Anda di halaman 1dari 23

Kajian Yuridis terhadap Kewenangan MA

Disusun Oleh:

Fitri Nur Aini P (E001862)

Hoyan Qona Agraning (E0018184)

Meika Muhammad Rusman (E0018239)

Nurmalita Sekar Kirana (E0018306)

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS HUKUM

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Mahkamah Agung adalah sebuah lembaga Negara yang berwenang


mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang
lainnya yang diberikan oleh undang-undang. Mahkamah Agung (disingkat MA)
adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan
Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Agung dipimpin oleh seorang ketua. Ketua
Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung, dan diangkat oleh
Presiden. Hakim Agung dipilih dari hakim karier dan Non karier, profesional
atau akademisi. Mahkamah Agung memiliki hakim agung sebanyak maksimal
60 orang. Hakim Agung dapat berasal dari sistem karier (hakim), atau tidak
berdasarkan sistem karier dari kalangan profesi atau akademisi. Tugas Hakim
Agung adalah mengadili dan memutus perkara pada tingkat Kasasi dan
Peninjauan Kembali (PK). Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban
dan wewenang MA adalah: 1) Berwenang mengadili pada tingkat kasasi,
menguji peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang. 2)
Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi. 3) Memberikan pertimbangan
dalam hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi.
Selian itu, Mahkamah Agung juga mempunyai fungsi dan tugas pokok
yaitu: 1) fungsi peradilan. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah
Agung merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman
dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali
menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI
diterapkan secara adil, tepat dan benar. Disamping tugasnya sebagai
Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang memeriksa dan
memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir semua sengketa tentang
kewenangan mengadili. Permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34
Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985) semua sengketa yang
timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal perang
Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan Pasal
78 Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985). Erat kaitannya
dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-
undang tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya)
bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985). 2) fungsi
pengawasan. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap
jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar
peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan
seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana,
cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa
dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan
Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970). Mahkamah Agung juga melakukan
pengawasan terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan
perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal
menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang
diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan
petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985). Terhadap
Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut peradilan (Pasal
36 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985). 3) fungsi
mengatur. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-
hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung
sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-
undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap
perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang. 4)
fungsi nasehat. Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau
pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi
Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara
dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang
Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya Perubahan Pertama
Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah
Agung diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada
Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian,
dalam memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat
ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaannya. 5) fungsi administratif. Badan-badan Peradilan (Peradilan
Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara)
sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970
secara organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini masih
berada dibawah Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11
(1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah
kekuasaan Mahkamah Agung. 6) fungsi lain lain. Selain tugas pokok untuk
menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang
diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14
Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah
Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-
undang.
Dengan adanya kewenangan, fungsi dan tugas pokok yang diatur dalam
undang-undang yang telah diberikan kepada Mahkamah Agung, bagaimana
bentuk pelaksanaan tersebut?, bagaimana dengan permasalahan
kelembagaan Mahkamah Agung? apakah masih ada persoalan internal
maupun eksternal yang belum terselesaikan atau belum ada solusi untuk
penyelesaikan masalah kelembagaan tersebut?. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memberikan kajian dan gambaran tentang pertanyaan-
pertanyaan yang ada.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, ada


beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan. Rumusan masalah yang
dapat dibentuk yakni sebagai berikut,

1. Bagaimana sejarah awal pembentukan Mahkamah Agung?


2. Bagaimana bentuk pelaksanaan kewenangan Mahkamah Agung?
3. Bagaimana solusi dari permasalahan kelembagaan Mahkamah Agung?

BAB II

ISI
II.1. Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan Mahkamah Agung

A. Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda


Pada tahun 1807 Mr. Herman Willem Deandels diangkat
menjadi Gubernur Jenderal oleh Lodewijk Napoleon untuk
mempertahankan jajahan-jajahan Belanda di Indonesia terhadap
serangan-serangan pihak Inggris. Deandels banyak sekali
mengadakan perubahan-perubahan di lapangan peradilan
terhadap apa yang diciptakan oleh Kompeni, diantaranya pada
tahun 1798 telah merubah Raad van Justitie menjadi Hooge Raad.
Kemudian tahun 1804 Betaafse Republiek telah menetapkan suatu
Charter atau Regeringsreglement buat daerah-daerah jajahan di
Asia.
B. Masa Pemerintahan Inggris
Sir Thomas Stamford Raffles, yang pada tahun 19811
diangkat menjadi Letnan Gubernur untuk pulau Jawa dan wilayah
di bawahnya, mengadakan perubahan-perubahan antara lain : Di
kota-kota Batavia, Semarang dan Surabaya dimana dulu ada Raad
van Justitie, didirikan Court Of Justitice, yang mengadili perkara
sipil maupun kriminal. Court of Justitice yang ada di Batavia
merupakan juga Supreme Court of Justitice, pengadilan appel
terhadap putusan-putusan Court onvoeldoende gemotiveerd
Justitice yang ada di Semarang dan Surabaya.
C. Masa kembalinya Pemerintahan Hindia Belanda (1816-1942)
Setelah peperangan di Eropa berakhir dengan jatuhnya
Kaisar Napoleon, maka menurut Conventie London 1814, semua
daerah-daerah jajahan Belanda yang diduduki oleh Inggris,
dikembalikan kepada negeri Belanda. Penyerahan kembali
Pemerintahan Belanda tersebut di atur dalam St.1816 No.5, yang
berisi ketetapan bahwa akan dibuat Reglement yang mengatur
acara pidana dan acara perdata yang berlaku bagi seluruh Jawa
dan Madura, kecuali Jakarta, Semarang dan Surabaya dengan
daerah sekitarnya. Bagi Jakarta, Semarang dan Surabaya dengan
daerah sekitarnya untuk perkara pidana dan sipil tetap menjadi
kekuasaan Raad van Justitie. Dengan demikian ada perbedaan
dalam susunan pengadilan buat Bangsa Indonesia yang bertempat
tinggal di kota-kota dan sekitarnya dan bangsa Indonesia yang
bertempat tinggal di “desa desa” (di pedalaman). Untuk bangsa
Eropa, berlaku susunan Pengadilan sebagai berikut:
Hooggerechtshof di Jakarta dengan Raad van Justitie yaitu masing-
masing di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Dengan Keputusuan
Gubernur Jenderal tanggal 3 Desember 1847 No.2a (St.1847
No.23yo No.57) yang diperlakukan tanggal 1 Mei 1948 (R.O)
ditetapkan bahwa Susunan Peradilan di Jawa dan Madura sebagai
berikut:
1. Districtgerecht
2. Regentschapsgerecht
3. Landraad
4. Rechtbank van omgang
5. Raad van justitie
6. Hooggerechtshof
Dalam fungsi judisialnya, Hooggrechtshof memutus perkara-
perkara banding mengenai putusan-putusan pengadilan wasit
tingkat pertama di seluruh Indonesia, jikalau nilai harganya lebih
dari £. 500 dan mengenai putusan-putusan residentiegerechten di
luar Jawa dan Madura.

D. Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)


Setelah pulau Jawa diduduki dan dikuasai sepenuhnya oleh
Bala tentara Jepang, maka dikeluarkanlah Undang-Undang No.1
tanggal 8 Maret 1942, yang menentukan bahwa buat sementara
segala Undang-Undang dan peraturan-peraturan dari
Pemerintahan Hindia Belanda dahulu terus berlaku, asal tidak
bertentangan dengan peraturan-peraturan bala tentara Jepang.
Mengenai peradilan sipil, maka dengan Undang-Undang 1942
No.14 ditetapkan “Peraturan Pengadilan Pemerintah bala tentara
Dai Nippon”. Atas dasar peraturan ini didirikan pengadilan -
pengadilan sipil yang akan mengadili perkara-perkara pidana dan
perdata.
E. Masa setelah Kemerdekaan
Pada saat berlakunya Undang-undang Dasar 1945 di
Indonesia tidak ada badan Kehakiman yang tertinggi. Satu-
satunya ketentuan yang menunjuk kearah badan Kehakiman yang
tertinggi adalah Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.
Maka dengan keluamya Penetapan Pemerintah No. 9/S.D. tahun
1946 ditunjuk kota Jakarta Raya sebagai kedudukan Mahkamah
Agung Republik Indonesia.
F. Masa Republik Indonesia

Perkembangan selanjutnya dengan Undang-Undng No. 14


tahun 1970 tentang; “Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehak iman” tanggal 17 Desember 1970, antara lain dalam pasal
10 ayat (2) disebutkan bahwa Mahkamah Agung adalah
Pengadilan Negara tertinggi dalam arti Mahkamah Agung sebagai
badan pengadilan kasasi (terakhir) bagi putusan-putusan yang
berasal dari Pengadilan.

II.2. Bentuk Pelaksanaan Kewenangan Mahkamah Agung


Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman
bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi sebagaimana yang tercantum
dalam Ketetapam Majelis Permusyarawatan Rakyat Republik Indonesia
Nomor III/MPR/1978 dan merupakan Lembaga Peradilan tertinggi dari
semua lembaga peradilan yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari
pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh lainnya. Mahkamah Agung
membawai 4 badan peradilan yaitu Peradilan Umum, Peradilan
Militer,Peradilan Agama, dan Peradilan Tata Usaha Negara. Sejak Amandemen
Ke-3 UUD 1945 kedudukan Mahkamah Agung tidak lagi menjadi satu-satunya
puncak kekuasaan kehakiman, dengan berdirinya Mahkamah Konstitusi pada
tahun 2003 puncak kekuasaan kehakiman menjadi 2, Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi, namun tidak seperti Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi tidak membawahi suatu badan peradilan. Mahkamah Agung
dipimpin oleh seorang ketua. Ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh
hakim agung, dan diangkat oleh Presiden.

Hakim Agung dipilih dari hakim karier dan Non karier, profesional atau
akademisi. Mahkamah Agung memiliki hakim agung sebanyak maksimal 60
orang. Hakim agung dapat berasal dari sistem karier (hakim), atau tidak
berdasarkan sistem karier dari kalangan profesi atau akademisi. Tugas Hakim
Agung adalah mengadili. Mahkamah Agung juga melakukan persidangan,
sidang MA adalah kegiatan MA untuk memeriksa dan memutus suatu perkara,
mengucapkan dan mengumumkan putusan suatu perkara. Dalam
persidangan MA memeriksa dan memutus suatu perkara yang diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum. (UU No. 14Tahun 1985 pasal 40 ). 1

1
Umbara, Redaksi Citra. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi dan Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung Beserta Penjelasannya. Bandung: Citra Umbara
Adapun syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh Mahkamah Agung
dalam memberikan keputusan meliputi :2

1) MA memeriksa dan memutus dengan sekurang-kurangnya 3 orang


Hakim.
2) Putusan MA diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
3) Dalam mengambil putusan, MA tidak terikat pada alasan-alasan
yang diajukan olehpemohon kasasi dan dapat memakai alasan-
alasan hukum lain.
4) Salinan putusan dikirimkan kepada Ketua Pengadilan Tingkat
Pertama.
5) Putusan MA oleh Pengadilan Tingkat Pertama diberitahukan
kepada kedua belah pihakselambat-lambatnya 30 hari setelah
putusan dan berkas perkara diterima oleh PengadilanTingkat
Pertama tersebut.(UU No. 14 Tahun 1985 pasal 40, 52,dan 53)

Disamping itu menurut Undang – Undang Dasar Republik Indonesia


1945 Pasal 24A ayat (1) Mahkamah Agung adalah sebuah lembaga Negara
yang berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang - undang terhadap undang-undang,
dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang. Di
dalam menjalankan tugas – tugasnya Mahkamah Agung mempunyai beberapa
fungsi dan wewenang diantaranya : 3

1) Memeriksa dan memutus permohonan kasasi;


2) Memeriksa dan memutus sengketa tentang kewenangan mengadili;
3) Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali
putusan Pengadilan.

2
Rusminah. 1985. “Kekuasaan Kehakiman”, dalam Padmo Wahjono, Masalah Ketatanegaraan
Indonesia dewasa Ini, “sebuah Bunga Rampai”. Jakarta: Gahlia Indonesia.
3
Iqbal,Izzi. Tugas dan Wewenang Mahkamah Agung.
https://www.academia.edu/12901834/Tugas_dan_Wewenang_Mahkamah_Agung, diakse pada
02 Desember 2019 pukul 11.00 WIB
4) Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan tingkat terakhir di
lingkungan peradilanyang berada dibawah MA.
5) Menguji peraturan perundang-undangan
6) Menyatakan tidak sah peraturan perundang-undangan di bawah
UU
7) Meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan
teknis peradilan.
8) Memberi petunjuk, teguran, atau peringatan kepada Pengadilan di
semua LingkunganPeradilan.(UU No. 14 tahun 1985 pasal 28, 32
; UU No. 4 tahun 2004 pasal 11; dan UUNo. 5 tahun 2004 pasal 31)

Selain memiliki wewenang, Mahkamah Agung juga mempunyai tugas –


tugas pokok diantaranya : 4

1) Fungsi Peradilan
Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung
merupakan pengadilan kasasi yang berwenang membina keseragaman
dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan
kembali menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh
wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar ( Pasal 24A
ayat (1) UUD 1945). Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi,
Mahkamah Agung berwenang memeriksa dan memutuskan pada
tingkat pertama dan terakhir :
 Semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
 Permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33
dan 34 Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985)
 Semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing
dan muatannya oleh kapal perang Republik Indonesia

4
Tugas Pokok dan Fungsi Mahkamah Agung. https://www.mahkamahagung.go.id/id/tugas-
pokok-dan-fungsi, diakses pada 02 Desember 2019 pukul 10.00 WIB
berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan Pasal 78
Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)

Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil,


yaitu wewenang menguji/menilai secara materiil peraturan
perundangan dibawah Undang-undang tentang hal apakah suatu
peraturan ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan dengan
peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang
Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

2) Fungsi Pengawasan.
Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap
jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar
peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan
dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan
yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan
Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal
10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun
1970). Mahkamah Agung juga melakukan pengawasan :
 Terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim
dan perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas
yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan
Kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa, mengadili,
dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya,
dan meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan
dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan
petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim
(Pasal 32 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun
1985).
 Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang
menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah
Agung Nomor 14 Tahun 1985).
3) Fungsi Mengatur
 Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila
terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-
undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk
mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-
undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14
Tahun 1985).
 Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri
bilamana dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang
sudah diatur Undang-Undang.
4) Fungsi Nasehat.
Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau
pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga
Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14
Tahun 1985). Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden
selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi
(Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara RI
Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan
kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku
Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam
memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat
ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaannya. Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan
dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan disemua lingkunga
peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-
undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung).
5) Fungsi Administratif.
Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama,
Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana
dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara
organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini masih
berada dibawah Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut
Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan
dibawah kekuasaan Mahkamah Agung. Mahkamah Agung berwenang
mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata
kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999
tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
6) Fungsi lain – lain
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili
serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya,
berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta
Pasal 38 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung
dapat diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-
undang.

Menurut undang-undang yang berlaku, pengawasan terhadap hakim


dilakukan oleh Mahkamah Agung, dan Komisi Yudisial. Mahkamah Agung
adalah pelaku kekuasaan kehakiman yang menjalankan fungsi pengawasan
terhadap hakim secara internal, sedangkan Komisi Yudisial memiliki
wewenang pengawasan eksternal sebagaimana dimaksud dalam
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 24A dan
pasal 24B. Pasal 24 ayat (2) menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuahMahkamah Agung dan badan peradilan dibawahnya
serta oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Ketentuan tersebut menyatakan
puncak kekuasaan kehakiman dan kedaulatan hukum ada pada MA dan MK.
Mahkamah Agung merupakan lembaga yang mandiri dan harus bebas dari
pengaruh cabang-cabang kekuasaan yang lain.

Dalam hubungannya dengan Mahkamah Konstitusi, MA mengajukan 3


(tiga) orang hakim konstitusi untuk ditetapkan sebagai hakim diMahkamah
Konstitusi.Lalu dalam Pasal 24A ayat (3) dan Pasal 24B ayat (1) menegaskan
bahwa calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada DPR untuk
mendapat persetujuan. Keberadaan Komisi Yudisial tidak bisa dipisahkan dari
kekuasaan kehakiman. Dari ketentuan ini bahwa jabatan hakim merupakan
jabatan kehormatan yang harus dihormati, dijaga, dan ditegakkan
kehormatannya oleh suatu lembaga yang juga bersifat mandiri. Dalam
hubungannya dengan MA, tugas KY hanya dikaitkan dengan fungsi pengusulan
pengangkatan Hakim Agung, sedangkan pengusulan pengangkatan hakim
lainnya, seperti hakim MK tidak dikaitkan dengan KY.

Urgensitas pembentukannya

Pemeritah Indonesia membuat suatu lembaga tinggi negara tidak


secara asal dalam membentuknya. Pemerintah membuat suatu lembaga tinggi
negara karena ada alasan tertentu dan untuk melancarkan permasalahan yang
ada di Indonesia. Mahkamah Agung dibentuk karena ada hal hal penting di
peradilan yang harus ada lembaga negara yang memegang kendali atas hal
tersebut.
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
pasal 24 ayat 2 menjelaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi
Tugas tugas diberikan kepada Mahkamah Agung agar memudahkan
urusan dalam peradilan negara yang ada di Indonesia. Tugas tugas yang
diberikan negara kepada Mahkamah Agung antara lain:5
1) Mengadili pada Tingkat Kasasi. Tugas Mahkamah Agung yang utama adalah
mengadili pada tingkat kasasi. Mahkamah Agung bertugas untuk memutus
permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan tingkat banding maupun
tingkat akhir dari semua lingkungan peradilan.
2) Menguji Peraturan Perundang-Undangan di Bawah Undang-Undang
terhadap Undang-UndangMahkamah Agung juga berwenang menguji
peraturan perundang-undangan. Maksudnya bahwa lembaga MA memiliki
tugas untuk menguji peraturan secara materil terhadap perundang-undangan
di bawah undang-undang terhadap undang-undang.
3) Menjadi Pengawas Tertinggi Penyelenggaraan Peradilan. Tugas MA adalah
menjadi pengawas tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di semua
lingkungan peradilan.
4) mengawasi hakim di semua lingkungan meradilan. MA mengawasi para
hakim dalam menjalankan tugasnya.
5) memberi pertimbangan hukum pada presiden. Pertimbangan yang
dimaksud dalam hal permohionan grasi, rehabilitasi atau keputusan lainnya.
6) mempunyai wewenang lainnya yang diberikan undang-undang. Dalam hal
ini wewenang lainnya adalah yang disebutkan dalam UUD 1945 Pasal 24C.

II.3. Solusi Dari Permasalahan Kelembagaan Mahkamah Agung

Dalam konteks penegakan hukum dan keadilan di Indonesia, hakim


agung memiliki tugas mulia sebagai pengawas internal tugas hakim dalam
pengadilan. Hal ini mengingat hakim agung yang berada dalam institusi
Mahkamah Agung adalah juga seorang hakim, maka menurut undang-undang,

5
Asshiddqie, Jimly. 2005. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi. Jakarta: Kompres.
hakim agung berhak melakukan pengawasan terhadap kinerja hakim dalam
proses pengadilan, demi hukum dan keadilan.

Adanya pengawasan tugas hakim dikarenakan hakim sering lalai


dalam menjalankan kemandirian kekuasaannya. Kelalaian ini sering
disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya adanya pihak-pihak lain di luar
kekuasaan kehakiman seperti birokrat, TNI, maupun pengadilan atasan.
Akibat dari kelalaian ini, hakim dapat saja bersikap subjektif dalam mengambil
keputusan dan unsur keberpihakan pada salah satu pihak yang berperkara
pasti tak terhindarkan. Hal ini bukan hanya sebuah hipotesa, namun
merupakan fakta hukum yang terjadi. Banyak warga masyarakat sudah tidak
begitu percaya dengan hakim dan penegakkan hukum yang selama ini
dijalankan di pengadilan negeri.

Kebanyakan kasus-kasus hukum pada akhirnya bermuara pada


pengajuan banding pada tingkat yang lebih tinggi, sampai pada Mahkamah
Agung. Hal ini terjadi sebagai akibat dari ketidakpercayaan masyarakat atas
putusan hakim. Kasus-kasus yang bisa dijadikan pembanding dan sekedar
mengingatkan kita akan masalah kekurangpercayaan masyarakat terhadap
putusan hakim di negeri ini, Misalnya: kasus Bailout Bank Century, Kasus
Mantan Ketua KPK Antasari Azhar, Kasus Korupsi beberapa petinggi partai
Demokrat dan lain sebagainya.

Keputusan yang diambil terhadap kasus-kasus tersebut kebanyakan


memunculkan polemik di masyarakat dan mengundang mosi tidak percaya
dari warga masyarakat terhadap institusi penegak hukum Negara, dalam hal
ini kehakiman, kejaksaan dan kepolisian. Menurut undang-undang yang
berlaku, pengawasan terhadap hakim dilakukan oleh Mahkamah Agung, dan
Komisi Yudisial. Mahkamah Agung adalah pelaku kekuasaan kehakiman yang
menjalankan fungsi pengawasan terhadap hakim secara internal, sedangkan
Komisi Yudisial memiliki wewenang pengawasan eksternal sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 pasal 24A dan pasal 24b.

Melihat peran Mahkamah Agung dan tugas serta tanggung jawabnya


yang demikian, maka dapat dikatakan bahwa Mahkamah Agung adalah
lembaga peradilan tertinggi dalam upaya penegakkan hukum di Indonesia.
Perannya dapat menjadi kekuatan bagi seluruh masyarakat Indonesia yang
membutuhkan keadilan dalam penegakkan hukum. Mahkamah Agung dapat
memeriksa dan dapat memberikan sanksi kode etik kepada hakim yang
melakukan pelanggaran kode etik perilaku hakim, misalnya terhadap proses
peradilan yang diindikasikan sarat dengan muatan korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN).

Menurut undang-undang nomor 48 Tahun 2009, dalam penanganan


perkara, baik perkara pidana maupun perkara perdata, Hakim dan hakim
konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai nilai hukum dan
rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Serta harus memiliki integritas
dan kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, profesional, dan berpengalaman
di bidang hukum.

Menurut Rusminah, kekuasaan kehakiman diatur dalam Bab IX pasal 24dan


pasal 25 Undang-undang Dasar 1945.Pasal 24 menyebutkan bahwa:
1.Kekuasaan kehakiman dilakukan olehsebuah Mahkamah Agung dan lain-
lainBadan Kehakiman menurut Undang-undang. 2. Susunan dan kekuasaan
badan-badan kehakiman itu diatur dengan undang-undang. 6

Sehingga kekuasaan kehakiman adalah: Mahkamah Agung sebagai


badan peradilan Negara Tertinggi di lingkungan kekuasaan kehakiman, dan
badan-badan kehakiman yang dibagi atas peradilan umum, yang mencakup
pengadilan negeri tingkat I, pengadilan Tinggi sebagai tingkat banding dan
pengadilan tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung dan peradilan yang bersifat

6
Rusminah. 1985. “Kekuasaan Kehakiman”, dalam Padmo Wahjono, Masalah Ketatanegaraan
Indonesia dewasa Ini, “sebuah Bunga Rampai”. Jakarta: Gahlia Indonesia.
khusus, meliputi: peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha
Negara.

Dari pengertian yuridis di atas, dapat disimpulkan bahwa hakim adalah


orangyang mengadili. Maksudnya, hakim adalah seorang pejabat negara yang
memilikikuasa secara hukum berdasarkan undang undang untuk mengadili
perkara di pengadilan. Sedangkan kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan
yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh dan campur tangan kekuasaan
pemerintah. Hakim dalam pengadilan adalah pejabat yang melaksanakan
tugas kekuasaan kehakiman. Dalam rangka penegakan hukum di Indonesia,
tugas hakim adalah menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila
melalui perkaraperkara yang dihadapkan kepadanya, sehingga keputusan
yang diambilnya mencerminkan rasakeadilan bangsa dan masyarakat
Indonesia.

BAB III

Penutup

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi atau


wewenang Mahkamah Agung menurut Undang-undang

adalah:

a. Memeriksa dan memutus permohonan kasasi, sengketa tentang


kewenangan mengadili, Permohonan peninjauan kembali putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan
memutus permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan Tingkat
Banding atau Tingkat Akhir dari semua Lingkungan Peradilan;
b. Membatalkan putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari
semua Lingkungan Peradilan;
c. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelengaraan peradilan
di semua lingkungan peradilan dalam menjalankan kekuasaan
kehakiman;
d. Mengawasi tingkah laku dan perbuatan para hakim di semua
lingkungan lingkungan peradilan dan memiliki wewenang untuk
meminta keterangan tentang teknis peradilan dari semua lingkungan
peradilan;
e. Berwenang memberi petunjuk, teguran, atau peringatan yang di
pandang perlu kepada pengadilan di semua lingkungan peradilan;
f. Bersama pemerintah melakukan pengawasan atas penasihat hukum
dan notaris; MA dapat memberikan pertimbangan – pertimbangan
dalam bidang hukum baik di minta maupun tidak kepada lembaga
tinggi Negara yang lain; dan
g. Berwenang meminta keterangan dari dan memberikan petunjuk
kepada pengadilan di semua lingkungan peradilan.

Dalam konteks pengawasan internal, Mahkamah Agung berfungsi untuk


Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelengaraan peradilan di
semua lingkungan peradilan dalam menjalankan kekuasaan kehakiman;
Mengawasi tingkah laku dan perbuatan para hakim di semua lingkungan
peradilan dalam menjalankan tugasnya; Memiliki wewenang untuk meminta
keterangan tentang teknis peradilan dari semua lingkungan peradilan; dan
Memberi petunjuk, teguran, atau peringatan yang di pandang perlu kepada
pengadilan di semua lingkungan peradilan.

Berdasarkan penjelasan di atas, saran kami yaitu :

a. Untuk Mahkamah Agung harus lebih meningkatkan profesionalitasnya


lagi agar tidak ada kasus-kasus seperti diatas dan masyarakat dapat
percaya lagi.
b. Untuk hakim-hakim peradilan ditingkatkan lagi profesionalitasnya,
kejujurannya, dan rasa tanggung jawab agar tidak terjadi praktik-praktik
KKN di peradilan.
Daftar Pustaka

Buku

Asshiddqie, Jimly. 2005. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi.


Jakarta: Kompres.

Asshiddqie, Jimly. 2015. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Depok:


Rajagrafindo Persada.

Umbara, Redaksi Citra. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 24


Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dan Undang-undang Republik
Indonesia No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung Beserta
Penjelasannya. Bandung: Citra Umbara

Binsar M. Gultom. 2012. Pandangan Kritis Seorang Hakim dalam Penegakan


Hukum di Indonesia. Jakarta: Kompas Gramedia.

Rusminah. 1985. “Kekuasaan Kehakiman”, dalam Padmo Wahjono, Masalah


Ketatanegaraan Indonesia dewasa Ini, “sebuah Bunga Rampai”. Jakarta: Gahlia
Indonesia.

Sagala, Budiman B. 1982. Praktek Sistem Ketatanegaraan Menurut UUD 1945.


Jakarta: Gahlia Indonesia.

Jurnal

Angkouw, Kevin. 2014. Lex Administratum: Fungsi Mahkamah Agung Sebagai


Pengawas Internal Tugas Hakim Dalam Proses Peradilan. Sulawesi Utara:
Jurnal Elektronik Bagian Hukum Administrasi Negara Unsrat. Vol II, No. 2:
131-140.

Silalahi, Doni. 2016. Kewenangan Yudisial Review Mahkamah Agung Terhadap


Peraturan Perundang-Undangan Di Bawah Undang-Undang. Pontianak: Jurnal
Nestor Magister Hukum. Vol 3, No. 3: 1-20.
Internet

Tugas Pokok dan Fungsi Mahkamah Agung.


https://www.mahkamahagung.go.id/id/tugas-pokok-dan-fungsi, diakses
pada 02 Desember 2019 pukul 10.00 WIB

Iqbal,Izzi. Tugas dan Wewenang Mahkamah Agung.


https://www.academia.edu/12901834/Tugas_dan_Wewenang_Mahkamah_A
gung, diakses pada 02 Desember 2019 pukul 11.00 WIB

Sikal, Ulfah Devianita. Sejarah, Struktur, Kedudukan, Kewenangan,


Fungsi, Peranan Mahkamah Agung.
https://www.academia.edu/12905266/SEJARAH_STRUKTUR_KEDUDUKAN_
KEWENANGAN_FUNGSI_PERANAN_MAHKAMAH_AGUNG, diakses pada 02
Desember 2019 pukul 12.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai