NIM: 233330012
1. FUNGSI PERADILAN
a. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang
bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan
kembali menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan
secara adil, tepat dan benar.
b. Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang memeriksa dan
memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir
2. FUNGSI PENGAWASAN
3. FUNGSI MENGATUR
a. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang
tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum
yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun
1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
b. Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk
mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.
4. FUNGSI NASEHAT
5. FUNGSI ADMINISTRATIF
a. Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata
Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara
organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang
bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah
dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
b. Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata
kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
6. FUNGSI LAIN-LAIN
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang
diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain
berdasarkan Undang-undang.
2. JELASKAN TENTANG APA SAJA TANTANGAN MAHKAMAH AGUNG RI
Pertama, tantangan kerja sama ekonomi. Pria asal Baturaja tersebut mengatakan
bahwa selama situasi pandemi, perlu dibahas kebijakan yang dapat
meningkatkan akses pasar serta melindungi dan mengamankan kepentingan
nasional. Forum ini juga penting untuk membahas instrumen hukum untuk kerja
sama perdagangan melalui perjanjian perdagangan internasional.
Sumber: KLIKTIMES
TAHUN: 2023
JUDUL: Dua Hakim Ditangkap KPK, Ketua Mahkamah Agung Minta Maaf
2. Mahkamah Agung memberikan hukuman disiplin kepada 52 hakim
karena melanggar kode etik, sekitar 57% dari total hakim yang
dikenakan tindakan disipliner tahun 2020 ini.
Data yang dikeluarkan Badan Pengawas MA itu adalah angka untuk bulan
September namun baru diterbitkan Senin (19/10).
Seorang mantan hakim berpendapat bahwa seorang hakim yang telah
melanggar kode etik tidak lagi menjabat sebagai penegak hukum karena
telah melanggar nilai-nilai tertinggi dari bagian tanggungg jawab gelar itu.
Sementara, ketua Komisi Yudisial mengatakan catatan sanksi sesungguhnya
sudah cukup memberi efek jera karena hal itu akan mempengaruhi
kesempatan dalam perkembangan karir seorang hakim.
Di sisi lain, seorang pengamat hukum mengatakan seringnya terjadi
pelanggaran etik oleh hakim-hakim adalah indikasi bahwa sistem
pencegahan dan perbaikan dalam ranah itu tidak berjalan
Asep Iwan Iriawan, seorang mantan hakim yang pernah menjabat sebagai
hakim selama sekitar 25 tahun mulai tahun 1980-an, mengatakan kode etik
adalah nilai-nilai tertinggi yang semestinya dipatuhi oleh para hakim.
Asep mengatakan gelar itu memiliki tanggung jawab menentukan nasib
orang, sehingga tidak boleh melakukan perbuatan yang tercela.
Ia berpendapat bahwa hakim yang melanggar etik harus ditindak keras,
bahkan dicabut kewenangannya.
"Menurut saya sih, sanksi yang paling keras sih penghentian. Karena yang
tertinggi itu kan etis, di bawah [ada] yuridis, kalau orang sudah nggak beretika,
pada saat menyandang gelar "wakil Tuhan" - dia adalah penentu nasib orang
- tapi dia melakukan perbuatan yang dia harus mengadili, logikanya
ya nggak bisa dong. Nggak bisa sapu kotor membersihkan lapangan kotor,"
tambahnya.
Total jumlah hakim yang dikenai sanksi hingga September adalah sebanyak
93 orang.
Dari jumlah itu, 52 orang dijatuhi hukuman disiplin di September. Dalam
periode tersebut, ada satu hakim dijatuhi hukuman etik berat, delapan
hukuman etik sedang dan 43 sanksi ringan.
Hakim yang diberi sanksi berat adalah Hakim DS yang bertugas di
Pengadilan Negeri (PN) Wsb.
Hakim DS dinilai melanggar prinsip berperilaku adil, berperilaku jujur, serta
berperilaku arif dan bijaksana. Hakim DS juga dinilai melanggar prinsip
menjunjung tinggi harga diri.
'Sanksi itu tabu'
Jumlah hakim yang disanksi pada bulan September sendiri mencakup sekitar
57% dari total jumlah hakim yang diberikan hukuman disiplin sepanjang 2020.
Angka pada bulan September disebutkan yang terbanyak sepanjang tahun
ini.
Ketua Komisi Yudisial, Jaja Ahmad Jayus mengatakan jumlah tersebut
memang tergolong banyak.
Meski demikian, ia menjelaskan bahwa ada kemungkinan kasus-kasus yang
dijatuhi hukuman pada bulan September adalah dari kejadian di bulan-bulan
sebelumnya. Jaja menjelaskan bahwa catatan sanksi cukup memberikan
dampak berat terhadap seorang hakim yang melanggarnya, sebab hal itu
terekam pada jejak karir orang yang bersangkutan dan menjadi pertimbangan
serius dalam pemberian promosi maupun mutasi oleh Mahkamang Agung.
"Dikasih teguran tertulis aja itu udah jadi catatan bagi hakim. Karena [dalam]
karirnya, menjadi catatan terus di Mahkamah Agung. Nanti kalau misalnya
promosi, mutasi dan sebagainya itu, pernah dia diberikan sanksi sampe
sanksi yang tertera itu jadi catatan di Mahkamah Agung," tutur Jaja, Senin
(19/10).
"Misalnya kalau dia punya keinginan untuk menjadi hakim di Kelas IA
khusus, kalau track record-nya itu kurang bagus, itu yakin Mahkamah Agung
tidak akan mempromosikan dia ke hakim Kelas IA khusus. Jadi, sanksi bagi
hakim, itu sesuatu yang tabu. Sesuatu yang tidak diinginkan. Jadi, jangankan
sanksi berat, sanksi ringan aja itu sesuatu yang pengen dihindari oleh para
hakim," tambahnya.
Sementara, direktur eksekutif Indonesia Judicial Research Society (IJRS),
Dio Ashar Wicaksana, mengatakan masalah yang sesungguhnya harus
menjadi perhatian bukan saja penindakan dan pemberian sanksi, namun
pencegahan dan perbaikan sistem.
Dia mengatakan pelanggaran etik oleh hakim yang terus menurus terjadi
adalah indikasi bahwa sistem tersebut tidak berjalan.
"Kita melihat kan kalau pelanggaran hakim itu sering dilakukan. Nah, itu kan
sudah mejadi suatu hal rutinitas yang terjadi. Dan itu sebenarnya yang harus
dibenahi adalah system. Karena itu saya berpandangan, tidak hanya dalam
hal penindakannya, tetapi bagaimana membuat fungsi pencegahannya," ujar
Dio via telpon, (19/10).
"Untuk menentukan fungsi pencegahannya seperti apa, kita harus tahu
bentuk-bentuk pelanggarannya seperti apa. Nah, hal itu yang sebenarnya
yang perlu ditelusuri adalah apa bentuk-bentuk pelanggarannya dan dibuat
suatu database dan disitu yang nanti jadi acuan dari KY ataupun Mahkamah
Agung, apa rekomendasi untuk perbaikan hakim," tambahnya.
Dio mengatakan publikasi hukuman disiplin oleh MA hanya memperlihatkan
aturan kode etik yang dilanggar seorang hakim, dimana sifatnya abstrak. Ia
berpendapat bahwa pelanggaran-pelanggaran harus ditelusuri secara detil
demi mengidentifikasikan akar permasalahan untuk diklasifikasi.
"Ditelusuri, apa sih akar permasahalannya. Dan itu harus di-connect dengan
bagaimana penyusunan kebijakan preventive ataupun perbaikan
kedepannya," kata Dio.
3.
Sumber: JawaPos,com
Judul: kasus Suap Penanganan Perkara, Hakim Agung Dijatah Rp 800 juta
4. Jawaban no 4
Pada masa sekarang, korupsi sudah bukan hal yang baru di lingkup
pemerintahan. Korupsi merupakan tindakan biasa, bahkan para pejabat
beramai-ramai melakukan korupsi untuk memperkaya diri. Berbagai upaya
hukum telah diterapkan, namun ternyata tidak mampu memberikan efek jera
bagi koruptor. Apapun alasannya, korupsi merupakan tindakan yang tidak
bisa dibenarkan dilihat dari aspek manapun. Banyak kepentingan publik
yang terbengkalai, juga kerugian negara yang sangat besar akibat dari
korupsi itu sendiri
Selain itu, korupsi juga memberikan dampak negatif di berbagai bidang yang
meliputi:
1. Bidang Demokrasi
Dampak akibat korupsi bagi negara yang utama adalah di bidang demokrasi.
Bagi Anda yang pernah menjadi Dewan Pemilih Tetap (DPT) saat pesta
demokrasi (pemilu) berlangsung pasti pernah mengetahui yang disebut
“serangan fajar”. Sejumlah calon tetentu memberikan imbalan uang bagi
siapa saja yang memilihnya saat pemilu, sehingga ia terpilih menduduki
jabatan tertentu. Pemberian imbalan uang tersebut sifatnya adalah sogokan.
Beberapa memang tidak memberikan uang untuk melancarkan jalannya
menduduki suatu jabatan, namun ia memberikan barang tertentu kepada
masyarakat. Apapun bentuk sogokan yang diberikan tersebut adalah salah
satu bentuk korupsi. Sayangnya, masyarakat Indonesia kebanyakan tidak
cukup cerdas untuk memikirkan dampak jangka panjang jika mereka
menerima sogokan tersebut.
Saya contohkan sebuah kasus ringan yang sangat sering terjadi saat pemilu.
Ada 2 orang dari daerah yang sama yang mencalonkan diri mejadi anggota
DPR. Sebut saja A dan B. Si A memiliki kepribadian pemimpin yang baik,
mampu mengayomi, memberikan bantuan untuk kasus-kasus sosial yang
terjadi di lingkungannya. Saat detik-detik menjelang berlangsungnya
pemilu, si A menggunakan cara yang jujur, sedangkan si B memberikan
uang kepada para calon pemilih agar ia terpilih menduduki kursi DPR.
Karena para pemilih yang memilih sogokan dan juga tidak memikirkan
dampak panjang, akibatnya si B yang justru terpilih menduduki kursi DPR,
padahal dari segi kemampuan, si A lebih kompeten dibanding si B. Itulah
salah satu contoh dampak korupsi bagi berjalannya demokrasi di Indonesia.
Maka jangan salah jika ada semboyan “Jadilah masyarakat yang baik jika
menginginkan pemimpin yang baik”.
2. Bidang Ekonomi
Maju tidaknya suatu negara biasa diukur dengan tingkat ekonomi negara
tersebut. Dan penelitian juga telah membuktikan, makin maju suatu negara
biasanya diikuti dengan makin rendahnya tingkat korupsu negara tersebut.
Korupsi memang biasa terjadi di negara-negara berkembang. Maka tidak
heran pula, jika negara-negara berkembang memiliki perekonomian yang
tidak baik dan relatif tidak stabil. Bahkan pada beberapa kasus, sering
ditemukan perusahaan-perusahaan yang memiliki koneksi dengan pejabat
mampu bertahan dan dilindungi dari segala macam persaingan. Akibatnya,
perusahaan-perusahaan yang tidak efisien bertahan dan justru merugikan
perekonomian negara.
Dampak ini bisa terjadi pada pelaku korupsi juga pada masyarakat umum.
Bagi pelaku korupsi, ia akan dikuasai oleh rasa tak pernah cukup. Ia akan
terus-menerus melakukan upaya untuk menguntungkan diri sendiri sehingga
lambat laun ia akan menuhankan materi. Bagi masyarakat umum, tingginya
tingkat korupsi, lemahnya penegakan hukum, akan membuat masyarakat
meninggalkan budaya kejujuran dengan sendirinya. Pengaruh dari luar akan
membentuk kepribadian yang tamak, hanya peduli pada materi, dan tidak
takut pada hukum.
Dampak korupsi bagi negara yang paling penting adalah tidak adanya
kepercayaan terhadap lembaga pemerintah. Sebagai pengamat, masyarakat
Indonesia saat ini sudah semakin cerdas untuk menilai sebuah kasus.
Berdasarkan pengamatan, saat ini masyarakat Indonesia tidak pernah merasa
puas dengan tindakan hukum kepada para koruptor. Banyak koruptor yang
menyelewengkan materi dalam jumlah yang tidak sedikit, namun hanya
memperoleh hukuman tidak seberapa. Akibatnya, rakyat tidak lagi percaya
pada proses hukum yang berlaku. Tidak jarang pula masyarakat lebih senang
main hakim sendiri untuk menyelesaikan sebuah kasus. Hal tersebut
sebenarnya merupakan salah satu tanda bahwa masyarakat Indonesia sudah
tidak percaya dengan jalannya hukum, terutama dengan berbagai tindakan
yang diambil oleh pemerintah dalam menangani kasus korupsi.
5. Jawaban no 5
Faktor penyebab korupsi dibagi menjadi dua. Yaitu diantaranya faktor internal dan
faktor eksternal, yang masing-masing faktor tersebut memiliki beberapa poin-poin .
faktor internal
Yang menjadi penyebab akibat terjadinya korupsi pada faktor internal adalah :
Pada sifat rakus tersebut artinya manusia tidak mudah puas dengan apa yang
dimilikinya saat ini. Mereka cenderung merasa kurang dengan apa yang mereka miliki
dan hal tersebut akan mendorong manusia tersebut untuk melakukan korupsi.
Gaya hidup yang konsumtif yaitu dalam segi kehidupan mereka sehari-hari berlebihan,
atau dapat disebut juga dengan gaya hidup yang boros. Gaya hidup yang semacam ini
akan mendorong mereka untuk melakukan korupsi karena apabila dari penghasilan
mereka tidak mencukupi untuk memenuhi gaya hidup mereka yang boros.
Faktor internal yang menyebabkan korupsi salah satunya yaitu akibat moral manusia
yang kurang kuat. Artinya moral yang mereka miliki sangat kurang dan mereka lebih
mementingkan kepentingan mereka sendiri.
Faktor eksternal
Politik
Faktor politik mempengaruhi terjadinya korupsi karena pada dasarnya politik sendiri
berhubungan dengan kekuasaan. Artinya siapapun orang tersebut pasti akan
menggunakan berbagai cara, bahkan melakukan korupsi demi mendapatkan
kekuasaan tersebut. Faktor politik terbagi menjadi dua yaitu kekuasaan dan stabilitas
politik.
Hukum
Pada faktor hukum dapat dilihat dari sistem penegakan hukum yang hanya pro pada
pihak-pihak tertentu saja yang memiliki kepentingan untuk dirinya sendiri. Faktor hukum
juga dibagi menjadi dua yaitu konsistensi penegakan hukum dan kepastian hukum.
Ekonomi
Faktor ekonomi juga salah satu faktor yang meyebabkan terjadinya korupsi. Hal
tersebut dapat dilihat dari apabila gaji atau pendapatan seseorang tersebut tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Faktor ekonomi juga
terbagi menjdai dua yaitu gaji atau pendapatan dan sistem ekonomi.
Organisasi
6.Jawaban no 6
1.Penanaman Semangat Nasional
Mencatat ulang aset- aset yang sudah di miliki juga penting, dengan begitu jika ada
penggandaan aset. Aset tersebut menjadi ada dalam bentuk barang, sehingga
pendataan tersebut menyatakan barang ada, dan benar- benar barang tersebut di
tambah pengadaannya. Lain lagi jika barang tersebut hanya ada dalam laporan
namun tidak ada barang nyatanya, sudah tentu laporan tersebut merupakan laporan
palsu yang dilakukan oleh aparat. [AdSense-B]
6. Penindakan
Dalam undang-undang tertulis jelas mengenai hukuman untuk pelaku tindak
korupsi. Hukuman tersebut merupakan salah satu upaya untuk mencegah korupsi
yaitu pemberian sanksi hukuman. Penindakan dilakukan dengan memberi
hukuman berupa di pidanakan ataupun sanksi pemecatan.
Memang upaya penindakan pada saat ini dirasa masih kurang efektif dari beberapa
hal. Namun tetap saja upaya penindakan harus tetap dilakukan guna mnecegah
semakin banyak pelaku tindak korupsi dan tidak tahu mau diapakan mereka jika
tidak ada penindakan.
7. Upaya Edukasi
Upaya ini hampir sama dengan dengan penyuluhan, hanya saja upaya edukasi
dilakukan sebagai salah satu mata kuliah ataupun salah satu mata pelajaran. Upaya
edukasi bisa mencapai poin maksimal jika edukasi dilakukan dengan tepat dan
mnegenai sasaran yang tepat pula.