Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Tanggung Jawab Hukum dan Etika Advokat

Dosen Pengampu :

Drs.Suhri Hanafi,M.H

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Etika Profesi HukumPada
Program Studi Hukum Tata Negara Islam Fakultas Syariah UIN Datokarama Palu

Oleh :

Septiani A.R Daniali 193210008

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH (FASYA)
UINIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) DATOKARAMA PALU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya. Selawat serta salam taklupa kita curahkan kepada Nabi kita ,Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan himgga zaman yang terang menderang .

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi syarat dalam tugas mata kuliah Etika Profesi Hukum
di program studi Hukum Tata Negara Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Datokarama Palu.Selanjutnya Makalah ini juga merupakan karya penulis sebagai manusia biasa
dan mustahil dapat terselesaikan dalam penyusunannya tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak.oleh karena itu pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyelesaian Makalah ini.

WassalamuAlaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara historis, Advokat termasuk salah satu profesi yang tertua. Dalamperjalanannya,
profesi ini dinamai sebagai officium nobile , jabatan yang mulia. Penamaan itu terjadi adalah
karena aspek “kepercayaan” dari (pemberi kuasa, klien) yang dijalankannya untuk
mempertahankan dan memperjuangkan hak-haknya di forum yang telah ditentukan.

Advokat sebagai nama resmi profesi dalam sistem peradilan kita-kitapertama ditemukan
dalam ketentuan Susunan Kehakiman dan KebijaksanaanMengadili (RO). Advokat itu
merupakan padanan dari kata Advocaat (Belanda)yakni seseorang yang telah resmi diangkat
untuk menjalankan profesinya setelahmemperoleh gelar meester in de rechten (Mr) . Lebih jauh
lagi, sesungguhnya akar kata itu berasal dari kata latin “advocare, advocator”. Oleh karena itu,
tidak mengherankan kalau hampir di setiap bahasa di dunia kata (istilah) itu dikenal

B. Rumusan Masalah
1. Apa kelemahan Kode Etik Advokat?
2. Bagaimana tata cara pengaduan pelanggaran kode etik advokat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa kelemahan kode etik advokat
2. Untuk mengetahui bagaimana tata cara pengaduan pelanggaran kode etik advokat ?
BAB II
PEMBAHASAN

1. kelemahan Kode Etik Advokat

Penegakan kode etik diartikan sebagai kemampuan komunitas advokatdan organisasinya untuk
memaksakan kepatuhan atas ketentuan-ketentuan etikabagi para anggotanya, memproses dugaan
terjadi pelanggaran kode etik danmenindak anggota yang melanggar ketentuan-ketentuan yang
tercantumdidalamnya. Untuk tetap mempertahankan kualitas para anggotanya, sebuahorganisasi
advokat harus memperhatikan kompetensi intelektual paraanggotanya agar lebih baik lagi mutu
pelayanannya kepada masyarakat. Prosesini dikenal sebagai Proses Continuing Legal Education
(CLE).

Program CLE yang dilakukan secara konsisten oleh organisasi advokatdiharapkan akan tercipta
advokat-advokat yang tidak hanya memiliki ilmupengetahuan yang luas tapi juga memiliki
moralitas yang baik pula. Sehinggamereka tahu akan tugas, fungsi dan perannya sebagai seorang
advokat yangprofesional, yang mempunyai komitmen untuk membela kebenaran dan
keadilantanpa rasa takut, memiliki pendirian yang teguh, berpihak kepada keadilan dankebenaran
serta tidak memikirkan keuntungan bagi dirinya sendiri.

Semua yang tergambar didalam kode etik advokat adalah prilaku yangbaik, tetapi di balik semua
itu terdapat kelemahan-kelemahan, sebagai berikut:

 Idealisme yang terkandung dalam kode etik advokat tidak sejalandengan fakta yang
terjadi di sekitar, sehingga harapan sangat jauh darikenyataan.(Prof. Abdulkadir
Muhammad,S.H)
 Kode etik advokat merupakan himpunan norma moral yang tidakdilengkapi dengan
sanksi keras karena keberlakuannya semata-mataberdasarkan kesadaran.
 Tidak berfungsinya Dewan Kehormatan advokat yang diatur dalampasal 10 kode
etik advokat Indinesia(KEAI) dan pasal 26-27 UU No.18tahun 2003 tentang
advokat, tidak akan efektif baik di pusat maupundaerah karena sangat diragukan
ada pihak yang melaporkan advokat yangtelah melanggar kode etik.
 Budaya advokat di Indonesia bisa disebut juga sebagai budayaSolidaritas Korps
yang bermakna luas sebagai semangat untuk membelakelompok atau korpnya. Hal-
hal diatas inilah yang bisa menjadi sebuahalasan mengapa kode etik advokat tidak
berjalan sebagaimana mestinya.

2. Tata cara pengaduan pelanggaran kode etik


Kode Etik Advokat Indonesia telah mengatur Tata Cara Pengaduan secarajelas di dalam
Pasal 12 Kode Etik Advokat Indonesia, yaitu:
a. Pengaduan terhadap Advokat sebagai teradu yang dianggapmelanggar kode etik
Advokat harus disampaikan secara tertulisdisertai dengan alasan-alasannya kepada
Dewan KehormatanCabang/Daerah atau kepada Dewan Pimpinan Cabang/Daerah
atauDewan Pimpinan Pusat dimana teradu menjadi anggota.
b. Bilamana di suatu tempat tidak ada cabang/daerah organisasi,pengaduan disampaikan
kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerahterdekat atau Dewan Pimpinan Pusat
c. Bilamana pengaduan disampaikan kepad Dewan PimpinanCabang/Daerah maka
Dewan Pimpinan Cabang/Daerahmeneruskannya kepada Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah yangberwenang untuk memeriksa pengaduan itu.d.
d. Bilamana pengaduan disampaikan kepada Dewan PimpinanPusat/Dewan Kehormatan
Pusat meneruskannya kepada DewanKehormatan Cabang/Daerah yang berwenang
untuk memeriksapengaduan itu baik langsung atau melalui Dewan
PimpinanCabang/Daerah

Di dalam pelaksanaan kode etik Advokat, sering sekali terjadipelanggaran-pelanggaran terhadap


kode etik yang dilakukan oleh para Advokat.Terhadap pelanggaran-pelanggaran kode etik
Advokat tersebut, Kode EtikAdvokat telah mengatur mengenai hukum acara pelanggaran kode
etik yangdilakukan oleh Advokat. Dalam Pasal 10 ayat (2) Kode Etik Advokat,
disebutkan:Pemeriksaan suatu pengaduan dapat dilakukan melalui dua tingkat, yaitu:Tingkat
Dewan Kehormatan Cabang/Daerah dan Tingkat Dewan KehormatanPusat.

Mengenai Pemeriksaan Tingkat Pertama oleh Dewan KehormatanCabang/Daerah diatur dalam


Pasal 13 Kode Etik Advokat, yaitu:

 Dewan Kehormatan Cabang/Daerah setelah menerima pengaduan tertulis


yangdisertai surat-surat bukti yang dianggap perlu,menyampaikan
suratpemberitahuan selambat-lambatnya dalam waktu 14(empat belas) hari dengan
surat kilat khusus/tercatat kepada teradu tentangadanya pengaduan dengan
menyampaikan salinan/copy surat pengaduantersebut.
 Selambat-lambatnya dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari pihak teradu
harusmemberikan jawabannya secara tertulis kepada Dewan
KehormatanCabang/Daerah yang bersangkutan disertai surat-surat bukti yang
dianggapperlu.
 Jika dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari tersebut teradu tidak
memberikanjawabannya secara tertulis. Dewan Kehormatan Cabang/Daerah
menyampaikan pemberitahuan kedua dengan peringatan bahwa apabila dalam waktu
14 (empatbelas) hari sejak tanggal surat peringatan tersebut ia tetap tidak
memberikanjawaban tertulis maka ia dianggap telah melepaskan hak jawabnya.
 Dalam hal teradu tidak menyampaikan jawaban sebagaimana diatur di atas
dandianggap telah melepaskan hak jawabnya, Dewan Kehormatan
Cabang/Daerahdapat segera menjatuhkan putusan tanpa kehadiran pihak-pihak
yangbersangkutan.
 Dalam hal jawaban yang diadukan telah diterima, maka Dewan Kehormatandalam
waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari menetapkan hari sidangdan
menyampaikan panggilan secara patut kepada teradu untuk hadir dipersidangan yang
sudah ditetapkan tersebut.
 Panggilan-panggilan tersebut harus sudah diterima oleh yang bersangkutanpaling
lambat 3 (tiga) hari sebelum hari sidang yang ditentukan.
 Pengadu dan yang teradu harus hadir secara pribadi dan tidak dapatmenguasakan
kepada orang lain, yang jika dikehendaki masing-masing dapatdidampingi oleh
penasehat dan berhak untuk mengajukan saksi-saksi dan bukti.
 Pada sidang pertama yang dihadiri kedua belah pihak: Dewan Kehormatan
akanmenjelaskan tata cara pemeriksaan yang berlaku; dan perdamaian
hanyadimungkinkan bagi pengaduan yang bersifat perdata atau hanya
untukkepentingan pengadu dan teradu dan tidak mempunyai kaitan langsung
dengankepentingan organisasi atau umum, dimana pengadu akan mencabut
kembalipengaduannya atau dibuatkan akta perdamaian yang dijadikan dasar
keputusanoleh Dewan Kehormatan Cabang/Daerah yang langsung mempunyai
kekuatanhukum yang pasti. Kemudian, kedua belah pihak diminta mengemukakan
alasan-alasan pengaduannya atau pembelaannya secara bergiliran, sedangkan surat-
surat bukti akan diperiksa dan saksi-saksi akan didengar oleh DewanKehormatan
Cabang/Daerah.
 Apabila pada sidang yang pertama kalinya salah satu pihak tidak hadir makaSidang
ditunda sampai dengan sidang berikutnya paling lambat 14 (empat belas)hari dengan
memanggil pihak yang tidak hadir secara patut. Apabila pengaduyang telah dipanggil
sampai 2 (dua) kali tidak hadir tanpa alasan yang sah,pengaduan dinyatakan gugur
dan ia tidak dapat mengajukan pengaduan lagi atasdasar yang sama kecuali Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah berpendapat bahwa materi pengaduan berkaitan dengan
kepentingan umum ataukepentingan organisasi. Apabila teradu telah dipanggil
sampai 2 (dua) kali tidakdatang tanpa alasan yang sah, pemeriksaan diteruskan tanpa
hadirnya teradu.Dewan berwenang untuk memberikan keputusan di luar hadirnya
yang teradu,yang mempunyai kekuatan yang sama seperti kekuatan biasa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003, Advokat adalah orang yangberprofesi memberi
jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yangmemenuhi persyaratan berdasarkan
ketentuan Undang-Undang ini.

Sedangkan menurut Kode Etik Advokat adalah orang yang berpraktekmemberi jasa hukum, baik
didalam maupun diluar pengadilan yang memenuhipersyaratan berdasarkan undang-undang yang
berlaku, baik sebagai Advokat,Pengacara, Penasehat Hukum, Pengacara praktek ataupun sebagai
konsultan hukum.

Pendapat lain juga berkata bahwa advokat adalah seseorang atau merekayang melakukan
pekerjaan jasa bantuan hukum termasuk konsultan hukum yangmenjalankan pekerjaannya baik
dilakukan diluar pengadilan dan atau didalampengadilan bagi klien sebagai mata pencariannya

Anda mungkin juga menyukai