Nomor
Tanggal
Ahli ukur kapal adalah pejabat Pemerintah yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal dan
diberi wewenang untuk melaksanakan pengukuran kapal.
(2)
(3)
Auditor adalah Pejabat Pemerintah atau lembaga yang diberi kewenangan untuk
melaksanakan Audit terhadap kesesuaian persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan
dan memiliki kompetensi.
(4)
Bahan tak mudah terbakar adalah bahan yang tidak terbakar atau mengeluarkan uap
yang mudah terbakar dalam jumlah yang cukup untuk menyala sendiri pada waktu
dipanaskan pada sekitar 750C.
(5)
Baja atau bahan yang setara dengannya adalah bahan tidak mudah terbakar dimana
karena sifatnya sendiri atau adanya insulasi, memiliki struktural dan sifat keutuhan
yang setara dengan baja sesuai uji kebakaran standar.
(6)
Bangunan atas adalah,sesuai dengan penjelasan dalam Standar Kapal Non Konvensi
BAB I Pendahuluan Bagian B seksi 3 definisi no 4
(7)
Bangunan atas tertutup adalah, sesuai dengan penjelasan dalamStandar Kapal Non
Konvensi BAB I Pendahuluan Bagian B seksi 3 definisi tabel 2 no 5
DITKAPEL HUBLA
EDISI I* FEBRUARI 2012
Page 1
(8)
Bukti obyektif adalah, sesuai dengan penjelasan dalamStandar Kapal Non Konvensi
BAB IX Manajemen Operasional Bagian B seksi 4.1.1.6
(9)
Daftar ukur adalah, sesuai dengan penjelasan dalamStandar Kapal Non KonvensiBAB I
Pendahuluan Bagian B seksi 3 definisi tabel 2 no 9
(10) Dalam terbesar pada perhitungan Garis Muat adalah,sesuai dengan penjelasan dalam
Standar Kapal Non Konvensi BAB I Pendahuluan Bagian B seksi 3 definisi tabel 2 no
12
(11) Dalam terbesar pada perhitungan Surat Ukur adalah, sesuai dengan penjelasan dalam
Standar Kapal Non Konvensi BAB I Pendahuluan Bagian B seksi 3 definisi tabel 2 no
140
(12) Dinas Orbit Polar Satelit adalah dinas yang didasarkan pada orbit polar satelit yang
menerima dan merelay tanda bahaya dari Emergency Position Indicating Radio Beacon
(EPIRB) satelit dan yang memancarkan posisinya.
(13) Divisi klas A adalah divisi yang dibentuk oleh sekat dan geladak yang memenuhi
yang tidak terkena tidak akan naik lebih dari 139C di atas suhu awal, juga tidak
akan naik lebih dari 180C di atas suhu awal pada sembarang titik, termasuk
sambungannya, dalam waktu berikut ini :
i.
Klas A-60
60 menit;
ii.
Klas A-30
30 menit;
iii.
Klas A-15
15 menit;
iv.
Klas A-0
0 menit.
(14) Divisi klas B adalah divisi yang dibentuk oleh sekat dan geladak, langit-langit atau
mampu menahan aliran asap dan nyala hingga akhir setengah jam uji kebakaran
standar.
b. Memiliki nilai insulasi sedemikian sehingga suhu rata-rata sisi yang tidak terkena
tidak akan naik lebih dari 139C di atas suhu awal, juga tidak akan naik lebih dari
225C di atas suhu awal pada sembarang titik, termasuk sambungannya, dalam
waktu berikut ini :
DITKAPEL HUBLA
EDISI I* FEBRUARI 2012
Page 2
i.
Klas B-15
15 menit;
ii.
Klas B-0
0 menit;
(15) Divisi klas C adalah divisi yang dikonstruksikan dari bahan yang tidak mudah
terbakar, namun tidak perlu memenuhi persyaratan aliran asap atau nyala atau
pembatasan kenaikan suhu.
(16) Geladak lambung timbul adalah, sesuai dengan penjelasan dalam Standar Kapal Non
dengan penjelasan dalam Standar Kapal Non Konvensi BAB I Pendahuluan Bagian B
Seksi 3 Table 2.21
(19) International safety Management (ISM) Code adalah Kodifikasi Internasional tentang
kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan,
kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen
keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal
untuk berlayar di perairan tertentu.
(23) Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material,
Page 3
(26) Kapal baruartinya kapal yang lunasnya diletakkan atau yang pada tahap pembangunan yang
sama pada atau setelah 1 Januari 2014
(27) Kapal lama artinya kapal yang bukan merupakan kapal baru
(28) Kapal Non Konvensi adalah kapal yang tidak dicakup oleh konvensi dan kode yang
(41) Kode pengukuran adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB
DITKAPEL HUBLA
EDISI I* FEBRUARI 2012
Page 4
(42) Koefisien blok adalah perbandingan antara volume benamam pada kedala r-nan 85 % dari
tinggi kapal dengan hasil perkalian ukuran panjang, lebar dan s arat benaman pada kedalaman
85 dari tinggi kapal atau dalam bentuk rumus sebagai berikut :
V
Kb =
PxLxd
Kb
V
P
=
=
=
Koefesien blok
Volume benaman kapal pada kedalaman 85 % dari tinggi kapal terkeet
Panjang kapal diukur pada sarat benaman pada kedalaman 85 % dari
tinggi kapal terkecil
Lebar kapal diukur pada sarat benamam pada kedalaman 85 dari nggi
kapal terkecil
Sarat benaman pada kedalaman 85 % dart tinggi kapal terkecil
(43) Komunikasi antar anjungan kapal adalah komunikasi keselamatan antara kapal dengan
selain berita bahaya, berita segera dan berita keselamatan melalui radio.
(45) Lambung timbul adalah jarak vertikal yang diukur pada tengah kapal dari sisi atas garis
geladak lambung timbul kearah bawah hingga sisi atas garis muat.
(46) Lebar kapal pada perhitungan Garis Muat dan Pengukuran adalah sesuai dengan
penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I Pendahulauan Bagian B seksi 3 Table
3.75
(47) Mesin kemudi utama adalah permesinan, penggerak daun kemudi, satuan tenaga mesin
kemudi, jika ada, serta perlengkapan bantu dan sarana penempel torak ke stok kemudi
(misalnya tiller atau kwadran) yang diperlukan untuk menggerakan daun kemudi.
(48) Mesin kemudi bantu adalah perlengkapan selain dari mesin kemudi utama yang
diperlukan untuk mengemudikan kapal bila terjadi kegagalan pada mesin kemudi
utama.
(49) Observasi adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I
DITKAPEL HUBLA
EDISI I* FEBRUARI 2012
Page 5
(53) Peraturan Radio adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I
penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I Pendahuluan Bagian B seksi 3 Table
2.93.
(55) Penumpang adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I
Pendahuluan Bagian B seksi 3 Table 2.106.
(56) Pemilik adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I
Page 6
(69) Sistem kendali mesin kemudi adalah perlengkapan dengan mana perintah diteruskan
hubung darurat bila terjadi kegagalan pasokan dari sumber utama tenaga listrik.
(74) Surat ukur adalahsesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB VII
DITKAPEL HUBLA
EDISI I* FEBRUARI 2012
Page 7
(82) Uji kebakaran standar adalah pengujian terhadap spesimen sekat atau geladak dengan
cara dikenai pada tungku uji hingga suhu setara dengan kurva suhu-waktu standar yang
ditarik melalui titik-titik suhu berikut yang diukur di atas suhu tungku awal :
a. Pada akhir 5 menit pertama 556C;
b. Pada akhir 10 menit pertama 659C;
c. Pada akhir 15 menit pertama 718C;
d. Pada akhir 30 menit pertama 821C;
e. Pada akhir 60 menit pertama 925C.
(83) Zona vertikal utama adalah bagian-bagian dari lambung, bangunan atas, rumah geladak
ditentukan sebagai divisi klas A yang panjangnya pada sembarang geladak tidak
lebih dari 40m.
(84) Definisi yang tidak terdapat pada ayat-ayat diatas, merujuk pada Bab I Pendahuluan
Bagian B Seksi 3 Definisi dalam dokumen Standar Kapal Non Konvensi Berbendera
Indonesia beserta amandemennya
Pasal 2
Penerapan
(1)
Kecuali secara tegas ditentukan lain dalam Peraturan ini, semua kapal penumpang
dan semua kapal barang dengan GT lebih besar dan sama dengan 500 berbendera
Indonesia yang melakukan pelayaran Internasional harus memenuhi ketentuan
Konvensi SOLAS 1974 beserta Protokol dan amandemen-amandemennya yang telah
diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia.
(2)
Kapal-kapal penumpang yang diatur dalam aturan ini adalah kapal penumpang yang
hanya berlayar dalam daerah pelayaran kawasan Indonesia (near coastal voyage),
lokal, terbatas, pelabuhan dan perairan daratan yang hanya berada dalam wilayah
perairan Indonesia saja.
(3)
Peraturan tentang Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia diterapkan pada kapalkapal yang tidak diatur dalam konvensi Internasional meliputi :
a.
Kapal-kapal yang tidak digerakan dengan tenaga mekanis (tongkang, pontoon dan
kapal layar);
f.
Kapal-kapal pesiar;
DITKAPEL HUBLA
EDISI I* FEBRUARI 2012
Page 8
(4)
Peraturan ini berlaku bagi kapal laut dan kapal perairan daratan yang terdaftar di
Indonesia dan tidak diatur dalam peraturan konvensi-konvensi Internasional.
(5)
Penerapan yang tidak diatur pada ayat-ayat diatas, merujuk pada Bab I Pendahuluan
Bagian A Seksi 2 Aplikasi Dokumen Standar Kapal Non Konvensi Berbendera
Indonesia beserta amandemennya.
Pasal 3
Daerah Pelayaran dan Daerah Operasi Kapal
(1)
Daerah Operasi Kapal sesuai yang tercantum dalam dokumen Standar Kapal Non
Konvensi Berbendera Indonesia Bab I Pendahuluan Bagian C Seksi 4 serta
amandemennya.
(2)
DITKAPEL HUBLA
EDISI I* FEBRUARI 2012
Page 9
f. Daerah Pelayaran Perairan Daratan adalah perairan sungai, danau, waduk dan
kanal atau terusan.
Pasal 4
Survei dan Pemeriksaan Kapal
(1)
(2)
Survei kapal:
a. Survei terkait dengan kekuatan konstruksi lambung dan permesinan dapat
dilaksanakan oleh pemerintah, badan klasifikasi atau otoritas survei yang diakui
oleh pemerintah.
b. Hasil survei kapal dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penerbitan
sertifikat keselamatan kapal.
c. Hasil survei sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) b dan salinan sertifikat
konstruksi lambung dan permesinan yang masih berlaku dilampirkan pada
permohonan sertifikat keselamatan kapal.
d. Hasil survei kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) a, b, c dilaporkan kepada
pemerintah dengan format standar sesuai ketentuan yang berlaku secara berkala
dengan jangka waktu setiap 6 (enam) bulan.
(3)
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilaksanakan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Pertama dilaksanakan sebelum kapal dioperasikan, meliputi
pemeriksaan lengkap atas bangunan, permesinan dan perlengkapannya, termasuk
sisi luar kulit dasar kapal. Pemeriksaan harus sedemikian untuk memperoleh
kepastian bahwa tata susunan, bahan dan kekuatan bangunan, bejana tekan serta
kelengkapannya, permesinan induk dan permesinan bantu, baling-baling dan
poros baling-baling, instalasi radio dan elektronika kapal, termasuk yang
digunakan untuk sarana penyelamatan diri, perlengkapan pemadam kebakaran,
peralatan navigasi, publikasi nautika, tangga pandu, dan peralatan lainnya
memenuhi persyaratan peraturan ini. Pemeriksaan harus dilaksanakan sedemikian
rupa hingga dapat diperoleh kepastian bahwa konstruksi kapal dan
perlengkapannya memenuhi persyaratan, dan kapal harus dilengkapi dengan
lampu-lampu, sosok benda, sarana yang menghasilkan isyarat bunyi dan isyarat
bahaya untuk pencegahan tubrukan di laut.
b. Pemeriksaan Tahunan dilaksanakan setiap dua belas bulan, meliputi pemeriksaan
bangunan, permesinan dan perlengkapannya, termasuk sisi luar kulit dasar kapal
(khusus untuk kapal penumpang). Pemeriksaan harus sedemikian untuk
DITKAPEL HUBLA
EDISI I* FEBRUARI 2012
Page 10
DITKAPEL HUBLA
EDISI I* FEBRUARI 2012
Page 11
Pasal 5
Pengujian
(1)
(2)
Pengujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terkait keselamatan dilakukan oleh
Penilik Keselamatan Kapal (Marine Inspector) dengan memperhatikan standar mutu
pabrik pembuat.
(3)
Bahan, peralatan dan perlengkapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dianggap
telah lulus uji mutu yang dibuktikan dengan sertifikat pabrik pembuat.
Pasal 6
Sertifikasi Keselamatan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Sertifikat Keselamatan Kapal diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
yang memuat keterangan penting tentang identitas kapal dan bentuk sertifikat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
DITKAPEL HUBLA
EDISI I* FEBRUARI 2012
Page 12
(6)
(7)
Sertifikat sementara hanya diberikan pada kapal-kapal yang belum memiliki sertifikat
sertifikat/dokumen penunjang lainnya, dengan masa berlaku maksimal 3 (tiga) bulan
dan hanya dapat diperpanjang paling lama 1 x 3 bulan.
Pasal 7
Penyetaraan dan Pembebasan
(1) Dalam keadaan tertentu Menteri dapat memberikan penyetaraan dan pembebasan
Perhubungan Laut dapat memberikan pengecualian dari beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi setelah mempertimbangkan hasil pemeriksaan dan pengujian oleh Penilik
Keselamatan Kapal (Marine Inspector).
(3) Penyertaraan dan Pembebasan yang tidak diatur dalam ayat ayat diatas, merujuk pada
DITKAPEL HUBLA
EDISI I* FEBRUARI 2012
Page 13