Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENEGAKAN HAM MELALUI KOMNAS HAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Puji Wulandari Kuncorowati SH.,M.Kn.

Oleh:

- Immanuel Abita Marchelino ( 18301241005 )


- Sri Devi Eka Yuliyanti ( 18301241011 )
- Nadya Sukma Rani ( 18301241041 )
- Indah Dwi Lestari ( 18301241043 )
- Salsabilla Hernida Taufiqa ( 18301241047 )
- Maghfiroh Izza Maulani ( 18301241080 )
- Firsty Mustikaning Nur Izzati ( 18301244011 )
- Theresia Gita Mandy Anggraeta ( 18301244029 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Penegakan
HAM Melalui Komnas HAM ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah pendidikan kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang hak asasi manusia bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Puji Wulandari Kuncorowati


SH.,M.Kn selaku dosen mata kuliah pendidikan kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan selain
bidang yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Yogyakarta, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Judul …………………………………………………………………………. i
Kata Pengantar……………………………………………………………….. ii
Daftar Isi……………………………………………………………………… iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah……..……………………………………… 2
Bab II Pembahasan
A. Komnas HAM………………………………………………………….. 3
B. LANDASAN HUKUM…....................................................................... 3
C. TUJUAN DAN FUNGSI KOMNAS HAM........................................... 4
D. ALAT KELENGKAPAN LEMBAGA.................................................. 7
E. INSTRUMEN HAK ASASI MANUSIA............................................... 7
F. ALUR DAN MEKANISME PENGADUAN......................................... 8
G. TAHAPAN PENANGANAN KASUS HAM........................................ 10
H. BENTUK IMPLEMENTASI KOMNAS HAM DARI INDIKATOR
HAM........................................................................................................ 11
I. CONTOH KASUS PELANGGARAN HAM.......................................... 13
Bab III Penutup
A. Kesimpulan……………………………………………………....... 15
B. Saran……………………………………………………………….. 15
Daftar Pustaka………………………………………………………………..
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat mengenai hak asasi manusia di
Indonesia. Namun begitu hak asasi manusia di Indonesia masih kurang maksimal
utamanya dikarenakan sampai saat ini Negara Indonesia masih dalam zona transisi
yang masih diwarnai dengan ketidak pastian hukum. Padahal Undang Undang Dasar
1945 menjelaskan secara tegas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum
(rechtstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtstaat). Hal itu berarti
bahwa Republik Indonesia ialah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945, menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, serta wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Berbagai persoalan yang
mengatasnamakan hak asasi manusia tidak serta merta terjadi. Pelanggaran hak asasi
manusia tentu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya lemahnya instrument
lembaga penegakan hak asasi manusia.

Upaya pemerintah dalam penegakan hak asasi manusia dengan membentuk


lembaga-lembaga penegakan hak asasi manusia. Komnas HAM merupakan salah satu
lembaga negara yang memiliki kapabilitas untuk melaksanakan fungsi sebagai
pelaksana, pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi
manusia. Akan tetapi dalam menuntaskan berbagai kasus yang terjadi tidak diimbangi
dengan kewenangan fungsi Komnas HAM itu sendiri. Sehingga lembaga ini hanya
dapat memberikan rekomendasi ke pemerintah. Rekomendasi itu hanya bersifat
morally binding tidak ada kewajiban hukum bagi para pihak yang menerima
rekomendasi Komnas HAM untuk menindaklanjuti. Faktor inilah yang mengakibatkan
banyaknya pengaduan ke Komnas HAM tidak dapat tertangani dengan maksimal.
B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas terdapat berbagai rumusan masalah diantaranya :

1. Apa itu Komnas HAM?

2. Apasaja Landasan hukum Komnas HAM?

3. Apa Peran, tugas, dan wewenang Komnas HAM?

4. Apa saja alat kelengkapan Komnas HAM?

5. Apa instrument HAM yang menjadi acuan Komnas HAM?

6. Bagaimana Alur dan Mekanisme pengaduan dan penaganan kasus di


Komnas HAM?

7. Bagaimana contoh Komnas HAM menangani kasus pelanggaran HAM di


Indonesia?

8. Bagaimana Implementasi Komnas HAM?

C. TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas terdapat berbagai tujuan diantaranya :
1. Mengetahui apa itu Komnas HAM
2. Mengetahui Landasan hukum dari Komnas HAM
3. Mengetahui peran, tugas, dan wewenang Komnas HAM
4. Mengetahui alat kelengkapan Komnas HAM
5. Mengetahui Instrumen HAM yang menjadi acuan Komnas HAM
6. Mengetahui Alur dan Mekanisme pengaduan dan penanganan kasus di
Komnas HAM
7. Mengetahui contoh Komnas HAM dalam menangani kasus pelanggaran
HAM di Indonesia
8. Mengetahui bagaimana Implementasi Komnas HAM
BAB II

ISI

A. Komnas HAM

Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan


lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian,
penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia. Komisi Nasional (Komnas)
HAM pada awalnya dibentuk dengan Keppres No. 50 Tahun 1993 sebagai respon
(jawaban) terhadap tuntutan masyarakat maupun tekanan dunia internasional mengenai
perlunya penegakan hak-hak asasi manusia di Indonesia. Kemudian dengan lahirnya
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, maka Komnas HAM
yang terbentuk dengan Keppres tersebut harus menyesuaikan dengan Undang-undang
No.39 Tahun 1999.

B. Landasan Hukum

Pada awalnya, Komnas HAM didirikan dengan Keputusan Presiden Nomor 50


Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Sejak 1999 keberadaan
Komnas HAM didasarkan pada Undang-undang, yakni Undang-undang Nomor 39
Tahun 1999 yang juga menetapkan keberadaan, tujuan, fungsi, keanggotaan, asas,
kelengkapan serta tugas dan wewenang Komnas HAM.

Disamping kewenangan tersebut, menurut UU No. 39 Tahun 1999, Komnas


HAM juga berwenang melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi
manusia yang berat dengan dikeluarkannya UU No. 26 Tahun 2000 tantang
Pengadilan Hak Asasi Manusia. Berdasarkan Undang-undang No.26/2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia, Komnas HAM adalah lembaga yang berwenang
menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Dalam melakukan
penyelidikan ini Komnas HAM dapat membentuk tim ad hoc yang terdiri atas Komisi
Hak Asasi Manusia dan unsur masyarakat.
Komnas HAM berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, mendapatkan tambahan kewenangan berupa
pengawasan. Pengawasan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Komnas
HAM dengan maksud untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah baik pusat maupun
daerah yang dilakukan secara berkala atau insidentil dengan cara memantau, mencari
fakta, menilai guna mencari dan menemukan ada tidaknya diskriminasi ras dan etnis
yang ditindaklanjuti dengan rekomendasi.

Sejak didirikan pada 1993, Komnas HAM telah mengalami enam kali periodisasi
keanggotaan, yaitu 1993-1998, 1998-2002, 2002-2007, 2007-2012, 2012-2017, dan
2017-2022.

C. Tujuan dan Fungsi Komnas HAM


Di dalam Pasal 75 Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia, disebutkan bahwa
tujuan dari Komnas HAM adalah:
1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia
sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia.
2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Untuk melaksanakan tujuan tersebut, Komnas HAM melaksanakan fungsi sebagai


berikut:

1. Fungsi pengkajian dan penelitian


Untuk melaksanakan fungsi ini, Komnas HAM berwenang, antara lain:
a. Melakukan pengkajian dan penelitian berbagai instrumen internasional
dengan tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan aksesi dan
atau ratifikasi.
b. Melakukan pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang-
undangan untuk memberikan rekomendasi mengenai pembentukan,
perubahan, dan pencabutan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan hak asasi manusia.

2. Fungsi penyuluhan
Dalam rangka pelaksanaan fungsi ini, Komnas HAM berwenang:
a. Menyebarluaskan wawasan mengenai hak-hak asasi manusia kepada
masyarakat Indonesia.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hak-hak asasi manusia
melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal serta berbagai
kalangan lainnya.
c. Kerja sama dengan organisasi, lembaga atau pihak lain baik tingkat
nasional, regional, maupun internasional dalam bidang hak-hak asasi
manusia.

3. Fungsi pemantauan
Fungsi ini mencakup kewenangan:
a. Pengamatan pelaksanaan hak-hak asasi manusia dan penyusunan
laporan hasil pengamatan tersebut.
b. Penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam
masyarakat yang patut diduga terdapat pelanggaran hak-hak asasi
manusia.
c. Pemanggilan kepada pihak pengadu atau korban maupun pihak yang
diadukan untuk dimintai atau didengar keterangannya.
d. Pemanggilan saksi untuk dimintai dan didengar kesaksiannya, serta
kepada saksi pengadu diminta menyerahkan bukti yang diperlukan.
e. Peninjauan di tempat kejadian dan tempat lainnya yang dianggap perlu.
f. Pemanggilan terhadap pihak terkait untuk memberikan keterangan
secara tertulis atau menyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai
dengan aslinya dengan persetujuan ketua pengadilan.
4. Fungsi mediasi
Dalam melaksanakan fungsi mediasi, Komnas HAM berwenang untuk
melakukan:
a. Perdamaian kedua belah pihak.
b. Penyelesaian perkara melalui cara konsultasi, negosiasi, konsiliasi, dan
penilaian ahli.
c. Pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa
melalui pengadilan.
d. Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak-hak asasi
manusia kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya.
e. Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak-hak asasi
manusia kepada DPR RI untuk ditindaklanjuti.
f. Pemeriksaan setempat terhadap rumah, pekarangan, bangunan, dan
tempat lainnya yang diduduki atau dimiliki pihak tertentu dengan
persetujuan ketua pengadilan.
g. Pemberian pendapat berdasarkan persetujuan ketua pengadilan terhadap
perkara tertentu yang sedang dalam proses peradilan, bilamana dalam
perkara tersebut terdapat pelanggaran hak-hak asasi manusia dalam
masalah publik dan acara pemeriksaan oleh pengadilan, yang kemudian
pendapat Komnas HAM tersebut wajib diberitahukan oleh hakim
kepada para pihak.

Bagi setiap orang atau kelompok yang memiliki alasan kuat bahwa hak asasinya
telah dilanggar dapat mengajukan laporan dan pengaduan lisan atau tertulis pada
Komnas HAM. Pengaduan hanya akan dilayani apabila disertai dengan identitas
pengadu yang benar dan keterangan atau bukti awal yang jelas tentang materi yang
diadukan.
D. Alat Kelengkapan Lembaga

Alat kelengkapan Komnas HAM terdiri atas Sidang Paripurna dan Subkomisi.
Disamping itu, Komnas HAM mempunyai Sekretariat Jenderal sebagai unsur
pelayanan.

1. Sidang Paripurna
Sidang Paripurna adalah pemegang kekuasaan tertinggi di Komnas HAM, yang
terdiri atas seluruh anggota Komnas HAM. Sidang Paripurna menetapkan Tata
Tertib, Program Kerja dan Mekanisme Kerja Komnas HAM.
2. Sub-komisi
Pada periode keanggotaan 2017-2022, Sub-komisi Komnas HAM terdiri atas:
a. Subkomisi Pemajuan HAM, yang terdiri atas fungsi Pengkajian dan
Penelitian dan fungsi Penyuluhan,
b. Subkomisi Penegakan HAM, yang terdiri atas fungsi
pemantauan/penyelidikan dan fungsi mediasi.

E. Instrumen Hak Asasi Manusia


Dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang guna mencapai tujuannya
Komnas HAM menggunakan sebagai acuan intrumen-instrumen yang berkaitan
dengan HAM, baik nasional maupun internasional.
1. Instrumen Nasional:
a. UUD 1945 beserta amandemenya;
b. Tap MPR No. XVII/MPR/1998.
c. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
d. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM;
e. UU No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan
Etnis;
f. UU No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial;
g. Peraturan perundang-undangan nasional lainnya yang terkait.
2. Instrumen Internasional:
a. Piagam PBB 1945;
b. Deklarasi Universal HAM 1948;
c. Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik;
d. Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya;
e. Instrumen HAM internasional lainnya.

F. Alur dan Mekanisme Pengaduan


Berdasarkan ketentuan Prosedur Penanganan Pengaduan yang diberlakukan
di Komnas HAM, pengaduan harus disampaikan dalam bentuk tertulis yang memuat
dan dilengkapi dengan :
a. Nama lengkap pengadu;
b. Alamat rumah;
c. Alamat surat apabila berbeda dengan alamat rumah;
d. Nomor telepon tempat kerja atau rumah;
e. Nomor faximili apabila ada;
f. Rincian pengaduan, yaitu apa yang terjadi, di mana, kapan, siapa yang
terlibat, nama-nama saksi;
g. Fotocopy berbagai dokumen pendukung yang berhubungan dengan
peristiwa yang diadukan;
h. Fotocopy identitas pengadu yang masih berlaku (KTP, SIM, Paspor);
i. Bukti-bukti lain yang menguatkan pengaduan;
j. Jika ada, institusi lain yang kepadanya telah disampaikan pengaduan
serupa;
k. Apakah sudah ada upaya hukum yang dilakukan;

Dalam hal pengaduan disampaikan oleh pihak lain, maka pengaduan harus
disertai dengan persetujuan pihak yang merasa menjadi korban pelanggaran suatu
HAM (misalnya surat kuasa atau surat pernyataan). Hal yang perlu di ingat adalah
membubuhkan tanda tangan dan nama jelas pengadu atau yang diberi kuasa.
Setelah lengkapnya keterangan dan bahan tersebut pengaduan dapat dikirimkan
melalui berbagai cara, yakni:

a. Diantar langsung ke Komnas HAM;


b. Dikirim melalui jasa pos atau kurir; atau
c. Dikirim melalui faximili ke nomor : 021-3925227;
d. Dikirim melalui e-mail ke pengaduan@komnasham.go.id

Pada dasarnya, setiap pengadu di Komnas HAM mempunyai hak-hak


sebagai berikut:

a. Melakukan konsultasi, baik melalui telepon ke nomor (021) 3925230 ext 126
atau datang langsung langsung ke kantor Komnas HAM yang beralamat di Jl.
Latuharhary No. 4B Menteng, Jakarta Pusat
b. Pengadu yang menyerahkan berkas pengaduan secara langsung dan kasusnya
belum pernah diadukan ke Komnas HAM berhak mendapatkan tanda terima,
nomor agenda, dan Surat Tanda Penerimaan Laporan
c. Pengadu berhak menanyakan perkembangan penanganan pengaduan, baik
melalui telepon atau datang langsung
d. Mendapat jaminan akan kerahasiaan identitas pengadu dan bukti lainnya serta
pihak yang terkait dengan materi pengaduan
e. Mendapat pelayanan penerimaan pengaduan tanpa dimintai biaya atau
pungutan dalam bentuk apapun baik berupa barang dan/atau jasa.

G. Tahapan Penanganan Kasus HAM


Dalam penanganan kasus HAM, baik berat maupun ringan, terdapat
beberapa tahapan yang harus dilalui oleh Komnas HAM, yaitu :
1. Tahap Penyelidikan
Tahap pertama yang harus dilalui dalam penanganan kasus HAM oleh
Komnas HAM adalah tahap penyelidikan. Tahap penyelidikan ini merupakan
tahap awal yang dilakukan oleh Komnas HAM terhadap suatu kasus tertentu
berdasarkan laporan masyarakat. Tahap penyelidikan ini dilakukan oleh tim
dari Komnas HAM, yang kemudian akan dikembangkan ke dalam tahap
penyidikan. Suatu kasus yang diangkat ke dalam tahap penyidikan apabila
dalam kasus tersebut terbukti terdapat indikasi pelanggaran terhadap Hak
Asasi Manusia.

2. Tahap Penyidikan
Tahap kedua yang terjadi ketika penanganan kasus hak asasi manusia
adalah tahap penyidikan. Tahap penyidikan dilakukan oleh tim jaksa agung,
dan berdasarkan hasil akhir dari laporan penyelidikan yang sudah dilakukan
sebelumnya oleh tim penelidik dari komnas HAM. Pada tahap ini, segala
bukti dan juga reka ulang kejadian yang diduga melanggar hak asasi manusia
akan diperdalam dan juga dipertegas, sehingga tahap penyidikan bisa
berlanjut hingga ke tahap penuntutan.

3. Tahap Penuntutan
Setelah pada tahap penyidikan sudah diperoleh kesimpulan, berupa
pelanggaran HAM apa yang sudah terjadi, serta tersangka yang sudah
ditetapkan berdasarkan alat bukti serta saksi yang ada, maka kemudian proses
penanganan pelanggaran HAM dilanjutkan pada tahap Penuntutan. Tahap
penuntutan merupakan tahapan setelah penyidikan yan gjuga dilakukan oleh
jaksa agung. Setelah proses tahapan penuntutan ini berakhir, dilanjutkan
dengan tahapan peradilan pada Pengadilan Hak Asasi Manusia.

4. Tahap Peradilan
Tahap peradilan merupakan tahapan terakhir dan paling panjang
dilakukan, karena pada tahap peradilan, semua perangkat peradilan, dan juga
upaya mencari keadilan dapat dilakukan, seperti melakukan proses banding,
dan juga kasasi.
Proses peradilan ini dilakukan di Pengadilan Hak Asasi Manusia, dan
dilakukan oleh majelis hakim pengadilan HAM yang berjumlah 5 orang. Pada
pengadilan ini, semua tuntutan akan dibahas dan ditentukan keputusannya.
Setelah proses tersebut berjalan, maka penanganan kasus HAM yang ada pun
selesai. Namun demikian ini merupakan hal yang sangat rumit dan juga panjang,
bahkan sampai saat ini, masih banyak kasus pelanggaran HAM berat yang
belum tuntas kasusnya. Karena itu, tugas Komnas HAM sebagai lembaga
Negara yang bertindak untuk mengawasi dan juga melindungi HAM di Negara
Indonesia sangatlah berat dan juga penuh tantangan.

H. Bentuk Implementasi Komnas HAM dari Indikator HAM

Hingga tahun 2018, Komnas HAM mengembangkan 10 (sepuluh)


indikator HAM yaitu: Indikator Hak Atas Perumahan, Hak Atas Pangan, Hak
Atas Pekerjaan, Hak Atas Rasa Aman, Hak Atas Kesehatan, Hak Atas
Pendidikan, Hak Atas Kebebasan beragama, Hak untuk bebas penyiksaan, Hak
Hidup dan Hak atas jaminan sosial. Indikator inilah yang menjadi dasar
Pendidikan dan Penyuluhan Komnas HAM menyusun kurikulum, modul,
materi kegiatan. Sepanjang tahun 2018, Pendidikan dan Penyuluhan Komnas
HAM telah melaksanakan 4 (empat) kegiatan prioritas sebagai bentuk
implementasi dari indikator HAM yang telah dikembangkan Komnas HAM,
yaitu : Sekolah Ramah HAM (SRH), Human Right Cities (HRC), Polisi
Berbasis HAM dan Pemenuhan Hak Kelompok Minoritas baik berupa Training
of Trainers (ToT), Pelatihan, dan seminar/diseminasi.

1. Sekolah Ramah HAM (SRH)

Kegiatan yang telah dilakukan antara lain menyelenggarakan Pelatihan


untuk Kepala Sekolah yang diikuti oleh 30 orang Kepala SMA/K/MAN
bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kalbar di Hotel Grand Tulip Pontianak
pada 30 Oktober s.d. 1 November 2018.
2. Human Right Cities (HRC)

Kegiatan yang telah dilakukan adalah menindaklanjuti kerjasama


dengan sejumlah stakeholderan. INFID guna mendorong dan mendukung
implementasi Kabupaten/Kota yang ramah HAM di Indonesia. Pada 2 s.d. 4
Mei 2018, Komnas HAM dan INFID telah menyelenggarakan Lokakarya dan
Pelatihan Kabupaten/Kota HAM di Rama Beach Resort dan Villas Bali.

3. Polisi Berbasis HAM (PBH)

Kegiatan yang telah dilakukan antara lain melakukan sosialisasi Buku


Saku HAM di kalangan Polda NTT dan Divkum Polri di Kupang sebagai
bahan pengajaran. Kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa, 23 Oktober 2018,
dan diikuti oleh 80 orang perwira dari satuan Reskrim, Tahti, Sabhara dan
Brimob.

4. Pemenuhan Hak Kelompok Minoritas

Kegiatan yang telah dilakukan adalah Festival HAM Indonesia (FHI)


tahun 2018 yang mengangkat tema “Sinergi untuk Pemajuan dan Penegakan
HAM” yang diselenggarakan di Gedung Sasana Adipura Kencana, Wonsobo,
Jawa Tengah, pada Selasa, 13 November 2018.

I. Contoh Kasus Pelanggaran HAM


1. Kasus Lumpur Lapindo

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyimpulkan


beberapa pelanggaran HAM yang diakibatkan oleh lumpur Lapindo di Porong-
Sidoarjo, Jawa Timur.
Adapun beberapa pelanggaran HAM tersebut antara lain hak untuk hidup.
Berdasarkan temuan Komnas HAM, pemerintah gagal untuk memenuhi hak
atas standar dan lingkungan hidup yang layak.
Pelanggaran lainnya adalah dalam hal hak atas informasi. Hal ini ditekankan
pada informasi yang tidak sampai kepada masyarakat terkait proyek
pengeboran yang dilakukan, kemudian hak atas rasa aman terhadap ancaman
jebolnya tanggul penahan lumpur yang sewaktu-waktu dapat menenggelamkan
rumah-rumah penduduk
Tidak hanya itu, bencana lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo tersebut juga
menghilangkan hak pengembangan diri, hak atas perumahan, hak atas pangan,
hak atas kesehatan, hak atas pekerjaan, juga hak pendidikan. Karena bencana
lumpur tersebut, tercatat 2.288 orang berhenti bekerja akibat pabrik-pabrik
tempat mereka bekerja sudah tidak beroperasi. Kemudian ada 1.774 siswa SD,
SMP, SMA, dan pondok pesantren kehilangan tempat belajar karena sekolah
mereka tergenang lumpur.
Komnas HAM juga mencatat, akibat bencana lumpur tersebut, para korban
kehilangan hak kesejahteraan (hak milik) atas aset-aset mereka yang hilang
direnggut lumpur. Hal ini juga berimplikasi terhadap hilangnya hak berkeluarga
dan melanjutkan keturunan. Hilangnya properti membuat korban berhalangan
untuk menyalurkan kebutuhan biologis serta naluri reproduksinya, apalagi di
tempat pengungsian tidak ada tempat yang layak.
Komnas HAM juga menyebutkan bahwa dalam konteks bencana lumpur di
Porong Sidoarjo itu, pemerintah ataupun pihak yang bertanggung jawab juga
telah melanggar hak-hak kelompok rentan seperti kaum disabilitas, kelompok
lanjut usia, anak-anak, dan perempuan. Terbukti di lapangan, tidak ada
perlakuan khusus untuk ibu hamil serta tidak ada jaminan keamanan terhadap
anak-anak perempuan dari tindak kekerasan ataupun pelecehan seksual karena
tidak ada pemisahan khusus antara pria dan wanita. Dengan terlanggarnya hak-
hak para korban lumpur tersebut, maka secara tidak langsung hak mereka untuk
memperoleh jaminan sosial juga tidak dipenuhi sama sekali.
Komnas HAM merupakan lembaga negara tunggal yang diberikan
kewenangan untuk memantau pemenuhan HAM di Indonesia dan melakukan
mediasi atas kasus-kasus yang menimbulkan dampak terhadap terpenuhinya
HAM masyarakat. Selain itu, Komnas HAM juga bertugas memberikan
penyuluhan HAM kepada masyarakat.
Pimpinan Komnas HAM beserta jajarannya mengemban tugas yaitu sidang
paripurna untuk memeriksa kehadiran negara dan perusahaan dalam melakukan
pemulihan korban. Beliau menegaskan, bahwa kejadian bencana selalu
memberi dampak mengurangi atau menghilangkan hak-hak warga.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hak asasi manusia (HAM) adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia
sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM nya
terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau
menindas HAM orang lain.Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi
oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang
dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan
diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-
Undang pengadilan HAM.

Dengan segala keterbatasan yang ada, Komnas HAM telah berusaha


semaksimal mungkin melaksanakan fungsi dan tugas nya yang diamanatkan di dalam
Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia maupun Undang-
undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM.

B. Saran-saran

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan


memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati
dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan
jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam
menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita
dengan orang lain.
Komnas HAM menyadari bahwa dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
masih jauh dari harapan masyarakat, khususnya para korban pelanggaran hak asasi
manusia. Oleh karena itu, saran dan kritikan serta masukan bagi peningkatan kualitas
dan kuantitas kinerja Komnas HAM sangatlah diharapkan bagi pemajuan,
perlindungan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia, karena pada dasarnya hak
asasi manusia adalah untuk semua.
DAFTAR PUSTAKA

Sunarso, Kus Eddy Sartono, dkk. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:


UNY Press

Komnas HAM.2019. Tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.


https://www.komnasham.go.id/index.php/about/1/tentang-komnas-ham.html (Diakses
pada 20 September 2019)

Komnas HAM. 2019. Alur dan mekanisme Pengaduan HAM.


https://www.komnasham.go.id/index.php/pengaduan-mekanisme/ (Diakses pada 20
September 2019)

Kompas.com. Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia. 2019


https://amp.kompas.com/nasional/read/2012/08/15/04234381/lumpur.lapindo.sebabkan.p
elanggaran.ham (Diakses pada 21 September 2019)

Komnas HAM.2019. Tahapan Kasus Penanganan Kasus HAM.


https://www.komnasham.go.id/index.php/laporan/2019/06/11/56/laporan-kinerja-
instansi-pemerintah-lkip-komnas-ham-tahun-anggaran-2018.html (Diakses pada 21
September 2019 )

Komnas HAM. 2019. Laporan Kinerja Instansi Komisi Nasional Indonesia.


https://www.komnasham.go.id/files/20190611-laporan-kinerja-instansi-pemerintah-
$2CFP.pdf. ( Diakses pada 21 September 2019 )

Anda mungkin juga menyukai