KELAS : 05HUKE002
NAMA : ELYZA SAFITRIYANI
NIM : 201010250107
UNIVERSITAS PAMULANG
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
Jl. Surya Kencana No.1 Pamulang Barat Tangerang Selatan Banten Telp. (021) 7412566
Fax. (021) 7412491
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa
atas rahmat dan
karunia-Nya
sehingga
makalah yang
berjudul,
“Kewenangan
Mahkamah
Konstitusi”
dapat penulis
selesaikan tepat
pada waktunya.
Penulis
mengucapkan
banyak terima
kasih kepada
semua pihak
yang telah
terlibat dalam
pembuatan
makalah ini,
terutama kepada
kedua orang tua
yang selalu
memberikan
motivasi yang
i
sangat luar biasa,
dan kepada
Dosen Pengampu
Penulis Bapak
Semuel
Walangitan,
S.H., M.H., yang
telah
membimbing
Penulis dalam
menyusun
makalah ini
melalui materi
yang diberikan.
Adapun tujuan
dari pembuatan
makalah ini
adalah untuk
memenuhi tugas
mata kuliah
Hukum Acara
Peradilan
Konstitusi.
Penulis
menyadari
sepenuhnya
bahwa dalam
penyusunan
makalah ini
masih jauh dari
ii
sempurna
dikarenakan
keterbatasan
dalam
pengetahuan dan
kemampuan
Penulis. Penulis
berharap
makalah ini
bermanfaat
khususnya bagi
Penulis dan
umumnya bagi
para pembaca.
Kritik dan saran
yang bersifat
membangun
demi
penyempurnaan
makalah ini
dengan senang
hati Penulis akan
terima.
T
a
n
g
e
r
iii
a
n
g
S
e
l
a
t
a
n
,
1
1
J
u
n
i
2
0
2
3
E
l
y
z
iv
a
S
a
f
i
t
r
i
y
a
n
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
1
v
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Penulisan
2
A. Pengertian Mahkamah
Konstitusi 3
B. Awal Mula Ide Pembentukan
Mahkamah Konstitusi
3
C. Sejarah Terbentuknya
Mahkamah Konstitusi
4
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Mahkamah Konstitusi?
2. Bagaimana awal mula ide pembentukan Mahkamah Konstitusi?
3. Bagaimana sejarah terbentuknya Mahkamah Konstitusi di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan Penulisan adalah :
1. Penyusun ingin mengetahui lebih dalam mengenai ide dasar pembentukan
Mahkamah Konstitusi.
2. Penyusun ingin mengetahui lebih dalam mengenai sejarah terbentuknya
Mahkamah Konstitusi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Amerika Serikat membuat sebuah putusan yang ditulis Ketua Supreme Court
John Marshall dan didukung empat Hakim Agung lainnya yangmenyatakan
bahwa pengadilan berwenang membatalkan Undang-Undang yang
bertentangan dengan konstitusi.
Di Austria, pemikiran Kalsen mendorong dibentuknya suatu lembaga
yang diberi nama Verfassungsgerichtshoft atau MK yang berdiri sendiri
diluar Mahkamah Agung, sering disebut The Kalsenian Model. Gagasan ini
diajukan ketika Kalsen diangkat sebagai anggota lembaga pembaharu
konstitusi Austria (Chanclery) pada 1919-1920 dan diterima dalam konstitusi
1920. Inilah Mahkamah Konstitusi pertama didunia. Modelini menyangkut
hubungan antara prinsip Supremasi Konstitusi (The Principle of the
Supremacy of the Constitution) dan prinsip Supremasi Parlemen (The
Principle of the Supremacy of the parlement) Ide Hans Kalsen mengenai
pengujian Undang-Undang diatas sejalan dengan gagasanyang pernah
dikemukakan Moh. Yamin dalam sidang BPUPKI. Ia mengusulkan
seharusnya Balai Agung diberi wewenang “Membanding” Undang-Undang.
Namun usulan Moh. Yamin disanggah Soepomo dengan alasan kewenangan
hakim untuk pengujian Undang-Undang bertentangan dengan konsep
Supremasi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan sebagai negara yang
baru merdeka belum memiliki ahli-ahli mengenai hal tersebut serta
pengalaman mengenai Judicial Review, Akhirnya ide pengujian
Konstitusionalitas Undang-Undang yang diusulkan Moh.Yamin tersebut tidak
diadopsi dalam UUD 1945.
4
melaksanakan pengujian karena memang tidak ada mekanisme yang
memungkinkan melaksanakan pengujian konstitusionalitas Undang-Undang.
Seiring dengan momentum perubahan Undang-Undang Dasar pada era
reformasi, ide pembentukan Mahkamah Konstitusi atau MK di Indonesia
diterima sebagai mekanisme untuk mengontrol Konstitusionalitas Undang-
Undang terhadap Undang-Undang Dasar.Selain itu, pembentukan MK juga
didorong oleh alasan sebagai berikut :
1. Sebagai Konsekuensi dari perwujudan negara hukum yang demokratis
dannegara demokrasi yang berdasarkan hukum. Kenyataan menunjukkan
bahwasuatu keputusan yang dicapai dengan demokratis tidak selalu sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Dasar yang berlaku sebagai hukum
tertinggi. Olehkarena itu, diperlukan suatu lembaga yang berwenang
menguji konstitusionalitas Undang-Undang.
2. Paska perubahan kedua dan perubahan ketiga, Undang-Undang Dasar
1945 telahmengubah hubungan kekuasaan secara besar-besaran dengan
menganut sistem pemisahan kekuasaan (Separation of Power)
berdasarkan prinsip Check and Balance. Bertambahnya jumlah lembaga
negara serta bertambahnya ketentuan kelembagaan negara menyebabkan
potensi sengketa antara lembaga negara menjadi semakin banyak.
Sementara itu telah terjadi perubahan paradigma dari Supremasi MPR
kepada Supremasi Konstitusi, sehingga tidak ada lagi Lembaga tertinggi
negara pemegang kekuasaan tertinggi yang berwenang menyelesaikan
sengketa antar lembaga negara. Oleh karena itu, diperlukan lembaga
tersendiri untuk menyelesaikan sengketa tersebut.
3. Kasus nyata yang terjadi di Indonesia, yaitu Pemakzulan (Impeachment)
Presiden K.H Abdurrahman Wahid dari kursi kepresidenannya oleh MPR
padasidang istimewa MPR tahun 2001, yang mengilhami tercetusnya
pemikiran untuk mencari mekanisme yang digunakan dalam proses
pemberhentian presiden dan atau wakil presiden agar tidak semata-mata
berdasarkan alasan-alasan politis semata dan oleh lembaga politik saja.
Hal ini juga sebagai konsekuensi upaya pemurnian sistem presidensial.
5
Untuk itu, disepakati perlu adanya lembaga hukum yang berkewajiban
menilai terlebih dahulu pelanggaran hukum yang dilakukan oleh presiden
dan atau wakil presiden diberhentikan dalam masa jabatannya.
6
BAB III
PENUTUP
7
Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia terhadap Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Putusan Nomor 3/SKLN-X/2012 Sengketa Kewenangan Lembaga Negara
yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
8
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun Buku Lima Tahun MK, Lima Tahun Menegakkan Konstitusi,
2008, Jakarta : Sekretariat Jendral dan Kepanitraan Mahkamah
Konstitusi.
http://cunseondeok.blogspot.com/2015/05/mahkamahkonstitusi.html [Diakses
pada 12 November 2018]