuhan dan penggunaan tanah serta perairan untuk kegiatan kepelabuhanan dan kegiatan
penunjangnya dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis, pertahanan keamanan, sosial budaya serta aspek-
aspek terkait lainnya.
 HIDRO - OCEANOGRAPHY
PELABUHAN BITUNG

 PANJANG ALUR PELAYARAN / LENGTH OF CHANNEL

 LEBAR ALUR PELAYARAN / WIDTH OF CHANELL
 KEDALAMAN ALUR MINIMUM / MIN DEPTH IN CHANNEL 16 MLWS
: : 9
 LUAS KOLAM PELABUHAN / BASIN AREA MIL 4,32 Ha
: 400 M
:
 KEDALAMAN KOLAM MIN / MIN DEPTH IN BASIN 12 M
:
 KECEPATAN ANGIN / WIND VELOCITY 3 KNOT
:
- HIGH WATER
 KECEPATAN SPRING
ARUS : 1,8
/ CURRENT M
VELOCITY 3 KNOT
- LOW
: WATER SPRING : 1,2 M
 TINGGI GELOMBANG / WAVE HEIGHT 1 M
:
 PASANG SURUT / TIDAL

POSISI KOORDINAT TITIK LABUH

01º - 25º - 90ºº N SECARA GEOGRAFIS
125º - 11 – 00ºº E PELABUHAN BITUNG
01º - 24º - 00ºº N TERLETAK DI BAGIAN UTARA
125º - 09º - 02ºº E
01º - 25 º - 10ºº N
PULAU SULAWESI,
125º - 08º - 10ºº E PADA TITIK KORDINAT 01° -
01º - 25º - 90ºº N 26 - 00° - DAN 125° - 00° BT.
125º - 08 - 90ºº E
LAYOUT PELABUHAN BITUNG

PELABUHAN CABANG BITUNG

TERMINAL PETIKEMAS BITUNG
DERMAGA LCT

DERMAGA NUSANTARA

DERMAGA SAMUDERA

DERMAGA PETIKEMAS

DERMAGA IKD
FASILITAS PELABUHAN CABANG BITUNG

No NAMA DERMAGA PANJANG KEDALAMAN

(M) (MLWS)

PELABUHAN CABANG BITUNG 1. DERMAGA SAMUDERA

A. SAMUDERA I 190.00 9.00
B. SAMUDERA II 243.00 10.00
C.SAMUDERA III 175.00 10.00
DERMAGA NUSANTARA DERMAGA IKD 146.00 7.00
2.
3. DERMAGA NUSANTARA
D. NUSANTARA I 251.00 6.00
E. NUSANTARA II 148.00 5.00
DERMAGA IKD F.NUSANTARA III 207.00 6.00
DERMAGA LOKAL 60.00 6.00
4. DERMAGA LCT 20.00 7.00
5. DERMAGA TPB 358.00 11.00
6.
DERMAGA SAMUDERA
DERMAGA LCT
FASILITAS PELABUHAN CABANG BITUNG

No. NAMA SATUAN JUMLAH

1. GUDANG
A. Gudang A M² 4.320
B. Gudang D 4.320
C. Gudang Buttler M² 432

M²
No. NAMA SATUAN JUMLAH
2. Lapangan M² 43.414
Penumpukan
FASILITAS PELABUHAN CABANG BITUNG

No. NAMA KAPAL KAPASITAS

1. KAPAL PANDU 3 UNIT

A. MPS SILADEN ( 2 X 130 HP-6 KNOT)
B. MPI SARENA ( 2 X 300 HP-8 KNOT)

2. KAPAL TUNDA 2 UNIT

C. KT. BUNAKEN ( 2 X 750 PS )
D. KT. TONDANO ( 2 X 1000 HP )

No. JENIS ALAT JUMLAH KAPASITAS

1. Reachstacker 1 45 Ton
2. Crane Darat 1 25 Ton
Crane Darat 1 80 Ton
3. Forklif 1 2 Ton
t 1 5 Ton
Forklif 2 7 Ton
t 1 3 Ton
Forklif
t
Forklif
t
4. Head Truck 3 30 Ton
5. Chasis 1 20 Feet
Chasis 3 40 Feet
FASILITAS PELABUHAN CABANG BITUNG

No. TERMINAL KAPASITAS

1. GEDUNG TERMINAL 1.272 M2
LANTAI 1 1.060 Orang
- KAPASITAS ORANG 720 Kursi
- KURSI AC, Toilet, TV dan Wifi
PENUMPANG
- FASILITAS 1.272 M2
LANTAI 2 1.060 Orang
- KAPASITAS ORANG 320 Kursi
- KURSI AC, Toilet, TV dan Wifi
PENUMPANG
- FASILITAS
2. 2.100 M2
LAHAN PARKIR 294 M2
- KENDARAAN
RODA 4
- KENDARAAN
RODA 2

No. NAMA SATUAN JUMLAH

1 LISTRIK (PLN) KVA 555
2 GENZET KVA 500
3 AIR BERSIH (PDAM) T/ MAX.200
BUNKER PERTAMINA J
4 MOBIL PMK T/ MAX.150
5 J 2 unit X 5
Ton
 DATA OPERASIONAL TERMINAL KONVENSIONAL
5 TAHUN TERAKHIR ( TAHUN 2016 S.D 2020)

ARUS KAPAL (Call & Gt ) ARUS PETIKEMAS KONVENSIONAL (Box/Teus)

14.000 4.500

12.000 4.000
3.500
10.000
3.000
8.000 2.500
JUTA

RIBU
6.000 2.000
1.500
4.000
1.000
2.000 500
- 2016 2017 2018 2019 2020 - 2016 2017 2018 2019 2020
CALL 2.933 2.896 2.839 2.597 2.593 BOX 1.497 1.320 1.400 2.618 3.815
GT 11.448 12.688 11.430 12.709 11.403 TEUS 1.543 1.325 1.447 2.619 3.816

ARUS BARANG (Ton/M³) ARUS PENUMPANG (Orang)

2.000.000 250.000
1.800.000
1.600.000
1.400.000 200.000
1.200.000
RIBU

1.000.000
800.000
600.000 150.000

RIBU
400.000
200.000
- 100.000
2016 2017 2018 2019 2020
IMPOR 91.599 4.899 21.722 33.455 27.506
EKSPOR 348.139 298.119 343.291 270.346 230.848 50.000
BONGKAR 1.218.418 1.093.529 994.574 1.147.557 752.672
MUAT 199.377 213.516 214.337 249.992 240.449 - 2016 2017 2018 2019 2020
TOTAL 1.857.533 1.610.063 1.573.924 1.701.350 1.251.475 PENUMPANG 145.065 121.348 127.279 195.067 80.874
 HINTERLAN
D
Komoditas dan Sektor Unggulan di Kota Bitung adalah komoditi
Ekspor dan kebutuhan antar Pulau di Indonesia, baik sektor
Perikanan, Pertanian dan Industri Manufaktur.

Sektor Perikanan Sektor Pariwisata

Produk Ikan Kaleng

Pertanian dan Perkebunan Industri Rumah Kayu

 NEGARA TUJUAN EKSPOR & IMPOR KOMODITI
DARI
DAN KE PELABUHAN BITUNG

NEGARA KOMODITI EKSPOR

MALAYSIA BUNGKIL, CPO, CCNO

SINGAPORE BARANG PROYEK INDUSTRI

KOREA SELATAN BUNGKIL, PKE, PPFD, CCNO

Rotterdam INDIA BUNGKIL RBD PALM OIL

Seebrugge

Southampton Antwerp Seattle ROTERDAM CCNO, BUNGKIL

Korea Utara Oakland(San Fransisco)
Marseille Turkey
Korea Selatan Los Angeles New York/New Jersey USA RBD, CCNO
Jepang
China
India Thailand Phlipina/General Santos Port of Panama NEGARA KOMODITI IMPOR
Vietnam
Malaysia Brunei CHINA ASPAL CURAH, BARANG PROYEK
Singapore Papua Neguine
BITUNG
KOREA SELATAN BARANG PROYEK INDUSTRI

Darwin SINGAPORE ASPAL CURAH,

MEKANIK INDUSTRI
Sydney VIETNAM BARANG CAMPURAN,
Melbourne
Auckland(New Zealand)
THAILAND BESI, INDUSTRI

MALAYSIA ASPAL CURAH

LAYOUT TERMINAL PETIKEMAS BITUNG
Kapasitas Terpasang 5 0 0 . 0 0 0
Teus/Thn

Dermaga 3, 4
Area Pabean ( On
Proses)

Area Reefer Plug Jumlah 84 Dermaga 1,

unit 2
Area
Pabean

Tempat Penimbunan
Sementara (TPS)

Dangerous Goods
Area

Area Pemeriksaan
Fisik Beacukai &
Karantina
FASILITAS TERMINAL PETIKEMAS BITUNG
DERMAGA 4

DERMAGA 3
Area Reefer Plug CY 2 Jumlah 54
unit
CY REKLAMASI
DERMAGA 2

CONTAINER
YARD 2
CONTAINER
YARD 1

DERMAGA 1
FASILITAS TERMINL PETIKEMAS BITUNG

FASILITAS UKURAN / JUMLAH

Kedalaman Kolam ± 11 - 14 LWS

Dermaga
- 'Dermaga 1 182 x 25 M²
- 'Dermaga 2 176,5 x 35 M²
- 'Dermaga 3 195,25 x 35 M²
- ‘Dermaga 4 131 x 35 M²
- Trastle 49 x 11,5 M²

Container Yard (CY)

- Container Yard 1 30,000 M²
 TPS Petikemas Ekspor Impor 1,260 M²
- Container Yard 2 22,000 M²
- Container Yard 3 50,000 M²
Workshop 6,083 M²
Reefer Plug
- Container Yard 1 84 unit
- Container Yard 2 54 unit
Water Reservoir 200 Ton
Generator Set
- Container Yard 1 500 & 800 KVA
- Container Yard 2 500 KVA
Tangki BBM 20,000 Liter
FASILITAS TERMINAL PETIKEMAS BITUNG

5 UNIT CONTAINER CRANE 2 UNIT REACHSTACKER

11 UNIT RUBBER TYRED GANTRY

CRANE

27 UNIT HEAD TRUCK, 26 CHASSIS

4 UNIT FORKLIFT MASING-MASING 7 40”
TON,
5 TON, 2 TON DAN 32 TON
1 UNIT SIDE
LOADER
 TRAFIK TERMINAL PETIKEMAS BITUNG

350
300
250
Total Kapal

200
150
100
50
0
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah 274 243 246 240 299 320

350.000

300.000

250.000

Total (Teus)
200.000

150.000

100.000

50.000

0.000
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Bongkar 96.682 99.063 108.789 117.745 139.080
Muat 149.084
100.631 100.009 106.765 119.218 138.260
Transhipment 148.084
0 0 0 12.432 42.990 60.567
TOTAL B/M 197.313 199.072 215.554 236.963 277.340
297.168
Rencana Pengembangan Pelabuhan Jangka Pendek
&
Menengah (2020-2030) di Pelabuhan Cabang Bitung
Jangka Pendek (2020-2025)

1. Konversi fasilitas dari multipurpose

ke Terminal Petikemas
2. Reklamasi di kolam Nusantara dan
pembangunan dermaga
petikemas
3. Replacement Dermaga secara
bertahap untuk mampu dibebani
STS Crane

Jangka Menengah (2026 – 2030)

4. Terminal Penumpang di relokasi ke

lokasi Tuminting Manado (Rencana
Pengembangan Pelabuhan Baru)
5. Pengadaan CC dan RTG
6. Penataan Zonasi Pelayanan
7. Relokasi Dermaga Pelra
8. Penataan CY
9. Underdeck repair
10. Pengadaan alat B/M – Crane 100
ton
11. Relokasi/Pembangunan Dermaga
Pelra di KEK
 Rencana Pengembangan Pelabuhan Jangka Pendek
& Menengah (2020-2030) di Terminal Petikemas
Bitung
Jangka Pendek (2020-2025)

1. Sumber Dana Internal

• Penambahan CC 2 unit
• Penambahan RTG 4 Unit
2. Kapasitas Terpasang 500.000
Teus/Thn
3. Refurbish RTG
4. Perluasan Container Yard ke
lokasi Ex. ASDP
5. Perpanjangan dermaga 131 X 35
m’

Jangka Menengah (2026 – 2030)

6. Pengadaan CC (Panamax
Refurbish)
7. Perluasan Container Yard sampai
berbatasan dengan area Satrol
8. Penambahan Dermaga
9. Penambahan Container Crane 2
unit
10. Penambahan RTG 4 Unit
11. Kapasitas Terpasang 1.500.000
Teus/Thn
Rencana Pengembangan Pelabuhan Bitung Jangka Panjang
(2030– 2035) Menuju International Hub Port (IHP)

KAPASITAS : 2.500.000 TEU’S/TAHUN

Seluruh fasilitas dan kegiatan di Pelabuhan Bitung diarahkan menjadi pelayanan petikemas,
kegiatan
yang dilakukan adalah melanjutkan kegiatan konversi yang dilaksanakan :
• Pembebasan lahan, penataan zonasi pelayanan
• Replacement Dermaga Multiporpose menjadi Dermaga Petikemas
• Pengadaan peralatan bongkar muat (CC, RTG, RS, HT, dll) serta system informasi.
RENCANA AKSES DARI KEK KE PELABUHAN
BITUNG

Lokasi Bitung Port

KEK
Rencana Pelabuhan Lokasi
KEK

: Rencana Pembangunan Jalan Tol Manado - Bitung

: Akses jalan eksisting Manado - Bitung
: Rencana Jalan Akses KEK – Pelabuhan Bitung (9 Km)
: Area Lokasi KEK Bitung
 DUKUNGAN YANG DIHARAPKAN DARI PEMERINTAH UNTUK PENGEMBANGAN
1. RELOKASI PELRA
PELABUHAN BITUNG

Rencana pembangunan Dermaga

Pelra, menunggu tempat
Eksisting yang representatif di lokasi yang
lain.
2. RELOKASI ASDP

Belum adanya kesepakatan / kepastian mengenai relokasi ASDP

3. RELOKASI TERMINAL PENUMPANG

TERMINAL PENUMPANG EKSISTING

TERMINAL PENUMPANG

Guna mendukung rencana mewujudkan Kota Bitung

sebagai Kota Pariwisata pada Jangka Pendek
(tahun 2020-2025) , maka pada tahun 2021
dilaksanakan investasi perubahan Terminal
Penumpang menjadi Terminal Penumpang
Internasional
Namun kiranya tetap menjadi perhatian untuk
penentuan relokasi Terminal Penumpang pada Jangka
Menengah (Tahun 2026 – 2030) TERMINAL PENUMPANG INTERNASIONAL
HAL-HAL YANG MENDUKUNG PERKEMBANGAN PELABUHAN
BITUNG SEBAGAI IHP

1. Dukungan Hinterland
Diharapkan Pemerintah Daerah bisa mendorong produksi hasil bumi di
Sulawesi Utara dan pembangunan industri yang menunjang hasil bumi
tersebut.

2. Dukungan Regulasi
Diharapkan dukungan Pemerintah Daerah untuk dapat mengusulkan
regulasi yang mendorong agar Pelabuhan Bitung menjadi pintu gerbang
masuk keluarnya sirkulasi kegiatan B/M barang ekspor/impor Indonesia.
TERIMA
KASIH