Anda di halaman 1dari 13

Apa yang dimaksud dengan amandemen UUD 1945?

Perjalanan Amandemen UUD 1945 saat Amien Rais Jadi Ketua MPR. Jakarta - Reformasi
tahun 1998 menyebabkan tumbangnya rezim Orde Baru pimpinan Presiden ke-2 RI Soeharto. ...
Menurut Desmond, Amien telah membobol dasar negara RI

Berapa Kali Undang Undang Dasar diamandemen?


Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amendemen) yang
ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR: Sidang Umum MPR 1999, tanggal
14-21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama UUD 1945.

Kapan amandemen kedua UUD 1945 dilakukan?


Perubahan Kedua UUD 1945, adalah perubahan kedua pada Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Tahun 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000.

Kapan amandemen ke tiga dilakukan?


Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah
perubahan ketiga pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai
hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2001 tanggal 1–9 November
2001.

Kapan amandemen keempat dilakukan?


Perubahan Keempat UUD 1945, adalah perubahan keempat pada Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Tahun 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002.

Apakah yang dimaksud dengan Undang Undang Dasar 1945?


Pengertian, Fungsi Dan Kedudukan UUD 1945 - UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang
mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap
warga negara Indonesia dimanapun mereka berada dan juga mengikat setiap penduduk yang
berada di wilayah Negara Republik

Naskah Undang Undang Dasar 1945?


Isi Pembukaan UUD 1945. Republik Indonesia. "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah
hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." ... serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

Kapan amandemen UUD 1945 dilakukan?


Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama UUD 1945.
Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua UUD 1945. Sidang
Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga UUD 1945. Sidang
Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan Keempat UUD 1945.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan konstitusi?


K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara yang berupa
kumpulan peraturan yang membentuk mengatur /memerintah dalam pemerintahan suatu negara.
Herman heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD. Konstitusi tidak hanya bersifat
yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.

Apa yang dimaksud dengan Tap MPR?


Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat. ... Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat,
atau disingkat Ketetapan MPR atau TAP MPR, adalah bentuk putusan Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang berisi hal-hal yang bersifat penetapan (beschikking).

Nama lainnya adalah "Jakarta Charter". Piagam Jakarta merupakan piagam atau naskah yang disusun
dalam rapat Panitia Sembilan atau 9 tokoh Indonesia pada tanggal 22 Juni 1945. BPUPKI dibentuk 1
Maret 1945 sebagai realisasi janji Jepang untuk memberi kemerdekaan pada Indonesia.

Kapan bpupki mengadakan sidang pertama?


Namun masa persidangan resminya sendiri (masa persidangan BPUPKI yang pertama)
diadakan selama empat hari dan baru dimulai pada keesokan harinya, yakni pada tanggal 29 Mei
1945, dan berlangsung sampai dengan tanggal 1 Juni 1945, dengan tujuan untuk membahas
bentuk negara Indonesia, filsafat negara "Indonesia Merdeka"

Apa alasan dibentuknya Panitia Sembilan?


Panitia Sembilan adalah panitia yang beranggotakan 9 orang yang bertugas untuk merumuskan
dasar negara Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945. Panitia Sembilan dibentuk pada 1
Juni 1945. ... Panitia Sembilan menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan
Piagam Jakarta (Jakarta Charter)

Kapan Panitia sembilan dibentuk?


Panitia Sembilan adalah panitia yang dibentuk oleh BPUPKI dengan beranggotakan sembilan
orang yang memiliki bertugas merumuskan "dasar negara" Indonesia yang tercantum dalam
UUD 1945. Panitia Sembilan dibentuk pada 1 Juni 1945. Adapun anggota Panitia Sembilan
adalah sebagai berikut: Ir

Apa dasar hukum pembentukan Mahkamah Konstitusi?


Pada hari itu juga, UU tentang MK ini ditandatangani oleh Presiden Megawati Soekarnoputri
dan dimuat dalam Lembaran Negara pada hari yang sama, kemudian diberi nomor UU Nomor 24
Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 98,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4316).

Tugas dan Wewenang Mahkamah Konstitusi

Tugas dan Wewenang Mahkamah Konstusi menurut UUD 1945 adalah :


1. Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang keputusannya bersifat final
untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa
kewewenangan lembaga Negara yang kewewenangannya diberikan oleh UUD1945, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum.
2. Wajib memberi keputusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
Wewenang Mahkamah Konstitusi
– Menguji undang-undang terhadap UUD 19451.
– Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara 2. yang kewenangannya diberikan
oleh UUD 1945.
– Memutus pembubaran partai politik.3.
– Memutus perselisihan tentang hasil pemilu.

Kedudukan dan Kewenangan

Kedudukan
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan
kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan pengadilan guna menegakkan hukum dan
keadilan

kewenangan
Mahkamah Konstitusi RI mempunyai 4 (empat) kewenangan dan 1 (satu) kewajiban
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk:
1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
2. Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Memutus pembubaran partai politik, dan
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
5. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden diduga melakukan pelanggaran (impeachment)
Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 2015 Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan tambahan
Memutus perselisihan hasil pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota selama belum terbentuk
peradilan khusus

1. FUNGSI PERADILAN
a. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi
yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan
peninjauan kembali menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara
RI diterapkan secara adil, tepat dan benar.
b. Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang memeriksa
dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir
- semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
- permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985)
- semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal
perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan Pasal 78 Undang-
undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)

c. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang tentang hal
apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan dengan peraturan dari
tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

2. FUNGSI PENGAWASAN
a. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua
lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan
diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan
memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor
14 Tahun 1970).
b. Mahkamah Agunbg juga melakukan pengawasan :
- terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan Pejabat
Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok
Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan
setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang
diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-undang Mahkamah Agung
Nomor 14 Tahun 1985).
- Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut peradilan (Pasal 36
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

3. FUNGSI MENGATUR
a. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-
undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau
kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27
Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
b. Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk
mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.

4. FUNGSI NASEHAT
a. Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan dalam
bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung
No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala
Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah
Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI
Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan
pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun
demikian, dalam memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum
ada peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.
b. Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada
pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-
undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38
Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).

5. FUNGSI ADMINISTRATIF
a. Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan
Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14
Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini masih berada
dibawah Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang
Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
b. Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan
tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).

6. FUNGSI LAIN-LAIN

Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap
perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun
1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi
tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.

WEWENANG

Sesuai Pasal 13 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, Komisi Yudisial mempunyai
wewenang:

1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada
DPR untuk mendapatkan persetujuan;
2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim;
3. Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama-sama
dengan Mahkamah Agung;
4. Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH).

TUGAS

Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011, dalam melaksanakan wewenang


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, yaitu mengusulkan pengangkatan hakim agung
dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan, maka
Komisi Yudisial mempunyai tugas:
a. Melakukan pendaftaran calon hakim agung;
b. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung;
c. Menetapkan calon hakim agung; dan
d. Mengajukan calon hakim agung ke DPR.

Pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 mengatur bahwa:


1. Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim, Komisi Yudisial mempunyai tugas:

a. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku hakim;


b. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim;
c. Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan pelanggaran
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara tertutup;
d. Memutus benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim,
e. Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang perseorangan,
kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat
hakim.

2. Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi Yudisial juga mempunyai tugas
mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim;

3. Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Komisi Yudisial dapat meminta bantuan
kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan dalam
hal adanya dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim oleh Hakim.

4.Aparat penegak hukum wajib menindaklanjuti permintaan Komisi Yudisial sebagaimana


dimaksud pada ayat (3).

tugas wewenang
presiden,wapres,MPR,DPR,DPD,MA,MK,K
Y, BPK.
1. Presiden

Tugas Presiden :
Tugas Presiden adalah menjalankan pemerintahannya sesuai dgn UUD dan UU. Adalah tugas
Presiden juga untuk memastikan apakah jajaran pemerintahannya temasuk kepolisian dan
kejaksaan telah patuh kepada UUD dan UU itu.

Wewenang, dan hak Presiden antara lain:

 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.


 Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara.
 Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR
serta mengesahkan RUU menjadi UU.
 Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam kegentingan yang
memaksa).
 Menetapkan Peraturan Pemerintah.
 Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.
 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR.
 Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR.
 Menyatakan keadaan bahaya.
 Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan
pertimbangan DPR. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
 Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung.
 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
 Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU.
 Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih oleh DPR dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
 Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan disetujui
DPR.
Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, DPR, dan Mahkamah
Agung.
 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.
 Sebagai kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai
kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh menteri-menteri dalam kabinet, memegang
kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sehari-hari.
 Wakil Presiden

2. Tugas Wakil Presiden :

 Mendampingi sang presiden jika presiden menjalankan tugas-tugas kenegaraan di


negara lain .
 Membantu dan/ atau mewakili tugas presiden di bidang kenegaraan dan
pemerintahan.

2.1 Wewenang Wakil Presiden :

 Melaksanakan tugas teknis pemerintahan sehari-hari


 Menyusun agenda kerja kabinet dan menetapkan fokus atau prioritas kegiatan
 pemerintahan yang pelaksanaannya dipertanggung jawabkan kepada
presiden.
 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.

2.2 Fungsi Wapres adalah :


Mendampingi Presiden jika presiden menjalankan tugas-tugas kenegaraan di
Negara lain atau juga presiden menyerahkan jabatan kepresidenan baik
pengunduran diri, atau halangan dalam menjalankan tugas seperti misalnya
mengalami kematian saat menjabat presiden.

3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

3.1 Tugas, Wewenang, dan Hak MPR antara lain:

 Mengubah dan menetapkan (Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945), (Undang-


Undang Dasar).
 Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum.
 Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan (Mahkamah Konstitusi) untuk
memberhentikan Presiden/Wakil Presiden dalam masa jabatannya.
 Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya.
 Memilih Wakil Presiden dari 2 calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya.
 Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam
masa jabatannya.
 Anggota MPR memiliki hak mengajukan usul perubahan pasal-pasal UUD, menentukan
sikap dan pilihan dalam pengambilan putusan, hak imunitas, dan hak protokoler.
Perubahan (Amandemen) UUD 1945 membawa implikasi terhadap kedudukan, tugas,
dan wewenang MPR. MPR yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara,
pemegang dan pelaksanaan sepenuhnya kedaulatan rakyat, kini MPR berkedudukan
sebagai lembaga negara yang setara dengan lembaga negara lainnya seperti Lembaga
Kepresidenan, DPR, DPD, BPK, MA, dan MK.
 MPR juga tidak lagi memiliki kewenangan untuk menetapkan GBHN. Selain itu, MPR
tidak lagi mengeluarkan Ketetapan MPR (TAP MPR), kecuali yang berkenaan dengan
menetapkan Wapres menjadi Presiden, memilih Wapres apabila terjadi kekosongan
Wapres, atau memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila Presiden dan Wakil Presiden
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya secara bersama-sama. Hal ini berimplikasi pada materi dan status hukum
Ketetapan MPRS/MPR yang telah dihasilkan sejak tahun 1960 sampai dengan tahun
2002. Saat ini Ketetapan MPR (TAP MPR) tidak lagi menjadi bagian dari hierarkhi
Peraturan Perundang-undangan.

4. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

4.1 Tugas dan wewenang DPR antara lain:


 Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama.
 Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang
 Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang
tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan.
 Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
 Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan
pemerintah.
 Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan
DPD.
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan
negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
 Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota
Komisi Yudisial.
 Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk
ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.
 Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden
untuk ditetapkan.
 Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta, menerima
penempatan duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti
dan abolisi.
 Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.
 Anggota DPR memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
Anggota DPR juga memiliki hak mengajukan RUU, mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak imunitas, serta hak
protokoler.Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR,
DPD, dan DPRD, dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, DPR berhak meminta
pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat untuk
memberikan keterangan. Jika permintaan ini tidak dipatuhi, maka dapat dikenakan
panggilan paksa (sesuai dengan peraturan perundang-undangan). Jika panggilan paksa ini
tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan dapat disandera paling lama 15
hari (sesuai dengan peraturan perundang-undangan).

5. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

DPD memiliki fungsi: Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan
yang berkaitan dengan bidang legislasi tertentu, Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang
tertentu.

Tugas dan wewenang DPD antara lain:

 Mengajukan kepada DPR Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi


daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. DPR kemudian mengundang
DPD untuk membahas RUU tersebut.
 Memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan
dengan pajak, pendidikan, dan agama.
 Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan.
 Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN,
pajak, pendidikan, dan agama.
 Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK untuk dijadikan bahan membuat
pertimbangan bagi DPR tentang RUU yang berkaitan dengan APBN.
 Anggota DPD juga memiliki hak menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak
imunitas, serta hak protokoler.
6. Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara.

Fungsi dan Tugas Mahkamah Agung :

1. Fungsi Peradilan
a. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang
bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan
kembali menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan
secara adil, tepat dan benar.

b. Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang


memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir
– semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
– permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah Agung
No. 14 Tahun 1985)
– semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh
kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan
Pasal 78 Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)

c. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang
tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan
dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang Mahkamah
Agung Nomor 14 Tahun 1985).

2. Fungsi Pengawasan
a. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan
di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan
Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan
berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara
(Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14
Tahun 1970).

b. Mahkamah Agunbg juga melakukan pengawasan :


– terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan
Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima,
memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan
kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan
teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang
diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-undang
Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

– Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut peradilan


(Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

3. Fungsi Mengatur
a. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum
cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai
pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14
Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).

b. Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap


perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.
4. Fungsi Nasehat
a. Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan
dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-
undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung memberikan
nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian atau
penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945
Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan
pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi.
Namun demikian, dalam memberikan pertimbangan hukum mengenai
rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang
mengatur pelaksanaannya.

b. Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk


kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan
ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung).

5. Fungsi Administratif
a. Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer
dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1)
Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan
finansial sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang bersangkutan,
walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah
dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.

b. Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan


organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun
1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
6. Fungsi Lain-lain
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2)
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14
Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain
berdasarkan Undang-undang.

Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MA adalah:

 Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di


bawah Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
Undang-Undang.
 Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi.
 Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden member grasi dan rehabilitasi.
 Pada Mahkamah Agung terdapat hakim agung (paling banyak 60 orang). Hakim agung
dapat berasal dari sistem karier (hakim), atau tidak berdasarkan sistem karier dari
kalangan profesi atau akademisi. Calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial
kepada Dewan Perwakilan Rakyat, untuk kemudian mendapat persetujuan dan ditetapkan
sebagai hakim agung.

7. Mahkamah Konstitusi (MK)

Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MK adalah:

 Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum.
 Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
 Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 Hakim Konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden.
Hakim Konstitusi diajukan masing-masing 3 orang oleh Mahkamah Agung, 3 orang oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3 orang oleh Presiden. Masa jabatan Hakim Konstitusi
adalah 5 tahun, dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.

8. Komisi Yudisial (KY)

1. Wewenang Komisi Yudisial :

Komisi Yudisial berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

2. Tugas Komisi Yudisial :

 Mengusulkan Pengangkatan Hakim Agung, dengan tugas utama:

1. Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung.


2. Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung.
3. Menetapkan calon Hakim Agung dan,
4. Mengajukan calon Hakim Agung ke DPR.

 Menjaga dan Menegakkan Kehormatan, Keluhuran Martabat Serta Perilaku Hakim,


dengan tugas utama:

1. Menerima laporan pengaduan masyarakat tentang perilaku hakim,


2. Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim, dan
3. Membuat laporan hasil pemeriksaan berupa rekomendasi yang disampaikan kepada
Mahkamah Agung dan tindasannya disampaikan kepada Presiden dan DPR.

9. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembaga negara Indonesia yang memiliki
wewenang memeriksa, pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Tugas, wewenang, dan hak badan pemeriksa keuangan (BPK) adalah seperti berikut ini :

 BPK meminta, memeriksa, meneliti pertanggungjawaban atas penguasaan keuangan


negara, serta mengusahakan keseragaman baik dalam tata cara pemeriksaan dan
pengawasan maupun dalam penatausahaan keuangan negara.
 BPK mengadakan dan menetapkan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi.
 BPK melakukan penelitian, penganalisaan terhadap pelaksanaan peraturan per-undangan
di bidang keuangan.
 Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden. Hasil
pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD (sesuai dengan
kewenangannya).BPK mempunyai 9 orang anggota, dengan susunan 1 orang Ketua
merangkap anggota, 1 orang Wakil Ketua merangkap anggota, serta 7 orang anggota.
Anggota BPK memegang jabatan selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali
untuk satu kali masa jabatan.

 Apa saja konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia?


 KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA
Kategori UUD'45 Sebelum Amandemen Konstitusi RIS
Sifatnya Rigid Rigid
Kedudukan Derajat Tinggi DerajatTinggi
Bentuk pemerintahan Kesatuan Serikat/Federal
Sistem pemerintahan Presidensial Parlementer
Kapan sidang bpupki ke 2?
Pada tanggal 10-16 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang kedua. Sidang BPUPKI kedua ini
membahas penyusunan undang undang dasar, dan rencana lain yang berhubungan dengan
kemerdekaan Indonesia. 3. Panitia Ekonomi dan Keuangan diketuai Mohamad Hatta.

Daftar Anggota BPUPKI-PPKI adalah nama-nama tokoh yang mengambil bagian dalam
persiapan kemerdekaan Indonesia dan tergabung ke dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)

Dokuritu Junbi Cosakai atau yang sering dikenal dengan Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) adalah sebuah Badan yang dibentuk oleh
Pemerintah Angkatan Darat XVI Jepang yang berkedudukan di Jakarta (selengkapnya
baca artikel BPUPKI) ini beranggotakan 67 orang,terdiri dari 60 orang yang dianggap
tokoh dari Indonesia dan 7 orang anggota Jepang dan keturunan Indonesia lainnya tanpa
hak suara. Pada sidang yang kedua (10 Juli-17 Juli) Pemerintah Jepang menambah 6
orang anggota bangsa Indonesia.

Anggota Panitia Sembilan


Panitia sembilan ini mempunyai anggota – anggota diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ir. Soekarno (Ketua)


2. Drs. Mohammad Hatta (Wakil Ketua)
3. Mr. Achmad Soebarjo (Anggota)
4. Mr. Mohammad Yamin (Anggota)
5. KH. Wachid Hasyim (Anggota)
6. Abdoel Kahar Moezakir (Anggota)
7. Abikoesno Tjokrosoejoso (Anggota)
8. H. Agus Salim (Anggota)
9. Mr. Alexander Andries Maramis (Anggota)

Periode 2005 - 2010

Anggota Komisi Yudisial Periode 2005-2010

 M. Busyro Muqoddas, S.H., M.Hum (Ketua)


 M. Thahir Saimima, S.H (Wakil Ketua)
 Prof. Dr. Mustafa Abdullah, S.H., M.H (Anggota)
 Zainal Arifin, S.H (Anggota)
 Prof. Dr. Chatamarrasjid Ais, S.H., M.H (Anggota)
 Soekotjo Soeparto, S.H., LL.M. (Anggota)
 Irawady Joenoes, S.H (Anggota)

Periode 2010 - 2015

Paruh Kedua

Anggota Komisi Yudisial Paruh kedua Periode 2010-2015 (Juli 2013 - Desember 2015)[6]

 Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si. (Ketua)[7]


 Dr. H. Abbas Said, S.H., M.H. (Wakil Ketua)[8]
 Prof. Dr. H. Eman Suparman, S.H., M.H (Ketua Bidang Pengawasan Hakim dan Investigasi)
 H. Imam Anshori Saleh, S.H., M.Hum. (Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Layanan
Informasi)
 Dr. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H. (Ketua Bidang Rekrutmen Hakim)
 Dr. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.Hum. (Ketua Bidang Sumber Daya Manusia, Penelitian,
Pengembangan dan Advokasi)
 Dr. Ibrahim, S.H., M.H., LL.M. (Ketua Bidang Pencegahan dan Peningkatan Kapasitas Hakim)

Paruh Pertama

Anggota Komisi Yudisial Paruh Pertama Periode 2010-2015 (Januari 2010 - Juli 2013)

 Prof. Dr. H. Eman Suparman, S.H., M.H (Ketua)


 H. Imam Anshori Saleh, S.H., M.Hum. (Wakil Ketua)
 Dr. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H. (Ketua Bidang Rekrutmen Hakim)
 Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si. (Ketua Bidang Pengawasan Hakim dan Investigasi)
 H. Abbas Said, S.H., M.H. (Ketua Bidang Pencegahan dan Pelayanan Masyarakat)
 Dr. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.Hum. (Ketua Bidang Sumber Daya Manusia, Penelitian dan
Pengembangan)
 Dr. Ibrahim, S.H., M.H., LL.M. (Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga)

Periode 2015-2020

Paruh Waktu I

 Dr. Aidul Fitriciada Azhari, S.H., M.Hum. (Ketua Komisi Yudisial)


 Sukma Violetta, S.H., LL.M. (Wakil Ketua Komisi Yudisial)
 Drs. H. Maradaman Harahap, S.H., M.H. (Ketua Bidang Rekrutmen Hakim)
 Dr. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.Hum. (Ketua Bidang Pengawasan Hakim dan Investigasi)
 Dr. Sumartoyo, S.H., M.Hum. (Ketua Bidang Sumber Daya Manusia, Advokasi, Hukum, Penelitian
dan Pengembangan)
 Dr. Joko Sasmito, S.H., M.H. (Ketua Bidang Pencegahan dan Peningkatan Kapasitas Hakim)
 Dr. Farid Wajdi, S.H., M.hum. (Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Layanan Informasi
merangkap Juru Bicara)

 Republik Indonesia Serikat, (bahasa Belanda:Verenigde Staten van Indonesië bahasa


Inggris:Republic of the United States of Indonesia) disingkat RIS, adalah suatu negara
federasi yang berdiri pada tanggal 27 Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan tiga
pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal
Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations
Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.

Negara boneka
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jump to navigation Jump to search

Negara boneka adalah negara yang secara resmi merdeka dan diakui kedaulatannya namun
secara de-facto berada di bawah kontrol negara lainnya. Negara boneka secara harfiah berarti
negara di mana pemerintahannya dapat disamakan seperti boneka yang dimainkan oleh
pemerintah negara lainnya sebagai dalang.

Pemerintahan negara boneka biasanya sangat tergantung kepada negara dalangnya terutama
dalam hal politik, ekonomi, militer dan hubungan luar negeri. Ini menyebabkan pemerintahan
seperti ini biasanya tidak mempunyai legitimasi cukup baik di dalam negeri maupun ke dunia
internasional.

Tujuan dibentuknya negara-negara boneka adalah untuk memecah belah bangsa Indonesia,
dengan maksud agar dapat kembali merebut Indonesia.
 James Crawford. The creation of states in international law (1979)

Garis Van Mook


Garis Van Mook di Jawa. Wilayah yang berwarna merah dikuasai oleh Indonesia.[1]

Garis Van Mook, juga dikenal dengan Garis Status Quo, dinamakan berdasarkan Hubertus van
Mook, adalah perbatasan buatan yang memisahkan wilayah milik Belanda dan Indonesia pada
masa Revolusi Nasional Indonesia. Perbatasan ini diciptakan setelah Perjanjian Renville pada
Januari 1948, yang mengakhiri aksi polisionil Agresi Militer Belanda I.

Garis ini dikelilingi oleh tanah tak bertuan yang mencakup wilayah sepanjang 10-15 km. Pada
akhir 1948, militer Indonesia melanggar gencatan senjata dengan menyusupkan pasukan gerilya
ke daerah-daerah yang diduduki oleh Belanda. Tindakan ini mendorong Belanda untuk
meluncurkan serangan dalam skala penuh untuk kedua kalinya pada bulan Desember 1948, yang
dikenal dengan Agresi Militer Belanda II.

Anda mungkin juga menyukai