Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas
PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
1945
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan
dengan cukup baik.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,
berkat bimbingan dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada kami
setiap saat.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
makalah yang lebih baik lagi. Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini
dapat berguna bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mahkamah Agung............................................................... 3
B. Sejarah Mahkamah Agung.................................................................... 3
C. Tugas Pokok dan Fungsi Mahkamah Agung......................................... 6
D. Wewenang Mahkamah Agung.............................................................. 9
E. Struktur Organisasi Mahkamah Agung................................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 12
B. Saran...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketentuan yang menunjuk ke arah badan Kehakiman yang tertinggi
adalah pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945. Eksistensi Mahkamah
Agung ditetapkan setelah diundangkannya Undang-Undang No. 7 tahun 1947
tentang susunan kekuasaan Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung yang
mulai berlaku pada tanggal 3 Maret 1947. Undang-Undang No. 7 tahun 1947
kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 19 tahun 1948 yang dalam
pasal 50 ayat 1 menyebutkan Mahkamah Agung Indonesia ialah pengadilan
tertinggi. Undang-Undang No. 14 tahun 1970 tentang "Ketentuan-ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman" tanggal 17 Desember 1970, antara lain dalam
pasal 10 ayat (2) disebutkan bahwa Mahkamah Agung adalah Pengadilan
Negara tertinggi dalam arti Mahkamah Agung sebagai badan pengadilan
kasasi (terakhir) bagi putusan-putusan yang berasal dari Pengadilan-
pengadilan lain yaitu yang meliputi keempat lingkungan peradilan yang
masing-masing terdiri dari:
1. Peradilan Umum;
2. Peradilan Agama;
3. Peradilan Militer;
4. Peradilan Tata Usaha Negara.
Pembentukan Mahkamah Agung (MA) pada pokoknya memang
diperlukan karena bangsa kita telah melakukan perubahan-perubahan yang
mendasar atas dasar undang-undang dasar 1945. Dalam rangka perubahan
pertama sampai dengan perubahan keempat UUD 1945. Bangsa itu telah
mengadopsi prinsip-prinsip baru dalam sistem ketatanegaraan, yaitu antara
lain dengan adanya sistem prinsip “Pemisahan kekuasaan dan cheeks and
balance” sebagai pengganti sistem supremasi parlemen yang berlaku
sebelumnya.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Mahkamah Agung?
2. Bagaimana sejarah Mahkamah Agung?
3. Apa tugas pokok dan fungsi Mahkamah Agung?
4. Apa wewenang Mahkamah Agung?
5. Bagaimana struktur organisasi Mahkamah Agung?
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
c. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu
wewenang menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan di
bawah Undang-undang tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari
isinya (materinya) bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang
lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14
Tahun 1985).
2. Fungsi Pengawasan
a. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya
peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan
yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan
seksama dan wajar dengan berpedoman pada asas peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan
Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal
10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun
1970).
b. Mahkamah Agung juga melakukan pengawasan:
1) Terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan
perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman,
yakni dalam hal menerima, memeriksa, mengadili, dan
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan
meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan
teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan petunjuk
yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
2) Terhadap Penasihat Hukum dan Notaris sepanjang yang
menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah
Agung Nomor 14 Tahun 1985).
3. Fungsi Mengatur
a. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal
8
1. Pimpinan
Pimpinan Mahkamah Agung terdiri dari seorang ketua, 2 (dua) wakil
ketua, dan beberapa orang ketua muda. Wakil Ketua Mahkamah Agung
terdiri atas wakil ketua bidang yudisial dan wakil ketua bidang non-
yudisial. wakil ketua bidang yudisial yang membawahi ketua muda
perdata, ketua muda pidana, ketua muda agama, dan ketua muda tata usaha
negara sedangkan wakil ketua bidang non-yudisial membawahi ketua
muda pembinaan dan ketua muda pengawasan. Ketua Mahkamah Agung
dipilih dari dan oleh hakim agung, dan diangkat oleh Presiden.
Pada tanggal 8 Februari 2012, Hatta Ali terpilih menjadi Ketua MA,
menggantikan Harifin A. Tumpa, dengan mendapatkan suara mayoritas
yaitu 28 suara dari 54 hakim agung. Urutan kedua, Ahmad Kamil 15
suara, Abdul Kadir Mappong 5 suara dan M Saleh 3 suara dan Paulus
Effendi Lotulung 1 suara dan suara tidak sah 3 orang.
2. Hakim Anggota
Hakim Anggota Mahkamah Agung adalah Hakim Agung. Pada
Mahkamah Agung terdapat Hakim Agung sebanyak maksimal 60 orang.
Hakim agung dapat berasal dari sistem karier atau sistem non karier. Calon
hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, untuk kemudian mendapat persetujuan dan ditetapkan sebagai
hakim agung oleh Presiden. Tugas Hakim Agung adalah Mengadili dan
memutus perkara pada tingkat Kasasi.
3. Kepaniteraan
Kepaniteraan Mahkamah Agung mempunyai tugas melaksanakan
pemberian dukungan di bidang teknis dan administrasi justisial kepada
Majelis Hakim Agung dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara,
serta melaksanakan administrasi penyelesaian putusan Mahkamah Agung.
Kepaniteraan Mahkamah Agung dipimpin oleh satu orang Panitera dan
dibantu oleh 7 Panitera Muda yakni:
a. Panitera Muda Perdata.
b. Panitera Muda Perdata Khusus.
11
A. Kesimpulan
Salah satu produk informasi ketatanegaraan yang kita bangun setelah
perubahan pertama (1999), kedua (2000), ketiga (2001), dan keempat (2002),
UUD 1945 adalah dibentuknya MA. Mahkamah agung membawahi badan
peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara. Maka
dari itu MA dibentuk agar (the supreme law of the land ) benar-benar
dijalankan atau ditegakkan dalam penyelenggaraan kehidupan kenegaraan
sesuai dengan prinsip-prinsip negara Hukum modern, di mana Hukumlah yang
menjadi faktor bagi penentu bagi keseluruhan dinamika kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik suatu bangsa.
B. Saran
Mengenai Perekrutan Hakim Agung, perlu diatur bahwa seluruh hakim
baik hakim agung maupun hakim konstitusi, pengusulannya harus diusulkan
oleh KY. Dengan demikian seluruh hakim akan diawasi oleh pengawas
eksternal yaitu KY. MA maupun MK tidak perlu membentuk majelis
kehormatan yang bertugas mengawasi perilaku hakim, yang anggotanya
diambil dari lingkungan hakim itu sendiri. Dengan kata lain, ke depan tugas
mengawasi hakim cukup diserahkan ke KY baik hakim, Hakim Agung
Maupun Hakim Konstitusi. Hasil pengawasan KY direkomendasikan kepada
ketua MA maupun MK untuk ditindaklanjuti. Dewan kehormatan di MA
maupun MK bersifat ad hoc saja, dan mereka ada dan bertindak setelah
rekomendasi KY.
13
DAFTAR PUSTAKA