Anda di halaman 1dari 16

Jawaban tugas

NAMA: JIHAN ELYSIA RAMADHINI

NIM: 233330012

1. Jelaskan tentang apa saja peran mahkamah agung RI

1.   Mahkamah Agung (MA)


1.   Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan dibawah UU,dan
mempunyai wewenang lainnya yang di berikan oleh UU.
2.   Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi.
3.   Memberikan pertimbangan dalam hal Presidenmemberikan grasi dan rehabilitasi.

1. FUNGSI PERADILAN

a. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang
bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan
kembali menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan
secara adil, tepat dan benar.

b. Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang memeriksa dan
memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir

- semua sengketa tentang kewenangan mengadili.


permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
-
tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985)
semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal perang
- Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan Pasal 78 Undang-undang
Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)
c. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang menguji/menilai
secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang tentang hal apakah suatu peraturan
ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal
31 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

2. FUNGSI PENGAWASAN

a. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua


lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan
diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan
memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14
Tahun 1970).
b. Mahkamah Agunbg juga melakukan pengawasan :
- terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan Pejabat Pengadilan
dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan
Kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan
teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa
mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun
1985).
Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut peradilan (Pasal 36
-
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

3. FUNGSI MENGATUR

a. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang
tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum
yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun
1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
b. Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk
mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.

4. FUNGSI NASEHAT

a. Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang


hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14
Tahun 1985). Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam
rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun
1985). Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat
(1), Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden
selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan
pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan perundang-
undangan yang mengatur pelaksanaannya.
b. Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan
disemua lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14
Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang
No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).

5. FUNGSI ADMINISTRATIF

a. Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata
Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara
organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang
bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah
dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
b. Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata
kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).

6. FUNGSI LAIN-LAIN

Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang
diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain
berdasarkan Undang-undang.
2. JELASKAN TENTANG APA SAJA TANTANGAN MAHKAMAH AGUNG RI

Pertama, tantangan kerja sama ekonomi. Pria asal Baturaja tersebut mengatakan
bahwa selama situasi pandemi, perlu dibahas kebijakan yang dapat
meningkatkan akses pasar serta melindungi dan mengamankan kepentingan
nasional. Forum ini juga penting untuk membahas instrumen hukum untuk kerja
sama perdagangan melalui perjanjian perdagangan internasional.

Yang kedua adalah tantangan kejahatan siber transnasional. Forum internasional


ini, Syarifuddin mengatakan perlu membahas kebijakan program pencegahan
yang efektif, teknik investigasi dan penuntutan dalam penanganan kasus,
perlindungan korban dan manajemen rehabilitasi pelanggar. Penting juga
membahas Peraturan Hukum tentang perlindungan data.

Ketiga adalah tantangan kerja sama sumber daya manusia. Syarifuddin


menyatakan bahwa forum ini penting untuk mendiskusikan kerja sama sumber
daya manusia antar pejabat penegak hukum.

Tantangan terakhir adalah sengketa lingkungan hidup transnasional.

“Kita perlu membahas kebijakan yang memfasilitasi penyelesaian sengketa


lingkungan hidup. Terkait ini, pada 2013 Mahkamah Agung Republik Indonesia
telah mengeluarkan Keputusan Mahkamah Agung terkait Pedoman Penanganan
Kasus Lingkungan Hidup. Disusul kemudian oleh Kementerian Lingkungan
Hidup pada tahun 2014 mengeluarkan Peraturan tentang Penyelesaian Sengketa
Lingkungan HIdup,” kata Syarifuddin.

Di akhir pidatonya, Dr. Syarifuddin menyampaikan selamat kepada seluruh


peserta konferensi atas sharing pengalaman terkait kebijakan dan ketentuan
hukum tentang isu-isu transnasional. “Kami sangat menantikan rekomendasi
yang bisa menjadi pertimbangan Mahkamah Agung dan lembaga hukum
lainnya,” harap Syarifuddin menutup Pidato Utamanya.

Acara yang bertujuan untuk mempertemukan para akademisi dan mahasiswa


hukum untuk berdiskusi tentang penelitian dan merespon beberapa masalah
hukum ini, diisi oleh para pembicara dari berbagai negara. Beberapa di
antaranya yaitu Prof. Dhinil Pusphalal dari School of Law of Tohoko University,
Prof Maryam Omari Dekan pada School of Business and  Law of Edith Cowan
University, Prof. Dr. Johan Shamsudin Dekan Fakultas Hukum Universitas
Malaya, dan lainnya. (azh/RS)
3. JAWABAN NO 3

1. HAKIM YANG KORUPSI

Ketua Mahkamah Agung (MA) M. Syarifuddin meminta maaf atas


penangkapan terhadap dua hakimnya oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
atau KPK pada awal Desember 2022. Dua hakim itu adalah Sudrajad Dimyati
dan Gazalba Saleh yang telah ditahan KPK dalam kasus suap pengurusan
perkara di MA."Atas nama pimpinan Mahkamah Agung, saya menyampaikan
permohonan maaf yang sebesar besarnya kepada para sesepuh dan senior
kami serta seluruh masyarakat Indonesia atas apa yang menimpa dua Hakim
Agung dan beberapa aparatur Mahkamah Agung," ujar Syarifuddin dalam
acara Refleksi Kinerja Mahkamah Agung Tahun 2022 secara daring, Selasa
(3/1/2022).

Syarifuddin mengatakan tindakan anak buahnya itu telah mencoreng serta


menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap Mahkamah Agung. Ia
berjanji akan menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran untuk memperbaiki
peradilan di Indonesia. Lebih lanjut, Syarifuddin mengaku penindakan
terhadap Hakim Agung itu bagai buah simalakama untuknya. Menurutnya
para hakim tersebut merupakan rekan sejawatnya dan ada yang sudah
dianggap sebagai anak sendiri. Ditambahkan jika dirinya juga sudah sering
mengingatkan untuk berprilaku jujur dalam menjalankan tugasnya. Sebelum
mereka tertangkap oleh KPK. "Sudah berulang kali diingatkan dalam setiap
pertemuan, pembinaan maupun dalam rapat internal, tapi mereka nekat juga
melakukan penyimpangan, tidak ada pilihan lain selain ditindak," ungkap
Syarifuddin.

Ia juga menegaskan, jika Mahkamah Agung akan terus melakukan


pembenahan ke dalam, cepat. Bagi aparatur yang tidak bisa dibina maka apa
boleh buat akan dilakukan penindakan sesuai aturan yang berlaku. Perlu
diketahui, hari ini Mahkamah Agung ( MA) melaksanakan refleksi kinerja
tahun 2022,yang dilaksanakan secara daring atau virtual. (Ian/lik)

Sumber: KLIKTIMES

TAHUN: 2023

JUDUL: Dua Hakim Ditangkap KPK, Ketua Mahkamah Agung Minta Maaf
2. Mahkamah Agung memberikan hukuman disiplin kepada 52 hakim
karena melanggar kode etik, sekitar 57% dari total hakim yang
dikenakan tindakan disipliner tahun 2020 ini.

Data yang dikeluarkan Badan Pengawas MA itu adalah angka untuk bulan
September namun baru diterbitkan Senin (19/10).
Seorang mantan hakim berpendapat bahwa seorang hakim yang telah
melanggar kode etik tidak lagi menjabat sebagai penegak hukum karena
telah melanggar nilai-nilai tertinggi dari bagian tanggungg jawab gelar itu.
Sementara, ketua Komisi Yudisial mengatakan catatan sanksi sesungguhnya
sudah cukup memberi efek jera karena hal itu akan mempengaruhi
kesempatan dalam perkembangan karir seorang hakim.
Di sisi lain, seorang pengamat hukum mengatakan seringnya terjadi
pelanggaran etik oleh hakim-hakim adalah indikasi bahwa sistem
pencegahan dan perbaikan dalam ranah itu tidak berjalan

Asep Iwan Iriawan, seorang mantan hakim yang pernah menjabat sebagai
hakim selama sekitar 25 tahun mulai tahun 1980-an, mengatakan kode etik
adalah nilai-nilai tertinggi yang semestinya dipatuhi oleh para hakim.
Asep mengatakan gelar itu memiliki tanggung jawab menentukan nasib
orang, sehingga tidak boleh melakukan perbuatan yang tercela.
Ia berpendapat bahwa hakim yang melanggar etik harus ditindak keras,
bahkan dicabut kewenangannya.

"Jadi syarat-syarat hakim itu kan ditentukan Undang-Undang Kekuasaan


Kehakiman, di Undang-Undang Peradilan, PTUN, maupun peradilan umum,
hakim itu harus berbuat baik, tidak melakukan perbuatan tercela. Jadi ketika
hakim membuat perbuatan tercela, entah itu selingkuh atau tindak pidana
lainnya, dia kena sanksi, harusnya dia bukan sebagai hakim lagi," kata Asep
kepada BBC News Indonesia, Senin (19/10).

"Menurut saya sih, sanksi yang paling keras sih penghentian. Karena yang
tertinggi itu kan etis, di bawah [ada] yuridis, kalau orang sudah nggak beretika,
pada saat menyandang gelar "wakil Tuhan" - dia adalah penentu nasib orang
- tapi dia melakukan perbuatan yang dia harus mengadili, logikanya
ya nggak bisa dong. Nggak bisa sapu kotor membersihkan lapangan kotor,"
tambahnya.
Total jumlah hakim yang dikenai sanksi hingga September adalah sebanyak
93 orang.
Dari jumlah itu, 52 orang dijatuhi hukuman disiplin di September. Dalam
periode tersebut, ada satu hakim dijatuhi hukuman etik berat, delapan
hukuman etik sedang dan 43 sanksi ringan.
Hakim yang diberi sanksi berat adalah Hakim DS yang bertugas di
Pengadilan Negeri (PN) Wsb.
Hakim DS dinilai melanggar prinsip berperilaku adil, berperilaku jujur, serta
berperilaku arif dan bijaksana. Hakim DS juga dinilai melanggar prinsip
menjunjung tinggi harga diri.
'Sanksi itu tabu'
Jumlah hakim yang disanksi pada bulan September sendiri mencakup sekitar
57% dari total jumlah hakim yang diberikan hukuman disiplin sepanjang 2020.
Angka pada bulan September disebutkan yang terbanyak sepanjang tahun
ini.
Ketua Komisi Yudisial, Jaja Ahmad Jayus mengatakan jumlah tersebut
memang tergolong banyak.
Meski demikian, ia menjelaskan bahwa ada kemungkinan kasus-kasus yang
dijatuhi hukuman pada bulan September adalah dari kejadian di bulan-bulan
sebelumnya. Jaja menjelaskan bahwa catatan sanksi cukup memberikan
dampak berat terhadap seorang hakim yang melanggarnya, sebab hal itu
terekam pada jejak karir orang yang bersangkutan dan menjadi pertimbangan
serius dalam pemberian promosi maupun mutasi oleh Mahkamang Agung.
"Dikasih teguran tertulis aja itu udah jadi catatan bagi hakim. Karena [dalam]
karirnya, menjadi catatan terus di Mahkamah Agung. Nanti kalau misalnya
promosi, mutasi dan sebagainya itu, pernah dia diberikan sanksi sampe
sanksi yang tertera itu jadi catatan di Mahkamah Agung," tutur Jaja, Senin
(19/10).
"Misalnya kalau dia punya keinginan untuk menjadi hakim di Kelas IA
khusus, kalau track record-nya itu kurang bagus, itu yakin Mahkamah Agung
tidak akan mempromosikan dia ke hakim Kelas IA khusus. Jadi, sanksi bagi
hakim, itu sesuatu yang tabu. Sesuatu yang tidak diinginkan. Jadi, jangankan
sanksi berat, sanksi ringan aja itu sesuatu yang pengen dihindari oleh para
hakim," tambahnya.
Sementara, direktur eksekutif Indonesia Judicial Research Society (IJRS),
Dio Ashar Wicaksana, mengatakan masalah yang sesungguhnya harus
menjadi perhatian bukan saja penindakan dan pemberian sanksi, namun
pencegahan dan perbaikan sistem.
Dia mengatakan pelanggaran etik oleh hakim yang terus menurus terjadi
adalah indikasi bahwa sistem tersebut tidak berjalan.
"Kita melihat kan kalau pelanggaran hakim itu sering dilakukan. Nah, itu kan
sudah mejadi suatu hal rutinitas yang terjadi. Dan itu sebenarnya yang harus
dibenahi adalah system. Karena itu saya berpandangan, tidak hanya dalam
hal penindakannya, tetapi bagaimana membuat fungsi pencegahannya," ujar
Dio via telpon, (19/10).
"Untuk menentukan fungsi pencegahannya seperti apa, kita harus tahu
bentuk-bentuk pelanggarannya seperti apa. Nah, hal itu yang sebenarnya
yang perlu ditelusuri adalah apa bentuk-bentuk pelanggarannya dan dibuat
suatu database dan disitu yang nanti jadi acuan dari KY ataupun Mahkamah
Agung, apa rekomendasi untuk perbaikan hakim," tambahnya.
Dio mengatakan publikasi hukuman disiplin oleh MA hanya memperlihatkan
aturan kode etik yang dilanggar seorang hakim, dimana sifatnya abstrak. Ia
berpendapat bahwa pelanggaran-pelanggaran harus ditelusuri secara detil
demi mengidentifikasikan akar permasalahan untuk diklasifikasi.
"Ditelusuri, apa sih akar permasahalannya. Dan itu harus di-connect dengan
bagaimana penyusunan kebijakan preventive ataupun perbaikan
kedepannya," kata Dio.

Sumber: BBC NEWS INDONESIA


TAHUN: 20 Oktober 2020
JUDUL: MA kenakan sanksi 52 hakim atas pelanggaran etik, mantan hakim serukan
tindakan tegas

3.

 Hakim Agung Sudrajad Dimyati ditetapkan sebagai tersangka dugaan


suap terkait dengan pengurusan perkara di Mahkamah Agung (MA). Dia
menyerahkan diri ke KPK kemarin (23/9). Dia disangka sebagai penerima
suap yang total jumlahnya SGD 205.000 (sekitar Rp 2,1 miliar) dan Rp 50
juta dari pengacara Yosep Parera dan Eko Suparno.Total ada sepuluh
tersangka dalam perkara yang diawali operasi tangkap tangan pada Rabu
(21/9) dan Kamis (22/9) itu. Delapan di antaranya sudah ditahan KPK.
Termasuk Dimyati dan dua pengacara tersebut. Sementara itu, dua orang
lain dari pihak swasta, yakni Ivan Dwi Kusuma dan Heryanto Tanaka, masih
buron. Keduanya merupakan debitur Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Intidana.

WAkil Ketua KPK Alexander Marwata menjelaskan, perkara itu bermula


dari laporan pidana dan gugatan perdata terkait dengan aktivitas KSP
Intidana di Pengadilan Negeri (PN) Semarang. Gugatan itu diajukan Ivan dan
Heryanto. Yosep dan Eko menjadi kuasa hukumnya. Karena tidak puas
dengan putusan di pengadilan tingkat pertama, Ivan dan Heryanto
mengajukan banding di Pengadilan Tinggi (PT) Semarang. Namun, putusan
di tingkat PT itu juga tak memuaskan keduanya. ”Sehingga keduanya
memutuskan untuk mengajukan upaya hukum kasasi di MA,” katanya.

Sebagai kuasa hukum, Yosep dan Eko melakukan pertemuan dan


komunikasi dengan beberapa pegawai di Kepaniteraan MA yang dianggap
mampu menjadi penghubung dengan majelis hakim. Dengan begitu, putusan
atas gugatan yang mereka ajukan bisa dikondisikan sesuai dengan
keinginan.

alex menyatakan, pegawai MA yang kemudian bersepakat dan


bersedia menuruti kemauan tersebut adalah Desy Yustria, pegawai negeri
sipil (PNS) pada Kepaniteraan MA. Desy lantas mengajak rekannya, Muhajir
Habibie, dan seorang panitera pengganti MA, Elly Tri Pangestu.Menurut KPK,
Desy merupakan representasi dari Dimyati dan beberapa pihak di MA.
Perannya pun cukup sentral. Dari Desy-lah KPK mendapatkan barang bukti
uang SGD 205.000 yang bersumber dari Ivan dan Heryanto.
”Dengan uang tersebut, putusan yang diharapkan YP (Yosep) dan ES
(Eko) pastinya dikabulkan dengan menguatkan putusan kasasi sebelumnya
yang menyatakan KSP ID (Intidana) pailit,” ungkap Alex dalam konferensi
pers di gedung KPK kemarin (23/9).

Sumber: JawaPos,com

Tahun: Kamis, 5 Januari 2023

Judul: kasus Suap Penanganan Perkara, Hakim Agung Dijatah Rp 800 juta

4. Jawaban no 4

Dalam makna yang paling sederhana, korupsi diartikan sebagai


tindakan menyelewengkan uang atau benda orang lain yang bukan
menjadi haknya. Dalam arti luas, korupsi diartikan sebagai tindakan
menyalahgunakan jabatan untuk keuntungan pribadi dan digunakan
sebagai upaya untuk memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi.
Tindakan korupsi pada tingkatan pemerintahan suatu negara sangat
merugikan karena berpotensi meningkatnya kemiskinan di suatu negara.
Selain itu, negara juga mengalami kerugian materi yang tidak sedikit.
Korupsi bersifat menguntungkan diri sendiri, namun merugikan
kepentingan umum dan negara. Di Indonesia sendiri, kasus korupsi
bukan merupakan hal baru. Berdasarkan data dari Transparency
Indonesia, Indonesia menduduki peringkat 12 dari total 175 negara
sebagai negara terkorup. Cukup disayangkan memang, meskipun
berbagai upaya hukum telah diupayakan, nyatanya tidak mampu
memberikan efek jera kepada para pelaku korupsi.
Catatan panjang tentang korupsi di Indonesia telah dimulau bahkan
sebelum Indonesia merdeka. Pada masa kerajaan, korupsi telah banyak
terjadi, biasanya karena motif perebutan kekuasaan. Bahkan sejarah
menyebutkan bahwa runtuhnya kerajaan -kerajaan besar di Indonesia seperti
Sriwijaya dan Singasari dilatarbelakangi oleh korupsi pada masa itu. Pada
masa itu, masyarakat belum mengenal korupsi. Korupsi didominasi oleh
kalangan raja dan sultan dari kerajaan tertentu dan lingkupnya belum
menyebar ke luar kerajaan.

Pada masa penjajahan, korupsi juga merajalela. Tidak hanya korupsi


oleh sultan-sultan kerajaan, korupsi juga dilakukan oleh pejabat-pejabat
pemerintahan Portugis dan Belanda yang saat itu menduduki kekuasaan di
Indonesia. Pada masa itu, pejabat-pejabat penjajah mengkorup uang
korpsnya, atau mengkorup keuangan instansi pemerintahan. Pada masa
penjajahan, banyak pula raja yang menerapkan sistem upeti untuk rakyat.
Rakyat harus menyerahkan harta benda atau pangan dalam jumlah tertentu.
Teknik tersebut ternyata juga ditiru oleh pemerintahan Belanda ketika
menduduki Indonesia.

Pada masa sekarang, korupsi sudah bukan hal yang baru di lingkup
pemerintahan. Korupsi merupakan tindakan biasa, bahkan para pejabat
beramai-ramai melakukan korupsi untuk memperkaya diri. Berbagai upaya
hukum telah diterapkan, namun ternyata tidak mampu memberikan efek jera
bagi koruptor. Apapun alasannya, korupsi merupakan tindakan yang tidak
bisa dibenarkan dilihat dari aspek manapun. Banyak kepentingan publik
yang terbengkalai, juga kerugian negara yang sangat besar akibat dari
korupsi itu sendiri

Selain itu, korupsi juga memberikan dampak negatif di berbagai bidang yang
meliputi:

1. Bidang Demokrasi
Dampak akibat korupsi bagi negara yang utama adalah di bidang demokrasi.
Bagi Anda yang pernah menjadi Dewan Pemilih Tetap (DPT) saat pesta
demokrasi (pemilu) berlangsung pasti pernah mengetahui yang disebut
“serangan fajar”. Sejumlah calon tetentu memberikan imbalan uang bagi
siapa saja yang memilihnya saat pemilu, sehingga ia terpilih menduduki
jabatan tertentu. Pemberian imbalan uang tersebut sifatnya adalah sogokan.
Beberapa memang tidak memberikan uang untuk melancarkan jalannya
menduduki suatu jabatan, namun ia memberikan barang tertentu kepada
masyarakat. Apapun bentuk sogokan yang diberikan tersebut adalah salah
satu bentuk korupsi. Sayangnya, masyarakat Indonesia kebanyakan tidak
cukup cerdas untuk memikirkan dampak jangka panjang jika mereka
menerima sogokan tersebut.

Saya contohkan sebuah kasus ringan yang sangat sering terjadi saat pemilu.
Ada 2 orang dari daerah yang sama yang mencalonkan diri mejadi anggota
DPR. Sebut saja A dan B. Si A memiliki kepribadian pemimpin yang baik,
mampu mengayomi, memberikan bantuan untuk kasus-kasus sosial yang
terjadi di lingkungannya. Saat detik-detik menjelang berlangsungnya
pemilu, si A menggunakan cara yang jujur, sedangkan si B memberikan
uang kepada para calon pemilih agar ia terpilih menduduki kursi DPR.
Karena para pemilih yang memilih sogokan dan juga tidak memikirkan
dampak panjang, akibatnya si B yang justru terpilih menduduki kursi DPR,
padahal dari segi kemampuan, si A lebih kompeten dibanding si B. Itulah
salah satu contoh dampak korupsi bagi berjalannya demokrasi di Indonesia.
Maka jangan salah jika ada semboyan “Jadilah masyarakat yang baik jika
menginginkan pemimpin yang baik”.

2. Bidang Ekonomi

Maju tidaknya suatu negara biasa diukur dengan tingkat ekonomi negara
tersebut. Dan penelitian juga telah membuktikan, makin maju suatu negara
biasanya diikuti dengan makin rendahnya tingkat korupsu negara tersebut.
Korupsi memang biasa terjadi di negara-negara berkembang. Maka tidak
heran pula, jika negara-negara berkembang memiliki perekonomian yang
tidak baik dan relatif tidak stabil. Bahkan pada beberapa kasus, sering
ditemukan perusahaan-perusahaan yang memiliki koneksi dengan pejabat
mampu bertahan dan dilindungi dari segala macam persaingan. Akibatnya,
perusahaan-perusahaan yang tidak efisien bertahan dan justru merugikan
perekonomian negara.

Para ahli ekonomi juga menyebutkan bahwa buruknya perekonomian di


negara-negara Afrika ternyata disebabkan oleh tingginya tingkat korupsi
negara tersebut. Para pejabat yang korup, menyimpan uang mereka di
berbagai bank di luar negeri. Bahkan ada data yang menyebutkan bahwa
besarnya uang simpanan hasil korupsi pejabat-pejabat Afrika yang ada di
luar negeri justru lebih besar dibandingkan hutang negaranya sendiri. Maka
tidak heran jika ada beberapa negara di benua Afrika yang sangat
terbelakang tingkat ekonomi dan juga pembangunan insfrastrukturnya,
padahal jika dilihat dari kekayaan alam, mereka memiliki kekayaan sumber
daya alam yang luar biasa.

3. Bidang Keselamatan dan Kesehatan Manusia

Anda mungkin masih mengingat robohnya jembatan Kutai Kertanegara.


Masih ada kasus-kasus lain mengenai kerusakan fasilitas publik yang juga
menimbulkan korban jiwa. Selain itu, ada pula pekerja-pekerja fasilitas
publik yang mengalami kecelakaan kerja. Ironisnya, kejadian tersebut
diakibatkan oleh korupsi. Bukan rahasia jika dana untuk membangun
insfrastruktur publik merupakan dana yang sangat besar jika dilihat dalam
catatan. Nyatanya, saat dana tersebut melewati para pejabat-pejabat
pemerintahan, dana tersebut mengalami pangkas sana-sini sehingga dalam
pengerjaan insfrastruktur tersebut menjadi minim keselamatan. Hal tersebut
terjadi karena tingginya resiko yang timbul ketika korupsi tersebut
memangkas dana menjadi sangat minim pada akhirnya. Keselamatan para
pekerja dipertaruhkan ketika berbagai bahan insfrstruktur tidak memenuhi
standar keselamatan karena minimnya dana.

4. Bidang Kesejahteraan Umum

Dampak korupsi dalam bidang ekonomi lainnya adalah tidak adanya


kesejahteraan umum. Anda pasti sering memperhatikan tayangan televisi
tentang pembuatan peraturan-peraturan baru oleh pemerintah. Dan tidak
jarang pula, ketika dicermati, peraturan-peraturan tersebut ternyata justru
lebih memihak pada perusahaan-perusahaan besar yang mampu memberikan
keuntungan untuk para pejabat. Akibatnya, perusahaan-perusahaan kecil dan
juga industri menengah tidak mampu bertahan dan membuat kesejahteraan
masyarakat umum terganggu. Tingkat pengangguran makin tinggi, diikuti
dengan tingkat kemiskinan yang juga semakin tinggi.
5. Pengikisan Budaya

Dampak ini bisa terjadi pada pelaku korupsi juga pada masyarakat umum.
Bagi pelaku korupsi, ia akan dikuasai oleh rasa tak pernah cukup. Ia akan
terus-menerus melakukan upaya untuk menguntungkan diri sendiri sehingga
lambat laun ia akan menuhankan materi. Bagi masyarakat umum, tingginya
tingkat korupsi, lemahnya penegakan hukum, akan membuat masyarakat
meninggalkan budaya kejujuran dengan sendirinya. Pengaruh dari luar akan
membentuk kepribadian yang tamak, hanya peduli pada materi, dan tidak
takut pada hukum.

6. Terjadinya Krisis Kepercayaan

Dampak korupsi bagi negara yang paling penting adalah tidak adanya
kepercayaan terhadap lembaga pemerintah. Sebagai pengamat, masyarakat
Indonesia saat ini sudah semakin cerdas untuk menilai sebuah kasus.
Berdasarkan pengamatan, saat ini masyarakat Indonesia tidak pernah merasa
puas dengan tindakan hukum kepada para koruptor. Banyak koruptor yang
menyelewengkan materi dalam jumlah yang tidak sedikit, namun hanya
memperoleh hukuman tidak seberapa. Akibatnya, rakyat tidak lagi percaya
pada proses hukum yang berlaku. Tidak jarang pula masyarakat lebih senang
main hakim sendiri untuk menyelesaikan sebuah kasus. Hal tersebut
sebenarnya merupakan salah satu tanda bahwa masyarakat Indonesia sudah
tidak percaya dengan jalannya hukum, terutama dengan berbagai tindakan
yang diambil oleh pemerintah dalam menangani kasus korupsi.
5. Jawaban no 5

Korupsi adalah perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma yang terjadi


dimasyarakat. Korupsi tersebut dianggap sebagai kejahatan. Karena mereka yang
melakukan korupsi tidak memikirkan di luar sana nasib orang-orang miskin dan mereka
hanya mementingkan kepentingan dan kepuasan tersendiri.

Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi

Faktor penyebab korupsi dibagi menjadi dua. Yaitu diantaranya faktor internal dan
faktor eksternal, yang masing-masing faktor tersebut memiliki beberapa poin-poin .

faktor internal

Yang menjadi penyebab akibat terjadinya korupsi pada faktor internal adalah :

Sifat rakus atau tamak yang dimiliki oleh manusia.

Pada sifat rakus tersebut artinya manusia tidak mudah puas dengan apa yang
dimilikinya saat ini. Mereka cenderung merasa kurang dengan apa yang mereka miliki
dan hal tersebut akan mendorong manusia tersebut untuk melakukan korupsi.

Gaya hidup yang konsumtif.

Gaya hidup yang konsumtif yaitu dalam segi kehidupan mereka sehari-hari berlebihan,
atau dapat disebut juga dengan gaya hidup yang boros. Gaya hidup yang semacam ini
akan mendorong mereka untuk melakukan korupsi karena apabila dari penghasilan
mereka tidak mencukupi untuk memenuhi gaya hidup mereka yang boros.

Moral yang kurang kuat.

Faktor internal yang menyebabkan korupsi salah satunya yaitu akibat moral manusia
yang kurang kuat. Artinya moral yang mereka miliki sangat kurang dan mereka lebih
mementingkan kepentingan mereka sendiri.

Faktor eksternal

Penyebab korupsi dari faktor eksternal antara lain:

Politik
Faktor politik mempengaruhi terjadinya korupsi karena pada dasarnya politik sendiri
berhubungan dengan kekuasaan. Artinya siapapun orang tersebut pasti akan
menggunakan berbagai cara, bahkan melakukan korupsi demi mendapatkan
kekuasaan tersebut. Faktor politik terbagi menjadi dua yaitu kekuasaan dan stabilitas
politik.

Hukum

Pada faktor hukum dapat dilihat dari sistem penegakan hukum yang hanya pro pada
pihak-pihak tertentu saja yang memiliki kepentingan untuk dirinya sendiri. Faktor hukum
juga dibagi menjadi dua yaitu konsistensi penegakan hukum dan kepastian hukum.

Ekonomi

Faktor ekonomi juga salah satu faktor yang meyebabkan terjadinya korupsi. Hal
tersebut dapat dilihat dari apabila gaji atau pendapatan seseorang tersebut tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Faktor ekonomi juga
terbagi menjdai dua yaitu gaji atau pendapatan dan sistem ekonomi.

Organisasi

Faktor organisasi memiliki beberapa aspek yang menyebabkan korupsi , diantaranya


yaitu

1. Kultur atau budaya


2. Pimpinan
3. Akuntabilitas
4. Manajemen atau system

6.Jawaban no 6
1.Penanaman Semangat Nasional

Kepribadian yang berdasarkan Pancasila merupakan kepribadian yang menjunjung


tinggi semangat nasional bukan malah merusak. Dalam penerapannya Pancasila
harus kita lakukan pada kehidupan sehari-hari agar nilai nilai tersebut bukan hanya
diingat melainkan juga meresap terhadap perilaku kehidupan kita sehari-hari.

2. Melakukan Penerimaan Pegawai Secara Jujur dan Rerbuka

Upaya pencegahan korupsi preventif selanjutnya yang dilakukan oleh pemerintah


yaitu dengan menerapkan sistem trasparan pada penerimaan pegawai negeri. Selain
itu juga disebarlah poster atau pengumum apabila terdapat lowongan pekerjaan
terutama dalam dinas ketenagakerjaan di dalam pemerintahan.
Tranparansi ini untuk mencegah adanya nepotisme yang dilakukan aparatur negara
sehingga bisa membentuk dinasti dalam sistem pemerintahan. Kalau sudah seperti
itu bukan tidak mungkin lagi akan ada korupsi massal. Hal ini juga merupakan
salah satu penerapan dari tata cara kampanye yang baik.

3. Himbauan Kepada Masyarakat

Salah satu upaya pencegahan korupsi preventif yang berikutnya adalah dengan


melakukan sosialisasi atau himbauan kepada masyarakat. Himbauan tersebut dapat
berupa materi terbuka, seminar dan sebagainya. Kelas dari masyarakat juga harus
dibedakan sehingga tidak menimbulkan kesulitan dalam sosialisasi.

4. Mengupayakan Kesejahteraan Masyarakat

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh pemerintah adalaah menyejahterakan


rakyat. Korupsi sendiri terjadi karena ada niat dan ada yang dikorupsi. Untuk lahan
korupsi sendiri pastinya tidak bisa dihapuskan  karena lahan tersebut adalah
pemerintahan sendiri.

Meskipun menggulingkan ratusan pemerintahan akan tetap ada korupsi karena


yang melakukan korupsi adalah perorangan atau kelompok dalam sistem
pemerintahan. Hal ini disebabkan ada anggapan bahwa dengan menyejahterakan
rakyat sudah tentu mereka menjadi tidak berminat untuk melakukan koruspi
sehingga tindakan tersebut bisa dicegah sejak awal.

5. Pencatatan Ulang Aset

Mencatat ulang aset- aset yang sudah di miliki juga penting, dengan begitu jika ada
penggandaan aset. Aset tersebut menjadi ada dalam bentuk barang, sehingga
pendataan tersebut menyatakan barang ada, dan benar- benar barang tersebut di
tambah pengadaannya. Lain lagi jika barang tersebut hanya ada dalam laporan
namun tidak ada barang nyatanya, sudah tentu laporan tersebut merupakan laporan
palsu yang dilakukan oleh aparat. [AdSense-B]

Memnag mencatat ulang asset sangat penting untuk menghindari kekhawatiran


tentang ada atau tidaknya barang. Sudah barang pasti pelaku korupsi akan berpikir
dua kali jika ingin menipu menggukana alasan penggandaan aset yang dimiliki.

6. Penindakan
Dalam  undang-undang tertulis jelas mengenai hukuman untuk pelaku tindak
korupsi. Hukuman tersebut merupakan salah satu upaya untuk mencegah korupsi
yaitu pemberian sanksi hukuman. Penindakan dilakukan dengan memberi
hukuman berupa di pidanakan ataupun sanksi pemecatan.

Memang upaya penindakan pada saat ini dirasa masih kurang efektif dari beberapa
hal. Namun tetap saja upaya penindakan harus tetap dilakukan guna mnecegah
semakin banyak pelaku tindak korupsi dan tidak tahu mau diapakan mereka jika
tidak ada penindakan.

7. Upaya Edukasi

Upaya ini hampir sama dengan dengan penyuluhan, hanya saja upaya edukasi
dilakukan sebagai salah satu mata kuliah ataupun salah satu mata pelajaran. Upaya
edukasi bisa mencapai poin maksimal jika edukasi dilakukan dengan tepat dan
mnegenai sasaran yang tepat pula.

Anda mungkin juga menyukai