Imam Mas’ud
NIM : 33030170009
1. Apa tugas dan kewenangan polisi, jaksa, advokad dan hakim dalam penyelesaian
perkara pidana?
Polisi: memiliki kewenangan untuk melakukan penyidikan, dan penyelidikan,
melakukan penangkapan, penahanan, pengeledahan, penyitaan, dan lainnya.
Jaksa : melakukan penuntutan, melaksanakan penetapan hakim, dan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap, melakukan pengawasan
terhadap putusan pidana bersyarat,putusan pidana pengawasan.
Advokat : memberikan konsultasi hukum yang mencangkup informasi mengenai
hak-hak korban dan proses peradilan, mendampingi korban di tingkat pengadilan,
dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan.
Hakim : menyelenggarakan perkara mulai dari menerima, memeriksa, sampai
dengan mengadili perkara yang masuk di pengadilan.
3. Dalam urutan proses pemeriksaan persidangan antara perkara pidana dan perkara
perdata terdapat perbedaan dalam urutan agenda persidangannya, terletak dimana
perbedaannya? Menurut anda kenapa berbeda?
- Cara mengadili:Dalam perkara Perdata cara mengadili perkara yaitu dimuka
pengadilan perdata oleh hakim perdata. Pidana mengatur cara mengadili perkara
pidana dimuka pengadilan pidana oleh hakim pidana
- Pelaksanaan : Pada acara perdata inisiatif datang dari pihak yang berkepentingan
dan dirugikan sedangkan pada acara pidana inisiatif datang dari jaksa penuntut
umum
- Penuntutan : dalam acara perdata penuntutan datang dari pihak yang dirugikan.
Penggugat berhadapan langsung dengan tergugat dan dsini tidak ada seorang jaksa
Dalam acara pidana penuntutan datang dari jaksa penuntut umum selaku yang
mewakili negara dan berhadapan dengan terdakwa , di pidana terdapat seorang
jaksa
- Alat-alat bukti : ada 5 alat pembuktian perdata yaitu tulisan, saksi, persangkaan,
pengakuan dan sumpah. Sedangkan di pidana yaitu, pemgakuan saksi, keterangan
ahli, surat, pengakuan dan petunjuk tidak ada sumpah
- Penarikan Kembali Perkara: Perbedaan peradilan perdata dan pidana berikutnya
adalah terkait masalah penarikan kembali suatu perkara yang sudah masuk proses
peradilan. Pada peradilan perdata, anda selaku penggugat dapat menarik kembali
suatu perkara. Hal ini dapat dilakukan selama hakim belum memberikan putusan
akhir dari perkara tersebut. Namun, hal ini tidak dapat dilakukan pada perkara
pidana. Kasus yang sudah masuk proses peradilan tidak dapat anda tarik kembali.
4. Perkara seperti apa yang dapat diajukan praperadilan? Kapan dapat diajukan
praperadilan?
Perkara yang dapat diajukan praperadilan :
Jika Seseorang yang ditangkap
Ditahan
Dituntut dan
Diadili tanpa alasan yang berdasarkan Undang – Undang atau kekeliruan
menganai orangnya atau hukum yang diterapkannya.
5. Jelaskan mengenai acara pemeriksaan cepat, acara pemeriksaan singkat dan acara
pemeriksaan biasa?
- Acara pemeriksaan cepat adalah pemeriksaan acara yang di percepat
apabila terdapat kepentingan penggugat yang cukup mendesak dan
penggugat memohon kepada pengadilan agar di percepat dengan dilakukan
hakim tunggal.
- Pemeriksaan cepat adalah pemeriksaan yang dilakukan karena adanya
perlawanan penggugat tentang gugatannya yang tidak diterima atau tidak
berdasar ( dilakukan terhadap perlawanan )
- Acara pemeriksaan biasa adalah pemeriksaan dengan acara biasa diawali
dengan pemeriksaan persiapan, pengadilan memeriksa dan memutus
sengketa dengan 3 orang hakim.
7. Dalam proses pemeriksaan perkara pidana, ada yang disebut dengan tahap
pembuktian. Jelaskan apa yang dimaksud dibawah ini :
- Pembuktian adalah ketentuan ketentuan yang berisi tentang pedoman dan
sesuai dengan undang-undang untuk membuktikan kesalahan yang
didakwakan terhadap terdakwa.
- Alat-alat bukti perkara pidana adalah suatu hal yang dimana mendukung
sebagai penguat untuk membuktikan kesalahan kepada yang didakwakan. Ada
5 alat bukti pidana yaitu : Keterangan saksi, Keterangan ahli, Surat, Petunjuk,
Dan pengakuan dari terdakwa.
- Kekuatan alat bukti : Kekuatan alat bukti sangat membantu para penyidik
dalam menyelidiki suatu perkara pidana karena tanpa adanya alat bukti, suatu
perkara tidak bisa diselesaikan secara singkat.
Deklarator yaitu penjelasan atau penetapan tentang sesuatu hak atau titel
maupun status. Putusan deklarator berisi pernyataan atau penegasan tentang
suatu keadaan atau kedudukan hukum semata-mata.
Konstitutif yaitu putusan yang memastikan suatu keadaan hukum, baik yang
bersifat meniadakan suatu keadaan hukum maupun yang menimbulkan
keadaan hukum baru.
Kondemnator yaitu putusan yang memuat amar yang menghukum salah satu
pihak yang berperkara. Putusan yang bersifat kondemnator merupakan bagian
yang tidak terpisah dari amar deklaratif atau konstitutif.
9. Dalam hal terpidana tidak menerima / keberatan atas suatu putusan maka jalan
yang dapat ditempuh adalah upaya hukum, jelaskan mengenai bentuk-bentuk
upaya hukum dan tenggang waktunya!
- Hukum Banding : upaya hukum yang dilakukan jika putusan yang
disahkan oleh pengadilan merugikan terdakwa atau terdapat kekeliruan
pada putusan tersebut yang dimana jika ingin menhajukan banding maka
tenggang waktu 14 hari setelah putusan dijatuhkan
- Hukum Kasasi : upaya hukum yang dapat diminta oleh salah satu atau
kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan pengadilan
tinggi, para pihak dapat mengajukan kasasi apabila tidak puas dengan
putusan pengadilan tinggi kepada MA , tenggang waktu nya 14 hari
setelah putusan jatuhkan
- Peninjauan Kembali :adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk
tidak menerima putusan pengadilan yang berupa perlawanan / banding /
kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan peninjauan kembali. Dengan
tenggan waktu 14 hari setelah putusan verstek dijatuhkan.