BAHAN MATERI DIKLAT KESYAHBANDARAN

MATERI PENGUKURAN KAPAL

DISUSUN OLEH :
SUBDIT PENGUKURAN, PENDAFTARAN
DAN KEBANGSAAN KAPAL

Capt. SIDROTUL MUNTAHA, M.Si, M.Mar

DIREKTORAT PERKAPALAN DAN KEPELAUTAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
 SUB DIREKTORAT PENGUKURAN, PENDAFTARAN DAN
KEBANGSAAN KAPAL
PM. 122 Tahun 2018
ttg Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan

Subdirektorat Pengukuran, Pendaftaran dan Kebangsaan Kapal mempunyai

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan, pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria dan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengukuran kapal, peti kemas, kapal
non konvensi dan pendaftaran, baliknama, hipotek dan kebangsaan kapal.

Subdirektorat Pengukuran, Pendaftaran dan Kebangsaan Kapal terdiri atas:

1. Seksi Pengukuran, Pendaftaran dan Kebangsaan Kapal Barang dan Peti Kemas; dan
2. Seksi Pengukuran, Pendaftaran dan Kebangsaan Kapal Penumpang dan Kapal
Penangkap Ikan.
 PENGERTIAN UMUM

KAPAL ADALAH KENDARAAN AIR DENGAN BENTUK DAN JENIS TERTENTU, YANG
DIGERAKKAN DENGAN TENAGA ANGIN, TENAGA MEKANIK, ENERGI LAINNYA, DITARIK
ATAU DITUNDA, TERMASUK KENDARAAN BERDAYA DUKUNG DINAMIS, KENDARAAN DI
BAWAH PERMUKAAN AIR, SERTA ALAT APUNG DAN BANGUNAN TERAPUNG YANG TIDAK
BERPINDAH-PINDAH.

KESELAMATAN KAPAL ADALAH KEADAAN KAPAL YANG MEMENUHI PERSYARATAN

MATERIAL, KONSTRUKSI, BANGUNAN, PERMESINAN DAN PERLISTRIKAN, STABILITAS,
TATA SUSUNAN SERTA PERLENGKAPAN TERMASUK PERLENGKAPAN ALAT PENOLONG
DAN RADIO, ELEKTRONIK KAPAL, YANG DIBUKTIKAN DENGAN SERTIFIKAT SETELAH
DILAKUKAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN.

3
 KELAIKLAUTAN KAPAL
Kelaiklautan Kapal adalah keadaan kapal yang
memenuhi persyaratan keselamatan kapal,
pencegahan pencemaran perairan dari kapal,
pengawakan, garis muat, pemuatan,
kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan
penumpang, status hukum kapal, manajemen
keselamatan dan pencegahan pencemaran dari
kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk
berlayar di perairan tertentu
 UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2008
TENTANG PELAYARAN

Pasal 154

STATUS HUKUM KAPAL DAPAT DITENTUKAN SETELAH MELALUI PROSES :

PENGUKURAN KAPAL
PENDAFTARAN KAPAL
PENETAPAN KEBANGSAAN KAPAL
 SEJARAH PENGUKURAN KAPAL
 Ord. Pengukuran Kapal, 1927 (SMO’27)
 Kep. Pengukuran Kapal, (SMB) 1927
 Peraturan Internasional tentang
 Pengukuran Kapal, Oslo 1947 & Amandemen,
1965
 Peraturan Internasional tentang Pengukuran
kapal 1969 (TMS’69) UU No. 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran

Keppres No. 5 Tahun 1989 tentang

Pengesahan Internasional Convention PP No. 51 Tahun 2002
on Tonnage Measurement of Ship, tentang Perkapalan
1969

Kepmenhub No. 41 Tahun 1990 Permenhub No. PM.8

tentang Pengukuran Kapal-Kapal Tahun 2013 tentang
Indonesia Pengukuran Kapal

Kep. Dirjen Hubla No. PY.67/1/13-

90 tanggal 6 Oktober 1990 tentang
• PETUNJUK PELAKSANAAN
Petunjuk Pelaksanaan Kepmenhub No.
41 Tahun 1990 tentang Pengukuran PENGUKURAN
Kapal-Kapal Indonesia • METODE PENGUKURAN
DN/INT
6
 DASAR HUKUM

UU NO. 17 TAHUN 2008 PP. 51 TAHUN 2005 PM.8 TAHUN 2013

BAB IV BAB II
PASAL 10 PASAL 2
PASAL 155

(1) SETIAP KAPAL SEBELUM

(1) SETIAP KAPAL SEBELUM (1) SETIAP KAPAL YANG DIOPERASIKAN WAJIB
DIOPERASIKAN WAJIB DIGUNAKAN UNTUK DILAKUKAN PENGUKURAN
DILAKUKAN BERLAYAR WAJIB UNTUK MENENTUKAN PANJANG,
PENGUKURAN OLEH DIUKUR LEBAR, DALAM DAN TONASE
PEJABAT PEMERINTAH KAPAL SESUAI DENGAN METODE
YANG DIBERI PENGUKURAN
WEWENANG OLEH PASAL 12 (2) PENGUKURAN SEBAGAIMANA
MENTERI DIMAKSUD PADA AYAT (1)
DILAKUKAN OLEH AUK.
(3) PERSYARATAN UNTUK DITUNJUK
(1) PENGUKURAN KAPAL SEBAGAI AHLI UKUR KAPAL.
DILAKSANAKAN OLEH a. PEGAWAI NEGERI SIPIL DI
PEJABAT LINGKUNGAN DIREKTORAT
PEMERINTAH YANG JENDERAL PERHUBUNGAN
TELAH MEMENUHI LAUT;
KUALIFIKASI b. LULUS MENGIKUTI
SEBAGAI AHLI UKUR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
KAPAL. PENGUKURAN KAPAL YANG
DIBUKTIKAN DENGAN
SERTIFIKAT DAN
c. MEMPEROLEH PENGUKUHAN
DARI DIREKTUR JENDERAL.7
 DASAR HUKUM

UU NO. 11 TAHUN 2020 (CK) PP. 31 TAHUN 2021 RPM.

PASAL 155 TAHUN 2021
BAB V PERKAPALAN
(1) Setiap kapal sebelum dioperasikan wajib PASAL 89
dilakukan pengukuran oleh pejabat
pemerintah yang diberi wewenang oleh TENTANG
PEMERINTAH PUSAT. (1) Setiap Kapal sebelum dioperasikan PENGUKURAN
wajib dilakukan pengukuran oleh
PENJELASAN
pejabat pemerintah yang diberi
KAPAL
wewenang oleh Menteri.
PASAL 154: Dalam rangka percepatan
kemudahan berusaha, proses pengukuran, PASAL 90
pendaftaran, dan penetapan kebangsaan kapal
pada kapal penangkap ikan dilakukan secara
terintegrasi melalui pelayanan 1 (satu) atap.
Sarana dan Prasarana penyelenggaraan sistem
1 (satu) atap disediakan oleh Pemerintah Pusat (1) Pejabat pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1)
PASAL 155: Pelaksanaan pengukuran kapal merupakan pejabat yang telah
dapat dilakukan oleh kementerian yang memenuhi kualifikasi sebagai ahli
menyelenggarakan pemerintahan di bidang ukur Kapal.
perhubungan. Khusus untuk kapal perikanan, (2) Pelaksanaan pengukuran Kapal oleh
pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan oleh ahli ukur Kapal harus dilakukan
kementerian yang menyelenggarakan sesuai dengan ketentuan
pemerintahan di bidang perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
berdasarkan kompetensi, standar, dan 11 Peraturan Pemerintah Nomor
prosedur yang ditetapkan oleh 51 Tahun 2OO2 tentang
kementerian yang menyelenggarakan Perkapalan.
pemerintahan di bidang perhubungan.
8
 PENGUKURAN KAPAL

INSTANSI DAN
TUJUAN FUNGSI PEJABAT YANG
BERWENANG

MEMPEROLEH IDENTITAS MEMENUHI

FISIK KAPAL BERUPA PERSYARATAN
PENDAFTARAN DAN Direktur Jenderal
PENERBITAN SURAT Perhubungan Laut
KEBANGSAAN cq. Direktur
KAPAL.
Perkapalan dan
PANJANG (P). Kepelautan.
LEBAR (L) MENETAPKAN
PERSYARATAN SYAHBANDAR/
DALAM (D) KESELAMATAN KSOP/KANPEL/
TONASE KOTOR (GT) DAN YANG HARUS KAUPP yang
TONASE BERSIH (NT) DIPENUHI OLEH ditunjuk.
SEBUAH KAPAL
Ahli Ukur Kapal

ASPEK KELAIKLAUTAN KAPAL

9
 DIGUNAKAN UNTUK
TUJUAN

MEMPEROLEH IDENTITAS FISIK

KAPAL BERUPA :
1 MENETAPKAN ATURAN-ATURAN
YANG DIBERLAKUKAN TERHADAP
PANJANG (P). KAPAL BERKENAAN DENGAN
LEBAR (L) KELAIKLAUTAN KAPAL
DALAM (D)
TONASE KOTOR (GT) DAN 2 MENENTUKAN BESAR BIAYA-BIAYA
TONASE BERSIH (NT) ATAU PAJAK YANG DIKENAKAN
MENERBITKAN SURAT UKUR TERHADAP KAPAL.

3 MEMENUHI PERSYARATAN
PENDAFTARAN DAN PENERBITAN
SURAT KEBANGSAAN KAPAL.
 KORELASI PENGUKURAN KAPAL DENGAN PENDAFTARAN DAN
KEBANGSAAN KAPAL (STATUS HUKUM KAPAL)
PENGUKURAN KAPAL SYAHBANDAR/KSOP/
• UU NO.17/2008 SURAT UKUR
KANPEL/KAUPP SURAT SURAT
• PP NO.51/2002 Yang punya (GT>7)
KAPAL
• KEPPRES No. 5/1989 Kode Pengukuran
- DN.P < 24 m
• TMS. 1969 • BUKTI PEMILIKAN - INT.P > 24 m
• KEPMENHUB NO.41/1990 • GAMBAR RENCANA
• PERMENHUB NO.8/2013 UMUM

SYAHBANDAR/KSOP/
KANPEL/KAUPP GROSSE AKTA
PENDAFTARAN KAPAL (Yang ditunjuk) PEND/BN
• UU NO.17/2008 • SURAT UKUR
• PP NO.51/2002 • BUKTI PEMILIKAN
• KUHD Ps. 314 • IDENTITAS PEMILIK
• Stbl. 1933 NO. 48 • BBN 1)
• PERMENHUB NO.KM.26/2006 • DELETION CERT.2)
STKK
• SURAT LAUT 3)
SYAHBANDAR/KSOP/ (GT≥175)
KEBANGSAAN KAPAL KANPEL/KAUPP
• UU NO17/2008 (Yang berwenang) • PAS BESAR
• SURAT UKUR (GT.7 S/D 174)
• PP NO.51/2002 • PAS KECIL 5)
• KUHD Ps. 311 KETERANGAN • GROSSE AKTA 4)
1) Sesuai Kep. Menkeu. • RELAAS (GT<7)
• PEN.SL&PK.STBL 1935 NO.78
2) Eks. Kapal berbendera asing
• ORD.SI&PK.STBL.1935 NO.492 3) Diterbitkan oleh DITKAPEL
• PER.SL&PK.STBL.1935 NO.564 4) Untuk Pas Kecil cukup bukti milik
• KEPMENHUB NO. KM.46/1996 5) Sesuai SE Menhub No.SE. 7 tgl
24-08-2000, dilimpahkan ke
• PERMENHUB NO.KM.26/2006 PEMDA
11
 KELAIKLAUTAN KAPAL
Pasal 117 ayat (2) UU. 17/2008
KAPAL INDONESIA
• Bendera Indonesia
STATUS HUKUM • Berlaku hukum positif • Surat Ukur
KAPAL Indonesia • Surat Tanda
• Dibedakan satu Kebangsaan
dengan yang lain Kapal
berdasarkan : pemilik,
nama, nama
panggilan, ukuran dan
tonase kapal SERTIFIKAT
• Keselamatan kapal
penumpang
KAPAL MEMENUHI • Keselamatan kapal
KESELAMATAN PERSYARATAN NAUTIS, barang KAPAL LAIK LAUT
TEKNIS DAN RADIO • Kelaikan dan UNTUK
KAPAL Pengawakan Kapal
SERTA PENCEGAHAN Penangkap Ikan. DIOPERASIKAN
BAGI PELAYARAN
PENCEMARAN DARI • SOLAS sesuai ukuran
NASIONAL/
KAPAL DAN KEAMANAN untuk pelayaran INTERNASIONAL
Internasional
KAPAL

KAPAL DIAWAKI OLEH - Safe Manning

ABK YANG MEMPUNYAI Certificate; atau
PENGAWAKAN -Surat Keterangan
KWALIFIKASI,
KAPAL Susunan Perwira
KOMPETENSI DAN
SUSUNAN SESUAI -Sertifikat Kompetensi
DENGAN KETENTUAN -Sertifikat Profisiensi
NASIONAL DAN
INTERNASIONAL
12
 PENGUKURAN KAPAL

KAPAL YANG MEMPUNYAI AHLI UKUR KAPAL PERSYARATAN

IDENTITAS KAPAL

PANJANG KURANG DARI 24 AHLI UKUR KAPAL METODE PERMOHONAN DARI PEMILIK
METER DALAM NEGERI 1. BUKTI HAK MILIK
2. IDENTITAS PEMILIK
3. GAMBAR KAPAL

PANJANG 24 LEBIH AHLI UKUR KAPAL SEMUA PERMOHONAN DARI PEMILIK

METODE PENGUKURAN 1. BUKTI HAK MILIK
2. IDENTITAS PEMILIK
3. GAMBAR KAPAL
 METODE PENGUKURAN DAN
JENIS SURAT UKUR

1. METODE PENGUKURAN DALAM NEGERI MENGGUNA

-KAN SURAT UKUR DALAM NEGERI : UNTUK KAPAL
YANG BERUKURAN PANJANG < 24 METER (SURAT UKUR
DALAM NEGERI)

2. METODE PENGUKURAN INTERNASIONAL MENGGUNA

-KAN SURAT UKUR INTERNASIONAL (TMS’69) : UNTUK
KAPAL-KAPAL YANG BERUKURAN PANJANG ≥ 24 METER
ATAU UNTUK KAPAL-KAPAL BERUKURAN PANJANG < 24
METER, ATAS PERMINTAAN PEMILIK

3. METODE PENGUKURAN KHUSUS MENGGUNAKAN

SURAT UKUR KHUSUS : UNTUK KAPAL YANG AKAN
BERLAYAR DI TERUSAN PANAMA ATAU SUEZ
 PELABUHAN YANG
PEMILIK ATAU YANG YA MEMPUNYAI KODE PELAKSANAAN
DIKUASAKAN PENGUKURAN ATAU KE
(PERMOHONAN)
TIDAK PENGUKURAN KAPAL
DITKAPEL

PENGESAHAN DAFTAR
UKUR (DITKAPEL) PEMBUATAN DAFTAR
UKUR

NOMOR, CATAT, BYR NOMOR, CATAT, BYR

PNBP PNBP

PENERBITAN SURAT PENERBITAN SURAT

UKUR TETAP UKUR SEMENTARA

SURAT KETERANGAN
HASIL PENGUKURAN
KURANG DARI GT 7
UNTUK PENERBITAN
PAS KECIL
PEMASANGAN TANDA
SELAR
 PERSYARATAN PENGUKURAN KAPAL

PM. 8 Tahun 2013 tentang Pengukuran Kapal :

Permohonan pengukuran kapal diajukan oleh pemilik kapal atau yang

dikuasakan kepada Direktur Jenderal atau Syahbandar di pelabuhan
tempat kapal berada, dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut:

a. bukti hak milik atas kapal sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan
b. gambar-gambar kapal yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
pengukuran kapal.
c. Rekomendasi Kapal Penangkap Ikan dari Menteri yang bertanggung
jawab terhadap kegiatan dimaksud (PP. 51 Pasal 24)/(UU No. 31 Tahun
2004 tentang Perikanan pasal 35)
 DITKAPEL/KSOP/KANPEL/
KAUPP DITJEN HUBLA
DASAR HUKUM
• UU.17 /2008 Psl. 155
• PP.51/2005 Psl.10&12
• PM.8/2013 Psl.2 AHLI UKUR KAPAL DITJEN HUBLA

PENGUKURAN
KAPAL

GT. 7 ATAU GT.6

LEBIH KEBAWAH

DAFTAR SURAT
UKUR KEWENANGAN KETERANGAN
PELAKSANAAN MENGENAI
PENGUKURAN KAPAL DATA
UKURAN
KAPAL
DITJEN
HUBLA
SURAT UKUR
PAS KECIL PEMDA / UPT
DALAM NEGERI/
INTERNASIONAL
17
PASAL 1 PERMENHUB PM. NO. 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGUKURAN KAPAL

PENGERTIAN UMUM :
1. KAPAL ADALAH KENDARAAN AIR DENGAN BENTUK DAN JENIS TERTENTU, YANG
DIGERAKKAN DENGAN TENAGA ANGIN, TENAGA MEKANIK, ENERGI LAINNYA, DITARIK
ATAU DITUNDA, TERMASUK KENDARAAN YANG BERDAYA DUKUNG DINAMIS,
KENDARAAN DI BAWAH PERMUKAAN AIR, SERTA ALAT APUNG DAN BANGUNAN
TERAPUNG YANG TIDAK BERPINDAH-PINDAH.

2. TONASE KAPAL ADALAH VOLUME KAPAL YANG DINYATAKAN DALAM TONASE KOTOR
(GROSS TONNAGE/GT) DAN TONASE BERSIH (NET TONNAGE/NT).

3. DAFTAR UKUR ADALAH DAFTAR YANG MEMUAT PERHITUNGAN TONASE KAPAL.

4. SURAT UKUR ADALAH SURAT KAPAL YANG MEMUAT UKURAN DAN TONASE KAPAL
BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN.

5. KODE PENGUKURAN ADALAH RANGKAIAN HURUF YANG DISUSUN DAN DITETAPKAN

BAGI MASING-MASING PELABUHAN YANG DIBERI WEWENANG UNTUK MENERBITKAN
SURAT UKUR.

18
6. PANJANG KAPAL ADALAH PANJANG YANG DIUKUR PADA 96% DARI PANJANG
GARIS AIR DENGAN SARAT 85% DARI UKURAN DALAM TERBESAR YANG
TERENDAH DIUKUR DARI SEBELAH ATAS LUNAS, ATAU PANJANG GARIS AIR
TERSEBUT DIUKUR DARI SISI DEPAN LINGGI HALUAN SAMPAI KE SUMBU POROS
KEMUDI, APABILA PANJANG INI YANG LEBIH BESAR.
Panjang Keseluruhan
(LOA)

WL

D
85% D

LPP (LBP)
LWL
KETERANGAN :
LOA : LENGTH OVER ALL (PANJANG KESELURUHAN)
LPP/LBP : LENGTH PER PENDICULAR/ LENGTH BETWEEN PERPENDICULAR
LWL : LENGTH WATER LINE (PANJANG GARIS AIR)
19
7. TENGAH KAPAL ADALAH TITIK TENGAH DARI PANJANG KAPAL DIUKUR DARI SISI DEPAN
LINGGI HALUAN.

L.O.A.

WL

D
85% D
LINGGI

LPP (LBP)
LWL

p (panjang geladak) 20
8. LEBAR KAPAL ADALAH LEBAR TERBESAR DARI KAPAL, DIUKUR PADA BAGIAN TENGAH
KAPAL HINGGA KE SISI LUAR GADING-GADING BAGI KAPAL-KAPAL YANG KULITNYA
TERBUAT DARI BAHAN LOGAM ATAU FIBREGLASS ATAU HINGGA KE PERMUKAAN
TERLUAR LAMBUNG KAPAL BAGI KAPAL-KAPAL YANG KULITNYA TERBUAT DARI BAHAN-
BAHAN SELAIN LOGAM ATAU FIBREGLASS.

l (lebar)

pisang-
pisang

21
9. UKURAN DALAM TERBESAR ADALAH:

a. JARAK TEGAK LURUS YANG DIUKUR DARI SISI ATAS LUNAS KE SISI BAWAH
GELADAK TERATAS PADA BAGIAN SAMPING. PADA KAPAL SELAIN YANG
TERBUAT DARI BAHAN LOGAM ATAU FIBREGLASS, JARAK TERSEBUT
DIUKUR DARI SISI BAWAH ALUR LUNAS. BILA BAGIAN BAWAH DARI
POTONGAN MELINTANG TENGAH KAPAL BERBENTUK CEKUNG, ATAU BILA
TERDAPAT JALUR-JALUR PENGAPIT LUNAS YANG TEBAL, MAKA JARAK
TERSEBUT DIUKUR DARI TITIK DIMANA GARIS DATARAN DASAR YANG
TEMBUS KE DALAM MEMOTONG SISI LUNAS;

b. PADA KAPAL-KAPAL YANG TAJUKNYA BERBENTUK CEMBUNG, UKURAN

DALAM TERBESAR DIUKUR HINGGA KE TITIK PERPOTONGAN DARI GARIS-
GARIS TERBESAR DARI GELADAK DENGAN SISI PELAT KULIT, DAN GARIS-
GARIS INI MEMBENTANG SEHINGGA SEOLAH-OLAH TAJUK TERSEBUT
BERBENTUK SUDUT;

c. BILA GELADAK TERATAS MENINGGI DAN BAGIAN YANG MENINGGI ITU

MEMBENTANG MELALUI TITIK DIMANA UKURAN DALAM TERBESAR ITU
HARUS DITENTUKAN, MAKA UKURAN DALAM TERBESAR DIUKUR HINGGA KE
GARIS PENGHUBUNG YANG MEMBENTANG DARI BAGIAN GELADAK YANG
RENDAH, MENYUSUR GARIS YANG SEJAJAR DENGAN BAGIAN YANG
MENINGGI.

22
 DEFINISI

AHLI UKUR KAPAL SYAHBANDAR

PEJABAT PEMERINTAH DI PEJABAT PEMERINTAH DI

LINGKUNGAN DIREKTORAT PELABUHAN YANG DIANGKAT
JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT OLEH MENTERI DAN MEMILIKI
YANG DITUNJUK DAN DIBERI KEWENANGAN TERTINGGI
KEWENANGAN OLEH DIREKTUR UNTUK MENJALANKAN DAN
JENDERAL UNTUK MELAKUKAN PENGAWASAN
MELAKSANAKAN PENGUKURAN TERHADAP DIPENUHINYA
KAPAL KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN UNTUK
MENJAMIN KESELAMATAN DAN
KEAMANAN PELAYARAN

23
 AHLI UKUR KAPAL

 PEGAWAI NEGERI SIPIL DI

LINGKUNGAN DIREKTORAT
JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT;
PERSYARATAN
UNTUK DAPAT  LULUS MENGIKUTI PENDIDIKAN DAN
DITUNJUK
PELATIHAN PENGUKURAN KAPAL
SEBAGAI AHLI
YANG DIBUKTIKAN DENGAN
UKUR KAPAL
SERTIFIKAT; DAN
PASAL 2 (3)
 MEMPEROLEH PENGUKUHAN DARI
DIREKTUR JENDERAL.

24
 PENGUKUHAN SEBAGAI AHLI UKUR KAPAL

AHLI UKUR KAPAL

AUK AUK
METODE PENGUKURAN DALAM NEGERI SEMUA METODE PENGUKURAN

 PEGAWAI NEGERI SIPIL DI

DIBERIKAN KEPADA PEGAWAI LINGKUNGAN DIREKTORAT
NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
DIREKTORAT JENDERAL YANG TELAH LULUS MENGIKUTI
PERHUBUNGAN LAUT YANG TELAH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
LULUS MENGIKUTI PENDIDIKAN DAN PENGUKURAN KAPAL YANG
PELATIHAN PENGUKURAN KAPAL DIBUKTIKAN DENGAN SERTIFIKAT;
YANG DIBUKTIKAN DENGAN
SERTIFIKAT.  TELAH MELAKUKAN PENGUKURAN
BEBERAPA JENIS KAPAL SESUAI
DENGAN METODE PENGUKURAN
DALAM NEGERI;

 TELAH MENJALANI PRAKTEK

PENGUKURAN BEBERAPA JENIS
KAPAL SESUAI DENGAN METODE
PENGUKURAN INTERNASIONAL.
25
PASAL 3 PERMENHUB NO.8/2013

METODE
PENGUKURAN

DALAM NEGERI INTERNASIONAL KHUSUS

 UNTUK KAPAL-KAPAL
UNTUK KAPAL YANG YANG BERUKURAN UNTUK KAPAL
BERUKURAN PANJANG ≥ 24 METER YANG AKAN
PANJANG <24 METER  UNTUK KAPAL-KAPAL BERLAYAR DI
BERUKURAN PANJANG
< 24 METER, ATAS TERUSAN PANAMA
PERMINTAAN PEMILIK ATAU SUEZ

26
PASAL 4 PERMENHUB NO.8/2013

1) PENGUKURAN SEMUA VOLUME RUANGAN YANG DIMASUKKAN

DALAM PERHITUNGAN TONASE KOTOR DAN TONASE BERSIH PADA
KAPAL YANG TERBUAT DARI BAHAN LOGAM ATAU FIBREGLASS
HARUS DIUKUR SAMPAI DENGAN SISI SEBELAH DALAM KULIT
ATAU PELAT DINDING TANPA MEMPERHATIKAN LAPISAN ATAU
HAL LAIN SERUPA ITU.

2) PENGUKURAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) SELAIN

PADA KAPAL YANG TERBUAT DARI BAHAN LOGAM ATAU
FIBREGLASS DIUKUR SAMPAI DENGAN PERMUKAAN KULIT LUAR
PADA KAPAL.

27
PASAL 4 PERMENHUB NO.8/2013

3) UKURAN YANG DIAMBIL SEARAH MEMBUJUR KAPAL DISEBUT PANJANG,

SEDANGKAN YANG DIAMBIL SEARAH MELINTANG KAPAL DISEBUT LEBAR,
TANPA MENGINDAHKAN BENTUK DARI RUANGAN YANG DIUKUR.

28
PASAL 5 PERMENHUB NO.8/2013

1) TINGKAT AKURASI UKURAN-UKURAN DIAMBIL HINGGA MENDEKATI 1 CM (SATU

CENTIMETER).

2) JARAK TITIK-TITIK BAGI DAN SEPERTIGA JARAK TITIK BAGI DIHITUNG SAMPAI DENGAN
TIGA ANGKA DI BELAKANG KOMA, JIKA ANGKA KEEMPAT DI BELAKANG KOMA ADALAH
ANGKA LIMA ATAU LEBIH, MAKA ANGKA KETIGA DI BELAKANG KOMA DITAMBAH SATU.
Nama Kapal :
 
Nomor-nomor 1 1 1/2 2 2 1/2 3
Tinggi seluruhnya   0,90       
Geladak lengkung   0,00        
Koreksi Gldk lengkung   0,00        
Tinggi perhitungan   0,90     
TIGA ANGKA  
Jarak titik bagi dari tinggi   1,800        
No.lebar Faktor Lebar Lebar
DIBELAKANG
Lebar Lebar
KOMALebar
             
             
7 1 2,44       
6 4 2,44       
5 2 2,44       
4 4 2,44       
3 1,5 2,44       
2 2 2,44       
1 0,5 2,44       
    2,44       
Jumlah hasil kali lebar   36,60       
1/3 jarak titik-titik bagi tinggi   0,600    TIGA  ANGKA  
Luas penampang - A   21,96    DIBELAKANG
   
KOMA
Luas penampang - B *)            
Jumlah A dan B   21,96       

29
 Nama kapal :
         
Panjang dibawah geladak ukur : 91,48 Meter
Jarak titik-titik bagi dari panjang : 5,718 Meter
JARAK TITIK BAGI
Nomor Luas
Faktor Hasil Kali
Penampang Penampang
TINGGI (JT)
1 0,5
1½ 2
2 1
2 1/2 2
3 1,5
4 4
5 2
6 4
7 2
8 4
9 2
10 4
11 2
12 4
13 2
14 4
15 1,5
15 1/2 2
16 1
16 1/2 2
17 0,5
         
1/3 JARAK TITIK
Jumlah hasil kali :   5874,24 BAGI TINGGI
1/3 jarak titik-titik bagi panjang :   1,906
Volume (M3) :   11196,30

         
 
  11202,24
  30
PASAL 5 PERMENHUB NO.8/2013

3) KOREKSI LENGKUNG GELADAK, LUAS PENAMPANG MELINTANG DENGAN

SATUAN METER PERSEGI (M2) DAN VOLUME RUANGAN DENGAN SATUAN METER
KUBIK (M3) SERTA TINGGI DAN LEBAR RATA-RATA DIHITUNG SAMPAI DENGAN
DUA ANGKA DI BELAKANG KOMA, DAN JIKA ANGKA KETIGA DI BELAKANG KOMA
ADALAH ANGKA ENAM ATAU LEBIH, MAKA ANGKA KEDUA DI BELAKANG KOMA
DITAMBAH SATU.

4) HASIL INTERPOLASI DARI FAKTOR K1 ATAU K2 MENGENAI PERHITUNGAN

TONASE KAPAL SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM LAMPIRAN I ATURAN 22,
DIHITUNG SAMPAI DENGAN EMPAT ANGKA DI BELAKANG KOMA, JIKA ANGKA
KELIMA DI BELAKANG KOMA ADALAH ANGKA ENAM ATAU LEBIH, MAKA ANGKA
KEEMPAT DI BELAKANG KOMA DITAMBAH SATU.

5) TONASE KOTOR (GT) DAN TONASE BERSIH (NT) KAPAL YANG DICANTUMKAN
DALAM DAFTAR UKUR DAN SURAT UKUR MERUPAKAN HASIL PEMBULATAN
DENGAN MENGABAIKAN ANGKA DI BELAKANG KOMA.

31
PASAL 6 PERMENHUB NO.8/2013

DAFTAR UKUR

1) PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TONASE KOTOR (GT) DAN TONASE BERSIH

(NT) DILAKUKAN OLEH AHLI UKUR KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN
DAFTAR UKUR.

2) DAFTAR UKUR SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) DISUSUN SESUAI

DENGAN METODE PENGUKURAN YANG DIPERGUNAKAN DAN
DITANDATANGANI OLEH AHLI UKUR KAPAL YANG MELAKUKAN PENGUKURAN.

3) DAFTAR UKUR SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) DICATAT DALAM

BUKU REGISTER PENGUKURAN, DIBERI NOMOR SESUAI DENGAN TANGGAL
PENERBITAN DAN SEGERA DIKIRIM KEPADA DIREKTUR JENDERAL UNTUK
MENDAPAT PENGESAHAN.

4) PENOMORAN DAFTAR UKUR SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (3)

DILAKUKAN SECARA BERURUTAN, DIMULAI DARI NOMOR 1 (SATU) SAMPAI
DENGAN NOMOR 9999 (SEMBILAN RIBU SEMBILAN RATUS SEMBILAN PULUH
SEMBILAN) DAN SELANJUTNYA DIMULAI KEMBALI DARI NOMOR 1 (SATU).

5) BENTUK, ISI, DAN FORMAT SUSUNAN DAFTAR UKUR DITETAPKAN SEBAGAIMANA

TERCANTUM DALAM CONTOH 1 DAN 2 LAMPIRAN I YANG MERUPAKAN BAGIAN
TIDAK TERPISAHKAN DARI PERATURAN MENTERI INI.

32
 PENGUKURAN KAPAL
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN No. PM……... TAHUN 2013
   
Kedudukan pengukur Kapal : Pengukuran Pertama  
Tempat dan tanggal pengukuran : …………………………………  
  Pengukuran ulangan disebabkan  
  …………………………………  
  No. Surat Ukur terdahulu :  
   
   
DAFTAR UKUR DALAM NEGERI  
   
  Nama Kapal :  
  …………………………………………………..  
No. Eks.  
   
Digerakkan oleh mesin atau
Pelabuhan Pendaftaran Jenis kapal Nama Panggilan Bahan
layar
         
Tempat dan Tanggal
peletakan lunas Nama dan alamat pembangun No. Galangan
         
Keterangan alat Jumlah baling-baling Jumlah cerobong asap Jumlah geladak Jumlah tiang
penggerak
         
Nama dan alamat pemilik :  
UKURAN POKOK
PANJANG :
(Aturan 2 butir 2 dan 3 Permenhub No. PM. …. Tahun 2013)   meter
   
LEBAR :
(Aturan 2 butir 4 Permenhub No. PM. …. Tahun 2013)   meter
   
DALAM :
(Aturan 2 butir 5 Permenhub No. PM. …. Tahun 2013)   meter
   
PANJANG SELURUHNYA (LOA)   meter
   
TONASE KAPAL ADALAH
   
  TONASE KOTOR :    
   
  TONASE BERSIH :    
   
  Dikeluarkan di : Tanggal  
   
  AHLI UKUR KAPAL  
Pengesahan Pusat :  
Nomor :  
Tanggal :  
  (………………………………………….)  
               

33
               
KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGUKURAN KAPAL, 1969
( T . M. S - 1969 )
   
   
Kedudukan Pengukur Kapal : ............................
Tempat dan tanggal Pengukuran : Pengukuran Pertama  
………………………………………………….. …………………………………
  Pengukuran ulang disebabkan :
  ………………………………………
  No. Surat Ukur Terdahulu :  
   
DAFTAR UKUR INTERNASIONAL
  Nama kapal :
  ...............................................................
No. .............................. Eks. - .
   
     
Pelabuhan Nama Digerakkan oleh
Jenis kapal Bahan
Pendaftaran Panggilan Mesin atau Layar
         
Tempat dan tanggal Nomor
Nama dan alamat Pembangun
peletakan lunas Galangan
 
   
 
Jumlah Jumlah
Keterangan alat penggerak Jumlah geladak Jumlah tiang
baling-baling cerobong Asap
 
       
 
 
Nama dan alamat pemilik :  
 
UKURAN - UKURAN POKOK
  Panjang ( Pasal 2 ayat 8, TMS - 1969 )     Meter
  Lebar ( Peraturan 2 ayat 3, TMS - 1969 )     Meter
  Dalam ( Peraturan 2 ayat 2, TMS - 1969 )     Meter
  Panjang keseluruhan ( L.O.A )     Meter
   
  TONASE KOTOR (GT) =    
   
  TONASE BERSIH (NT) =    
   
dengan ini diterangkan bahwa Tonase kapal ini telah ditentukan sesuai ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM. …….. Tahun 2013 Tanggal ………………………………
   
  Dikeluarkan di : ................................. ................................
   
Ahli Ukur Kapal
   
   
PENGESAHAN PUSAT :  
Nomor :  
......................................
Tanggal :  
..........................................
   
           

34
PASAL 7 PERMENHUB NO.8/2013

1) DAFTAR UKUR DARI KAPAL ASING YANG DISUSUN BERDASARKAN

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGUKURAN KAPAL 1969
(INTERNATIONAL CONVENTION ON TONNAGE MEASUREMENT OF SHIPS,
1969) OLEH PEMERINTAH ATAU BADAN YANG DIAKUI OLEH NEGARA
BENDERA ASAL KAPAL, DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENETAPKAN
UKURAN DAN TONASE KAPAL INDONESIA YANG BERASAL DARI KAPAL
ASING DIMAKSUD.

2) APABILA DAFTAR UKUR KAPAL SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT

(1) TIDAK ADA ATAU KAPAL MENGALAMI PERUBAHAN, UKURAN DAN
TONASE KAPAL INDONESIA YANG BERASAL DARI KAPAL ASING
SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) HARUS DITETAPKAN
DENGAN MENGGUNAKAN DAFTAR UKUR YANG DIBUAT BERDASARKAN
HASIL PENGUKURAN KAPAL YANG DILAKUKAN OLEH AHLI UKUR
KAPAL.

35
PASAL 8 PERMENHUB NO.8/2013

SURAT UKUR

1) SURAT UKUR DITERBITKAN UNTUK KAPAL DENGAN UKURAN TONASE

KOTOR (GT) SEKURANG-KURANGNYA 7.

2) SURAT UKUR SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) DIBEDAKAN

DALAM 3 (TIGA) JENIS, YAITU:

a) SURAT UKUR DALAM NEGERI;

b) SURAT UKUR INTERNASIONAL; DAN
c) SURAT UKUR KHUSUS.

36
 Contoh 2

RUANG-RUANG YANG TERMASUK DALAM TONASE

REPUBLIK INDONESIA SPACES INCLUDED IN TONNAGE
REPUBLIC OF INDONESIA TONASE KOTOR
SURAT UKUR INTERNASIONAL (1969) GROSS TONNAGE
INTERNATIONAL TONNAGE CERTIFICATE (1969) Nama Ruangan Letak Panjang Volume
No.
Name of Space Location Length Volume
NO. : Bawah geladak
Underdeck
Dikeluarkan berdasarkan ketentuan-ketentuan Konvensi Internasional Tentang Pengukuran Kapal, 1969, oleh Pemerintah
Republik Indonesia.
Issued under the provision of International Convention on Tonnage Measurement of Ships, 1969, under the authority of the
Government of the Republic of Indonesia

Nama Kapal Nomor atau Huruf Pengenal Tempat Pendaftaran Tanggal *)

Name of Ship Distinctive Number or Letters Port of Registry * Date

* Tanggal peletakan lunas atau pada tahap pembangunan serupa itu (Pasal 2 (6)), atau tanggal saat/dimana kapal mengalami
perubahan atau perombakan besar (Pasal 3 (2) (b)).
Date on which the keel was laid or the ship was at a similar stage of construction (Article 2 (6)), or date on which the ship
underwent alterations or modifications of a major character (Article 3 (2) (b)), as appropriate.

Panjang (Pasal 2 (8))
Length (Article 2 (8))
UKURAN-UKURAN POKOK
MAIN DIMENSIONS
Lebar (Peraturan 2 (3))
Breadth (Reg. 2 (3))
Ukuran Dalam Terbesar di tengah kapal
hingga geladak teratas (Peraturan 2 (2))
Moulded Depth amidships to Upper Deck
(Regulation 2 (2))

TONASE KAPAL ADALAH :

THE TONNAGES OF THE SHIP ARE:

TONASE KOTOR ……………………………………

GROSS TONNAGE

TONASE BERSIH ……………………………………

NET TONNAGE

Dengan ini diterangkan bahwa tonase kapal ini telah ditentukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Konvensi
Internasionnal tentang Pengukuran Kapal 1969.
This is to certify that the tonnages of this ship have been determined in accordance with the provisions of the International
Convention on Tonnage Measurement of Ships 1969.

Nomor dan tanggal pengesahan :

Number and date of approval

Dikeluarkan di : Tanggal,
Issued at date JUMLAH
Total
An. MENTERI PERHUBUNGAN
Ruang-ruang yang dikecualikan [ Peraturan 2 (5) ]
Ob. MINISTER OF TRANSPORTATION
Excluded Space [ Regulation 2 (5)]

Tanda (*) harus dibubuhkan pada ruang-ruangan yang tercantum diatas yang mana terdiri dari ruang-ruangan
tertutup maupun yang dikecualikan.
An asterisk (*) should be added to those spaces listed above which comprise both enclosed and excluded spaces.
 Contoh 1 LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN
NOMOR :
TANGGAL : .
RISALAH

REPUBLIK INDONESIA A. VOLUME RUANGAN DI BAWAH GELADAK ATAS

SURAT UKUR DALAM NEGERI Panjang ( m ) Lebar ( m ) Dalam ( m ) Faktor *) Volume ( m3 )

0.50 / 0.70 / 0.85

No. …………………........……
Nama Kapal : B. VOLUME RUANGAN PADA BANGUNAN-BANGUNAN DI ATAS GELADAK

Nama Bangunan Panjang (m) Volume (m3 )

Eks. ...................................................

Tanda
Pelabuhan Digerakkan oleh
Jenis Kapal Panggilan Bahan
Pendaftaran Mesin atau Layar

Tempat dan Tanggal Nomor

Nama dan Alamat Pembangun
Peletakan Lunas Galangan

Jumlah Jumlah Jumlah

Keterangan Alat Penggerak Jumlah tiang
Baling-baling Cerobong Asap Geladak

UKURAN - UKURAN POKOK

JUMLAH :
Panjang (Aturan 2 butir 2 dan 3 Permenhub No. PM. …. Tahun 2013) ……….. Meter
Lebar (Aturan 2 butir 4 Permenhub No. PM. …. Tahun 2013) ……….. Meter Panjang kapal seluruhnya : ……………………………meter

Dalam (Aturan 2 butir 5 Permenhub No. PM. …. Tahun 2013) ……….. Meter Tanggal dan tempat dilakukan pengukuran : …………………………………………………………............

TONASE KAPAL ADALAH : Tanggal dan tempat dilakukan pengukuran sebelumnya : ...........................................................................................

TONASE KOTOR ( GT ) : ................................... Keterangan :

TONASE BERSIH ( NT ) : ..................................

Dengan ini diterangkan bahwa Tonase kapal ini telah ditentukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM. ...... Tahun .......

Nomor dan tanggal Pengesahan ............................................................................................................................................................

Diterbitkan di ............................................................................... Tanggal ......................................................................... 20 ..............

An. MENTERI PERHUBUNGAN

TANDA SELAR : ................................................................

Dipasang pada : ................................................................

.................................................................................................. *) coret yang tidak perlu
39
 PASAL 9 PERMENHUB NO.8/2013

1) SURAT UKUR SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 8 AYAT (1) BERLAKU SELAMA
KAPAL TIDAK MENGALAMI PERUBAHAN UKURAN, TONASE, NAMA KAPAL, ATAU KAPAL
TIDAK DIPERGUNAKAN LAGI.

2) SURAT UKUR MENJADI TIDAK BERLAKU DAN HARUS DITERBITKAN SURAT UKUR BARU
APABILA KAPAL MENGALAMI:

a) PERUBAHAN BANGUNAN YANG MENYEBABKAN RINCIAN UKURAN DAN ATAU TONASE

KAPAL YANG TERCANTUM DALAM SURAT UKUR BERUBAH; ATAU
b) KAPAL GANTI NAMA.

3) SURAT UKUR MENJADI TIDAK BERLAKU APABILA KAPAL TIDAK DIPERGUNAKAN LAGI
KARENA:
a) DITUTUH (SCRAPING);
b) TENGGELAM;
c) MUSNAH;
d) TERBAKAR; DAN
e) DINYATAKAN HILANG.

4) SURAT UKUR DINYATAKAN BATAL APABILA:

a) PENGUKURAN DILAKUKAN TIDAK SESUAI DENGAN KETENTUAN PASAL 3; ATAU
b) DIPEROLEH SECARA TIDAK SAH DAN ATAU DIGUNAKAN TIDAK SESUAI DENGAN
PERUNTUKANNYA.

40
 SURAT UKUR

SURAT KAPAL YANG MEMUAT UKURAN DAN TONASE

KAPAL BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN.

 BERDASARKAN
TIDAK BERLAKU, DOKUMEN YANG
HASIL APABILA : DIPERSYARATKAN
PENGUKURAN FISIK
DAN PERHITUNGAN
TONASE KAPAL,
DITERBITKAN
SURAT UKUR UNTUK
KAPAL YANG
BERUKURAN  KAPAL BERUBAH BUKTI KEPEMILIKAN
TONASE KOTOR BANGUNAN IDENTITAS PEMILIK
SEKURANG-
KURANGNYA GT. 7  KAPAL GANTI NAMA GAMBAR-GAMBAR
 KAPAL TENGGELAM KAPAL YANG
 SURAT UKUR PERLUKAN DALAM
DITERBITKAN OLEH RANGKA
KANTOR PELAKSANAAN
ADMINISTRATOR PENGUKURAN
PELABUHAN/KANTO
R PELABUHAN YANG KAPAL
MEMILIKI KODE
PENGUKURAN

41
 PASAL 10 PERMENHUB NO.8/2013

TANDA SELAR
1) PADA KAPAL YANG TELAH MEMPEROLEH SURAT BERITA ACARA PEMASANGAN TANDA SELAR
UKUR SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL (Pasal 10 ayat (5) Permenhub Nomor PM. 8 Tahun 2013)
8 AYAT (1) WAJIB DIPASANG TANDA SELAR OLEH
Pada hari/tanggal : ………………………………………..
PEMILIK KAPAL.
Saya : ………………………………………..
2) TANDA SELAR SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA Syahbandar di : ………………………………………..
AYAT (1) BERUPA RANGKAIAN HURUF DAN Telah menyaksikan pemasangan tanda selar pada
ANGKA YANG TERDIRI DARI GT. ANGKA TONASE kapal ........................... yang diterangkan di bawah ini, sesuai
KOTOR, NO. YANG DIIKUTI ANGKA NOMOR dengan Surat Ukur Nomor ................. tanggal ..................... yang
SURAT UKUR, DAN KODE PENGUKURAN DARI diterbitkan di ..........................................................
PELABUHAN YANG MENERBITKAN SURAT UKUR Nama Kapal : ………………………………………..
DITETAPKAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM Ukuran Pokok : (P) ........... meter x (L) .......... meter x (D)
CONTOH 1 PADA LAMPIRAN II YANG
C ......... meter
MERUPAKAN BAGIAN TIDAK TERPISAHKAN O Tonase : Tonase Kotor (GT) ………………..
Tonase Bersih (NT) ……………….
DARI PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN INI.
3) TANDA SELAR SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA
N Tanda Selar : ………………………………………..
Bahan Utama : ………………………………………..
AYAT (1) DIPASANG SECARA PERMANEN DI T Tanda Selar dipasang secara permanen dengan cara
BAGIAN LUAR DINDING DEPAN BANGUNAN
ATAS ATAU PADA TEMPAT LAIN YANG AMAN
O (dilas/dibaut/dikeling/dipahat/ dilekatkan/dicat *) di
……………………………………… **)
DAN MUDAH DIBACA H Pada saat pemasangan ini tidak terdapat Tanda Selar lain di kapal.
4) PEMASANGAN TANDA SELAR SEBAGAIMANA * ) Pilih yang sesuai
DIMAKSUD PADA AYAT (3) DIBUATKAN BERITA **) Tempat pemasangan
ACARA PEMASANGAN TANDA SELAR OLEH
SYAHBANDAR DI PELABUHAN TEMPAT Pemilik/Nakhoda, Yang Menyaksikan,
Syahbandar .......................
PEMASANGAN TANDA SELAR DILAKSANAKAN
UNTUK DIKIRIMKAN KEPADA SYAHBANDAR
YANG MENERBITKAN SURAT UKUR
( ........................................... ) (……………………………………)

42
Contoh 1 : Surat Pengantar

Nomor : .................., ............. 20....

Klarifikasi :
Lampiran : 1 (satu) Berkas
Perihal : Pemasangan Tanda Selar Kepada

Yth. Kepala Kantor Kesyahbandaran Utama / Atase

Perhubungan / Kepala Kantor Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan / Kepala Kantor Pelabuhan / Kepala
Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (*)

di

TEMPAT KAPAL BERADA

1. Bersama ini terlampir disampaikan Berita Acara Pemasangan Tanda Selar untuk kapal sebagaimana tersebut
dibawah ini :
Nama Kapal : ......................................
Tanda Selar : ......................................
Pemilik : ......................................

2. Selanjutnya harap disaksikan bahwa tanda selar tersebut telah dipasang di kapal yang bersangkutan.
3. Setelah selesai pengisian serta penandatanganan Berita Acara tersebut diatas, maka lembar pertama disimpan
untuk arsip Saudara dan lembar kedua dikirim ke Unit Kerja yang menerbitkan Surat Ukur.
4. Demikian di sampaikan, untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan.

Kepala Kantor Kesyahbandaran Utama / Atase

Perhubungan / Kepala Kantor Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan / Kepala Kantor Pelabuhan / Kepala
Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (*)
(*) Pilih yang sesuai

......................................................
Tembusan Yth. :
43
NIP. .....................................
6) PEMASANGAN TANDA SELAR SECARA PERMANEN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA
AYAT (3) DILAKUKAN DENGAN CARA:
a) DILAS, DIBAUT, ATAU DIKELING UNTUK KAPAL KONSTRUKSI BAJA ATAU
ALUMINIUM;
b) DIPAHAT UNTUK KAPAL KONSTRUKSI KAYU; ATAU
c) DILEKATKAN ATAU DICAT UNTUK KAPAL KONSTRUKSI FIBREGLASS ATAU
BAHAN LAIN.

7) UKURAN HURUF DAN ANGKA UNTUK TANDA SELAR DISESUAIKAN DENGAN TONASE
KOTOR KAPAL SEBAGAI BERIKUT :
a) TONASE KOTOR SAMPAI DENGAN GT. 174, MENGGUNAKAN HURUF DAN ANGKA
BERUKURAN:
1. TINGGI ANGKA 65 MM, LEBAR 40 MM;
2. TINGGI HURUF BESAR 65 MM, LEBAR 50 MM;
3. TINGGI HURUF KECIL 50 MM, LEBAR 35 MM; DAN
4. TEBAL HURUF DAN ANGKA 12 MM.

b) TONASE KOTOR GT. 175 ATAU LEBIH MENGGUNAKAN ANGKA DAN HURUF
BERUKURAN:
a. TINGGI ANGKA 100 MM, LEBAR 50 MM;
b. TINGGI HURUF BESAR 100 MM, LEBAR 80 MM;
c. TINGGI HURUF KECIL 75 MM, LEBAR 50 MM; DAN
d. TEBAL HURUF DAN ANGKA 20 MM.

8) BENTUK, ISI, DAN FORMAT SUSUNAN DAFTAR UKUR DITETAPKAN SEBAGAIMANA

TERCANTUM DALAM CONTOH 3 LAMPIRAN II YANG MERUPAKAN BAGIAN TIDAK
TERPISAHKAN DARI PERATURAN MENTERI INI.
44
45
 CONTOH PEMASANGAN TANDA SELAR

KAPAL TONGKANG : DIPASANG PADA DINDING CAPING MELINTANG

SEBELAH LUAR ATAU DIPASANG PADA DINDING
SAMPING HALUAN KANAN/KIRI MEMBUJUR SEBELAH
LUAR

ATAU

8 9 0 /PPm GT.
1 4N o. 3 201
. 2 0 4 No
GT . 38
90/
PPm
KAPAL MOTOR : DIPASANG PADA DINDING DEPAN
RUMAH KEMUDI MELINTANG SEBELAH
LUAR

CONTOH
PEMASANGAN
TANDA SELAR
PASAL 11 PERMENHUB NO.8/2013

TATA CARA PENERBITAN SURAT UKUR

1) PERMOHONAN PENGUKURAN KAPAL

DIAJUKAN OLEH PEMILIK KAPAL
ATAU YANG DIKUASAKAN KEPADA
DIREKTUR JENDERAL ATAU 2) PERMOHONAN
SYAHBANDAR DI PELABUHAN TEMPAT PENGUKURAN KAPAL
KAPAL BERADA, DILENGKAPI DENGAN DAPAT DIAJUKAN UNTUK
DOKUMEN MELIPUTI: DILAKUKAN PENGUKURAN
APABILA PEMBANGUNAN
a. BUKTI HAK MILIK ATAS KAPAL KAPAL PALING SEDIKIT
SESUAI DENGAN KETENTUAN SECARA FISIK TELAH
PERATURAN PERUNDANG- MENCAPAI TAHAP
UNDANGAN; DAN PENYELESAIAN BANGUNAN
b. GAMBAR-GAMBAR KAPAL YANG LAMBUNG, GELADAK
DIPERLUKAN DALAM RANGKA UTAMA, DAN SELURUH
PELAKSANAAN PENGUKURAN BANGUNAN ATAS.
KAPAL.

48
PASAL 12 PERMENHUB NO.8/2013

1) BERDASARKAN PERMOHONAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 11 SELANJUTNYA

DILAKSANAKAN PENGUKURAN FISIK KAPAL OLEH AHLI UKUR KAPAL.

2) DALAM HAL DATA UKURAN DARI RUANGAN YANG TIDAK DAPAT DIPEROLEH MELALUI
PENGUKURAN SECARA FISIK DAPAT MENGGUNAKAN GAMBAR RANCANG BANGUN KAPAL
SEBAGAI ALAT BANTU UNTUK MEMPEROLEH DATA UKURAN RUANGAN DIMAKSUD.

3) DARI HASIL PENGUKURAN FISIK KAPAL SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1), AHLI
UKUR KAPAL MENETAPKAN TONASE KOTOR (GT) DAN TONASE BERSIH (NT) DENGAN
MENYUSUN DAFTAR UKUR.

4) DAFTAR UKUR SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (3) DISAMPAIKAN KEPADA DIREKTUR
JENDERAL PALING LAMA 1 (SATU) BULAN SEJAK PENGUKURAN SELESAI DILAKUKAN UNTUK
MEMPEROLEH PENGESAHAN DENGAN DILAMPIRI DOKUMEN YANG DIPERSYARATKAN
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 11 AYAT (1);

5) BAGI KAPAL YANG BERASAL DARI KAPAL BERBENDERA ASING PENYAMPAIAN DAFTAR UKUR
SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (3), HARUS DILENGKAPI DENGAN SURAT
KETERANGAN PENGHAPUSAN DARI DAFTAR KAPAL (DELETION CERTIFICATE) DARI NEGARA
BENDERA ASAL KAPAL.

6) PENGESAHAN DAFTAR UKUR SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (4) DIBERIKAN OLEH
DIREKTUR JENDERAL APABILA PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN KAPAL YANG DILAKUKAN
TELAH SESUAI DENGAN METODE PENGUKURAN KAPAL YANG DIGUNAKAN.

7) PENGESAHAN ATAU PENOLAKAN DAFTAR UKUR DIPUTUSKAN OLEH DIREKTUR JENDERAL

PALING LAMA DALAM WAKTU 5 (LIMA) HARI KERJA SETELAH DAFTAR UKUR DITERIMA.

49
 PROSEDUR PENERBITAN SURAT UKUR

AHLI UKUR
KAPAL
MEMERINTAHKAN AHLI
DITOLAK UKUR KAPAL SETELAH
MENELITI DOKUMEN  AHLI UKUR KAPAL MELAKSANAKAN
YANG DIAJUKAN TUGAS PENGUKURAN FISIK KAPAL
 MEMBUAT PERHITUNGAN HASIL
PENGUKURAN KAPAL
PERMOHONAN PEMILIK DITERIMA  MENYIAPKAN SURAT UKUR
DITUJUKAN KEPADA KANTOR SEMENTARA YANG DITANDATANGANI
ADPEL/KANPEL DENGAN OLEH ADPEL/KANPEL
MELAMPIRKAN :  MEMBUAT DAFTAR UKUR
• BUKTI KEPEMILIKAN DITKAPEL
• GAMBAR RANCANG  MENGIRIM DAFTAR UKUR KE KANTOR
KA. UPT DITJEN PUSAT DITJEN HUBLA UNTUK
BANGUN KAPAL HUBLA MENDAPAT PENGESAHAN

• MENELITI HASIL PERHITUNGAN

DAFTAR UKUR YG DIKIRIM OLEH
PERMOHONAN AHLI UKUR/PENGUKUR KAPAL
PEMILIK KAPAL DARI KA. UPT APAKAH SUDAH
SESUAI DENGAN METODE DAN
PENGESAHAN KETENTUAN YANG BERLAKU.
• MENGIRIMKAN KEMBALI DAFTAR
UKUR YANG TELAH DITELITI
UNTUK DITERBITKAN SURAT UKUR
TETAP

50
PASAL 13 PERMENHUB NO.8/2013

SURAT UKUR

1) SURAT UKUR DITERBITKAN OLEH SYAHBANDAR DI PELABUHAN YANG MEMPUNYAI

KODE PENGUKURAN BERDASARKAN DAFTAR UKUR YANG TELAH DISAHKAN OLEH
DIREKTUR JENDERAL.

2) DALAM HAL PENERBITAN SURAT UKUR SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1)
BELUM DAPAT DILAKSANAKAN, DAPAT DITERBITKAN SURAT UKUR YANG BERSIFAT
SEMENTARA YANG BERLAKU PALING LAMA 3 (TIGA) BULAN.

3) SURAT UKUR YANG BERSIFAT SEMENTARA SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (2)
HANYA DAPAT DIPERPANJANG ATAS PERSETUJUAN MENTERI.

4) SURAT UKUR YANG BERSIFAT SEMENTARA BAGI KAPAL-KAPAL YANG DIUKUR DI

LUAR NEGERI DITERBITKAN OLEH DIREKTUR JENDERAL ATAU PEJABAT
PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN SURAT DIREKTUR JENDERAL.

5) SURAT UKUR YANG BERSIFAT SEMENTARA SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (2)
DAN AYAT (4) DIBERI NOMOR DAN TANGGAL PENERBITAN YANG SAMA DENGAN
NOMOR DAN TANGGAL DAFTAR UKUR.

51
6) SURAT UKUR SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) DIBERI NOMOR YANG
SAMA DENGAN NOMOR DAFTAR UKUR DAN DIBERI TANGGAL SESUAI DENGAN
TANGGAL PENERBITAN.

OUTLINE TANGGAL PENERBITAN SURAT UKUR

proses proses proses

SURAT UKUR
SURAT UKUR
SEMENTARA

PELAKSANAAN
PENGESAHAN
PENGUKURAN
DAFTAR UKUR

DITOLAK DITERIMA

PENJELASAN :
• PENAMBAHAN PENCANTUMAN TANGGAL PENERBITAN SU SEMENTARA PADA
SURAT UKUR PERMANEN SEBAGAI KONTROL DALAM PENERBITAN SURAT
UKUR SEMENTARA.
• MENGHINDARI KEJANGGALAN TANGGAL PENERBITAN SURAT UKUR
PERMANEN DENGAN TANGGAL PENGESAHAN DAFTAR UKUR
• TANGGAL SURAT UKUR PERMANEN TIDAK BERLAKU SURUT
52
 PROSES PENERBITAN SURAT UKUR
PERMOHONAN PEMILIK KE DITJEN HUBLA*) ATAU ADPEL/KANPEL
YANG MEMPUNYAI KODE PENGUKURAN DISERTAI :
1. SURAT KETERANGAN TUKANG/GALANGAN
2. SURAT KETERANGAN KEPEMILIKAN
3. IDENTITAS PEMILIK
4. GAMBAR KAPAL

Pengukuran oleh Ahli Ukur Kapal

Metode Dalam Negeri : Metode Internasional :

Panjang Kapal < 24,00 m Panjang Kapal ≥ 24,00 m

DAFTAR UKUR

Penerbitan Surat Ukur Pengiriman Daftar Ukur

Sementara oleh Dirkapel*) sebanyak 2 set ke Ditkapel
Adpel/Kakanpel

PengesahanDaftar Ukur oleh

Ditkapel

SURAT UKUR diserahkan ke Pemasangan Tanda Selar Penerbitan Surat Ukur Tetap
kapal

53
*) untuk pengukuran yang dilakukan di luar negeri
PASAL 14 PERMENHUB NO.8/2013

1) SURAT UKUR KHUSUS DITERBITKAN OLEH DIREKTUR JENDERAL.

2) BENTUK, ISI DAN FORMAT SUSUNAN SURAT UKUR KHUSUS DIBUAT MENGIKUTI
SURAT UKUR YANG DITERBITKAN OLEH OTORITAS DARI MASING-MASING NEGARA
DITETAPKAN SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM CONTOH 5 LAMPIRAN III YANG
MERUPAKAN BAGIAN TIDAK TERPISAHKAN DALAM PERATURAN INI.

PASAL 15 PERMENHUB NO.8/2013

1) DALAM HAL DI PELABUHAN TEMPAT KAPAL BERADA TIDAK TERDAPAT AHLI UKUR
KAPAL, SYAHBANDAR MEMINTA BANTUAN AHLI UKUR KAPAL DARI PELABUHAN
TERDEKAT YANG MEMILIKI KODE PENGUKURAN ATAU DARI KANTOR PUSAT
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT.
2) PENGUKURAN KAPAL YANG DILAKSANAKAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT
(1), SURAT UKUR DITERBITKAN OLEH:
a. SYAHBANDAR DI PELABUHAN TEMPAT KAPAL BERADA;
b. SYAHBANDAR DI PELABUHAN YANG MEMBERI BANTUAN AHLI UKUR KAPAL,
APABILA PELABUHAN TEMPAT KAPAL BERADA TIDAK MEMPUNYAI KODE
PENGUKURAN; ATAU
c. SYAHBANDAR DI PELABUHAN LAIN YANG TELAH MEMPUNYAI KODE
PENGUKURAN, BAGI KAPAL YANG PENGUKURANNYA DILAKSANAKAN OLEH AHLI
UKUR KAPAL BERDASARKAN PENUGASAN DARI DIREKTUR JENDERAL.

54
PASAL 16 PERMENHUB NO.8/2013

1) KODE PENGUKURAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 13 AYAT

(1) DITETAPKAN OLEH DIREKTUR JENDERAL.

2) KODE PENGUKURAN UNTUK KANTOR PUSAT DIREKTORAT JENDERAL

PERHUBUNGAN LAUT DAN PELABUHAN YANG BERWENANG
MENERBITKAN SURAT UKUR DITETAPKAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD
DALAM LAMPIRAN IV YANG MERUPAKAN BAGIAN TIDAK TERPISAHKAN
DALAM PERATURAN INI PERATURAN INI.

55
 Tempat dan kode pengukuran kapal

No. PELABUHAN Kode No. PELABUHAN Kode No. PELABUHAN Kode No. PELABUHAN Kode
1 Ambon MMa 45 Jambi RRc 89 Padangbai Pf 133 Singkil/K. Beukah QQf
2 Anyer Lor Aa 46 Jampea LLj 90 Muntok EEa  134 Sinjai LLg
3 Atapupu OOb 47 Jayapura MMm 91 Nipah Panjang RRd 135 Sintete HHc
4 Awarange/Mamuju LLx 48 Jeneponto LLz 92 Nunukan IIv  136 Sorong MMj
5 Badas OOs  49 Jepara Gb 93 Palangkaraya IIe  137 Sunda Kelapa Bc
6 Bagan Siapiapi PPf 50 Juwana Gc 94 Palembang DDa  138 Sungai Pakning PPl 
7 Bajoe LLi 51 Kalabahi OOa  95 Palopo LLk 139 Surabaya Ka
8 Balikpapan IId 52 Kalianget Lc 96 Pamanukan Bb 140 Tahuna KKe 
9 Bandaneira MMb 53 Kamal/Branta La 97 Panarukan Np 141 Tg. B. Asahan PPb
10 Banggai KKj 54 Kantor Pusat Pst 98 Pangkal Balam EEd  142 Tg. B. Karimun GGe 
11 Banjarmasin IIa 55 Kendari LLo 99 Pangkalan Bun IIu 143 Tanjung Batu GGh 
12 Banyuwangi Na 56 Ketapang HHe  100 Pangkalan Susu PPo  144 Tanjung Laut IIp 
13 Batam PPm 57 Kijang PPq 101 Panipahan PPr 145 Tanjung Pandan FFa
14 Batang Fr 58 Kolaka LLm 102 Panjang CCa  146 Tanjung Pinang GGa 
15 Bau bau LLn 59 Kolonedale KKk 103 Pantoloan KKi  147 Tanjung Priok Ba
16 Bawean Kc 60 Kota Baru IIt  104 Pare Pare LLv 148 Tanjung Redep IIn 
17 Belawan PPa  61 Krui BBe 105 Pasuruan Mg 149 Tanjung Uban GGg
18 Belinyu EEb  62 Kuala Enok PPn 106 Pekalongan Fp 150 Tapak Tuan QQk
19 Bengkalis PPd 63 Kuala Langsa QQg 107 Pekanbaru PPh 151 Tarakan IIm 
20 Bengkulu BBb 64 Kuala Mandahara RRe  108 Penuba GGc 152 Tarempa GGf
21 Benoa Pd 65 Kuala Tungkal RRa  109 Pkl. Brandan PPc 153 Tegal Ft
22 Besuki Nb 66 Kumai IIc  110 Polewali LLw 154 Telok Air HHf
23 Biak MMl 67 Kupang OOk 111 Pontianak HHa  155 Teluk bayur AAa 
24 Bima OOx 68 Kwandang KKd 112 Poso KKf 156 Tembilahan PPg
25 Bintuhan BBd 69 Labuha MMf 113 Probolinggo Mp 157 Tepa MMt
26 Biringkasi LLr 70 Larantuka OOf  114 Pulau Sambu GGd 158 Ternate MMe
27 Bitung KKb 71 Larat MMr 115 Pulau Tello SSi  159 Tilamuta KKl 
28 Brondong Kd 72 Lbh Bilik/Tg.S. Elang PPi  116 Raha LLp 160 Tobelo MMh
29 Buleleng Pb 73 Lembar Pa 117 Rembang Ia 161 Toli toli KKg
30 Bulukumba LLq 74 Lhokseumawe QQc 118 Rengat PPk 162 Tual MMc
31 Calang QQh 75 Luwuk KKh 119 Sabang QQb 163 Wahai MMo 
32 Cilacap Qa 76 Majene LLt 120 Samarinda IIk  164 Waingapu OOw 
33 Cirebon Da 77 Makassar LLa  121 Sambas HHb 165 Weda MMi 
34 Dabo Singkep GGb 78 Malahayati/O. Lheue QQm 122 Sampit IIb  166 Wonreli OOz 
35 Dobo MMd 79 Malili LLl 123 Sanana MMg 167 Marunda Bd
36 Dumai PPj 80 Manado KKa  124 Sangkulirang IIo  168 Muara Angke Be
37 Ende OOe 81 Manokwari MMk 125 Sarmi MMw 169 Muara Baru Bf
38 Fak Fak MMn 82 Maumere OOn  126 Saumlaki MMs 170 Ketapang Banyuwangi Nc
39 Geser MMp 83 Merak Ab 127 Selat Panjang PPe 171 Tulehu MMx
40 Gorontalo KKc 84 Merauke MMq 128 Selayar LLf 172 Manggar FFb
41 Gresik Kb 85 Meulaboh QQi 129 Semarang Ga 173 Pelabuhan Ratu Ac
42 Gunung Sitoli SSh 86 Morotai MMv 130 Sibolga SSd 174 Karangantu Ad
43 Idi QQd 87 Muara Sabak RRb 131 Sinabang QQe 175 Brebes Fu
44 Indramayu Db 88 Muko Muko BBa  132 Singkawang HHd 176 Labuhan Ae
PASAL 17 PERMENHUB NO.8/2013

1) SURAT UKUR YANG BARU SEBAGAI PENGGANTI DARI SURAT UKUR YANG
LAMA, DITERBITKAN BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN ULANG YANG
DILAKUKAN KARENA:

a. PERUBAHAN BANGUNAN YANG MENYEBABKAN RINCIAN UKURAN DAN

ATAU TONASE KAPAL YANG TERCANTUM DALAM SURAT UKUR
BERUBAH; ATAU
b. KAPAL GANTI NAMA.

2) DAFTAR UKUR HASIL PENGUKURAN ULANG SEBAGAIMANA DIMAKSUD

PADA AYAT (1), DISUSUN DENGAN MENGGUNAKAN DATA HASIL
PENGUKURAN ULANG.

3) SURAT UKUR BARU SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1), DITERBITKAN

BERDASARKAN KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 13.

4) SYAHBANDAR YANG MENERBITKAN SURAT UKUR BARU SEBAGAIMANA

DIMAKSUD PADA AYAT (3), HARUS MEMBERITAHUKAN KEPADA
SYAHBANDAR YANG MENERBITKAN SURAT UKUR LAMA AGAR NOMOR
DAFTAR UKUR YANG LAMA DALAM BUKU REGISTER PENGUKURAN
DICORET.
57
PASAL 18 PERMENHUB NO.8/2013

1) PEMILIK, OPERATOR KAPAL, ATAU NAKHODA HARUS SEGERA MELAPORKAN

SECARA TERTULIS KEPADA DIREKTUR JENDERAL ATAU SYAHBANDAR DI
TEMPAT KAPAL BERADA APABILA TERJADI PEROMBAKAN KAPAL YANG
MENYEBABKAN PERUBAHAN DATA YANG ADA DALAM SURAT UKUR.

2) PEMILIK, OPERATOR ATAU NAKHODA KAPAL DAN PEMBANGUN KAPAL WAJIB

MEMBANTU PELAKSANAAN PENGUKURAN KAPAL.

58
PASAL 19 PERMENHUB NO.8/2013

1) SALINAN SURAT UKUR SEBAGAI PENGGANTI SURAT UKUR YANG

HILANG ATAU RUSAK DAPAT DITERBITKAN OLEH DIREKTUR
JENDERAL ATAU SYAHBANDAR YANG MENERBITKAN SURAT UKUR
YANG HILANG ATAU RUSAK.

2) PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH SALINAN SURAT UKUR

SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1), DISAMPAIKAN KEPADA
DIREKTUR JENDERAL ATAU SYAHBANDAR YANG TELAH
MENERBITKAN SURAT UKUR TERSEBUT.

3) PERMOHONAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (2), HARUS

DILENGKAPI DENGAN LAPORAN HILANG DARI PEMILIK KAPAL DAN
SURAT KETERANGAN KEHILANGAN DARI KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA ATAU DENGAN MENUNJUKKAN SURAT UKUR
YANG RUSAK.

4) DASAR PENERBITAN SALINAN SURAT UKUR SEBAGAIMANA

DIMAKSUD PADA AYAT (1), DICANTUMKAN DALAM KOLOM CATATAN
PADA SALINAN SURAT UKUR.

59
60
 TUGAS mandiri
DIKLAT KESYAHBANDARAN B

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kelaiklautan kapal ?

2. Jelaskan sejarah pengukuran kapal di Indonesia ?
3. Apa perubahan regulasi terkait pengukuran kapal pada undang-undang no 11 tahun
2020 tentang Cipta Kerja ?
4. Apa tujuan dan fungsi suatu kapal dilakukan pengukuran ?
5. Sebutkan metode pengukuran kapal dan jelaskan !
6. Apa yang dimaksud tanda selar?
7. Bagaimana ketentuan pemasangan tanda selar secara permanen ?
8. Jelaskan ukuran huruf dan angka untuk tanda selar yang disesuaikan dengan tonase
kotor kapal ?
9. Jelaskan prosedur penerbitan surat ukur dan Siapa yang dapat menerbitkan surat
ukur ?
10. Jelaskan prosedur untuk penerbitan surat ukur yang hilang atau rusak ?

61
 TUGAS mandiri
DIKLAT KESYAHBANDARAN B

Jawaban tugas
Dikirim ke email :

sidrotul_muntaha@dephub.go.id

62