Anda di halaman 1dari 6

16.Apa kepanjangan dari N.O.? Apa artinya? Apakah N.O. itu merupakan Putusan Hakim?

Apa yang
melatar-belakangi terjadinya N.O.? Mengapa? Jelaskan !

Jawaban:

Kepanjangan dari N.O ialah Niet Ontvankelijke. Putusan NO merupakan putusan yang
menyatakan bahwa gugatan tidak dapat diterima karena alasan gugatan mengandung cacat
formil.

Ini artinya, gugatan tersebut tidak ditindaklanjuti oleh hakim untuk diperiksa dan diadili
sehingga tidak ada objek gugatan dalam putusan untuk dieksekusi. Lain halnya jika putusan
tersebut menyatakan bahwa seluruh gugatan dikabulkan atau dikabulkan sebagian. Putusan itu
harus dijalankan oleh panitera atas perintah hakim dan pihak yang menang berhak memaksa
pihak lawan untuk mematuhi putusan hakim itu sesuai penjelasan Pasal 195 HIR.

Yang melatar-belakangi terjadinya N.O ini dapat kita lihat dalam Yurisprudensi Mahkamah
Agung RI No.1149/K/Sip/1975 tanggal 17 April 1975 jo. Putusan Mahkamah Agung RI
No.565/K/Sip/1973 tanggal 21 Agustus 1973, jo. Putusan Mahkamah Agung RI
No.1149/K/Sip/1979 tanggal 7 April 1979 yang menyatakan bahwa terhadap objek gugatan yang
tidak jelas, maka gugatan tidak dapat diterima.

17.Salah satu fungsi Mahkamah Agung (M.A.) adalah Mengatur. Apa maksudnya? Mengapa harus ada
fungsi tersebut? Apa produk hukum dari M.A.? Jelaskan !

Jawaban:

Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan
peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah
Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan

Fatwa MA, PERMA, SEMA

18.Apa itu asas Similia Similibus? Apa manfaat dari dipraktikkannya asas tersebut? Lebih cenderung pada
terwujudnya Justice (Keadilan), atau Certainly of Law (Kepastian Hukum)? Jelaskan !

Jawaban:

Prinsip yang mengatakan bahwa seharusnya hakim membuat putusan yang sama terhadap kasus yang
sama.
Manfaat dilaksanakan asas ini adalah : untuk mencapai suatu kepastian hukum

Iya, jelas mencerminkan kepastian hukum, karena terhadap perkara yang serupa juga diberikan putusan
yang sama. Asas ini diterapkan dalam sistem hukum common law, di mana menganut sumber hukum
utamnya adalah yurisprudensi (putusan hakim yang sebelumnya)

19.Pengumuman Mahkamah Agung menyatakan bahwa perkara hukum Bisnis Syari’ah dapat
diselesaikan melalui Peradilan Umum atau Peradilan Agama. Apa yang menjadi latar-belakangnya
(dasarnya)? Apa yang Polemik? Jelaskan !

20.Mengapa Mahkamah Agung didefiniskan sebagai pihak yang mengadili pada tingkat Kasasi? Apakah
berarti Mahkamah Agung tidak berhak menangani Peninjauan Kembali (Herziening)? Jelaskan !

Jawaban:

MA sebagai lembaga peradilan tertinggi dan terakhir mengadili pada tingkat kasasi sehingga putusan MA
bersifat final dan mengikat. MA berhak mengadili pada tingkat PK karena secara umum PK merupakan
bagian dari kasasi. PK bisa dilakukan bila ditemukan novum (bukti baru)

21.Dahulu, Komisi Yudisial (KY) begitu bersemangat dalam menjalankan tugas dan kewenangannya atas
dorongan masyarakat (justiabel), sehingga dianggap membatasi kewenangan hakim dalam memutus
suatu perkara. Apa akibatnya? Jelaskan !

Jawaban:

MA berpendapat apa yang dilakukan oleh KY itu berpotensi membatasi hakim dalam memutuskan suatu
perkara dikarenakan adanya pengawasan dari KY yang bisa berakibat hakim tidak merdeka dalam
menjalankan fungsi dan wewenangnya. Sehingga MA membentuk suatu tim pengawasan internal MA,
atas dalil inilah KY tidak berhak untuk menyoroti putusan hakim lagi.

22.Apakah ada batasan waktu untuk mengajukan Peninjauan Kembali (PK)? Apakah bisa terjadi
penangguhan masa hukuman ketika seseorang mengajukan PK? Mengapa ?

Jawaban:

Tidak ada batasan waktu untuk mengajukan PK. Tidak bisa dilakukan penangguhan masa hukuman,
karena putusan kasasi bersifat final dan mengikat.
23.Sengketa tentang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dahulu masuk wilayah tugas dan kewenangan
Mahkamah Agung, tetapi sekarang berubah total setelah berganti nama menjadi Pemilihan Umum
Kepala Daerah (Pemilukada). Mengapa? Jelaskan ?

Jawaban:

Dulu pemilu, pilpres adalah kewenangan MK. Kalau ada perselisihan sengketa masalah pilkada ada di
bawah wewenang MA. Tahun 2003, terjadi kekisruhan pilkada sumut. Karena prselisihan tidak kunjung
selesai, mengakibatkan kekosongan pemerintahan selama 2 tahun. Sekelompok orang mengajukan agar
diselesaikan di MK, karena ada di MK ada prinsip harus selesai 1 bulan sehingga pilkada diganti menjadi
pemilukada

24.Bagaimana Pencapaian Keadilan pada Sistem Hukum Eropa Kontinental (SHEK) dan Sistem Hukum
Anglo Saxon (SHAS)? Apa perbedaan keduanya? Jelaskan !

Jawaban:

Pada sistem eropa kontinental menganut pemahaman civil law / hukum tertulis (written law), dan untuk
mengatasi permasalahan dalam kodifikasi yang menyebabkan kekosongan hukum, maka dikenalkanlah
sistem judge find law (hakim menemukan hukum) di mana hakim menafsirkan/menginterpretasi UU.

Sedangkan pada sistem hukum anglo saxion menganut pemahaman common law / hukum tidak tertulis
(written law). SHAS bergerak relatif cepat (dinamis) untuk mengembangkan diri atau beradaptasi dengan
perkembangan di dalam masyarakat. Sehingga muncul sistem Judge made Law (hakim membuat hukum)
yang disebut juga case law (hukum yang berdasarkan kasus) karena hukum yang mengikat bukan hanya
yang berpekara, tetapi juga kepada umum.

25.Salah satu fungsi Mahkamah Agung adalah Mengawasi dan Membina. Apa maksud dari fungsi-fungsi
tersebut? Jelaskan !

Jawaban:

a. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan
peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan dengan adil. Pengadilan-pengadilan
diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana,
cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara

b. Mahkamah Agung juga melakukan pengawasan terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para
Hakim dan perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa, mengadili, dan
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang diperlukan
tanpa mengurangi kebebasan Hakim

Pembinaan:

Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum


kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian
atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya
Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung
diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara selain
grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi
sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.

b. Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan
disemua lingkungan peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undangundang No.14
Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

26.Kewenangan Presiden dalam memberi Grasi, Amnesti, Abolisi, dan Rehabilitasi disebut sebagai
bentuk intervensi Presiden (Eksekutif) kepada kewenangan Yudikatif. Apakah benar seperti itu? Jelaskan !

Jawaban:

27.Jaksa Agung memiliki Hak Opportunitas. Apa itu Hak Opportunitas itu? Mengapa harus ada?
Dapatkah dijadikan ”Senjata Politik” bagi Jaksa Agung? Jelaskan !

Jawaban:

Hak Opportunitas atau hak Opportunitas ialah Jaksa berwenang menuntut dan tidak menuntut
suatu perkara ke pengadilan, baik dengan syarat maupun tanpa syarat. (The public prosecutor
may decide conditionally or unconditionally to make prosecution to court or not.)

28.Sebutkan 6 (enam) Pengadilan Khusus yang ada di bawah Mahkamah Agung! Pengadilan Khusus
berada di Ruang Lingkup Peradilan apa? Jelaskan 4 (empat) diantaranya !
Jawaban:

•Pengdilan Anak adalah pengadilan yang bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara anak. Batas umur anak yang dapat diajukan ke Pengadilan Anak adalah sekurang-
kurangnya 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah
kawin.

•Pengadilan Tipikor adalah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi merupakan satu-satunya pengadilan yang
berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana korupsi

•Pengadilan Perikanan adalah berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus tindak pidana di bidang
perikanan. Pengadilan Perikanan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan.

•Pengadilan HAM adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
Pengadilan Hak Asasi Manusia merupakan salah satu Pengadilan Khusus yang berada di lingkungan
Peradilan Umum.

•Pengadilan Niaga

•Pengadilan Hubungan Industrial

29.Apakah Pengadilan Syari’ah di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tidak termasuk dalam Pengadilan
Khusus di bawah Mahkamah Mengapa? Jelaskan !

Jawaban:

Tidak termasuk; karena mahkamah syariah itu hanya bersifat regional, jadi hanya ada di aceh, dan tidak
bersifat nasional; lain dengan pengadilan khusus lainnya yang ruang lingkupnya nasional.

30.Di mana letak BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia)? Di bawah struktur Mahkamah Agung atau
tidak? Jelaskan !

Jawaban:
Di dalam penyelesaian suatu sengketa sebelum perkara tersebut diselesaikan melalui proses beracara di
pengadilan, para pihak mempunyai beberapa pilihan dalam menyelesaikan perkaranya, seperti
mengadakan perdamaian dengan jalan musyawarah, proses mediasi dengan perantara mediator serta
arbitrase dengan perantara arbiter. Seperti yang dikemukakan di atas, bahwa BANI merupakan lembaga
yang memberikan jasa beragam yang berhubungan dengan arbitrase. Dapat kita lihat, peran utama dari
arbitrase yaitu salah satu langkah penyelesaian suatu sengketa yang terjadi sesuai dengan ketentuan –
ketentuan yang terdapat dalam UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan penyelesaian masalah.
Biasanya arbitrase merupakan penyelesaian sengketa yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa
karena penyelesaian melalui arbitrase tidak memerlukan waktu yang lama karena putusan bersifat final,
hemat biaya serta bersifat rahasia karena putusannya tidak dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai