Dosen Pengampu :
Drs.Suhri Hanafi,M.H
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Etika Profesi HukumPada
Program Studi Hukum Tata Negara Islam Fakultas Syariah UIN Datokarama Palu
Oleh :
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya. Selawat serta salam taklupa kita curahkan kepada Nabi kita ,Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan himgga zaman yang terang menderang .
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi syarat dalam tugas mata kuliah Etika Profesi Hukum
di program studi Hukum Tata Negara Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Datokarama Palu.Selanjutnya Makalah ini juga merupakan karya penulis sebagai manusia biasa
dan mustahil dapat terselesaikan dalam penyusunannya tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak.oleh karena itu pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyelesaian Makalah ini.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara historis, Advokat termasuk salah satu profesi yang tertua. Dalamperjalanannya,
profesi ini dinamai sebagai officium nobile , jabatan yang mulia. Penamaan itu terjadi adalah
karena aspek “kepercayaan” dari (pemberi kuasa, klien) yang dijalankannya untuk
mempertahankan dan memperjuangkan hak-haknya di forum yang telah ditentukan.
Advokat sebagai nama resmi profesi dalam sistem peradilan kita-kitapertama ditemukan
dalam ketentuan Susunan Kehakiman dan KebijaksanaanMengadili (RO). Advokat itu
merupakan padanan dari kata Advocaat (Belanda)yakni seseorang yang telah resmi diangkat
untuk menjalankan profesinya setelahmemperoleh gelar meester in de rechten (Mr) . Lebih jauh
lagi, sesungguhnya akar kata itu berasal dari kata latin “advocare, advocator”. Oleh karena itu,
tidak mengherankan kalau hampir di setiap bahasa di dunia kata (istilah) itu dikenal
B. Rumusan Masalah
1. Apa kelemahan Kode Etik Advokat?
2. Bagaimana tata cara pengaduan pelanggaran kode etik advokat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa kelemahan kode etik advokat
2. Untuk mengetahui bagaimana tata cara pengaduan pelanggaran kode etik advokat ?
BAB II
PEMBAHASAN
Penegakan kode etik diartikan sebagai kemampuan komunitas advokatdan organisasinya untuk
memaksakan kepatuhan atas ketentuan-ketentuan etikabagi para anggotanya, memproses dugaan
terjadi pelanggaran kode etik danmenindak anggota yang melanggar ketentuan-ketentuan yang
tercantumdidalamnya. Untuk tetap mempertahankan kualitas para anggotanya, sebuahorganisasi
advokat harus memperhatikan kompetensi intelektual paraanggotanya agar lebih baik lagi mutu
pelayanannya kepada masyarakat. Prosesini dikenal sebagai Proses Continuing Legal Education
(CLE).
Program CLE yang dilakukan secara konsisten oleh organisasi advokatdiharapkan akan tercipta
advokat-advokat yang tidak hanya memiliki ilmupengetahuan yang luas tapi juga memiliki
moralitas yang baik pula. Sehinggamereka tahu akan tugas, fungsi dan perannya sebagai seorang
advokat yangprofesional, yang mempunyai komitmen untuk membela kebenaran dan
keadilantanpa rasa takut, memiliki pendirian yang teguh, berpihak kepada keadilan dankebenaran
serta tidak memikirkan keuntungan bagi dirinya sendiri.
Semua yang tergambar didalam kode etik advokat adalah prilaku yangbaik, tetapi di balik semua
itu terdapat kelemahan-kelemahan, sebagai berikut:
Idealisme yang terkandung dalam kode etik advokat tidak sejalandengan fakta yang
terjadi di sekitar, sehingga harapan sangat jauh darikenyataan.(Prof. Abdulkadir
Muhammad,S.H)
Kode etik advokat merupakan himpunan norma moral yang tidakdilengkapi dengan
sanksi keras karena keberlakuannya semata-mataberdasarkan kesadaran.
Tidak berfungsinya Dewan Kehormatan advokat yang diatur dalampasal 10 kode
etik advokat Indinesia(KEAI) dan pasal 26-27 UU No.18tahun 2003 tentang
advokat, tidak akan efektif baik di pusat maupundaerah karena sangat diragukan
ada pihak yang melaporkan advokat yangtelah melanggar kode etik.
Budaya advokat di Indonesia bisa disebut juga sebagai budayaSolidaritas Korps
yang bermakna luas sebagai semangat untuk membelakelompok atau korpnya. Hal-
hal diatas inilah yang bisa menjadi sebuahalasan mengapa kode etik advokat tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003, Advokat adalah orang yangberprofesi memberi
jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yangmemenuhi persyaratan berdasarkan
ketentuan Undang-Undang ini.
Sedangkan menurut Kode Etik Advokat adalah orang yang berpraktekmemberi jasa hukum, baik
didalam maupun diluar pengadilan yang memenuhipersyaratan berdasarkan undang-undang yang
berlaku, baik sebagai Advokat,Pengacara, Penasehat Hukum, Pengacara praktek ataupun sebagai
konsultan hukum.
Pendapat lain juga berkata bahwa advokat adalah seseorang atau merekayang melakukan
pekerjaan jasa bantuan hukum termasuk konsultan hukum yangmenjalankan pekerjaannya baik
dilakukan diluar pengadilan dan atau didalampengadilan bagi klien sebagai mata pencariannya