Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH PARTAI POLITIK DI MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU

Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Politik Islam di
Indonesia

Dosen Pengampu : Khoirul Anwar, M.Ag

Di Susun Oleh :

Selvia sahayana 33030170039


Anggieta Fitri Amalia 33030170038
Umi Darujatul Sadian 33030160047
Adellia Laksita Putri 33030160015

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI'AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia menganut sistem pemerintahan dengan ciri-ciri negara
demokrasi. Karena itu, didalamnya terdapat pembagian kekuasaan.
Terdapat lembaga negara sebelum dan sesudah amandemen yang
mempunyai tugas dan fungsi masing-masing, seperti legislatif, eksekutif,
dan yudikatif. Sementara untuk wilayahnya yang luas, Indonesia
memberlakukan prinsip-prinsip otonomi daerah, dimana hubungan
pemerintahan pusat dan daerah diatur oleh undang-undang mulai dari
konstitusi atau sistem pemerintahan, UUD 1945 dan Undang-Undang yang
lain hasil amandemen selama pemerintahan berlaku.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Fungsi dari Partai Politik?
2. Bagaimana Sejarah Partai Politik di Orde Lama dan Orde Baru?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi Partai Politik


Lembaga negara yang ada beserta semua yang terlibat di dalamnya,
dikenal sebagai contoh suprastruktur politik. Di luar hal tersebut ada
contoh infarastruktur politik, yang salah satunya adalah partai politik.
Partai politik di Indonesia dibagi menjadi 3 masa, yaitu pelaksanaan
demokrasi masa orde lama, masa ciri-ciri pemerintahan orde baru, dan
masa pemerintahan reformasi yang berlangsung sampai kini. Sebelumnya.
hendaknya kita mengetahui fungsi partai politik terlebih dahulu.
Partai Politik adalah

Adapun Fungsi partai politik menurut UU Nomor 2 Tahun 2011


Tentang Perubahan atas UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang partai politik,
yaitu :
1. Fungsi Partai Politik Sebagai Sarana Pendidikan
Partai politik sebagai sarana pendidikan yang dimaksud adalah
mendidik semua warga negara untuk mengetahui kondisi negaranya.
Setelah itu setiap warga negara diharapkan memahami apa hak dan
kewajibannya sebagai warga negara Indonesia.
2. Menciptakan Iklim Negara yang Kondusif
Partai politik dapat dikatakan sebagai penyeimbang. Fungsinya
adalah menciptakan iklim negara yang kondusif. Partai politik
seharusnya dapat menjadi penyaring pemerintahan dan menjaga
persatuan dan kesatuan seluruh rakyat Indonesia. Iklim kondusif yang
diciptakannya akan membuat tujuan pembangunan nasional tercapai.
3. Partai Politik Penyerap, Penghimpun, dan Penyalur Aspirasi
Wilayah Indonesia dangat luas. Penduduk dan warga negara
Indonesia sangat beragam. Salah satu negara dengan keragaman
terbesar di dunia. Oleh karena itu, partai politik seharusnya berfungsi
dapat menyerap da menghimpun aspirasi dari setiap golongan warga
negara yang diwakilinya. Setelah dihimpun, aspirasi tersebut
disampaikan atau disalurkan kepada pemerintahan atau melalui
lembaga legislatif di mana mereka berada.
4. Partai Politik sebagai Bentuk Partisipasi Politik warga Negara
Negara yang demokrasinya berjalan baik dilihat dari tingkat
partisipasi warga negara. Ciri-ciri budaya politik partisipan
membutuhkan banyak warga negara yang mendukungnya. Di sini
partai politik berfungsi mengajak lebih banyak orang untuk terlibat
dalam kemajuan negaranya meskipun sedikit.
5. Rekrutmen
Partai juga menjalankan fungsi sebagai rekrutmen orang-orang dan
pemimpin yang menduduki jabatan di lembaga-lembaga negara.
B. Sejarah Partai Politik
Sepanjang masa kemerdekaan Indonesia, dapat disebutkan ada lebih
100 partai politik yang pernah ada. Partai-partai ini berkembang dalam
jumlah besar dan menjadi sedikit tergantung UU atau kebijakan politik
pemerintah yang sedang berkuasa. Oleh karena itu, contoh partai politik di
sini dibagi menjadi 3 masa pemerintahan.
1. Partai Politik di Masa Orde Lama
Selama 20 tahun masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia hanya
pernah satu kali menyelenggarakan pemilu atau pemilihan umum. Ini
dikarenakan di awal pemerintahan, Indonesia sibuk dengan berbagai
kelengkapan negara yang baru merdeka, perjuangan mempertahankan
kemerdekaan melawan sekutu yang membonceng Belanda, dan
mengatasi berbagai pemberontakan yang terjadi di berbagai wilayah.
Sementara itu, mendekati tahun 1960-an, kondisi politik Indonesia
agak sedikit kacau dengan berbagai penyimpangan.
Pemilu pada masa pemerintahan Orde Lama dilaksanakan tahun
1955. Fungsi pemilu ini diikuti oleh sekitar 172 partai. Jumlah yang
sangat banyak dan tidak efektif sebenarnya. Masing-masing partai
lebih mementingkan kelompok dan golongannya. Dari 172 partai yang
ada, ada 4 partai besar sebagai pemenang pemilu, yaitu PNI, Partai
Masyumi, Partau NU, dan PKI.
a. Partai Nasional Indonesia
Partai Nasional Indonesia atau lebih dikenal dengan sebutan
PNI, telah berdiri sejak sebelum kemerdekaan. PNI merupakan
salah satu organisasi yang berjuang melawan penjajah melalui jalan
diplomasi. Partai ini berdiri resmi, 4 Juli 1927 dengan ketua Ir
Soekarno. Melalui partai ini beberapa kali Soekarno kemudian
diasingkan oleh penjajah Belanda.
Ketika kemerdekaan Indonesia telah diperoleh dan
dikumandangkannya proklamasi, 17 Agustus 1945, PNI menjadi
partai pertama yang resmi berdiri. PNI diresmikan keberadaannya
dalam sidang PPKI yang ketiga atau terakhir, 22 Agustus 1945.
Partai ini mempunyai ideologi nasionalisme.
b. Partai Masyumi
Partai Masyumi atau partai Majelis Syuro Indonesia. Partai ini
merupakan partai yang berideologi Islam. Sama halnya dengan
PNI, Masyumi telah berdiri sejak sebelum kemerdekaan, atau
tepatnya 24 oktober 1943 pada masa kependudukan Jepang. Di
awal pembentukannya, Partai Masyumi diketuai oleh Hasyim
Asyari yang berusaha menyatukan dua kekuatan besar Islam besar
saat itu, yaitu Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah. Di dalam
kepengurusannya, kedua kekuatan saling bekerja sama.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Partai Masyumi resmi terdaftar
dalam pemerintahan pada tanggal 7 November 1945. Sejak itu,
Masyumi berkembang sangat pesat. Meski menjadi partai kedua
saat pemilu tahun 1955, Masyumi kemudian menjadi partai
terbesar setelah. Partai ini paling berpengaruh pada era demokrasi
liberal di Indonesia. Pada tahun 1960, Partai Masyumi dibubarkan
karena dianggap terlibat dalam pemberontakan PRRI Permesta dan
atas desakan partai lain yang mulai berkuasa saat itu.
c. Partai Nahdhatul Ulama
Partai Nahdhatul Ulama sempat besar pada masa pemerintahan
Orde Lama walau tidak sebesar Masyumi. Pada pemilu 1955,
Partai Nahdhatul Ulama menduduki posisi ketiga setalah PNI dan
Masyumi. Partai ini awalnya menjadi bagian dari Partai Masyumi
yang menyatukan dua kelompok besar NU dan Muhamadiyah.
Karena beberapa kalangan menganggap ulama tradisional yang
sebagian besar berasal dari NU tidak mendapat tempat di
kepengurusan dan setiap keputusan partai, maka partai Nahdhatul
Ulama didirikan. Partai ini ketika berdiri diketuai oleh Hasyim
Asyari yang awalnya juga Ketua Masyumi.

d. Partai Komunis Indonesia


Partai Komunis Indonesia atau PKI jelas menganut paham
komunis atau ajaran tidak mengenal Tuhan yang sejatinmya tidak
ada di Indonesia. PKI didirikan juga sejak penjajahan Belanda oleh
seorang Bangsa Belanda Henk Sneevleet. Oleh karena itu, setelah
masa kemerdekaan PKI tidak langsung berkembang. PKI
berkembang setelah kedatangan Musso yang banyak menhabiskan
waktunya di Uni Sovyet. Musso datang sekitar tahun 1948 dan
menghidupkan kembali PKI. Namun, di tahun itu juga PKI
langsung hancur setelah pemberontakan PKI tahun 1948 di
Madiun.
Tahun 1955, PKI kembali bangkit melalui DN Aidit yang telah
mengenal Ir Soekarno sejak lama, karena mereka berdua berguru
pada Dr Tjipto Mangunkusumo. Di tahun 1955, PKI memperoleh
suara diuruan keempat pada pemilu. Selanjutnya PKI berkembang
pesat dengan sayapnya di berbagai lini mulai dari pemuda, buruh
tani, hingga kelompok wanita yang dikenal dengan Gerwani. PKI
menjadi partai non penguasa terbesar di dunia. Pada zaman itu
partai komunis terbesar dipegang oleh RRC dan Uni Sovyet yang
berkuasa. Masa keemasan PKI berakhir dengan pemberontakannya
yang terkenal, 30 September 1965. Pada tahun 1966 atas desakan
berbagai kelompok PKI dibubarkan.

2. Partai Politik di Masa Orde Baru


Islam pada masa oede baru adalah hubungan antara islam dengan
pemerintah indonesia di era kepemimpinan Soeharto. Islam pada masa
orde baru berlansung selama 32 tahun. Dan terjalin hubungan antara
islam politik terutama kalangan islam modernis dengan pemerintah
yang mendapatkan dukungan dari kalangan militer. Terdapat beberapa
partai islam saat orde baru diantaranya. yaitu:
a. Parmusi
Partai Muslimin Indonesia atau Parmusi adalah sebuah
partai politik di Indonesia. Partai tersebut didirikan pada tahun
1968, meraih peringkat empat dalam pemilihan umum legislatif
Indonesia di tahun 1971 dengan perolehan 5.36% suara dan 24
kursi dalam badan legislatuf. Pada tahun 1973, partai tersebut
diperintahkan oleh rezim Orde Baru untuk menyatu dengan partai
islamis lainnya dan bergabung dalam Partai Persatuan
Pembangunan.
Partai ini dahulu diketuai oleh Djarnawi Hadikusuma,
didirikan pada 20 Februari 1968 lalu dibubarkan pada 5 Januari
1973, dengan didahului oleh Partai Masyumi dan selanjutnya
diteruskan Partai Persatuan Pembangunan.
b. PSII
Partai Syarikat Islam Indonesia adalah salah satu partai
politik yang pernah ada di Indonesia yang berideologi Islam.
Secara historis, PSII berasal dari Syarikat Dagang Islam (SDI)
yang didirikan di Solo tahun 1950. Sarekat Islam adalah organisasi
politik pra-perang di Hindia Belanda saat itu. Setelah perpecahan
yang disebabkan oleh meningkatnya pengaruh Partai Komunis
Indonesia (PKI), pada konferensi organisasi 1923, Tjokroaminoto
mendirikan partai Sarekat Islam untuk menyingkirkan organisasi
PKI. PSI mendukung upaya Soekarno untuk menyatukan
organisasi-organisasi politik Indonesia pada tahun 1927. PSI
mengubah namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII)
pada tahun 1929 dan dalam beberapa tahun ke depan menyerang
nasionalisme pihak laim, mengklaim bahwa nasionalisme datang
dari manusia bukan dari Tuhan.
Partai ini berfusi dalam PPP pada masa Orde Baru dan
tahun 1998 PSII dimunculkan kembali oleh H Taufiq R
Tjokroaminoto, keturunan H.O.S Tjokroaminoto yang merupakan
salah satu pimpinan PSII tahun 1912
Kemakmuran partai menyusut pada tahun 1934 ketika
pemerintah kolonial Belanda menekan aktivitas nasionalis dan
pemimpin partai Tjokroaminoto meninggal. Setelah ini, islam
politik pecah menjadi fraksi-fraksi. Pada tahun 1942, orang jepang
pendudukan melarang semua aktivitas politik. Namun, pada tahun
1943 jepang mendirikan sebuah organisasi bernama masyumi
dalam upaya untuk mengendalikan islam di Indonesia. Awal tahun
1973, PSII bergabung dalam 4 partai keagamaan bersama Partai
NU, Persatuan Tarbiyah Islamiyah dan Parmusi dan membentuk
PPP.
c. Perti
Persatuan Tarbiyah Islamiyah (perti) adalah nama sebuah
organisasi masa islam nasional yang berbasis di Sumatera Barat.
Organisasi ini didirikan pada 20 Mei 1930 dan berakar dari para
ulama Ahlussunnah wal jamaah. Kemudian organisasi ini meluas
ke daerah lain di Sumatera, dan juga mencapai Kalimantan dan
Sulawesi.
Perti juga ikut berjuang di kancah politik dengan bergabung
dalam GAPI dalam aksi indonesia Berparlemen, serta turut
memberikan konsepsi kenegaraan kepada Komisi Visman pada
tahun 1939. Memasuki tahun 1944, para pemimpin perti
melakukan gebrakan dengan bergabung ke Majelis Islam Tinggi di
Bukittinggi.
Pada bulan Desember 1945, MIT bertransformasi menjadi
masyumi cabang Sumatera sehubungan dnegan edaran pemerintah
sebelumnya agar rakyat mendirikan partai politik sebagai cermin
pelaksanaan demokrasi. Pada periode yang sama pula Perti
memutuskan untuk menjadikan organisasi mereka suatu partai
politik tersendiri. Dalam Pemilu 1955 Perti mendapat empat kursi
di DPR_RI dan tujuh kursi konstituante. Setelah konstituante dan
DPR hasil pemilu dibubarkan oleh presiden Soekarno, perti
mendapat dua kursi di DPR-GR. Pada masa Orde Baru Perti
bergabung dengan PPP.
d. PPP
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) adalah sebuah partai
politik di Indonesia yang dideklarasikan pada 5 Januari 1973
partai ini merupakan hasil gabungan dari empat partai
keagamaan yaitu partai NU, PSII, Perti dan Parmusi. Ketua
sementara saat itu adalah Mohammad Syafa’at Mintaredja.
Penggabungan keempat partai keagamaan tersebut bertujuan
untuk penyederhanaan sistem kepartaian di Indonesia dalam
menghadapi Pemilu pertama pada masa orde Baru tahin 1973.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada era reformasi muncul kembali partai politik yang berasas islam (partai
islam). Ada beberapa faktor yang menyebabkan kemunculan kembali partai islam
tersebut. Pertama, faktor teologis yang melahirkan doktrin bahwa agama tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan politik dan negara. Kedua, faktor sosiologis
dimana umat Islam Indonesia mayoritas sehingga perlu adanya wadah untuk
mereka. Ketiga, faktor historis dimana keberadaan partai Islam tidak bisa lepas
dari sejarah masa lalu dimana partai Islam telah ada dan ikut andil dalam
perjuangan bangsa Indonesia. Keempat, faktor reformasi yang melahirkan
kebebasan dan demokratisasi dimana setiap golongan dan kelompok dibuka
peluang untuk membentuk/mendirikan partai politik.

Anda mungkin juga menyukai