Anda di halaman 1dari 18

Tugas Mahkamah Agung (MA) dan Wewenangnya

Menurut UUD 1945

Mahkamah Agung atau disingkat MA, merupakan sebuah lembaga tinggi di dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia sebagai pemegang kekuasaan kehakiman bersama
Mahkamah Konstitusi. Dasar hukum MA diatur dalam UUD 1945 yang menjelaskan
mengenai fungsi, tugas dan wewenang Mahkamah Agung sebagai lembaga kehakiman
negara.

Dalam UUD 1945 pasal 24 ayat 2 menjelaskan bahwa kekuasaan kehakiman


dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Adapun calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial (KY) kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan oleh
Presiden. Sementara ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim
agung sesuai aturan undang-undang.

Tugas-tugas Mahkamah Agung diatur dalam UUD 1945 pasal 24C ayat 1 dan 2,
termasuk menjelaskan fungsi dan wewenang MA, di antaranya yaitu untuk mengadili pada
tingkat kasasi, melakukan peninjauan kembali, memutuskan sengketa, menguji perundang-
undangan dan sebagainya.
A. Tugas Mahkamah Agung (MA)

1) FUNGSI PERADILAN
a) Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan
pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan
hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar semua
hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara
adil, tepat dan benar.
b) Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang
memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir
semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
o permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34
Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985)
o semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan
muatannya oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan
peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan Pasal 78 Undang-undang
Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)
c) Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-
undang tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya)
bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

2) FUNGSI PENGAWASAN
a) Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya
peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang
dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar
dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan
memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok
Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
b) Mahkamah Agunbg juga melakukan pengawasan :
o Terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan
perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman,
yakni dalam hal menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan
setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan meminta keterangan
tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan serta
memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa
mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-undang Mahkamah
Agung Nomor 14 Tahun 1985).
o Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut
peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14
Tahun 1985).
3) FUNGSI MENGATUR
a) Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum
cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai
pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-
undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
b) Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana
dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-
undang.
4) FUNGSI NASEHAT
a) Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-
pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain
(Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah
Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam
rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah
Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang
Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan
kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku
Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam
memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini
belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.
b) Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi
petunjuk kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka
pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang
No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).
5) FUNGSI ADMINISTRATIF
a) Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer
dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1)
Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administratif dan
finansial sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang
bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35
Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
b) Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab,
susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang
No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun
1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
6) FUNGSI LAIN-LAIN
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2)
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14
Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain
berdasarkan Undang-undang.
B. Contoh berita tentang Pelaksanaan Wewenang Mahkamah Agung
(MA)

1. KETUA MAHKAMAH AGUNG R.I. TANDA TANGANI DEKLARASI BANGKOK 2019


PADA PERTEMUAN KE-7 CACJ

Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Prof. Dr. M. Hatta Ali, SH.,
MH., menandatangani Deklarasi Bangkok sebagai hasil dari Pertemuan ke-7
Perhimpunan Ketua Mahkamah Agung se-ASEAN (Council of ASEAN Chief Justices
(CACJ) ) yang dilaksanakan pada tanggal 22 November 2019 di Phuket (Thailand).
Penandatanganan Deklarasi Bangkok tersebut dilaksanakan di Mahkamah Agung
Kerajaan Thailand di Bangkok pada tanggal 23 November 2019. Selain Ketua MA
Republik Indonesia, Deklarasi Bangkok ditandatangani pula oleh YM Pengiran Datin
Paduka Hajjah Rostaina (Perwakilan dari Ketua MA Brunei Darussalam), YM You
Ottara (Wakil Ketua MA Kamboja), YM Khampha Sengdara (Ketua MA Laos), YM
Tan Sri Dato’ Seri Utama Tengku Maimun binti Tuan Mat (Ketua MA Malaysia), YM
Htun Htun Oo (Ketua MA Myanmar), YM Diosdado Peralta (Ketua MA Fjilipina), YM
Sundaresh Menon (Ketua MA Singapura), YM Slaikate Wattanapan (Ketua MA
Thailand), dan YM Nguyen Hoa Binh (Ketua MA Viet Nam).

Dalam deklarasi Bangkok yang ditandatangani oleh Para Ketua atau Wakil
Ketua MA Se-ASEAN tersebut terdapat 25 poin yang disepakati dan diakui bersama
oleh MA Negara-negara ASEAN diantaranya :

1. Semua Mahkamah Agung di ASEAN sepakat untuk melakukan pembaruan (update)


terhadap konten ASEAN Judiciaries Portal (AJP) pada halaman masing-masing
Negara terkait dengan sistem hukum dan peradilan serta iklim berusaha di masing-
masing Negara.
2. Semua Mahkamah Agung di ASEAN sepakat untuk meningkatkan kualitas
konten AJP melalui kolaborasi dengan berbagai organisasi di Negara masing-masing
diantaranya firma-firma hukum, lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian
hukum dan peradilan, serta perguruan tinggi.
3. Semua Mahkamah Agung di ASEAN sepakat mempercayakan kepada Malaysia agar
bekerjasama dengan Biro Tetap dari Konvensi Den Haag (HCCH) untuk
melaksanakan masterclass bagi para hakim dan aparat penegak hukum di kawasan
ASEAN terkait dengan Konvensi Den Haag tentang Pengambilan Bukti di Luar Negeri
untuk Masalah-masalah Perdata dan Niaga, serta Konvensi Den Haag tentang
Pengakuan dan Pelaksanaan putusan Pengadilan Asing dalam Bidang Perdata dan
Niaga.
4. Semua Mahkamah Agung di ASEAN sepakat mempercayakan kepada Working Group
on Case Management and Court Technology untuk menyampaikan Laporan pada
pertemuan CACJ berikutnya terkait pedoman yang sesuai dengan ketentuan hukum
dan yang mengarah pada pengembangan, penyebaran dan penggunaan artificial
intelligence dalam proses administrasi peradilan, penjatuhan Putusan, proses
peradilan, dan proses manajemen perkara.
5. Semua Mahkamah Agung di ASEAN sepakat Working Group on Judicial Education
and Training untuk mengadopsi dan mempublikasi rencana kerja 2020-2025 serta :
6. agar semua Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan dari semua Mahkamah Agung
ASEAN diberikan rencana kerja 2020-2025 tersebut sehingga mereka dapat
bertemu, mengusulkan serta memobilisasi sumber-sumber daya dan dukungan
yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan rencana kerja tersebut
7. Bagi Indonesia dan Filipina untuk mengindentifikasi sumber-sumber pembiayaan
secara internal dan eksternal untuk mendapatkan persetujuan CACJ melalui dialog
dengan mitra-mitra dialog potensial dengan memaparkan rencana kerja 2020-2025
dan mendiskusikan kerjasama dan dukungan dalam rangka implementasi rencana
kerja tersebut.
8. Semua Mahkamah Agung di ASEAN mengakui bahwa Working Group on Cross-border
Disputes involving Children telah : Secara signifikan mendorong prosedur bersama
dalam menangani kasus-kasus terkait dengan sengketa lintas batas Negara yang
melibatkan anak, dan template profil masing-masing Negara untuk meningkatkan
penyebaran informasi terkait sistem hukum dan perundang-undangan yang berlaku
di tiap Negara mengenai hal tersebut.
9. Membuat kemajuan penting melalui pengembangan sebuah Kode Etik bagi
Mediator yang bersifat tidak mengikat yang mecakup nilai-nilai yang dicita-citakan
serta standar minimum dalam melakukan mediasi terkait dengan sengketa lintas
batas Negara yang melibatkan anak.
10. Sepakat untuk tetap melanjutkan Forum Hakim Keluarga ASEAN (AFJF)
sebagai platform bagi program pelatihan, pembelajaran dan saling berbagi
informasi terkait dengan sengketa lintas batas Negara yang melibatkan anak di
kawasan ASEAN.
11. Sepakat untuk menjajaki peluang pertemuan ke-3 AFJF bersamaan dengan
pelaksanaan The Hague Conference on Private International Law (HCCH) 2020
Judicial Roundtable yang mencakup Konvensi Den Haag 1980 tentang Aspek
Perdata dari Penculikan Anak secara Internasional dan Konvensi Den Haag 1980
tentang Tanggung Jawab Parental dan Perlindungan terhadap Anak.
12. Semua Mahkamah Agung di ASEAN sepakat agar Working Group on ASEAN+
Meeting melakukan identifikasi terhadap lembaga-lembaga peradilan dan
organisasi-organisasi yang diharapkan bisa bekerjasana dan menetapkan parameter
kerjasama dengan setiap Negara atau organisasi berdasarkan kerangka kerja
berikut :
13. Hal-hal yang dibutuhkan oleh lembaga-lembaga peradilan di wilayah ASEAN terkait
dengan pendidikan, pelatihan, kerjasama peradilan, dan integrasi sistem hukum
sebagaimana pula sebaliknya dari partner strategis CACJ
14. Area-area khusus yang bersifat relevan, dapat dilaksanakan, dan menguntungkan
bagi lembaga-lembaga peradilan di ASEAN yang dapat dipelajari dari partner
strategis CACJ
15. Keuntungan-keuntungan praktis yang dapat dicapai melalui kemitraan tersebut
terkait dengan pendidikan, pelatihan, kerjasama peradilan, dan integrasi sistem
hukum.
16. Semua Mahkamah Agung di ASEAN sepakat untuk menyetujui Draft
Model Pedoman Perilaku Peradilan (Model Principles) yang dipresentasikan
oleh Study Group on the Future Work of CACJ dan Model Principles tersebut akan
diunggah ke halaman AJP.
17. Semua Mahkamah Agung di ASEAN sepakat mempercayakan kepada Working
Group on Facilitating Service of Civil Processes within ASEAN untuk melakukan studi
kelayakan terkait adopsi atas Model Rule tentang Pengambilan Bukti untuk
Kepentingan Proses Persidangan di Luar Negeri, dan menayampikan hasil
laporannya kepada CACJ pada pertemuan CACJ berikutnya.
Dalam kesempatan tersebut, semua Mahkamah Agung ASEAN juga sepakat
menunjuk Mahkamah Agung Vietnam sebagai tuan rumah pelaksanaan Pertemuan
ke-8 Perhimpunan Ketua Mahkamah Agung se-ASEAN (Council of ASEAN Chief
Justices (CACJ) ) pada tahun 2020. Delegasi Mahkamah Agung Republik Indonesia
dalam penandatanganan Deklarasi Bangkok terdiri atas YM Prof. Dr. M. Hatta Ali,
SH., MH. (Ketua MA) beserta istri, YM Dr. M. Syarifuddin, S.H., M.H. (Wakil Ketua
MA Bidang Yudisial) beserta istri, YM I Gusti Agung Sumanatha, S.H., M.H. (Hakim
Agung), YM Dr. Ibrahim, S.H., LL.M (Hakim Agung), Susilowati, S.H., M.H (Hakim
Tinggi PT Bangka Belitung diperbantukan pada Mahkamah Agung R.I.) dan Swandy
Halim, S.H., M.Sc (Sekretaris ALA Indonesia).

Acara penandatanganan Deklarasi Bangkok dilanjutkan dengan tour keliling


gedung baru Mahkamah Agung Kerajaan Thailand dan diakhiri jamuan makan
malam oleh YM Slaikate Wattanapan (Ketua Mahkamah Agung Thailand) kepada
seluruh delegasi yang menghadiri penandatanganan Deklarasi Bangkok.
2. WAKIL KETUA MA BIDANG NON YUDISIAL MEMBUKA ACARA PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN SERTIFIKASI HAKIM LINGKUNGAN HIDUP

Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Non Yudisial Dr. Sunarto, SH., MH
membuka acara pendidikan dan pelatihan sertifikasi Hakim Lingkungan Hidup bagi
hakim tingkat pertama dan banding lingkungan peradilan umum dan Tata Usaha
Negara seluruh Indonesia, bertempat di Auditorium gedung Pusdiklat Litbang
Hukum dan Peradilan, Ciawi Bogor pada hari Selasa,19/11/2019.

Dalam sambutannya Wakil Ketua MA Bidang Non Yudisial mengatakan


bahwa untuk mendukung upaya perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup,
Mahkamah Agung RI juga telah menerbitkan peraturan terkait hukum lingkungan
yaitu:

1. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 134/KMA/SK/IX/2011


tentang Sertifikasi Hakim Lingkungan.
2. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 178/KMA/SK/XI/2011 tentang
Pembentukan Tim Seleksi Dalam Sistim Sertifikasi Hakim Lingkungan Hidup.
3. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 26/KMA/SK/II/2013 tentang
Sistem Seleksi dan Pengangkatan Hakim Lingkungan Hidup
4. Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor 36/KMA/SK/II/2013 tentang
Pemberlakuan Pedoman Penanganan Perkara Lingkungan Hidup
5. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 204/KMA/SK/XII/2014
tentang Pembentukan Kelompok Kerja Lingkungan Hidup Nasional.
6. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 36/KMA/SK/III/2015 tentang
Perubahan Atas Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
134/KMA/SK/X/2011 tentang Sertifikasi Hakim Lingkungan Hidup.
7. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 37/KMA/SK/III/2015 tentang
Sistim Pemantau Dan Evaluasi Sertifikasi Hakim Lingkungan Hidup.
Sengketa lingkungan hidup memiliki karakteristik kerumitan tersendiri
karena banyak ditemui adanya scientific evidence (bukti ilmiah), oleh karena itu
para hakim harus jeli dalam menerapkan asas kehati-hatian (precautionary
principle) yang berfungsi untuk menjembatani ketidakpastian informasi ilmiah dan
tanggung jawab politik untuk mencegah kerusakan ekosistem. Oleh sebab itu,
sengketa lingkungan hidup dan sumber daya alam perlu ditangani secara khusus
oleh hakim bersertifikat. Sertifikasi hakim lingkungan hidup merupakan langkah
konkret.

Mahkamah Agung dalam meningkatkan kompetensi hakim yang akan


memeriksa dan mengadili perkara lingkungan hidup, dan untuk menentukan
seberapa tinggi kompetensi yang dimiliki oleh mereka sehingga mereka dapat
diangkat sebagai hakim lingkungan hidup, serta memastikan penegakan hukum
lingkungan hidup dan sumber daya alam yang baik berjalan di Indonesia, tutur
Sunarto.

Hakim lingkungan hidup diharapkan memiliki tujuh kompetensi inti yaitu:

1. Pemahaman Dasar Ilmu Lingkungan dan Sumber Daya Alam.


Yaitu serangkaian pengetahuan, keterampilan dan ciri kepribadian
yang memudahkan hakim lingkungan mengenali gejala dan isu lingkungan
serta mendorong kecenderungan untuk memandang gejala dan isu
lingkungan berdasarkan orientasi pertumbuhan berkelanjutan yang
berkeadilan (equity).
2. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam.
Adalah kemampuan memanfaatkan kerangka pengetahuan
lingkungan dan isinya secara konsisten dan koheren untuk mengenali dan
menilai praktek manajemen lingkungan hidup baik oleh pemerintah,
LSM/NGO maupun pengusaha yang bisnisnya terkaitan dengan lingkungan
hidup.
3. Etika Lingkungan dan Sumber Daya Alam
Adalah kemampuan penalaran untuk menghasilkan putusan
mengenai apa yang baik bagi lingkungan hidup berdasarkan prinsip-prinsip
etika umum, prinsip-prinsip etika lingkungan dan kaidah-kaidah
pelestarian lingkungan hidup.
4. Hukum Lingkungan dan Sumber Daya Alam
Adalah pengetahuan mengenai ketentuan hukum yang mengatur
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,pemeliharaan, pengawasan dan
penegakan hukum tentang lingkungan hidup dan sumber daya alam, serta
kemampuan untuk menerapkan ketentuan itu dalam penyelesaian
perkara.
5. Hukum Acara untuk Perkara Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam
Adalah pengetahuan mengenai ketentuan yang mengatur bagaimana
cara dan siapa yang berwenang menegakkan hukum materiil dalam hal
terjadi pelanggaran terhadap hukum materiil, serta kemampuan untuk
menerapkan ketentuan itu dalam penyelesaian perkara termasuk menilai
valid atau tidaknya bukti ilmiah dan menilai sahih atau tidaknya bukti
ilmiah itu sebagai bukti hukum.
6. Integritas
Kompetensi integritas yang didasari prinsip pertumbuhan
berkelanjutan dengan equity adalah kemampuan untuk memelihara
norma sosial, etis dan profesi hakim, serta kaidah dan standar pengelolaan
lingkungan hidup yang berkelanjutan dan adil.
7. Judicial Activism (Penalaran Legal, Argumentasi Legal Dan
Rechtsvinding/Penemuan Hukum)
Yaitu serangkaian pengetahuan, keterampilan dan ciri kepribadian
yang mendukung dan mendorong hakim untuk dapat menemukan dan
menggali nilai-nilai hukum terkait lingkungan hidup tidak tertulis yang
hidup di masyarakat sesuai dengan prinsip dan aturan hukum, ungkap
mantan Badan Pengawasan. Diklat sertifikasi hakim lingkungan hidup
angkatan IX tahun 2019, diikuti oleh 81 Hakim yang terdiri dari 63 Hakim
dari Peradilan Umum dan 18 Hakim dari Peradilan Tata Usaha Negara.

Diakhir sambutan Wakil Ketua MA Bidang Non Yudisial, saya akan mengutip
perkataan Zig Ziglar, seorang pakar motivasi internasional tentang
integritas, “Integrity gives you real freedom, because you have nothing to fear
since you have nothing to hide.” Integritas akan membuat anda bebas, sebab anda
tidak menyembunyikan suatu apapun.
Acara pendidikan dan sertifikasi Hakim lingkungan ini dihadiri oleh Kepala
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknis Peradilan pada Balitbang Diklat Kumdil
Mahkamah Agung, Sekretaris Badan Diklat Kumdil dan para widiaswara.

3. MAHKAMAH AGUNG : BEKERJA TANPA BATAS DENGAN PELAYANAN YANG


BERKWALITAS

Acara Rapat Pleno Mahkamah Agung tahun 2019 yang diselenggarakan di


Hotel Intercontinental Dago, Bandung, Minggu 3/11/2019, Kepaniteraan
Mahkamah Agung melalui Bapak Panitera MA Made Rawa Aryawan menympaikan
Bahwa pada Tahun 2019 dari januari sampai dengan Desember telah meregistrasi
16.505 Perkara, meningkat 22,78% dibanding priode yang sama di tahun 2018
yang meregistrasi sebanyak 13.444 perkara, sementara perkara yang diputus oleh
Mahkamah Agung pada periode Januari sd Septemner 2019 sebanyak 13.217
perkara, Tahun 2018 yang memutus sebanyak 11.372 perkara.
Sisa perkara pada akhir bulan September 2019 sebanyak 4195 perkara,
meningkat 21,24% dibanding priode yang sama di tahun 2018 yang berjumlah
3460 perkara. Sementara Rasio Memutus Perkara Mahkamah Agung priode
Januari sd September 2019 sebesar 75,91%, jumlah ini berkurang 0,76% dibanding
priode yang sama di tahun 2018 yang mencapai 76,67%.

 Rerata Waktu Memutus Perkara

Peningkatan kinerja penanganan perkara tidak hanya ditunjukkan dari sisi


peningkatan jumlah perkara yang diputus tahun 2019 sebesar 16,22%, namun
juga dari cepatnya proses pemeriksaan perkara. Dari jumlah 13.217 perkara yang
diputus pada priode januari sampai dengan September 2019, sebanyak 12.612
perkara (95,43%) diputus dalam waktu 1-3 bulan, sebanyak 590 perkara (4,46%)
diputus 3-6 bulan, sebanyak 12 perkara (0,09%) diputus dalam waktu 6-12 bulan
dan 3 perkara (0,02%) diputus dalam waktu 12-24 bulan.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kepatuhan majelis hakim agung
terhadap ketentuan waktu memutus perkara sebagaimana diatur dalam SK KMA
114/2014 mencapai angka sangat tinggi yaitu 95,43%, ungakap Made Rawa.

 Target Capaian Kinerja AKhir Tahun

Mahkamah agung dalam satu dasawarsa terakhir selalu mencetak rekor


terbaik penanganan perkara dalam setiap tahunnya. Sebagai contoh, sisa perkara
MA tahun 2016 berjumlah 2950 dinyatakan sebagai sisa terkecil dalam sejarah
MA. Rekor tersebut melampaui pada tahun 2017 dengan jumlah sisa perkara MA
sebanyak 1388 perkara. Rekor kinerja terbaik tahun 2017 kembali dapat
dipecahkan di tahun 2018 dengan sisa perkara sebanyak 906 perkara. Tahun 2019
MA bertekat untuk memecahkan semua rekor terbaik penanganan perkara yang
telah di raih tahun2 sebelumnya, baik dari jumlah sisa, jumlah putus, rerata waktu
memutus maupun parameter lainnya.

Percepatan Proses Penyelesaian Perkara ini kami lakukan dalam rangka


memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat pencari keadilan, ujar Ketua
Mahkamah Agung, H.M. Hatta Ali.
4. PERUMUSAN DAN DISKUSI HASIL RAPAT PLENO KAMAR TEKNIS DAN NON
TEKNIS MAHKAMAH AGUNG RI TAHUN 2019

Bandung - Humas :"Memasuki hari ke - 2 Rapat Pleno Kamar Mahkamah


Agung RI tahun 2019, sesuai dengan Agenda, para pimpinan Mahkamah Agung RI
dan seluruh peserta Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung RI Tahun 2019
mengikuti senam pagi dan jalan sehat di area Dago Pakar Bandung, dilanjutkan
dengan pembahasan Rapat Pleno Kamar yang dibagi menjadi :

 Pleno Kamar Teknis


a) Kamar Pidana
Dengan Pimpinan Rapat :
Dr. suhadi SH, MH
Anggota :
Hakim Agung Kamar Pidana
Hakim Ad Hoc Tipikor
Panitera Muda Perkara Pidana,
Panitera Muda Perkara Pidana Khusus
Panitera Muda Kamar Pidana
Panitera Pengganti Kamar Pidana
b) Kamar Perdata
Dengan Pimpinan Rapat :
Dr.H.M Syarifuddin SH, MH
Anggota :
Hakim Agung Kamar Perdata
Hakim Adhoc PHI
Panitera Muda Perkara Perdata
Panitera Muda Perkara Perdata Khusus
Panitera Pengganti Kamar Perdata
c) Kamar Agama
Dengan Pimpinan Rapat :
Dr. H. Amran Suadi SH, MH
Anggota :
Hakim Agung Kamar Agama
Panitera Muda Perdata Agama
Panitera Pengganti Kamar Agama
d) Kamar Tata Usaha Negara
Dengan Pimpinan Rapat :
Dr. Supandi SH, MH
Anggota :
Hakim Agung Kamar TUN
Panitera Muda Kamar TUN
Panitera Pengganti Kamar TUN
e) Kamar Militer
Dengan Pimpinan Rapat :
Dr. Drs. Burhan Dahlan,.SH.,MH
Anggota :
Hakim Agung Kamar Militer
Panitera Muda Perkara Militer
Panitera Pengganti Perkara Militer

 Pleno Kamar Non Teknis


a) Kamar Sekretariat.
Dengan Pimpinan Rapat :
Dr. H.Sunarto SH.,MH
Anggota :
Panitera Mahkamah Agung RI
Sekretaris Mahkamah Agung RI
Dirjen Badan Peradilan Umum
Dirjen Badan Peradilan Agama
Dirjen Badan Peradilan Militer dan Tata Usaha Negara
Kepala Badan Pengawasan
Kepala Badan Litbang Diklat Hukum dan Peradilan.

Selanjutnya, Tim Perumus membacakan dan menyerahkan hasil rumusan


Pleno Kamar kepada Para Pimpinan dan mendengarkan masukan,tanggapan
serta sumbang saran dari seluruh peserta Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung RI
tahun 2019.

Di penghujung acara Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung RI Tahun 2019,


Yang Mulia Ketua Mahkamah Agung RI, Prof. Dr. H. M Hatta Ali, SH.,MH
mengucapkan terimakasih kepada seluruh peserta Rapat Pleno Kamar MA RI
Tahun 2019 yang telah berpartisipasi dalam kegiatan ini sehingga Rapat Pleno
kamar MA RI Tahun 2019 dapat berjalan dengan lancar.

5. SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG RI MELANTIK 1 WIDYAISWARA AHLI UTAMA, 4


PEJABAT STRUKTURAL ESELON II DAN 1 PEJABAT STRUKTURAL ESELON III

Jakarta – Humas MA: Sekretaris Mahkamah Agung, A.S Pudjoharsoyo, SH.,


MH, melantik 7 ( Tujuh) orang yang terdiri dari 1 Widyaiswara Ahli Utama , 4
Pejabat Struktural Eselon II dan 1 Pejabat Struktural Eselon III pada Kamis, 31
Oktober 2019 di gedung Mahkamah Agung lt. 2, Jakarta.

 WidyaIswara Ahli Utama yang dilantik, yaitu :

1. Jeanny Hilderia Veronica Hutauruk, SE.,Ak.,MM sebagai Widyaiswara Ahli Utama


pada Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan pelatihan Hukum dan
Peradilan Mahkamah Agung RI.

 Pejabat Struktural Eselon II yang dilantik , yaitu :

1. Dr.Abdullah, SH.,MS Sebagai Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat pada
Badan Urusan Administrasi Mahkamah Agung RI.
2. Bambang Hery Mulyono, SH.,MH sebagai Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Teknis Peradilan pada Balitbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI.
3. Kolonel CHK Kiswari, SH sebagai Direktur Pembinaan Tenaga Teknis dan
Administrasi Peradilan Militer dan TUN Mahkamah Agung RI.
4. Dra. Nur Djannah Syaf, SH.,MH sebagai Direktur Pembinaan Administrasi
Peradilan Agama pada Ditjen Badilag Mahkamah Agung RI.
 Pejabat Struktural Eselon III yang dilantik, yaitu :

1. Dr. Sultan S.Ag.,SH.,MH sebagai Kepala Sub Direktorat Mutasi Hakim pada
Direktorat Pembinaan Tenaga Teknis Peradilan Agama pada Ditjen Badilag
Mahkamah Agung RI.

Dalam acara pelantikan yang dihadiri oleh Pejabat Eselon I, II III dan IV pada
lingkungan Mahkamah Agung. para pejabat yang dilantik bersumpah akan
memenuhi kewajiban dengan sebaik baiknya dan seadil – adilnya, memegang
teguh Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan
menjalankan segala Peraturan Perundang–undangan dengan selurus – lurusnya
menurut Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
berbakti kepada nusa dan bangsa.

C. Hubungan Contoh Berita dengan Pelaksanaan Wewenang


Mahkamah Agung (MA)

1. Berita I : KETUA MAHKAMAH AGUNG R.I. TANDA TANGANI DEKLARASI BANGKOK


2019 PADA PERTEMUAN KE-7 CACJ
 Pada berita pertama, di informasikan bahwa Ketua Mahkamah Agung
menandatangani Deklarasi Bangkok pada pertemuan CACJ. Hal tersebut
sejalan dengan wewenang Mahkamah Agung bersadarkan UUD NRI Tahun
1945, yaitu fungsi nasehat (memberikan nasihat-nasihat atau
pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum).
2. Berita II : WAKIL KETUA MA BIDANG NON YUDISIAL MEMBUKA ACARA
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SERTIFIKASI HAKIM LINGKUNGAN HIDUP
 Pada berita kedua, di informasikan bahwa Wakil Ketua Mahkamah Agung
bidang non yudisialmembuka acara serta memberikan pendidikan dan
pelatihan juga sertifikasi untuk para hakim. Hal tersebut sejalan dengan
wewenang Mahkamah Agung bersadarkan UUD NRI Tahun 1945, yaitu
fungsi pengawasan terhadap para hakim.

3. Berita III : MAHKAMAH AGUNG : BEKERJA TANPA BATAS DENGAN PELAYANAN


YANG BERKUALITAS
 Pada berita ketiga, di informasikan mengenai kasus-kasus yang sudah
dipecahkan oleh mahkamah agung, baik persentase maupun grafik. Hal
tersebut sejalan dengan wewenang Mahkamah Agung bersadarkan UUD
NRI Tahun 1945, yaitu fungsi pengadilan.

4. Berita IV : PERUMUSAN DAN DISKUSI HASIL RAPAT PLENO KAMAR TEKNIS DAN
NON TEKNIS MAHKAMAH AGUNG RI TAHUN 2019
 Pada berita keempat, di mengenai hasil keputusan rapat Pleno Kamar yang
telah dilaksanakan Mahkamah Agung. Hal tersebut sejalan dengan
wewenang Mahkamah Agung bersadarkan UUD NRI Tahun 1945, yaitu
fungsi administratif (Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta
tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan
Pengadilan).

5. Berita V : SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG RI MELANTIK 1 WIDYAISWARA AHLI


UTAMA, 4 PEJABAT STRUKTURAL ESELON II DAN 1 PEJABAT STRUKTURAL
ESELON III
 Pada berita kelima, di informasikan bahwa sekretaris Mahkamah Agung
melantik Widyaiswara Ahli Utama serta beberapa pejabat struktural
Eselon. Hal tersebut sejalan dengan wewenang Mahkamah Agung
bersadarkan UUD NRI Tahun 1945, yaitu fungsi administratif (Mahkamah
Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan
organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan).

Anda mungkin juga menyukai