Anda di halaman 1dari 12

Sejarah

mahkamah
agung dan
peradilan
Mahkama
h agung
Mahkamah agung Republik Indonesia juga adalah
lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan
kehakiman yang bebas dari pengaruh cabang-cabang
kekuasaan lainnya
Kapan
mahkamah agung
didirikan
Mahkamah Agung Indonesia didirikan pada tanggal 19 Agustus 1945, tepat pada hari kemerdekaan Indonesia. Namun, sejarah
lengkapnya dimulai sejak masa kolonial Belanda dengan didirikannya Raad van Justitie pada tahun 1848. Setelah kemerdekaan,

diindonesia?
Mahkamah Agung menjadi lembaga tertinggi di sistem peradilan Indonesia. Mahkamah Agung bertanggung jawab atas mengadili
perkara-perkara yang menjadi kewenangannya dan memastikan kepatuhan terhadap hukum di seluruh wilayah Indonesia. Dalam
perjalanan sejarahnya, Mahkamah Agung telah mengalami berbagai perubahan dalam struktur, fungsi, dan kebijakannya.
1
Setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 18 Agustus 1945, Presiden Soekarno
melantik/mengangkat Mr. Dr. R.S.E. Koesoemah Atmadja sebagai Ketua Mahkamah Agung
Republik Indonesia yang pertama. Hari pengangkatan itu kemudian ditetapkan sebagai Hari
4
Jadi Mahkamah Agung melalui Surat Keputusan KMA/043/SK/VIII/1999 tentang Penetapan
Hari Jadi Mahkamah Agung Republik Indonesia. Tanggal 18 Agustus 1945 juga merupakan
tanggal disahkannya UUD 1945 beserta pembentukan dan pengangkatan Kabinet Presidentil.
Mahkamah Agung terus mengalami dinamika sesuai dinamika ketatanegaraan. Antara tahun
1946 sampai dengan 1950 Mahkamah Agung pindah ke Yogyakarta sebagai ibu kota Republik
Indonesia
Dua Lembaga peradilan tertinggi diindonesia sat ini
1.Hooggerechtshof di Jakarta dengan:
1.Ketua: Dr. Mr. Wirjers
2.Anggota Indonesia:
1.Mr. Notosubagio,
2.Koesnoen
3.Anggota Belanda:
1.Mr. Peter,
2.Mr. Bruins
4.Procureur-Generaal: Mr. Urip Kartodirdjo

2.Mahkamah Agung Republik Indonesia di Yogyakarta dengan:


1.Ketua: Mr. Dr. R.S.E. Koesoemah Atmadja
2.Wakil: Mr. R. Satochid Kartanegara \
3.Anggota:Mr. Husen Tirtaamidjaja,Mr. Wirjono Prodjodikoro,Sutan Kali
Malikul Adil
4.Panitera: Mr. Soebekti
5.Kepala TU: Ranuatmadja
Kemudian terjadi kapitulasi Jepang, yang merupakan Badan Tertinggi disebut Saikoo
Hooin ( 最高法院 , saikō-hōin) yang kemudian dihapus dengan Osamu Seirei (Undang-
Undang No. 2 Tahun 1944). Pada tanggal 1 Januari 1950 Mahkamah Agung kembali ke
Jakarta dan mengambil alih (mengoper) gedung dan personil serta pekerjaan
Hooggerechtschof. Dengan demikian, para anggota Hooggerechtschof dan Procureur-
Generaal meletakkan jabatan masing-masing dan pekerjaannya diteruskan pada
Mahkamah Agung Republik Indonesia Serikat (MA-RIS) dengan susunan:1.Ketua: Mr.
Dr. R.S.E. Koesoemah Atmadja2.Wakil: Mr. Satochid Kartanegara3.Anggota: 1.Mr.
Husen Tirtaamidjaja, 2.Mr. Wirjono Prodjodikoro, 3.Sutan Kali Malikul
Adil4.Panitera: Mr. Soebekti5.Jaksa Agung: Mr. Tirtawinata
Disahkanya
mahkamah
agung pada
Diangkatnya Mr. Dr. koesoemah atmadja sebagai ketua mahkamah

tanggal
agung sejak saat ittu secara oprasional plaksanaan keuasaan
kehakiman dibidang pengadilan disahkan pada tanggal 9 mei 1950
dalam undang- undang no 1 tahun 1950 tentang susunan dan
jalannya mahkamh agung .

Undang-undang no 1 tahun 1950 sudah harus digant, maka pada tanggall 17 desember 1970
lahirlah UU No. 14 tahun 1970 ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman yang Pasal 10
ayat (2) menyebutkan bahwa Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara Tertinggi dalam arti
Mahkamah Agung sebagai Badan Pengadilan Kasasi (terakhir) bagi putusan-putusan yang berasal
dari Pengadilan di bawahnya
peradilan
Pengadilan Tingkat Pertama dan Pengadilan Tingkat Banding yang meliputi 4 (empat) Lingkungan Peradilan:
1.Peradilan Umum
2.Peradilan Agama
3.Peradilan Militer
4.Peradilan TUN

Sejak Tahun 1970 tersebut kedudukan Mahkamah Agung mulai kuat dan terlebih dengan keluarnya Undang-Undang
No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, maka kedudukan Mahkamah Agung sudah mulai mapan, dalam
menjalankan tugastugasnya yang mempunyai 5 fungsi, yaitu
1.Fungsi Peradilan
2.Fungsi Pengawasan
3.Fungsi Pengaturan
4.Fungsi Memberi Nasihat
5.Fungsi Administrasi
Hubungan
peradilan agama
dengan
mahkamah
Hubungan peradilan Agama dengan MA sampai Tahun 1977 Sebelum Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tenta

agung ?
Kehakiman, bahkan sebelum dikeluarkannya UU No. 35 Kekuasaan-kekuasaan Tahun 1999 tentang perubahan atas Unda
14 Tahun 1970 tentang Pokok Kehakiman, ketika itu yang berlaku adalah Undang-Undang No. 14 Tahun 1970. Pasal 10
nyatakan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan (a) Peradilan Umum; (b) Peradi
Peradilan Militer; (d) Peradilan Tata Usaha Negara.Adapun mengenai proses penyelenggaraan peradilan (lingku- ngan Pe
yang terkait langsung dengan Mahkamah Agung adalah mengenai upaya hukum kasasi. Tentang kasasi dinya- takan
Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dinyatakan bahwa
pengadilan dalam tingkat banding dapat dimintakan kasasi kepada Mahkamah Agung oleh pihak-pihak yang berkepe
diatur dalam undang-undang".
Mahkamah Agung pada tanggal 26 Nopember 1977 mengeluarkan peraturan Mahkamah Agung
No.1 Tahun 1977 tentang jalan Pengadilan dalam pemeriksaan kasasi da- lam perkara perdata
dan perkara pidana oleh Peradilan Agama dan Pengadilan Militer. Alasan atau dasar yang
dikemukakan Mahka- mah Agung ada 6, seperti yang tersebut dalam peraturan Mahkamah
Agung tersebut.

Dengan keluarnya Keputusan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1977 tentang Jalan Pengadilan
dalam Pemeriksaan Kasasi dalam Perkara Perdata dan Perkara Pidana oleh Pengadilan Agama
dan Penga- dilan Militer, dan edaran Mahkamah Agung No. 04/1977 perihal pe- laksanaan jalan
pengadilan pemeriksaan kasasi dalam perkara per- data dan pidana oleh Peradilan Agama dan
Peradilan Militer di atas, dan dengan dicabutnya edaran Ditbinbapera (Departemen Agama No.
DIV/Ed/1989/1978 tanggal 01 Mei 1978.
pertama kalinya dalam sejarah Peradilan Agama di Indonesia yang dihadiri oleh pihak
Mahkamah Agung, Departemen Agama dan Pengadilan Tinggi Agama se-Indonesia, yakni pada
tanggal 29 Mei di Hotel Kartika Candra Jakarta. Dalam raker tersebut dapat diambil enam
kesimpulan

kesimpulan pertama dan kedua saja, yaitu:Pertama, tentang pelaksanaan tugas pengawasan, (a)
Pengadilan Tinggi Agama bersedia/sanggup sebagai pelaksana pengawasan di daerah masing-
masing, (b) agar pelaksanaan pengawasan tersebut berjalan dengan baik perlu adanya Juklak
oleh Mahkamah Agung.Kedua, (a) dirasa perlu adanya ahli-ahli hukum Islam di Mahka- mah
Agung, (b) perkara-perkara Nikah, Talak, Cerai, dan Rujuk (NTCR) perlu diberi prioritas
penyelesaiannya; (c) perlu segera di- keluarkan juklak tentang prosedur penyampaian berkas
perkara oleh Mahkamah Agung.
pada tahun 2009 keluarlah Undang Undang Republik Indone- sia No 48 Tahun 2009 tentang
kekuasaan kehakiman, yang menjelas- kan tentang Fungsi yang berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman termasuk juga dalam lingkungan kehakiman di Peradilan Agama yang meliputi:a.
penyelidikan dan penyidikan;b. penuntutan;c. pelaksanaan putusan;d. pemberian jasa hukum;
dane. penyelesaian sengketa di luar pengadilan

Hubungan peradilan dan mk


Peradilan Agama adalah salah satu lingkungan peradilan yang menyelenggarakan kekuasaan
kehakiman, bersama lingkungan peradilan umum, peradilan militer dan peradilan tata usaha
negara, berada di bawah Mahkamah Agung (Pasal 24 UUD 1945, Pasal 18 UU No.48 Tahun
2009
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai