Anda di halaman 1dari 63

Click to edit Master subtitle style

SOLAS
(Safety Of Life At Sea)
SOLAS
• Kata SOLAS adalah singkatan dari "Safety of Life at Sea"
lebih lengkapnya adalah International Convention for
Safety of Life at Sea. Kalau di artikan ke dalam bahasa
indonesia kurang lebih kata "SOLAS" ini artinya adalah
"Keselamatan Jiwa di Laut "
IMO
• Organisasi Maritim Internasional (Bahasa Inggris:International
Maritime Organization atau IMO (dulunya dikenal sebagai Inter-
Governmental Maritime Consultative Organization atau IMCO)),
didirikan pada tahun 1948 melalui PBB untuk mengkoordinasikan
keselamatan maritim internasional dan pelaksanaannya. Walaupun
telah didirikan sepuluh tahun sebelumnya, IMO baru bisa berfungsi
secara penuh pada tahun 1958. Dengan berpusat di London, Inggris,
IMO mempromosikan kerja-sama antar-pemerintah dan antar-
industri pelayaran untuk meningkatkan keselamatan maritim dan
untuk mencegah polusi air laut.
ANGGOTA – ANGGOTA IMO
• Terdapat 175 anggota IMO saat ini meliputi 172 negara
penuh yang diakui oleh PBB serta 3 anggota wilayah non-
negara yaitu Kepulauan Faroe serta Hong Kong dan
Makao (bagian dari Cina)
• Indonesia termasuk salah satu dari negara anggota IMO
yang mulai bergabung sejak tahun 1961.
SEJARAH SOLAS DAN IMO
1912 1914 1929 1948 1960
TITANIC KONFRENSI KONFRENSI KONFRENSI KONFRENSI
PERTAMA KEDUA KETIGA KEEMPAT

1974
1982
KONFRENSI
IMCO MENJADI IMO KELIMA
SUSUNAN DARI SOLAS 1974
• SOLAS 1974 edisi terbaru adalah cetakan tahun 2014 (Consolidated Edition
2014), yang berisi:
• Bab I :General Provision
• Bab II-1 :Construction- Structure,subdivisi
and stability,machinery and
electrical installation.
• Bab II-2 :Construction –fire protection,fire
detection and fire extinction.
• Bab III :Life saving appliances and
arrangements.
• Bab IV :Radio Communications
• Bab V : Safety of Navigation
• Bab VI :Carriage of Cargoes
• Bab VII :Carriage of Dangerous Goods
• Baab VIII: Nuclear Ships.
• Bab IX :Management for the safe operation.
• Bab X :Safety measure for high speed craft
• Bab XI-1 :Special measure to enhance
maritime safety.
• Bab XI-2 :Special measures to enhance
maritime security.
• Bab XII :Addional safety measures for bulk
carriers
• Bab XIII: Verification of compliance
• Bab XIV: Safety measures for ships operating in polar waters
Bab I :General Provision
Bab I: Ketentuan Umum, berisi tentang peraturan-
peraturan survei berbagai jenis kapal, dan
ketentuan pemeriksaan kapal oleh negara lain
PEMBERLAKUAN

• Kecuali secara jelas ditentukan lain,aturan-


aturan dari SOLAS hanya diberlakukan pada
kapal-kapal yang melayari pelayaran
Internasional.
• Kelas dari kapal-kapal untuk pemberlakuan
setiap bab,ditentukan dalam bab tersebut.
DEFINISI-DEFINISI
a. Aturan berarti aturan yang terkandung dalam konvensi ini.
b. Administration berarti pemerintah dari suatu Negara yang
benderanya digunsksn oleh kapal.
c. Pelayaran Internasional berarti pelayaran dari suatu Negara
dimana aturan ini berlaku ke pelabuhan diluar Negara
tersebut atau sebaliknya
d. Penumpang adalah semua orang dikapal selain dari Nakhoda
dan ABK atau orang lain yang dipekerjakan untuk bisnis kapal
dan anak-anak dibawah 1 tahun.
e. Kapal penumpang adalah kapal yang membawa lebih dari 12
penumpang.
f. Kapal barang adalah setriap kapal yang bukan kapal
penumpang.
g. Kapal tanker adalah kapal barang yang konstruksinya atau
penggunaannya untuk mengangkut bahan cair yang mudah
terbakar.
h. Kapal penangkap ikan adalah sebuah kapal yang
digunakan untuk menangkap ikan paus,anjing
laut,walrus atau sumber daya lainnya dari laut.
i. Kapal nuclear adalah sebuah kapal yang
dilengkapi pesawat tenaga nuklir.
j. Kapal baru ialah kapal yang peletakan lunasnya
pada atau sesudah tanggal 25 Mei 1980
k. Kapal lama adalah kapal yang bukan kapal baru.
l. 1 mil laut sama dengan 1852 meter atau 6080
feet.
m. Anniversary date berarti hari dan bulan dari tiap
tahun yang berhubungan dengan tanggal habis
masa berlaku sertifikat
PENGECUALIAN

• Kecuali dinyatakan lain aturan-aturan SOLAS tidak


berlaku terhadap:
a. Kapal Perang.
b. Kapal barang berukuran kurang dari GT.500.
c. Kapal yang tidak digerakkan dengan mesin..
d. Kapal kayu yang dibuat secara primitif.
e. Kapal pesiar yang tidak disewakan
f. .Kapal penangkap ikan
PEMBEBASAN

Kapal yang secara normal tidak melayari Pelayaran


Internasional tetapi karena situasi yang dikecualikan
terpaksa mengadakan pelayaran internasional
untuk satu kali perjalanan dapat dibebaskan oleh
Administration asalkan memenuhi sarat-sarat
keselamatan.
Kapal.kapal yang bentuknya khusus dapat dibebaskan
dari persaratan Bab II-I,II-2,III dan IV asalkan
,menurut pendapat Administration masih
memenuhi sarat sarat keselamatan.
INSPEKSI DAN SURVEI

Survei kapal-kapal penumpang.


a. Initial survey (survei Pertama) sebelum kapal
dioperasikan.
b. Renewal survey (survei pembaruan) setiap 12 bulan .
c. Additional survey (.survei tambahan) ,bila
diperlukan.
INSPEKSI DAN SURVEI

Survei alat-alat penolong kapal barang:


• Initial survey
• Renewal survey,untuk pembaruan sertifikat.
• Periodical survey 3 bulan sebelum/sesudah annyversary ke 2 atau
ke 3.
• Annual survey 3 bula sebelum/sesudah annyversary date
• Additional survey ,bila diperlukan
Survei Instalasi Radio Kapal Barang:

a. Initial survey sebelum dioperasikan.


b. Renewal survey, untuk pembaruan sertifikat.
c. Periodical survey,3 bulan sebelum/sesudah
annyversary date.
d. Additional survey bila diperlukan.
• Survei konstruksi dan permesinan:
a. Initial survey sebelum kapal dioperasikan.
b. Renewal survey,untuk pembaruan sertifikat.
c. Intermediate survey, 3bulan sebelum/sesudah
annyversary date ke 2 atau ke 3
d. Annual survey,3 bulan sebelum/sesudah annyversary
date
e. Additionnal suvey bila diperlukan.
f. Minimum 2 inspeksi lambung dan bagian bawah air
dalam 5 tahun.
SERTIFIKAT-SERTIFIKAT
a. Untuk kapal penumpang:
Passenger Ship Safety Certificate
(Sertifikat Keselamatan Kapal
Penumpang)
berlaku paling lama 12 bulan.
b Untuk Kapal Barang:
-Cargo Ship Safety Construction
Certificate.
-Cargo Ship Safety Equip.
ment Certificate.
-Cargo Ship Safety Radio Certificate.
Sertifikat-Sertifikat tersebut berlaku
sesuai ketentuan Administration tetapi
tidak boleh lebih dari 5 tahun
PENGAWASAN

1. Setiap kapal yang masuk dari Negara lain tunduk terhadap pemeriksaan yang
dilakukan oleh Perwira-Perwira yang betul-betul ditugaskan (Port State
Control Officer) untuk meneliti apakah sertifikat masih berlaku.
2. Apabila masih betrlaku Sertifikat tersebut harus diakui kecuali ada bukti yang
jelas (clear ground) bahwa kondisi kapal atau perlengkapannya tidak sesuai
dengan sertifikat atau tidak sesuai dengan peraturan.
3. Apabila sertifikat tidak berlaku atau kalau kapal ada kekurangan maka kapal
tidak diijinkan berangkat sebelumkekurangan dipenuhi
4. Dalam hal demikian harus memberi tahu secara tertulis Perwakilan Negara
Bendera dan class yang mengeluarkan sertifikat.
5. PSC juga harus menyampaikan mengenai kapal tersebut ke pejabat
pelabuhan tujuan,apabila kapal tidak dapat melengkapi kekurangannya di
pelabuhan tersebut.
KECELAKAAN

1. Setiap Negara harus mengadakan penyelidikan


terhadap kecelakaan yang menimpa kapal –kapal
mereka mengenai persyaratan dalam konvensi ini
dan mengusulkan apakah ada perubahan yang
diinginkan terhadap aturan-aturan ini.
2. Setiap Negara harus melaporkan hasil penyelidikan
tersebut kepada IMO.
• Bab II-1 :Construction- Structure,subdivisi
and stability,machinery and
electrical installation.
• tentang persyaratan konstruksi kapal, sekat-sekat kedap air, khususnya
pada kapal-kapal penumpang, stabilitas kapal, permesinan kapal dan
kelistrikannya.
• Bab II-2 :Construction –fire protection,fire
detection and fire extinction.
• ketentuan-ketntuan tentang sekat-sekat kedap api, sistim pendetesian
adanya kebakaran dan tentang alat-alat pemadam kebakaran baik jenis
dan jumlahnya untuk kapal-kapal yang berbeda. Sebagai petunjuk rinci,
dari Bab II-2 ini kemudian diberlakukan FP Code.
Bab III: Alat-alat keselamatan dan penataannya
(Life-saving appliances and arrangements)
Bagian A
• Bab ini berlaku untuk kapal-kapal yang dibangun pada
atau setelah 1 Juli 1998. Kapal berarti ‘Semua kapal yang
dibangun sebelum, pada atau setelah tanggal tersebut.
Kapal dibangun sebelum tanggal yang perlu sesuai dengan
versi sebelumnya dari SOLAS, dan fase ke dalam
persyaratan terbaru sebagai dan ketika peralatan yang
diganti. Ada definisi yang baik dalam bagian ini, termasuk
‘Panjang’, ‘kedalaman Moulded’, dan ‘Novel
menyelamatkan jiwa alat atau pengaturan’.
Bagian B
• Paragraf berurusan dengan Radio menyelamatkan nyawa
peralatan (persyaratan untuk membawa radio VHF dan
transponder Radar) berlaku untuk kapal penumpang, kapal
kargo lebih dari 500GT, dan untuk tingkat yang sedikit lebih
rendah kapal kargo semua antara 300GT dan 500GT.
• Serta merinci berbagai peralatan dilakukan, bagian berurusan
dengan daftar Muster, Abaikan kapal prosedur bor, pelatihan
Darurat dan latihan, Api latihan, On-board pelatihan dan
petunjuk, kesiapan Operasional, Perawatan dan pemeliharaan
hidup hemat dan peralatan terkait masalah memberikan
gambaran yang sangat baik (dan mudah dimengerti) dari jenis
sistem yang harus di tempat di papan.
Slide Title
• Mengambil bagian I sebagai persyaratan dasar untuk semua
kapal, bagian II, III dan IV memberikan persyaratan tambahan
untuk kapal penumpang (II), kapal kargo (III), dan bagian IV
memerlukan menyelamatkan nyawa peralatan untuk
mematuhi persyaratan ‘Kode Etik ‘- yang Hidup Hemat
Internasional Appliance (LSA) Kode diadopsi oleh Komite
Keselamatan Maritim IMO oleh resolusi MSC.48 (66). Ini
adalah tanggung jawab kapal agar sesuai perlengkapan yang
telah disetujui oleh Administrasi Negara bendera, dan
tanggung jawab Administrasi untuk memastikan bahwa
mereka hanya menyetujui peralatan yang memenuhi standar
yang ditetapkan dalam ‘Kode’.
Bab IV: Komunikasi Radio
(Radiocommunications),
• ketentuan-ketentuan tentang pembagian wilayah laut
(Sea-area) berdasarkan jangkauan peralatan radio
komunikasi dan pelayaran kapal, jenis dan jumlah alat-
alat komunikasi beserta sumber tenaga untuk radio yang
harus ada di kapal yang berlayar di wilayah laut yang
berbeda, serta persyaratan siapa yang boleh
mengoperasikan radio di kapal. Bab III inilah yang
merupakan ketentuan-ketentuan tentang GMDSS (Global
Maritime Distress and Safety System).
BAGIAN A - UMUM
• Persyaratan bab ini berlaku untuk kapal penumpang dan kapal kargo dari 300 GT dan ke
atas. Ada fase-dalam periode untuk kapal yang dibangun sebelum Februari 1995, namun hal
ini telah berlalu, dan sejak Februari 1999 semua kapal harus diperlukan untuk mematuhi
sepenuhnya dengan bab ini. Sementara bab-bab lainnya memberikan berbagai derajat
lintang untuk Administrasi untuk menerima setara atau mengizinkan pengecualian, itu dicatat
di sini bahwa ‘Pemerintah Persetujuan menganggapnya sangat diinginkan untuk tidak
menyimpang dari persyaratan bab ini’. Setiap pengecualian parsial atau kondisional yang
dapat diberikan kepada kapal individu perlu dilaporkan ke IMO bersama-sama dengan
alasan untuk pemberian pembebasan.
• Empat Wilayah Laut didefinisikan, A1 (VHF cakupan), A2 (MF cakupan), A3 (Inmarsat
cakupan) dan A4 (suatu daerah di luar 3 lainnya).
• Persyaratan Fungsional sebenarnya dirangkum dalam
bahasa yang sederhana dan positif – ‘kapal Setiap,
sementara di laut, harus mampu ….. transmisi kapal-ke-
pantai peringatan tertekan oleh setidaknya dua cara
terpisah dan independen, masing-masing menggunakan
yang berbeda layanan komunikasi radio ….. menerima
pantai-untuk kapal tanda marabahaya ….. dan seterusnya
Bagian B – usaha oleh pihak Pemerintah
• Hal ini berkaitan dengan usaha dari Pemerintah
Persetujuan untuk membuat fasilitas pantai berbasis
tersedia untuk komunikasi radio terestrial ruang dan
layanan, menyediakan layanan dengan satelit, VHF, MF
dan HF yang mungkin sesuai
Bagian C – persyaratan Kapal
• memberikan detail dari peralatan yang akan dibawa dan
layanan yang disediakan di papan sehingga kapal dapat
mematuhi Persyaratan Fungsional sebagaimana
ditetapkan dalam Bagian A. non-teknis ringkas dan (pada
umumnya) deskripsi Peralatan, sumber daya, Jam
dipertahankan, persyaratan Pemeliharaan dan Sertifikasi
personil, yang – selain peraturan prima – pengenalan
berharga untuk seluruh sistem GMDSS untuk yachtsmen
yang mungkin mempertimbangkan GMDSS pas sebagai
‘cocok sukarela’.
Slide Title
• Make Effective Presentations
• Using Awesome Backgrounds
• Engage your Audience
• Capture Audience Attention
Bab V: Keselamatan Navigasi (Safety of
Navigation)
• ketentuan-ketentuan tentang peralatan navigasi yang
harus ada di kapal yang berbeda-beda, termasuk Radar,
Pedoman, AIS (Automatic Identification System), VDR
(Voyage DAta Recorder) dan mesin serta peralatan kemudi
kapal.
• Bab ini, kecuali dinyatakan secara tegas diatur dalam bab
ini, berlaku untuk semua kapal di semua pelayaran,
kecuali kapal-kapal perang dan kapal hanya navigasi Great
Lakes di Amerika Utara dan perairan mereka
menghubungkan dan anak sunga
• Beberapa persyaratan (dikenal dan tidak begitu dikenal) yang
berlaku untuk SEMUA yacht adalah:
• Master of setiap kapal terikat untuk melaporkan Pesan Bahaya
(misalnya bertemu es yang berbahaya, terbengkalai, atau bahaya
langsung lain untuk navigasi, atau badai tropis, dll).
• Master kapal di laut yang dalam posisi untuk dapat memberikan
bantuan, pada menerima sinyal dari sumber bahwa orang-orang
yang dalam kesulitan di laut, terikat untuk melanjutkan dengan
semua kecepatan untuk bantuan mereka …. (Catatan -. Peraturan 10
melanjutkan dengan memberikan bahwa dalam keadaan khusus,
jika master menganggap itu masuk akal atau tidak perlu untuk
melanjutkan ke bantuan mereka ia harus log alasan dan
menginformasikan layanan pencarian dan penyelamatan sesuai)
• Guru tidak akan dibatasi oleh pemilik kapal, menyewa atau orang
lain dari mengambil keputusan yang, dalam penilaian profesional
dari Master, diperlukan untuk navigasi yang aman, khususnya dalam
cuaca berat dan di laut berat.
• Pemerintah Peserta melakukan, masing-masing untuk kapal
nasional, untuk mempertahankan, atau, jika perlu, untuk
mengadopsi, langkah-langkah untuk tujuan memastikan bahwa, dari
sudut pandang keselamatan hidup di laut, semua kapal harus cukup
dan efisien berawak. (Catatan -. Dalam catatan kaki perhatian
ditarik ke petinggi dari pengawakan yang aman diadopsi oleh IMO
oleh resolusi A.890 (21) dan Komite Keselamatan Maritim IMO
Edaran 242 pada single-tangan pelayaran) Kapal yang bab I dari
SOLAS berlaku adalah diperlukan untuk membawa Dokumen
Manning Aman.
• Kapal bergerak di perjalanan dalam rangka pilot yang mungkin akan
digunakan harus dilengkapi dengan pengaturan pengalihan percontohan.
(Catatan – ada 4 halaman berikut dengan detail dari pengaturan yang
diperlukan.)
• Dalam waktu 12 jam sebelum keberangkatan, perangkat kemudi kapal
harus diperiksa dan diuji oleh awak kapal. Administrasi dapat
mengabaikan persyaratan ini untuk kapal yang secara teratur terlibat pada
perjalanan pendek, dalam hal ini harus dilakukan setidaknya sekali
seminggu. Tanggal pemeriksaan dan tes untuk login.
• Semua kapal akan membawa grafik yang memadai dan up-to-date,
berlayar arah, daftar lampu, pemberitahuan kepada pelaut, tabel pasang
surut, dan semua publikasi bahari lainnya yang diperlukan untuk
perjalanan yang dimaksudkan.
Bab VII: Pengangkutan muatan berbahaya
(Carriage of dangerous goods
• ketentuan-ketentuan tentang bagaimana menyiapkan
ruang muat, penaganan muatan, pengaturan muatan
termasuk lashing muatan. Tetapi Bab VI tidak membahas
muatan cair atau muatan yang menimbulkan bahaya
khusus terhadap jiwa manusia. Dari Bab VI ini kemudian
diberlakukan IG (International Grain) Code.

Bab VII: Pengangkutan muatan berbahaya
(Carriage of dangerous goods),
• ketentuan-ketentuan tentang bagaimana menyiapkan dan
menangani muatan berbahaya yang dimuat di kapal. Dari
Bab VII ini kemudian diberlakukan IMDG Code
Bab VIII: Kapal-kapal nuklir (Nuclear ships)
• ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh kapal-
kapal yang menggunakan tenaga nuklir sebagai bahan
penggeraknya, termasuk bahaya-bahaya radiasi yang
ditimbulkan.
Bab IX: Manajemen keselamatan dalam
mengoperasikan kapal (Management for the Safe
Operation of Ships)
• ketentuan-ketentuan tentang bagaimana manajemen
pengoperasian kapal, sehingga menjamin keselamatan
pelayaran. Dari Bab IX ini kemudian diberlakukan ISM
Code. Bab ini ditambahkan karena dari hasil analisis oleh
negara-negara anggota IMO bahwa peralatan yang
canggih tidak mampu menjamin keselamatan tanpa
manajemen pengoperasian yang benar
• Bab ini membawa berlaku persyaratan bagi pemilik atau manajer kapal
(Perusahaan ‘) dan kapal, untuk mematuhi Manajemen Keselamatan
Internasional IMO (ISM) Code dan akan dikeluarkan dengan Dokumen
Kepatuhan (DOC) oleh Administrasi setelah audit yang memuaskan. Kapal,
yang harus membawa salinan DOC, dikeluarkan dengan Sertifikat
Manajemen Keselamatan setelah Administrasi memverifikasi bahwa
Perusahaan dan manajemen kapal yang beroperasi sesuai dengan rencana
keselamatan-manajemen disetujui.
• Peraturan ini sudah berlaku untuk kapal penumpang dan kapal tanker, dan
mulai berlaku untuk kapal kargo 500GT dan ke atas pada tanggal 1 Juli
2002. Perhatikan juga bahwa Resolusi 3 dari Konferensi tahun 1994 pihak
Pemerintah untuk Konvensi Internasional tentang Keselamatan Jiwa di
Laut sangat mendesak Pemerintah untuk melaksanakan sepraktis ISM
Code untuk kapal kargo Pemerintah 150GT dan lebih, dan permintaan
untuk menginformasikan IMO Tindakan mereka telah diambil untuk
mengimplementasikan ISM Code untuk kapal-kapal kecil.
Bab X: Langkah-langkah keselamatan untuk kapal
berkecepatan tinggi (Safety measures for high-
speed craft)
• High Speed Craft – sebagaimana didefinisikan dalam bab ini dan operasi tidak
lebih dari 4 atau 8 jam (tergantung apakah penumpang atau kargo kerajinan)
dari tempat berlindung – sesuai dengan Craft IMO Kecepatan Tinggi (HSC)
Kode ‘secara keseluruhan’ akan dianggap telah memenuhi persyaratan bab I
sampai IV dan peraturan V/12 dari SOLAS. Kode HSC adalah alternatif untuk
SOLAS di daerah-daerah, dan dirancang untuk lebih cocok untuk High Speed
Craft yang beroperasi di perairan pesisir dan bergantung pada perawatan
berbasis pantai. Yang setengah halaman dari bab ini dalam SOLAS hanya
memberikan efek pada penggunaan Kode HSC. Kode sebenarnya adalah
sebuah buku – yang tersedia secara terpisah dari IMO – yang memberikan
semua detail.
• Bab XI-1: Langkah-langkah khusus untuk meningkatkan
keselamatan maritim (Special measures to enhance
maritime safety)
• ketentuan-ketentuan tentang RO (Recognized
Organization), yaitu badan yang ditunjuk oleh
pemerintah dalam melaksanakan survey kapal atas nama
pemerintah, nomor identitas kapal dan Port State Control
(Pemeriksaan kapal berbendera asing oleh suatu negara)
• Bab XI-2: Langkah-langkah khusus untuk
meningkatkan keamanan maritim (Special measures
to enhance maritime security)
• ketentuan-ketentuan tentang bagaimana
meningkatkan keamanan maritime, baik oleh kapal,
syahbandar maupun pengelola pelabuhan laut. Dari
Bab XI-2 ini diberlakukan ISPS Code
Bab XII: Langkah keselamatan tambahan untuk
kapal pengangkut muatan curah (Additional safety
measures for bulk carriers)
• berisi ketentuan-ketentuan tambahan tentang konstruksi
untuk kapal-kapal muatan curah yang memiliki panjang
lebih dari 150 meter.
Bab XIII: Verifikasi kesesuaian (Verification of compliance)
• ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan SOLAS 1974 oleh negara-
negara yang telah meratifikasi, yang mulai diberlakukan tanggal 1
Januari 1916. Penambahan Bab XII ini adalah akibat dari pemberlakuan
Triple I Code (IMO Instrument Implementation Code).
Bab XIV: Langkah-langkah keselamatan untuk
kapal-kapal yang beroperasi di perairan kutub
(Safety measures for ships operating in polar
waters)
• ketentuan-ketentuan yang harus
dipenuhi oleh kapal-kapal yang
beroperasi di daerah pelayaran dekat
kutub. Dari Bab XIV ini
diberlakukan The Polar Code
IMPLEMENTASI IMO DI INDONESIA
• Indonesia sebagai negara yang masuk ke dalam Anggota Dewan IMO pada
Kategori c, telah meratifikasi SOLAS 1974 sebagaimana dituangkan ke
dalam Keppres 65 tahun 1980. Konsekuensinya, Pemerintah Indonesia
wajib melaksanakan SOLAS 1974, yaitu dengan membuat instrumen-
instrumen hukum nasional mulai dari Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, sampai peraturan-peraturan pelaksanaan baik Peraturan
Menteri maupun Peraturan Dirjen. Undang-undang Pelayaran pertama
yang merefleksikan pelaksanaan dari SOLAS 1974 adalah Undang-Undang
RI nomor 21 tahun 1982, yang sekarang sudah diganti dengan Undang-
Undang RI nomor 17 tahun 2008, yang tidak hanya merefleksikan SOLAS
1974 saja, tetapi juga MARPOL 1973/78, Load Line Convention 1966, MLC
dan ketentuan internasional lain baik yang sudah maupun yang belum
diratifikasi. Namun sampai saat ini Indonesia belum meratifikasi SOLAS
Protocol 1988.
• TERIMA KASIH
Jenis nuklir yang digunakan untuk kapal dengan
tenaga nuklir?
• Jadi penggunaan radiasi nuklir di kapal ini memiliki efek pada manusia yang
sangat kecil yang digunakan
• Dan yang digunakan pada kapal-kapal dengan tenaga nuklir ini adalah : UF6
yang digunakan selama 2 tahun,penggunaannya hanya meningkat 0,1 grays
atau setara satu kali rotgen
Penanggulangan reaksi nuklir
1. Petugas penanggulangan kedaruratan nuklir, yang selanjutnya disebut petugas penanggulangan,
adalah petugas yang bertugas melakukan upaya penanggulangan keadaan darurat nuklir di dalam
tapak, zona tindakan pencegahan, atau zona perencanaan untuk tindakan perlindungan segera.
2. Perespons awal (first responders) adalah petugas penanggulangan yang bukan berasal dari fasilitas
radiasi atau instalasi nuklir, yang datang pertama kali ke tempat terjadinya kedaruratan nuklir untuk
melakukan penanggulangan.
3. Marshall yard adalah tempat berkumpulnya sumber daya pendukung selama proses
penanggulangan kedaruratan nuklir dan tempat penampungan sumber daya pendukung yang
sudah tidak dapat difungsikan.
4. Triage adalah tempat berkumpulnya korban untuk pemeriksaan dan pengelompokan berdasarkan
tingkat keparahan kondisi korban untuk tujuan penanganan medis segera dan lebih lanjut.
Mengepa indonesia tidak diberlakukan mengenai SOLAS IMO
Indonesia sebagai negara yang masuk ke dalam Anggota Dewan IMO pada Kategori c, telah meratifikasi SOLAS 1974
sebagaimana dituangkan ke dalam Keppres 65 tahun 1980. Konsekuensinya, Pemerintah Indonesia wajib
melaksanakan SOLAS 1974, yaitu dengan membuat instrumen-instrumen hukum nasional mulai dari Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, sampai peraturan-peraturan pelaksanaan baik Peraturan Menteri maupun
Peraturan Dirjen.
Di indonesia sendiri belum diperlakukan mengenai SOLAS 1974 karna indonesia belum memenuhi syarat untuk
retifikasi yang terbaru mengenai ketentuan yang berlaku di SOLAS,tetapi di indonesia masih menggunakan SOLAS
1988

Anda mungkin juga menyukai