Anda di halaman 1dari 60

Kementerian Perhubungan

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

RAKOR PENYELENGGARAAN & PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

PENGOPERASIAN
TERMINAL KONVENSIONAL

Disampaikan oleh

Wahyu Widayat
Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran

1
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

DASAR HUKUM

PENJELASAN DASAR HUKUM

PERMASALAHAN

KONDISI YANG DIINGINKAN

RENCANA TINDAKLANJUT

2
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

UU NO.17/2008 TTG PELAYARAN

PP 20/2010 TTG ANGKUTAN DI PERAIRAN

DASAR
HUKUM
PM 60/2014 TTG PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT DARI DAN KE KAPAL

PM 53/2015 TTG PERUBAHAN ATAS PM 60/2014

3
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &

UU 17/2008 PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

Usaha jasa terkait (salah satunya


PBM) dilakukan oleh badan usaha
yang didirikan khusus untuk itu

Selain badan usaha yang didirikan khusus untuk Setiap badan usaha yang didirikan
itu kegiatan bongkar muat dapat dilakukan oleh khusus untuk usaha jasa terkait
perusahaan angkutan laut nasional hanya untuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal
kegiatan bongkar muat barang tertentu untuk 32 ayat (1) wajib memiliki izin
kapal yang dioperasikannya usaha

Pasal
Pasal 90
90 (1)
(1) “kegiatan
“kegiatan pengusahaan
pengusahaan didi pelabuhan
pelabuhan
terdiri
terdiri atas penyediaan dan/atau pelayanan jasa
atas penyediaan dan/atau pelayanan jasa
kepelabuhanan dan jasa terkait
kepelabuhanan dan jasa terkait dengan dengan
kepelabuhanan. Ketentuan lebih lanjut
kepelabuhanan.
mengenai tata cara dan
(3)
(3) “penyediaan
“penyediaan dan/atau
dan/atau pelayanan
pelayanan jasa
jasa persyaratan perizinan
kapal, penumpang dan barang atas
kapal, penumpang dan barang atas : : usaha jasa terkait dengan
g.
g. penyediaan
penyediaan dan/atau
dan/atau pelayanan
pelayanan jasajasa angkutan di perairan
bongkar diatur dengan Peraturan
bongkar muat
muat barang
barang
Pemerintah (PP 20/2010
tentang Angkutan di
Perairan) 4
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

PP 20/2010 Kegiatan usaha B/M merupakan kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang B/M barang dari
dan ke kapal di pelabuhan yang meliputi stevedoring, cargodoring dan receiving/delivery

Pelaksanaan kegiatan B/M barang dilaksanakan dengan menggunakan peralatan B/M oleh
TKBM yang memiliki komptensi di bidang B/M
Untuk memenuhi kebutuhan TKBM di pelabuhan, Pemerintah, pemerintah daerah atau badan
hukum Indonesia dapat menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang B/M barang

Untuk memperoleh izin usaha PBM, badan usaha mengajukan permohonan kepada Gubernur

Orang perseorangan WNI/badan usaha dapat melakukan kerja sama dengan PBM asing, badan
hukum asing, atau WNA dalam bentuk usaha patungan dengan membentuk PBM Nasional,
dan dengan batasan kepemilikan modal asing yang diatur sesuai dengan ketentuan, serta
dapat melakukan kegiatan B/M barang hanya pada pelabuhan utama di satu wilayah provinsi

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian izin usaha bongkar muat barang diatur
dengan Peraturan Menteri :
1. PM 60/2014 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang Dari
dan Ke Kapal); dan
2. PM 53/2015 tentang Perubahan atas PM 60 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan dan
Pengusahaan Bongkar Muat Barang Dari dan Ke Kapal
5

D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

Undang Undang No. 17 Tahun 2008


Tentang
“PELAYARAN”
KEPELABUHANAN ANGKUTAN DI PERAIRAN

Pasal 1 , angka (28) : Pasal 30:


BUP (Badan Usaha Pelabuhan) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan perizinan angkutan di perairan
dalam hal ini adalah PT. diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pelindo baik I, II, III, dan IV dan Pasal 31 :
yang lain adalah badan usaha (1) Untuk kelancaran kegiatan angkutan di perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dapat
yang kegiatan usahanya diselenggarakan usaha jasa terkait dengan angkutan di perairan.
“khusus di bidang (2) Usaha jasa terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
pengusahaan terminal dan a. bongkar muat barang;
fasilitas pelabuhan lainnya” b. jasa pengurusan transportasi;
c. angkutan perairan pelabuhan;
d. penyewaan peralatan angkutan laut atau peralatan jasa terkait dengan angkutan laut;
e. tally mandiri;
f. depo peti kemas;
g. pengelolaan kapal (ship management);
h. perantara jual beli dan/atau sewa kapal (ship broker);
i. keagenan Awak Kapal (ship manning agency);
j. keagenan kapal; dan
k. perawatan dan perbaikan kapal (ship repairing and maintenance).

6
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

Undang Undang No. 17 Tahun 2008


Tentang
“PELAYARAN”
KEPELABUHANAN ANGKUTAN DI PERAIRAN

Pasal 91(1) : Pasal 32 :


kegiatan penyediaan (1) Usaha jasa terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2)
dan/atau pelayanan jasa dilakukan oleh badan usaha yang didirikan “khusus”
kepelabuhanan
sebagaimana dimaksud (2) untuk itu.
Selain badan usaha yang didirikan khusus untuk itu sebagaimana dimaksud pada
dalam Pasal 90 ayat (1) ayat (1) kegiatan bongkar muat dapat dilakukan oleh perusahaan angkutan laut
pada pelabuhan yang nasional hanya untuk kegiatan bongkar muat barang tertentu untuk kapal yang
diusahakan komersil (3) dioperasikannya.
Selain badan usaha yang didirikan khusus untuk itu sebagaimana dimaksud pada ayat
dilaksanakan oleh BUP (1) kegiatan angkutan perairan pelabuhan dapat dilakukan oleh perusahaan angkutan
sesuai dengan jenis izin laut nasional.
usaha yang dimilikinya

7
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

Undang Undang No. 17 Tahun 2008


Tentang
“PELAYARAN”
KEPELABUHANAN ANGKUTAN DI PERAIRAN
Pasal 33 :
- Setiap badan usaha yang didirikan khusus untuk usaha jasa terkait
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) wajib memiliki
izin usaha.
Pasal 34 :
- Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan
perizinan usaha jasa terkait dengan angkutan di perairan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.  PP.No. 20 /2010

8
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2010 “Tentang Angkutan di Perairan”.

Pasal 1 , angka (19) :


Usaha Angkutan Perairan Pelabuhan adalah kegiatan usaha untuk memindahkan penumpang dan/atau
barang dari dermaga ke kapal atau sebaliknya, dan dari kapal ke kapal di perairan.
Pasal 1, angka (14) :

Usaha Bongkar Muat Barang adalah kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar muat barang dari dan
ke kapal di pelabuhan yang meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring, dan receiving/delivery

Pasal 80 ayat :
(1) Kegiatan usaha bongkar muat barang merupakan kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar dan
muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan yang meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring, dan
receiving/delivery.

(2) Kegiatan usaha bongkar muat barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh badan usaha yang didirikan khusus untuk bongkar muat barang di pelabuhan.
(3) Selain badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kegiatan bongkar muat barang tertentu dapat
dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional hanya untuk kegiatan bongkar muat barang tertentu untuk
kapal yang dioperasikannya.

9
D-@gus
PM 60/2014 RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

KEGIATAN USAHA
BONGKAR MUAT
TKBM berasal dari :
1. Perseroan Terbatas
 STEVEDORING
2. Koperasi; dan
 CARGODORING
3. Yayasan.
 RECEIVING/DELIVERY

Kegiatan usaha bongkar Pelaksanaan kegatan B/M TKBM yang memiliki


muat barang dilakukan oleh dilaksanakan dengan kompetensi di bidang
badan usaha yang didirikan menggunakan peralatan bongkar muat yang
khusus untuk bongkar muat bongkar muat (yang laik dibuktikan dengan sertifikat
barang dan wajib memiliki operasi & menjamin
izin usaha PBM keselmatan kerja) oleh TKBM

Kegiatan B/M dapat Pada barang tertentu :


dilakukan oleh perusahaan  Milik penumpang
angkutan laut nasional, yang  Curah cair yang di B/M dengan pipa
izin usahanya melekat pada  Curah kering yang di B/M melalui conveyor/sejenisnya
izin usaha pokoknya  Yang diangkut di atas kendaraan melalui kapal Ro-Ro
10
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

PERSYARATAN IZIN
USAHA PBM

Persyaratan administratif : Modal usaha :


1. memiliki akta pendirian perusahaan; 1. kegiatan di pelabuhan utama sebesar Rp.
2. memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) perusahaan; 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah)
3. memiliki modal usaha; dengan modal yang disetor sekurang­-
4. memiliki penanggung jawab; kurangnya Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
5. menempati tempat usaha, baik berupa milik sendiri maupun sewa rupiah);
berdasarkan surat keterangan domisili perusahaan dari instansi yang 2. kegiatan di pelabuhan pengumpul sebesar
berwenang; Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)
6. memiliki tenaga ahli dengan kualifikasi ahli nautika atau ahli dengan modal disetor sekurang-kurangnya
ketatalaksanaan pelayaran niaga; dan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
7. memiliki surat rekomendasi/pendapat tertulis dari Otoritas Pelabuhan rupiah); dan
atau Unit Penyelenggara Pelabuhan setempat terhadap keseimbangan 3. kegiatan di pelabuhan pengumpan sebesar
penyediaan dan permintaan kegiatan usaha bongkar muat Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dengan modal yang disetor sekurang-
kurangnya Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
Persyaratan Teknis : lima puluh juta rupiah)
1. forklift;
2. pallet;
3. ship side-net; Modal usaha joint venture yang hanya
4. rope sling; berkegiatan pada pelabuhan utama sebesar
5. rope net; dan Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
6. wire net. rupiah) dan modal disetor sekurang-kurangnya
Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

11
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

TATA CARA PEMBERIAN IZIN PBM

Badan usaha  Pemohon


Gubernur
SIUPBM

Masukan dari APBMI penelitian persyaratan


selama 14 hari kerja
Rekomendasi dari
penyelenggara pelabuhan SIUPBM
Penyelenggara Pelabuhan Terbit

Laporan realisasi kegiatan


B/M barang dan jumlah PBM Dalam hal telah terjadi
di pelabuhan ketidakseimbangan antara
Evaluasi keseimbangan
volume/arus barang dan
antara volume/arus barang
jumlah PBM, Gubernur tidak
dan jumlah PBM serta
Gubernur mengumumkan hasilnya
menerbitkan izin baru atau
menghentikan sementara
secara berkala setiap bulan.
tembusan Dirjen Hubla penerbitan izin usaha PBM.
12
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

STEVEDOR
ING

KEGIATAN
USAHA
JASA
BONGKAR
MUAT
RECEIVING/ CARGOD
CELIVERY ORING

13
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan dalam izin usahanya

melakukan kegiatan operasional secara terus menerus paling lama 3 (tiga) bulan setelah izin usaha
diterbitkan

mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pelayaran dan ketentuan


peraturan perundang-undangan lainnya\

menyampaikan rencana pelaksanaan kegiatan bongkar muat barang kepada Otoritas


Pelabuhan atau Unit Penyelenggara Pelabuhan setempat paling lama 1 (satu) hari sebelum
kapal tiba di pelabuhan

menyampaikan laporan bulanan kegiatan bongkar muat barang kepada pemberi izin dan
Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara Pelabuhan setempat paling lama 14 (empat belas)
hari pada bulan berikutnya

melaporkan secara tertulis kegiatan usahanya setiap tahun kepada pemberi izin dengan tembusan
kepada Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara Pelabuhan setempat paling lambat tanggal 1
Februari pada tahun berikutnya

melaporkan secara tertulis apabila terjadi perubahan data pada izin usaha perusahaan kepada pemberi
izin untuk dilakukan penyesuaian dan melaporkan secara tertulis kepada pejabat pemberi izin setiap
pembukaan kantor cabang perusahaan bongkar muat
14
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT
PM 53/2015 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PM 60 TAHUN 2014
Pasal
16

Untuk mengurangi resiko tanggung jawab serta menjamin


pihak-pihak yang dirugikan, PBM wajib mengasuransikan
tenggung jawabnya dan menggunakan TKBM dari Badan Usaha
yang berbentuk Badan Hukum Indonesia (Yayasan, Koperasi
dan Perseroan Terbatas (PT)

15
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

PM 93/2015 TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PM 60 TAHUN 2014

Beberapa ketentuan dalam peraturan menteri


perhubungan No PM 60/2014, sebagaimana
diubah dengan PM 53/2015, diubah sebagai
berikut :

Ketentuan ayat (4) Pasal 3 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut : “Ketentuan mengenai kelaikan peralatan bongkar
muat dan kompetensi TKBM serta pembinaan dan penataan
TKBM di pelabuhan, diatur dengan Permnhub tersendiri.”

Ketentuan Pasal 16 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :


“Untuk mengurangi resiko tanggung jawab serta menjamin
pihak-pihak yang dirugikan, PBM wajib mengasuransikan
tanggung jawabnya dan menggunakan anggota TKBM.”

16
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

Sosialisasi PM 60/2014 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan


TINDAK Bongkar Muat Barang Dari dan Ke Kapal

Diterbitkannya TELGRAM/Surat Kawat Direktur Jenderal Perhubungan Laut


(Nomor 34/PHBL-15 Tanggal 14 Juli 2014) kepada seluruh Kepala Dinas Provinsi di
Seluruh Indonesia (34 Provinsi) untuk :
1. Melakukan penerbitan terhadap izin usaha bongkar muat;
2. Melakukan evaluasi dan melaporkan terhadap izin usaha dan
kegiatan perusahaan bongkar muat;
3. Menghentikan semua kegiatan bongkar muat yang dilakukan oleh
perusahaan yang tidak memiliki izin usaha bongkar muat sesuai PM
60 Tahun 2014;
LANJUT 4. Melakukan pencabutan izin usaha, apabila terdapat perusahaan
bongkar muat yang tidak lagi beroperasi serta tidak memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (PM 60 Tahun
2014);
5. Melakukan penyesuaian persyaratan administrasi dan teknis sesuai
dengan PM 60 Tahun 2014; dan
6. Melakukan koordinasi dengan Otoritas Pelabuhan/KSOP/UPP di
pelabuhan di dalam penerbitan SIUPBM.
17
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

KESIMPULAN
a. Usaha Jasa Kepelabuhanan (BUP) dan Usaha Jasa Terkait Angkutan di Perairan yang salah
satunya adalah usaha jasa bongkar muat barang dari dan ke kapal adalah dua hal yang
berbeda yang dilandaskan asas “Lex specialis derogate Legi Lex Generalis”.

b. Jasa Usaha Bongkar Muat Barang dari dan ke kapal wajib dilakukan oleh badan usaha yang
khusus didirikan untuk itu (berlaku asas Lex Spesialis).

c. Terkait dengan Surat Edaran Menteri Perhubungan No. SE.6 tahun 2002 tentang
Penegasan Kegiatan Bongkar Muat oleh PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia I, II, III, dan IV
adalah merupakan bagian dari rezim UU No. 21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran, dan sejak
diundangkannya UU No.17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran seluruh peraturan yang
diterbitkan sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.

d. Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor : 74/PUU-VIII/2010 tanggal 21 Desember 2011


membenarkan pasal 90 ayat (3) huruf g. Namun jika dirujuk kembali ke pasal 31 ayat (2)
huruf a, 32 ayat (1), dan 33, setiap badan usaha jasa terkait dengan Usaha Jasa Terkait
dengan Angkutan di Perairan adalah wajib memiliki izin usaha khusus untuk itu.

18
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

KESIMPULAN
e. Setiap Badan Usaha Pelabuhan (BUP) yang akan melakukan kegiatan bongkar muat
wajib mengikuti Ketentuan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan di Perairan dan Peraturan Menteri Perhubungan No PM. 60 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat dari dan ke Kapal.

f. Sehingga Kami Tegaskan :


a). BUP (Badan Usaha Pelabuhan) adalah badan usaha yang kegiatan usahanya
khusus di bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya;

b). Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan bongkar muat barang dari dan
ke kapal di pelabuhan, wajib memiliki Surat Ijin Usaha Perusahaan Bongkar
Muat (SIUP PBM) sesuai dengan PM.60 Tahun 2014;

c). Maka BUP bukan merupakan sebagai pelaku usaha jasa terkait angkutan
diperairan (dalam hal ini jasa bongkar muat), dan bilamana hendak
melakukan kegiatan bongkar muat wajib mendirikan badan usaha khusus
untuk kegiatan bongkar muat dari dan ke kapal.
19
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

A. PERSIAPAN OPERASIONAL PELAYANAN


KAPAL

• Operasional pelayanan kapal meliputi kegiatan – kegiatan


perencanaan dan pelaksanaan tambatan kapal yang di arahkan
agar pemanfaatan lokasi tambatan dapat disesuaikan dengan
jenis serta type kapal. Jenis muatan yang akan dibongkar atau
dimuat, penggunaan peralatan bongkar muat secara optimal
dan pemilihan gudang dan lapangan penumpukan barang
yang sesuai dengan kebutuhan serta kelancaran pendistribuan
barang, dalam rangkan menghasilkan ship dispatch.
20
D-@gus
Data pokok yang harus diketahui dalam persiapan
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

operasional pelayanan kapal meliputi hal-hal sebagai


berikut :
1. Bentuk, jenis atau type kapal terdiri dari :
 Panjang, kapal keseluruhan atau LOA (Length Over All)
 Sarat depan dan sarat belakang (draft).
 Jumlah dan type palka (hatch) yang dimiliki.
 Pintu samping (side doors).
 Jumlah dan jenis batang, pemuat atau derek (cranes)
 Jumlah baling-baling, (single atau twin screw)
2. Jumlah, jenis, status dan kondisi muatan yang terdiri dari :
• Jenis muatan yang terdapat di dalam palka-palka (hatches), misalnya;
general cargo, muatan curah kering atau basah, dan sebagainya.
• Jumlah dan kemasan muatan yang terdapat dalam palka( dalam satuan;
kubik, ton, bundles, bags, drum, cartoon dsb).
• Status muatan (muatan langsung, atau muatan pindahan/transhipment)
• Sifat muatan (muatan berbahaya, muatan berharga dsb)
21
D-@gus
Untuk menghasilkan tingkat effisiensi yang tinggi dalam RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

kegiatan operasional pelayanan kapal sangat dipengaruhi


oleh kapal yang akan spesifikasi muatan , tingkat
keterampilan buruh, pengaturan secara pengendalian oleh
manajemen (pimpinan)

Faktor yang mempengaruhi Operasional Pelayanan Kapal di


Pelabuhan.

22
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &

Dalam menentukan pemilihan


PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

dermaga untuk tambatan perlu


diperhatikan yaitu :
 Pilih dermaga yang sesuai dengan type/karakteristik
kapal dan karakteristik serta jumlah muatan yang
diangkut.
 Perhatikan apakah dermaga tersebut kosong (vacant)
pada saat kedatangan kapal /ETA (Estimated Time
Arrival).
 Perhatikan apakah gudang dan lapangan penumpukan
yang tersedia di lokasi sandar cukup mampu
menampung muatan yang akan dibongkar / dimuat
guna menghindari terjadinya Long Distance.
23
D-@gus
Setiap dermaga memiliki spesifikasi yang berbeda satu RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

dengan yang lain sekalipun berada pada lokasi yang sama /


berdekatan. Karakteristik dermaga yang membedakan
antara lain:
 Bentuk dermaga (bentuk lurus, bentuk T, bentuk U)
 Dasar dermaga (beton, kayu)
 Derek yang tersedia (shore-crane atau mobile crane)
 Perbedaan kedalaman laut dan karakteristik dasar laut (pasir, karang atau lumpur).
 Jarak dari dermaga ke lokasi gudang dan lapangan penumpukan.
 Lokasi dermaga dan luar ruang untuk olah gerak perlatan mekanik

Untuk menntukan berapa lama kapal akan bersandar di dermaga (berhhing


time), dapat dihitung, dengan membagi jumlah seluruh muatan yang akan
dikerjakan dengan kapasitas rata-rata bongkar/muat per hari dengan
memperhatikan hari –hari tidak operasi dan hari libur. Setelah mengetahui
berthing time maka dapat diperkirakan rencana keberangkatan kapal ETD ( Estimated
Time of Departure).
24
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

• Berthing List • Daftar yang berisikan rencana


kedatangan kapal dan jenis
muatan yang diangkut serta
rencana penyandaran kapal
dan dermaga yang digunakan

• Berthing Plan • Daftar renana penyandaran


kapal di dermaga untuk jangka
waktu 10 s/d 14 hari kemuka

25
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

B. PELAKSANAAAN OPERASIONAL
PELAYANAN KAPAL

Sebelum penyandaran kapal dilakukan, maka terdapat


beberapa hal yang ditetapkan terlebih dahulu oleh agent
pelayaran bersama-sama pihak pengelola dermaga dan
harus disampaikan ke pihak kapal antara lain :
 Lokasi dermaga yang akan menjadi tempat sandar kapal
 Sandar kiri atau sandar kanan
 Kapal pandu naik di kapal
 Rencana pemuatan
 Penyiapan peralatan bongkar/muat
 Rencana Shifting (bila ada )
26
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &

Kedatangan sebuah kapal di suatu pelabuhan, antara PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

lain untuk melakukan salah satu atau lebih dari satu


kegiatan tersebut di bawah ini :
 Untuk melakukan pembongkaran muatan
 Untuk melakukan muatan pe-muatan
 Untuk menaikkan atau menurunkan penumpang
 Untuk mengadakan perbaikan/docking atau memuat perlengkapan
 Untuk mengisi air tawar, memuat bahan makanan atau mengisi bahan
bakar
 Membutuhkan pertolongan dalam keadaan darurat (kebakaran, orang
sakit di kapal, terjadi huru-hara, atau terdapat penjahat di atas kapal)
 Untuk melakukan penggantian dokumen muatan atau dokumen kapal
 Untuk menjemput / menurunkan pandu atau petugas yang
berwenang
 Dipaksa memasuki pelabuhan karena melakukan pelanggaran

27
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

Sesuai dengan kepentingan kapal dalam


mengunjungi suatu pelabuhan, maka pelayanan
kedatangan kapal di pelabuhan dapat dilakukan
pada salah satu dari ketiga lokasi

 Kapal bersandar di dermaga / tambatan


 Kapal diikat pada pelampung –pelampung,
tambatan (buoy) di kolam pelabuhan
 Kapal berlabuh jangkar di daerah “ Anchorage –
Area” yang termasuk di wilayah perairan
pelabuhan.
28
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

A. Pelayanan Kapal di Dermaga


Melakukan kegiatan bongkar muat barang, menaikan
(embarkasi) dan menurunkan (debarkasi) kepentingan
pengisian air tawar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh
agen/pelayaran sebelum melakukan penyandaran kapal :
• Pastikan dermaga sudah kosong
• Tempatkan dua buah tanda (bendera) masing-masing pada posisi muka
dan belakang kapal di dermaga sesuai dengan panjang kapal.
• Hubungi bagian pemanduan (pilotage) untuk meminta pelayanan pandu
(beserta kapal tunda apabila dibutuhkan)
• Siapkan petugas karantina, Kesehatan Pelabuhan dan Petugas Imigrasi
(apabila kapal datang, langsung dari luar negeri) untuk pemeriksaan
dermaga (apabila pemeriksaan tidak dilakukan sewaktu kapal berlabuh
jangkar). Pemeriksaan oleh petugas Bea & Cukai (Custom) dilakukan
berdasarkan kepentingan kedinasan. 29
D-@gus
• Siapkan peralatan bongkar –muat RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

• Perairan di sepanjang dermaga harus dibersihkan dari kapal-kapal kecil, motor


boat, dan sebagainya.
• Siapkan buruh /TKBM yang disesuaikan dengan kebutuhan dan jadwal kegiatan
bongkar muat.
• Pada saat kapal mendekati dermaga
• Siapkan orang/petugas untuk menerima tros kapal di demaga (lazimnya
menggunakan regu kepil tersendiri)
• Posisi kapal harus tepat berada diantara 2 tanda /bendera yang berada di
dermaga.
• Disiapkan angkutan untuk mengantar kembali pandu ke stasiun pandu
• Lubang –lubang air pembuangan yang keluar melalui dinding kapal harus
dihindari jatuh ke atas dermaga dan harus ditutup dengan baik
• Sebelum petugas Karantina/ kesehatan pelabuhan turun dari kapal, tidak
diperkenankan satu orangpun naik di atas kapal.
• Untuk menghindarkan gangguan tikus (nak/turun kapal), maka ujung tangga di
kapal tidak boleh menyentuh tanah dan agar diberikan jarak 50 cm
Sebuah kapal dapat dinyataka telah bersandar dengan baik di dermaga ditandai
dengan turunnya pandu dari atas kapal 30
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &

Pada pertemuan agen/pelayaran dengan


PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

perwira muatan perlu pula diketahui oleh


agen / pelayaran hal-hal sebagai berikut :
 Kebutuhan fisik kapal untuk dipenui (makanan, bahan bakar, air
tawar, uang tunai setempat, perlengkapan kapal termasuk obat-
obatan, dsb).
 Apakah terdapat ABK yang sakit dan memerlukan perawatan
dokter di Rumah Sakit.
 Keadaan stabilitas kapal secara umum
 Rencana dan perkiraan keberangkatan kapal
 Rencana mutasi ABK
 Rencana penempatan telephone kapal
 Ruangan untuk digunakan sebagai kantor stevedoring
 Rencana pembongkaran dan pemuatan
31
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

Hal –hal yang perlu diketahui oleh


perwira muatan/perwira kapal dari
agen /pelayaran antara lain:
 Penambahan dan pengurangan muatan yang
direncanakan akan dimuat ke kapal
 Persiapan bongkar –muat di dermaga
 Kesiapan kendaraan pengangkut (truck-lossing) atau
tongkang (barge-lossing).
 Rencana pemindahan kapal ke dermaga /lokasi yang
lain (shifting).
 Rencana pemuatan benda pos atau kiriman parcel
 Terjadi devisa (perubahan) pelabuhan tujuan berikutnya
32
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

B. ALAT-ALAT BONGKAR/MUAT

Diterminal –terminal pelabuhan banyak dijumpai alat-alat yang digunakan


untuk bongkar dan muat barang-barang, bongkar muat kapal disesuaikan
dengan kecilnya kapal sehingga aya angkatnya kecil pada kapal kecil dan
main besar pada kapal-kapal yang besar. Penjelasan Singkat Mengenai Alat
Bongkar /Muat di Kapal. Alat bongkar/muat kapal untuk pemuatan
muatan campuran (Conventional Vessel) terdiri atas:
 Winches yang menggerakkan naik turunnya Reep muatan (cargo runner) dan
 Batang pemuat
Akan tetapi ada kapal tertentu yang menggunakan alat bongkar/muat selain
yang disebut diatas, “ Deck Crane” dan di kapal-kapal yang lebih modern
telah dapat memuat tanpa memakai alat bongkar /muat yang di uraikan
diatas, melainkan pemuatan dilakukan langsung melalui pintu lambung kapal
dengan bantuan alat-alat mekanis (forklift) di dermaga dan didalam ruangan-
ruangan kapal.
33
D-@gus
PENGENALAN TENTANG
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

MUATAN
• Pengertian tentang muatan adalah seluruh jenis barang
yang dapat dinaikkan ke kapal dan diangkut dari
suatu tempat ke tempat lain dan hampir seluruh jenis
barang yang diperlukan oleh manusia dapat diangkut
dengan kapal apakah berupa barang/bersifat bahan
baku atau merupakan hasil / produksi dari suatu
proses pengolahan
34
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

Pengelompokan Muatan
• a. Pengelompokan muatan berdasarkan jenis pengapalan
dapat diuraikan kedalam :
1) Muatan sejenis (Homogen Cargo)
Adalah semua barang atau muatan yang dikapalkan dan
terdiri hanya 1 jenis muatan, misalnya : bijih besi,
batubara, gandum, kacang kedelai, pupuk, bahan bakar
minyak, minyak kelapa sawit, dan sebagainya.
2) Muatan Campuran ( Heterogen Cargo)
Contoh muatan antara lain :
 Muatan hasil pertanian ; beras, kopra, jagung, jahe, kacan
tanah, gaplek, gandum, kedelai, dan lain sebagainya.
35
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &

b. Pengelompokan muatan berdasarkan


PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

sifat muatan, terdiri dari :


1) Muatan Peka :
Yaitu jenis muatan yang mudah tercemar atau mudah rusak oleh kondisi cuaca di
sekitarnya.
Contoh muatan beras dalam karung akan mudah tercemar oleh aroma muatan karet
yang berada disekitarnya.
Contoh :
 Gula (mudah tercemar)
 Kopra ( mudah terbakar)
 Kertas ( mudah rusak karena air atau menjadi koyak)
2) Muatan mengganggu
Jenis muatan ini mempunyai sifat yang mudah merusak atau mencemarkan muatan
lain terutama apabila ditumpuk/disusun pada lokasi yang berdekatan.
Contoh :
 Muatan cuka yang mempunyai aroma yang sangat asam terutama apabila
kemasannya pecah.
 Muatan kopi atau tembakau yang aromanya dapat mudah mencemari muatan lain.
36
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

3) Muatan Berbahaya
Adalah muatan yang dikelompokkan oleh International Maritim Organization
(IMO) sebagai muatan yang dapat menimbulkan bahaya ledakan, kebakaran,
meracuni terhadap muatan yang lain ataupun itu sendiri dan mengancam
lingkungan di sekitarnya. Setiap barang berbahaya selalu diklasifikasikan
kedalam salah satu kelas barang berbahaya yang terdiri dari 9 kelas
( kelas 1 s/d 9)

4) Muatan Berharga
Termasuk dalam jenis ini adalah yang memiliki nilai sangat mahal atau
muatan diklasifikasikan sebagai muatan berharga dan lazimnya sebagian
besar merupakan barang-barang milik pemerintah. Yang termasuk jenis muatan
berharga antara lain :
 Muatan emas, perak, permata atau platina
 Muatan mata uang – giral
 Muatan bahan nuklir (uranium, plutinium)
 Muatan perlengkapan militer
 Muatan benda pos
37
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

• 5) Muatan Rahasia
Muatan ini sesuai dengan sifatnya harus dijaga kerahasiannya oleh
pihak kapal dan penyimpanan muatan ini diatas kapal dilakukan
sendiri oleh Nahkoda Kapal.
Contoh muatan ini adalah ; dokumen – dokumen rahasia Negara,
dokumen rahasia militer
6) Muatan Berat
Muatan yang mempunyai berat lebih diatas 100 ton per unit dan untuk
mengangkutnya digunakan kapal khusus.
7) Muatan Dingin
Jenis muatan ni disebut sebagai “ REEFER CARGO” yaitu muatan yang
memerlukan pendinginan khusus selama berada diatas kapal, dilokasi
penumpukan didarat ataupun selama berada dikendaraan
pengangkutan.
8) Muatan ternak /hewan
Terdapat dalam jenis muatan ini seluruh hewan yang dikonsumsi
manusia seperti domba, kerbau atau sapi.
38
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

c. Pengelompokan Muatan Berdasarkan Jenis


Kemasan (Pembungkus Barang)
1) `Muatan Unitized;
Yaitu muatan yang dibentuk menjadi unit-unit muatan
2) Muatan Terurai:
Pengertian terurai adalah jenis muatan yang tidak memiliki
pembungkus /kemasan misalnya; gandum, batubara, clinker, besi
beton.
3) Muatan Cair
Seluruh muatan yang dikapalkan berbentuk cair (liquid) dan
menggunakan kapal-kapal khusus (tanker)
4) Muatan Petikemas
Petikemas adalah merupakan jenis kemasan (container) yang
pemakaiannya sudah sangat luas dan dapat mengangkut muatan lebih
banyak menggabungkan muatan dan berbagai pemilik barang, mudah
dalam pengawasan dan penyimpanan di kapal /tempat penumpukan
39
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

2. Penyebab Kerusakan Muatan:


Disebabkan oleh berbagai faktor dan kerusakan yang sama juga dapat
terjadi pada saat muatan ditumpuk/disimpan didalam gudang atau
dilapangan penumpukan (open storage) dan kerusakan dapat juga terjadi
saat muatan diangkut dengan kendaraan (truck) atau saat diangkut dengan
tongkang.

Kerusakan muatan dapat disebabkan oleh hal-hal tersebut dibawah ini :


a. Kesalahan menentukan lokasi penumpukan barang-barang kima, gas
b. Kesalahan dalam menggunakan peralatan
c. Kesalahan dalam mengatur sisten peranginan
d. Kesalahan dalam mengikat muatan (lashing)
e. Penagananan muatan secara kasar (Rough – Handling)

40
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

3. Perlindungan Terhadap Muatan


Yaitu upaya yang perlu dilakukan untuk melindungi kerusakan muatan
agar tidak menjadi rusak atau hilang. Beberapa langkah yang dilakukan
untuk memberi perlindungan terhadap muatan antara lain :
a. Memberi penutup (cover) terhadap susunan barang, untuk menghindarkan
pencemaran dan sengatan matahari.
b. Memberi pelapis muatan (dunnage) diantara susunan muatan dengan lantai atau antara
susunan muatan dengan dinding kapal/gudang.
c. Pemasangan jaring muatan dapat mencegah jatuhnya muatan kelaut apabila muatan
kapal tergelincir dari sling.
d. Pemasangan lampu-lampu palka
e. Penempatan muatan di locker, pada sebagian kapal memiliki ruangan khusus yang
disebut “ LOCKER” dan lazimnya ditempatkan pada deck tengah dari palka.
f. Memasang, merkah-merkah muatan
g. Memberi peranginan yang baik
h. Menyiapkan tenda penutup palka
i. Melakukan kegiatan Fumigasi
j. Menyediakan kamar pendingin 41
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

D. PERSIAPAN KEGIATAN BONGKAR


MUAT
Kegiatan tersebut terdiri dari :
 Mempersiapkan muatan
 Mempersiapkan peralatan bongkar /muat
 Mempersiapkan buruh
1. Mempersiapkan muatan
a. Stowage Plan
b. Stowage Plan : adalah rencana penempatan dan pembongkaran muatan di kapal yang
akan dilakukan disuatu atau beberapa pelabuhan dalam satu kali pelayaran (voyage)
• Berth Allocation (Perencanaan Alokasi Dermaga)
• Stowage Plan, digunakan sebagai titik awal dan dasar dari kegiatan-kegiatan :
 Berth Allocation (perencanaan Alokasi Dermaga)
 Resource Allocation / Operation – Planning (Buruh, Pekerja, Peralatan, Ruang,
Penumpukan)
 Estimating, Operating Times (Perkiraan Waktu Operaional)
 Work Schedule (Jadwal Operational)
 Day To Day Supervision And Control ( Pengawasan Harian )
42
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &

Saat Pembuatan Stowage Plan


PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

dilakukan
 Pada pelabuhan awal, pembuatan stowage plan dilakukan pada
kondisi kapal (ruang, muatan) dalam keadaan kosong untuk seluruh
muatan yang direncakan akan dimuat dan dibongkar di pelabuhan
yang disinggahi sepanjang pelayaran.
 Pada pelabuhan lanjutan diperbaharui apabila terdapat perubahan
dengan berpedoman kepada “muatan bongkaran” yang harus
dilaksanakan terlebih dahulu, baru dilakukan penyusunan muatan
berikutnya.
 Pada pelabuhan akhir (tidak ada pemuatan), stowage plan tidak
dibuat.
Konfigurasi stowage plan, memperlihatkan kedudukan/posisi muatan,
jenis muatan, pelabuhan muat dan pelabuhan tujuan. Dalam satu
denah sekaligus serta ketinggian atau batasnya dengan muatan yang
lain di dalam salah satu palka, seperti contoh tersebut di bawah ini:43
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

CONTOH STOWAGE PLAN SALAH SATU PALKA


NO. 5 HATCH

44
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

Urutan yang lazim dipakai dalam memberi


prtunjuk penumpukan dalam palka pada
stowage plan adalah sebagai berikut :

 Pelabuhan tujuan ( Port Rapid)


 Jumlah / volume barang (2000)
 Jenis kemasan ( bags)
 Jenis barang, (milk powder)

 Berat barang (80 ton)


45
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

D. OPERATION PLANNING
 Merupakan Rencana terperinci kegiatan bongkar muat selama kapal di tambatan
 Dibuat oleh agent pelayaran/PBM (stevedoring Company) sebelum kapal tambat,
berdasarkan data muatan (Stowage Plan atau manifest)
 Merupakan pedoman dalam mempersiapkan buruh, peralatan bongkar muat dan
peralatan penunjang lainnya.
 Digunakan pula sebagai pedoman dalam menyiapkan rencana alokasi tambatan
dan prakiraan lama kapal di tambatan.

Yang perlu diperhatikan dan dimasukkan dalam pembuatan Operation Palnning


 Jenis dan Type kapal yang dilayani
 Jumlah Type palka dan peralatan bongkar/muat kapal (Ship’s Gear)
 Jenis Type barang dan posisi barang dalam palka-palka
 Target produksi bongkar muat, dikaitkan dengan jenis barang dan posisi dalam
palka
 Jenis Type dan jumlah peralatan mekanis/non mekanis, serta jumlah dan kondisi
buruh yang diperlukan selama kegiatan bongkar muat. 46
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

E. Mempesiapkan Peralatan
Bongkar/Muat
a. Langkah –langkah ekonomis yang perlu dilakukan dalam
menentukan/mempersiapkan peralatan untuk kegiatan bongkar
muat.
 Tentukan tingkat kebutuhan peralatan dan perlengkapan untuk
setiap lokasi kerja per shift per hari dan waktu-waktu operasional
 Plot dan gambaran kebutuhan ini dalam bentuk peta (Chart)
kegiatan
 Buatkan perhitungan effisiensi dan ekonomis daripada alokasi
peralatan dan susun rencana pemindahan dari satu lokasi kerja ke
lokasi lainnya sesuai dengan kebutuhan.
 Hitung kebutuhan dan keperluan secara keseluruhan terhadap
peralatan dan perlengkapan sesuai dengan Chart kerja.
47
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

F. Mempersiapkan Alokasi Buruh

Persiapan buruh sebaiknya dilakukan masing-masing:


a) Menentukan Alokasi Buruh:
 Langkah pertama adalah mempelajari kondisi muatan (jenis, type, dan posisi
penumpukan di kapal )
 Kemudian memahami dan menggambarkan kondisi muatan di setiap palka
yang dapat diperoleh dari Hacth List dan Hatch Plan.
 Menentukan “ Work Content” yaitu jumlah muatan yang telah dikerjakan di
setiap palka dan diukur melalui “ Gang Shift” atau” Gang Hours”
 Pengaturan muatan di palka – palka
b) Faktor –faktor yang perlu ditentukan sebelum pengalokasian buruh adalah :
 Kualitas buruh
 Komposisi buruh
 Jumlah gang buruh per palka
 Kegiatan di dermaga atau di tengah laut (midstream)
 Operator derek 48
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

G. PERSIAPAN KEGIATAN DI DERMAGA


(QUAY TRANSFER PREPARATION)
Persiapan untuk melayani kegiatan bongkar muat harus dibarengi dengan persiapan kegiatan
pelayanan di dermaga dan merupakan satu kesatuan dengan kegiatan penumpukan barang dan
kegiatan R/D (Receiving / Delivery)
1. Pelayanan di dermaga pada dasarnya terdiri dari 4(empat) kegiatan pokok:
 Mengangkat muatan dari sisi lambung kapal atau tongkang (pada kegiatan midstream-
unloading) ke apron side /tepi dermaga atau sebaliknya.
 Memindahkan muatan dari quay/apron side/tepi dermaga ke lokasi penumpukan atau
sebaliknya.
 Menempatkan atau memindahkan muatan ke lokasi penumpukan barang (gudang atau
lapangan penumpukan)
 Menyiapkan perlengkapan dan peralatan bongar muat ke tepi dermaga atau mengembalikannya
ke tempat semula.
2. Dalam persiapan kegiatan di dermaga perlu diperhatikan beberapa faktor sebagai berikut :
 Jumlah dan jenis muatan yang akan dibongkar atau dimuat ke kapal melalui gudang/lokasi
penimbunan
 Banyaknya muatan yang akan menggunakan angkutan langsung (truck lossing)
 Jenis storage area (lokasi penumpukan) yang dibutuhkan
 Lokasi Storage Area
49
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &

H. PERSIAPAN KEGIATAN PENUMPUKAN


PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

BARANG
Pertama menggunakan gudang dan kedua menggunakan areal terbuka atau
lapangan penumpukan (Open Storage). Berdasarkan lama waktu
penggunaannya maka penumpukan barang dibagi atas : Short Term Storage
dan Long Term Storage.
1. Short Term Storage
Penumpukan barang-barang yang berada untuk sementara waktu di
pelabuhan dan disebut juga Terminal Storage.
 Untuk menjadikan keseimbangan antara jumlah barang atau muatan yang
diangkut oleh kapal dan angkutan darat
 Untuk memungkinkan terlaksananya penyesuaian formalitas administrasi
secepatnya.
 Untuk mencegah kerusakan muatan yang diakibatkan oleh pengaruh cuaca dan
penyeban lainnya.
 Untuk penyiapan dan pengumpulan muatan (konsolidasi) sesuai dengan partai
barang dan jumlah barang yang ditentukan 50
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

2. Long – Term Storage


Penumpukan barang yang dilakukan untuk beberapa lama di pelabuhan dan bagi pemilik
barang penumpukan Long Term akan berguna :
 Untuk menjaga keseimbangan antar faktor-faktor supply dan demand
 Untuk memperoleh kondisi pasar yang menguntungkan
 Untuk mendapatkan nilai tambah ekonomi dari kegiatan perdagangan dan transportasi
 Untuk menjamin kelancaran dan kesinambungan proses produksi pabrik atau industri
melalui pengaturan supply bahan baku dengan menggunakan Long Term Storage di
Pelabuhan
Beberapa faktor yang diperhatikan oleh pihak pengelola pelabuhan sebelum melayani
permintaan penggunaan Long Term Storage.
 Masih tersedia ruangan penumpukan (gudang) di pelabuhan untuk memenuhi
kebutuhan penumpukan muatan yang lain
 Menjamin pengelolaan dan pengoperasian gudang sudah berjalan dengan baik dan
effisien
 Hasil persewaan gudang lebih besar dan dapat menutupi biaya pengoperasian gudang
tersebut.
 Penggunaan fungsi , kegiatan bongkar muat dan transit barang-barang
51
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

I. FUNGSI GUDANG DALAM KEGIATAN


BONGKAR /MUAT
Secara umum gudang mempunyai 3 fungsi yaitu :
 Mencegah terjadinya idle time (waktu yang terbuang) bagi kapal, yang
disebabkan oleh keterlambatan penyiapan muatan atau keterlambatan
angkutan truck.
 Untuk menyiapkan waktu yang diperlukan, dalam penyelesaian masalah
administrasi atau hambatan yang diakibatkan antara lain:
 Keterlambatan penyelesaian dokumen
 Kesalahan dan kurang lengkap data pada dokumen kapal
 Kekeliruan dalam kewajiban pembayaran jasa pelabuhan
 Keterlambatan penyelesaian dokumen ke pabean
 Keterlabatan penyerahan dokumen B/L(Bill of Lading ) atau dokumen lainnya
 Kekeliruan dalam perolehan ijin impor
 Kekeliruan dalam penyelesaian port clearance
Tempat pengumpulan barang-barang yang akan dimuat ke kapal sehingga
dapat dicegah terjadinya kapal menunggu muatan 52
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &

J. MERENCANAKAN RUANGAN
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

PENUMPUKAN

• Perhitungan yang dilakukan dalam menentukan ruang penumpukan harus dilakukan


secara lebih awal sebelum kedatangan kapal, baik untuk barang yang akan dimuat ke
kapal atau barang yang akan di bongkar dari atas kapal.
• Perhitungan dasar dari persiapan ruang penumpukan adalah menentukan kemampuan
daya tampung maksimum ruang penumpukan yang tersedia (Holding Capacity)
• Sebelum menghitung Holding Capacity, beberapa langkah perlu dilakukan terlebih
dahulu antara lain mengetahui secara detail data yang berkaitan dengan barang antara
lain :
 Jumlah dan jenis barang yang akan dibongkar atau yang akan dimuat
 Jumlah barang yang menggunakan angkutan langsung (truck lossing)
 Jenis fasilitas penumpukan yang dibutuhkan untuk barang –barang yang akan di
tangani, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
 jenis barang
 Jenis kemasan
 Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk penumpukan
 Tindakan pengamanan yang diperlukan
53
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

a. The Usable Storage Area atau luas lantai yang tersedia untuk ruang
penumpukan tersebut
Contoh :
Luas lantai keseluruhan = 2000 m2
Luas bagian –bagian yang tidak terpakai :
Jalan dan koridor = 90 M2
Pilar – pilar = 40 M2
Area Kantor = 100 M2
Kerangkeng (locker) = 100 M2 = 330 M2
Luas lantai efektif = 1670 M2
b. The Stacking Height of Cargo atau maksimum ketinggian susunan
barang yang dapat dicapai
Lazimnya tinggi maksimum diperoleh dengan berpedoman kepada
kemampuan daya tahan lantai terhadap beban dan batas ketinggian
dinding gudang (antara 2 s/d 3 m)
c. The Stowage Factor of The Cargo
 Muatan bales (bentuk kemasan) (SF 2,8 M3) ditumpuk bersama –sama muatan bags (SF
1,7) dan karton (SF 3,3 )
maka SF rata-rata = 2,8 + 1,7 + 3,3 = 2,6 M3/T
3

54
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

K. STOWAGE FACTOR
Stowage Faktor (SF) adalah suatu ukuran untuk menentukan berapa
banyak muatan (dalam kubik) yang dibutuhkan untuk mencapai
berat muatan sebesar 1 ton.
Dengan mengetahui stowage factor (SF) serta jenis barang, maka
dapat dihitung berapa luas lantai /ruangan yang dibutuhkan untuk
penumpukan barang dan untuk kepentingan penyusunan ruang
penumpukan setiap petugas perlu memiliki dafta/ list stowage
faktor untuk berbagai jenis barang, terutama jenis barang yang
dominan
The Broken Stowage Allowance
Faktor ini menentukan berapa besarnya atau nilai pengurang dari
penumpukan yang terbuang(tidak dapat dimanfaatkan)

55
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

• Beberapa hal penyebab terjadinya broken stowage (BS):


 Adanya ruangan yang digunakan sebagai pemisah antara muatan (sparation)
 Adanya ruangan yang hilang karena bentuk muatan yang menonjol misalnya, sehingga
sulit dipadatkan
 Adanya ruangan yang dipakai untuk menempatkan dunnage (alas muatan atau
penyangga muatan)
 Adanya ruangan yang dipakai untuk menempatkan pallet (dasar berganda yang terbuat
dari papan dengan ukuran standar untuk alas barang)
Selanjutnya untuk memperoleh volume daya tampung maksimum ruang penyatu (Holding
Capacity) digunakan rumus sebagai berikut :
 Hitung terlebih dahulu besarnya ruang penumpukan effektif yang dapat digunakan
(Usable Storage Volume)
 Dapatkan dan hitung Stacking Faktor yang diperoleh dari perhitungan
 Stowage Faktor x 100 + Broken Stowage
100
 SF muatan kopi (bales) = 2,8
 Broken Stowage 20%

 Maka Stacking Factor = 2,8 x 100 + 0,2


100
56
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

L. PERSIAPAN KEGIATAN RECEIVING /DELIVERY

Receiving Delivery (R/D) adalah kegiatan penerimaan barang kedala m


gudang atau lapangan penumpukan (receiving) dan kegiatan
penyerahan barang dari gudang atau lapangan penumpukan (delivery)
baik untuk muatan ekspor/muatan maupun muatan
impor/bongkaran.
Kegiatan R/D terdiri dari 2 (dua) cara :
 Kegiatan melalui gudang / lapangan penumpukan
 Kegiatan melalui angkutan langsung (truck lossing)
Dilihat dari sisi moda angkutan maka kegiatan R/D dilakukan melalui 3
(tiga) cara :
 Kegiatan mengunakan kendaraan angkutan darat (truck)
 Kegiatan menggunakan angkutan kereta api
 Kegiatan menggunakan angkutan tongkang (barge) atau sejenis
(coaster) 57
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

1. Melalui Gudang ( Non Direct)


Beberapa langkah yang perlu dilakukan agar barang-barang impor cepat
dikeluarkan dari gudang
 Informasikan kepada pemilik /penerima barang (consignee) sedini
mungkin bahwa barang telah dibongkar dari kapal ke gudang
 Ingatkan pada pemilik /penerima barang tentang batas masa bebas
bewa penumpukan dan tarif progresif serta kebutuhan perlunya
mempercepat pengeluaran barang.
 Informasikan pula kapan saat yang tepat untuk pengeluaran barang
tersebut
 Daftar barang
 Nama pengirim barang (shipper)
 Jenis dan jumlah barang
 Pelabuhan tujuan
 Surat jalan atau dokumen lainnya.
58
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

2. Kegiatan melalui angkutan langsung (Direct)

Seluruh kegiatan angkutan langsung dapat dilakukan melalui ketiga jenis moda
transportasi (truck, kerea api, dan tongkang)
Untuk kegiatan R/D angkutan langsung untuk kelancaran kegiatan bagi pelabuhan
diperlukan data penunjang yang lengkap dan berkaitan dengan :
 Jumlah barang
 Kecepatan rata-rata bongkar muat (produktivitas)
 Perkiraan saat/waktu dimulainya kegiatan pemuatan dan selesainya pembongkaran
 Jenis dan kapasitas kendaraan/ moda transportasi yang digunakan
 Jumlah kendaraan /moda transportasi yang diperlukan
 Pemberitahuan kelengkapan dokumen barang
 Perkiraan jadwal kedatangan moda / alat angkutan
Dari sisi pemilik barang langkah yang perlu diambil dalam persiapan kegiatan R/D adalah
:
 Pemilik kendaraan atau pihak pengangkut perlu diberitahukan tentang kesiapan barang
 Informasi tentang jenis dan type kendaraan /alat angkutan yang dibutuhkan
 Terjaminnya kelancaran dokumen-dokumen yang diperlukan
59
D-@gus
RAKOR PENYELENGGARAAN &
PENGUSAHAAN BONGKAR MUAT

e …
nc
o d m a
o
G rfo r
P e
60
D-@gus

Anda mungkin juga menyukai