Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS INDONESIA

PROPOSAL PODCAST ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI

PROFESI ADVOKAT

“MENELISIK PERAN ADVOKAT DALAM PEMBERIAN JASA PRO BONO”

KELOMPOK 2: TINGKAT (Thinking Like Advokat)

ANNISA SALSABILA 1906318565


FAHRIZA MUTIARA ADHYAKSA 1906303550
KHAIRUNNISA ALKHAWARIJMI 1906308734
NAHDA CHAIRUNNISA UTAMI 1906304944
NATASYA ALIFIA AMANDA 1906306792
RIZKYA KINANTI NASTITI 1906385720

PARALEL B

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM SARJANA
APRIL 2022
II
ISI

A. Hasil Riset Topik


1. Peran Jasa Advokat dalam Proses Peradilan
Kedudukan advokat sebagai penegak hukum diatur dalam Pasal 5 ayat (1) UU
No. 18/2003 tentang Advokat yang mengatakan “Advokat berstatus sebagai penegak
hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-
undangan”. Lebih lanjut Pasal 1 butir (1) Undang-Undang a quo dijelaskan bahwa
Advokat merupakan orang yang berprofesi untuk memberikan jasa hukum, baik di
dalam maupun di luar pengadilan yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan
Undang-Undang.1 Secara umum, Advokat sebagai penegak hukum memiliki tugas
untuk memberikan konsultasi hukum, memberi bantuan hukum, menjalankan kuasa,
mewakili, mendampingi, dan membela serta melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan para kliennya di dalam proses peradilan.
Sebagai penegak hukum advokat menjalankan peran dan fungsinya secara
mandiri untuk mewakili kepentingan masyarakat (klien) dan tidak terpengaruh pada
kekuasaan negara (baik yudikatif maupun eksekutif). Kewenangan Advokat dari Segi
Kekuasaan Yudisial, dalam sistem kekuasaan yudisial advokat ditempatkan untuk
menjaga dan mewakili masyarakat sedangkan hakim, jaksa, dan polisi ditempatkan
untuk mewakili kepentingan negara
Secara sosiologis, peran advokat dalam menegakkan hukum yaitu: (1) untuk
mendorong penerapan hukum yang sesuai untuk setiap kasus dan masalah, (2)
mendorong penerapan hukum yang tidak bertentangan dengan tuntutan kesusilaan,
ketertiban umum, dan rasa keadilan sosial dan individu, dan (3) Mendorong agar hakim
tetap netral dalam memeriksa dan memutus perkara, bukan sebaliknya menempuh
segala cara agar hakim tidak netral dalam menerapkan hukum. Selain dari segi
sosiologis, advokat juga memiliki peran dalam pengawasan penegakan hukum, penjaga
kekuasaan kehakiman, serta sebagai pekerja sosial. 2

1
Indonesia, Undang-Undang Advokat, UU No. 18 Tahun 2003, LN No. 49 Tahun 2003, TLN No.
4288, Ps.1.
2
Tri Astuti, “Kedudukan dan Peran Advokat dalam Penegakan Hukum di Indonesia” Jurnal Niogoro,,
hlm. 10.

1
Dalam perkara perdata, Advokat berperan dalam memberikan jasa hukum
sebagai penerima kuasa atau mewakili dari penggugat maupun tergugat dalam beracara
di depan Pengadilan untuk menjelaskan fakta-fakta dan bukti yang dikemukakan oleh
kliennya. Dalam beracara di Pengadilan, para pihak yang akan berperkara akan
mengalami kesulitan baik dalam membuat surat gugatan, replik, duplik, memori
banding, kasasi, atau untuk mempertahankan hak dan kepentingannya dikarenakan
rumitnya aturan hukum yang berlaku sehingga tidak mudah dipahami oleh masyarakat,
sehingga para pihak yang berperkara menggunakan advokat sebagai kuasa hukum guna
menyelesaikan permasalahan hukum di Pengadilan.
Dalam perkara pidana, peran advokat telah ada sejak proses penyelidikan
sampai dengan proses rehabilitasi di lembaga pemasyarakatan. Advokat selaku
penasihat hukum berperan untuk memastikan bahwa hak-hak seorang tersangka,
terdakwa, dan terpidana tidak dilanggar. Advokat bertindak sebagai penyeimbang
terhadap upaya paksa yang diberikan oleh undang-undang kepada penegak hukum.
Peran advokat ini menjadi penting karena ketiadaan seorang penasehat hukum dalam
proses peradilan pidana memungkinkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang
berpengaruh terhadap hasil putusan pengadilan. Oleh karena itu, seorang penasihat
hukum bukan hanya perlu sekedar hadir tetapi juga harus memiliki kompetensi untuk
3
membela hak-hak tersangka, terdakwa dan terpidana. Profesi advokat termasuk
profesi mulia, karena ia dapat menjadi mediator bagi para pihak yang bersengketa
tentang suatu perkara baik yang berkaitan dengan perkara pidana, perdata maupun
dalam tata usaha Negara. Advokat juga dapat menjadi fasilitator dalam mencari
kebenaran dan menegakkan keadilan untuk membela hak asasi manusia dan
memberikan pembelaan hukum yang bersifat bebas dan mandiri. 4

2. Hak dan Kewajiban Advokat dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003


tentang Advokat (“UU Advokat”)5

HAK KEWAJIBAN

3
Vidya Prahassacita, “Peran Advokat Dalam Sistem Peradilan Pidana” https://business-
law.binus.ac.id/2018/04/30/peran-advokat-dalam-sistem-peradilan-pidana/, diakses 19 April 2022
4
Febri Handayani, “Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan Advokat Dalam Mendampingi Klien Dalam
Perkara Perceraian Di Pengadilan Agama Kota Pekanbaru” Jurnal Hukum Islam, (Juni 2015), hlm. 63.
5
Indonesia, Undang-Undang Advokat, UU No. 18 Tahun 2003, LN No. 49 Tahun 2003, TLN No. 4288,
Ps. 14 - Ps. 25.

2
Bebas mengeluarkan pendapat atau Dilarang membedakan perlakuan
pernyataan dalam membela perkara terhadap Klien berdasarkan jenis
dengan tetap berpegang pada kode etik kelamin, agama, politik, keturunan, ras,
profesi dan peraturan perundang- atau latar belakang sosial dan budaya
undangan (Pasal 18 ayat (1) UU Advokat)
(Pasal 14 UU Advokat)

Bebas menjalankan tugas profesinya Wajib merahasiakan segala sesuatu


dalam membela perkara dengan tetap yang diketahui atau diperoleh dari
berpegang pada kode etik profesi dan kliennya karena hubungan profesinya,
peraturan perundang-undangan kecuali ditentukan lain oleh Undang-
(Pasal 15 UU Advokat) undang
(Pasal 19 ayat (1) UU Advokat)

Tidak dapat dituntut baik secara Dilarang memegang jabatan lain yang
perdata maupun pidana dalam bertentangan dengan kepentingan tugas
menjalankan tugas profesinya dengan dan martabat profesinya
itikad baik untuk kepentingan (Pasal 20 ayat (1) UU Advokat)
pembelaan klien
(Pasal 16 UU Advokat)

Berhak memperoleh informasi, data, Dilarang memegang jabatan lain yang


dan dokumen lainnya, baik dari instansi meminta pengabdian sedemikian rupa
Pemerintah maupun pihak lain untuk sehingga merugikan profesi Advokat
pembelaan kepentingan Klien atau mengurangi kebebasan dan
(Pasal 17 UU Advokat) kemerdekaan dalam menjalankan
tugas profesinya
(Pasal 20 ayat (2) UU Advokat)

Tidak dapat diidentikkan dengan Advokat yang menjadi pejabat negara,


kliennya dalam membela perkara klien tidak melaksanakan tugas profesi
oleh pihak yang berwenang dan/atau Advokat selama memangku jabatan
masyarakat (Pasal 20 ayat (3) UU Advokat)
(Pasal 18 ayat (2) UU Advokat)

3
Berhak atas kerahasiaan Advokat wajib memberikan bantuan
hubungannya dengan klien hukum secara cuma-cuma kepada
(Pasal 19 ayat (2) UU Advokat) pencari keadilan yang tidak mampu
(Pasal 22 ayat (1) UU Advokat)

Advokat berhak menerima Advokat yang menjalankan tugas dalam


Honorarium atas Jasa Hukum yang telah sidang pengadilan dalam menangani
diberikan kepada kliennya perkara pidana wajib mengenakan
(Pasal 21 UU Advokat) atribut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
(Pasal 25 UU Advokat)

3. Kewajiban Advokat dalam memberikan bantuan hukum secara Pro Bono


Profesi advokat pada dasarnya melekat pada pemberian bantuan hukum dalam
kedudukannya sebagai profesi yang dinilai mulai (officium nobile).6 Dalam
perkembangannya bahwa profesi advokat wajib memberikan bantuan hukum bagi
orang yang tidak mampu dari segi sosial dan ekonomi tanpa menerima imbalan. Lebih
lanjut, bantuan hukum ini dapat disebut sebagai bantuan hukum secara pro bono.7 Kata
Pro Bono atau lebih lengkap nya Pro Bono Publico diambil dari bahasa latin yang
diartikan oleh Black’s Law Dictionary yaitu:
“A latin term meaning for the public good. It is the provision of services that are free
to safeguard interest.”8
Dalam hal kewajiban dalam memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma atau pro
bono diatur lebih lanjut dalam Pasal 22 ayat (1) UU Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat (“UU Advokat”) bahwa advokat wajib memberikan bantuan hukum secara
cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.9 Maksud dari “bantuan hukum
secara cuma-cuma’ diatur lebih lanjut dalam PP 83/2008 yaitu jasa hukum yang
diberikan advokat tanpa menerima pembayaran honorarium, meliputi pemberian

6
Frans Hendra Winarta, “Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan,” PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia, hal. 104.
7
Suhayati, Monika, “Pemberian Bantuan Hukum Cuma-Cuma oleh Advokat Berdasarkan Undang-
Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat”, Jurnal Negara Hukum: Vol. 3, No. 2, (Desember, 2012), hlm. 227.
8
Kenny Winston, “ Bantuan Hukum Antara Pro Bono dan Pro Deo”,
https://www.kennywiston.com/bantuan-hukum-antara-pro-bono-dan-pro-deo/, diakses 19 April 2022.
9
Indonesia, Undang-Undang tentang Advokat, UU No. 18 Tahun 2003, LN No. 49 Tahun 2003, TLN
No. 4288, Ps. 22 ayat (1).

4
konsultasi hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan
melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak
mampu.10 Terkait kewajiban ini juga merupakan suatu implementasi dari Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang menjamin hak setiap warga
negara atas akses terhadap keadilan dan persamaan di hadapan hukum. 11
Bantuan hukum dengan cara pro bono memiliki tujuan utama yaitu memfasilitasi
bagi yang tidak mampu untuk mendapatkan haknya untuk mendapatkan akses
memperoleh keadilan melalui lembaga peradilan (access to justice) dan hak atas
persamaan di hadapan hukum (equality before the law). Lingkup dari jasa yang
diberikan oleh Advokat pro bono diatur dalam Pasal 1 ayat (2) UU Advokat yaitu
mencakup konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,
mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum
klien.12
Macam-macam layanan yang dapat diberikan dapat berupa proses beracara di
peradilan (litigasi) dan kebutuhan hukum lainnya di luar pengadilan (non-litigasi).
Layanan yang diberikan oleh advokat terhadap penerima layanan pro bono akan dirinci
dalam surat kuasa khusus untuk layanan litigasi dan/atau dokumen kesepakatan untuk
layanan non-litigasi.
A. Layanan Litigasi
Pro bono litigasi diberikan untuk seluruh alur dari proses peradilan baik tingkat
pertama, banding, kasasi, maupun proses peninjauan kembali. Namun, hal ini
dikembalikan pada para pihak yang berperkara yang menuliskan kebutuhannya
dalam surat kuasa. Proses peradilannya dapat berupa perkara pidana, perdata,
maupun tata usaha negara. Terkhusus perkara pidana, pemberian layanan pro
bono dapat diberikan sejak proses pelaporan dan pemeriksaan di kepolisian dan
penuntutan kejaksaan.
B. Layanan Non-Litigasi
Layanan-layanan yang dapat diberikan pro bono non-litigasi dapat diberikan
yaitu berupa pemberian pendidikan hukum, investigasi hukum, konsultasi
hukum, perancangan kontrak hukum (legal drafting) atau pemberian pendapat

10
Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum
Secara Cuma-Cuma, PP No. 83 Tahun 2008, Ps. 1 Angka 3.
11
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV, LN. No. 14 Tahun 2006, Ps. 28 H ayat (2).
12
Ibid., Pasal 1 ayat (2)

5
hukum (legal opinion), riset hukum, penyelesaian sengketa di luar pengadilan
(contoh: mediasi atau arbitrase), aktivitas lainnya, seperti advokasi kebijakan
yang berhubungan dengan hak asasi manusia.

4. Bagaimana cara memperoleh layanan Pro Bono


Seseorang yang tidak memiliki biaya yang cukup untuk membayar jasa advokat
dapat mengajukan jasa pro bono kepada Kantor Advokat atau Firma Hukum yang dicari
melalui ICJR Law Hub. Pengajuan permohonan Pro Bono tersebut dapat ditujukan
kepada Advokat atau pimpinan kantor hukum atau melalui organisasi advokat. Didalam
pengajuan permohonan layanan jasa Pro Bono tersebut setidaknya memuat: nama,
alamat dan pekerjaan pemohon, uraian singkat mengenai pokok persoalan yang
dimohonkan bantuan hukum serta melampirkan keterangan tidak mampu, atau
keterangan lain untuk menggantikan keterangan tidak mampu yang dibuat oleh pejabat
yang berwenang13. Pada dasarnya, selama pemberian layanan pro bono berlangsung
dapat terjadi pengunduran diri, penggantian dan/atau penambahan advokat. Apabila hal
ini terjadi maka surat kuasa atau kesepakatan mengenai pemberian layanan pro bono
harus diubah. Pada Peraturan PERADI 1/2010 mengatur kewajiban laporan kepada
organisasi advokat apabila terjadi pengunduran diri atau penggantian advokat.
Terkait Penilaian Kelayakan Permohonan Pro Bono, penerima permohonan perlu
melakukan penilaian tersebut berdasarkan kriteria diantaranya:
a. Kriteria ‘Tidak Mampu’
Seseorang yang mengajukan permohonan jasa pro bono harus dievaluasi terlebih
dahulu apakah pemohon memenuhi kriteria ‘tidak mampu’ atau tidak secara
administratif yang dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang dilampirkan.
b. Konflik Kepentingan
Advokat sebagai penerima permohonan pro bono terikat pada ketentuan Kode
Etik Advokat Indonesia (“KEAI”), sehingga advokat berkewajiban untuk
menjaga kredibilitasnya dan wajib menghindari konflik kepentingan antara para
kliennya. Penilaian terhadap hal ini dapat dilakukan secara administratif dan/atau
melalui wawancara.
c. Kompleksitas Layanan Pro Bono

13
Admin, “Bagaimana Cara Mendapatkan Jasa Pro Bono dari Kantor Hukum atau Firma Hukum?”,
https://ngertihukum.id/bagaimana-cara-mendapatkan-jasa-pro-bono-dari-kantor-hukum-atau-firma-hukum/,
Diakses pada 19 April 2022.

6
Advokat dalam mengevaluasi pengajuan permohonan pro bono tersebut
mempelajari kompleksitas dari layanan pro bono yang dibutuhkan untuk dapat
menentukan alokasi beban kerja dan advokat-advokat yang ditunjuk14.
Keputusan mengenai penilaian kelayakan akan diputuskan oleh advokat untuk
menerima atau menolak permohonan yang bersangkutan. Berdasarkan PP 83/2008
Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma
keputusan diterima atau tidaknya suatu permohonan pro bono harus diberikan dalam
jangka waktu 3 (tiga) hari15. Pada Pasal 1 ayat (2) UU Advokat menerangkan bahwa
jasa hukum yang diberikan dapat berupa konsultasi hukum, bantuan hukum,
menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum
lain dalam hal kepentingan klien 16. Pasal 3 UU Advokat juga mengatur bahwa jasa pro
bono meliputi setiap proses peradilan litigasi atau non litigasi, dimana bantuan hukum
diberikan kepada para pencari keadilan tanpa membayar biaya honorarium. UU
Advokat juga mewajibkan pada para pencari keadilan untuk memberikan bantuan
hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu17. Oleh karena
itu, karena sifat wajib tersebut pada Advokat dilarang untuk menolak permohonan
bantuan hukum pro bono. Apabila dalam hal tersebut Advokat menolak maka advokat
dapat menerima sanksi dari organisasi advokat yang meliputi teguran tertulis,
pemberhentian dari profesi selama 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan berturut-turut
atau pemberhentian tetap dari profesinya. 18

5. Pihak yang berhak dalam memperoleh layanan Pro Bono dan Kesimpulan
Pengaturan mengenai pro bono diatur pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003,
Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008, dan Peraturan Peradi Nomor 1 Tahun
2010. Ketiga peraturan tersebut menyebutkan bahwa advokat wajib memberikan
bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Pencari
keadilan yang tidak mampu adalah orang perseorangan atau sekelompok orang yang

14
The Asia Foundation, “Panduan Pro Bono”, https://learning.hukumonline.com/wp-
content/uploads/2021/09/Panduan-Pro-Bono.pdf, diakses pada 19 April 2022.
15
Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum
Secara Cuma Cuma, PP No. 83 Tahun 2008, Ps. 7 ayat (1).
16
Indonesia, Undang-Undang tentang Advokat, UU No. 18 Tahun 2003, LN No. 49 Tahun 2003, TLN
No. 4288, Ps. 1 ayat (2).
17
Ibid., Ps 22 ayat (1).
18
Nirmala Many dan Ahmad Sofian, “Bantuan Hukum Cuma-Cuma (Pro Bono) sebagai Perwujudan
Akses Keadilan Bagi Masyarakat Miskin di Indonesia,” Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial
(Desember 2020), hlm. 269-278.

7
secara ekonomis tidak mampu yang memerlukan jasa hukum advokat untuk menangani
dan menyelesaikan masalah hukum. 19

Dalam Pasal 5 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 ditentukan
kualifikasi pihak yang berhak menerima bantuan hukum yaitu:
1. Orang miskin dan
2. Kelompok orang miskin.
Definisi orang miskin menurut undang-undang bantuan hukum adalah orang yang tidak
dapat memenuhi hak dasarnya secara layak dan mandiri, dimana hak dasar disini
meliputi hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan
dan berusaha dan atau perumahan. Yang dimaksud dengan tidak dapat memenuhi
kebutuhan secara layak dan mandiri adalah tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya
sehari-hari bukan saja untuk dirinya sendiri akan tetapi juga bagi orang yang
ditanggungnya dari anak, isteri dan lain-lain.

Berdasarkan definisi miskin di atas, maka yang berhak menerima bantuan hukum gratis
adalah :
1. Mereka yang tidak dapat memenuhi kebutuhan sandang yang layak;
2. Mereka yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan yang layak;
3. Mereka yang tidak dapat memenuhi kebutuhan papan atau perumahan yang
layak;
4. Mereka yang tidak dapat memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan yang
layak;
5. Mereka yang meskipun sudah ada pekerjaan dan berusaha tetapi tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. 20

Pihak yang dapat menerima layanan pro bono dapat berupa individu atau kelompok
yang mewakili para individu harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria tidak mampu secara ekonomis

19
Hutomo, Dimas, “Syarat untuk Memperoleh Bantuan Hukum”
https://www.hukumonline.com/klinik/a/syarat-untuk-memperoleh-bantuan-hukum-lt5ce377a33c4c7, diakses
pada 18 April 2022.
20
Wiyono, Puguh “Golongan yang Berhak Menerima Bantuan Hukum”
http://bphn.go.id/data/documents/11uu016.pdf, diakses pada 18 April 2022.

8
Seseorang dapat memenuhi kriteria ini apabila memiliki pendapatan bulanan
setara atau di bawah upah minimum. Selain itu, terdaftar dalam daftar
penduduk sembilan belas miskin oleh Badan Pusat Statistik (BPS) atau sebagai
peserta program bantuan pemerintah. Hal ini dapat dibuktikan dengan meminta
calon penerima layanan pro bono untuk memberikan dokumen-dokumen
pendukung yang menunjukkan bahwa dirinya tidak mampu secara ekonomi,
seperti:
1. surat keterangan tidak mampu;
2. tagihan rekening listrik selama beberapa bulan terakhir;
3. bukti pembayaran pajak penghasilan terbaru; dan
4. bukti kepesertaan dalam program bantuan pemerintah.21
Apabila calon penerima layanan pro bono merupakan kelompok yang
mewakili para individu yang tidak mampu, maka perlu menyampaikan laporan
keuangan selama beberapa bulan terakhir atau data individu-individu yang
diwakilinya. Apabila dalam keadaan yang memaksa maka advokat dapat
menerima permohonan layanan pro bono tanpa mencantumkan dokumen-
dokumen tersebut.

b. Kriteria tidak mampu secara sosial dan politik


Seseorang tidak mampu secara sosial-politik maksudnya adalah individu
tersebut kurang atau tidak memiliki akses terhadap keadilan dan bantuan hukum.
Proses membuktikan yakni dapat dilakukan dengan cara wawancara calon
penerima layanan pro bono.22
Batasan bantuan secara “cuma-cuma” maksudnya adalah bahwa advokat
tidak menerima pembayaran honorarium atas jasa hukum yang diberikannya.
Terkait biaya selain biaya jasa hukum yang dapat membebani seorang pencari
keadilan yang tidak mampu, seperti biaya administrasi, advokat yang memberikan
layanan pro bono diharapkan untuk menanggung biaya-biaya lain tersebut. Hal ini
diatur dalam Peraturan PERADI 1/2010 bahwa advokat dilarang untuk yang
memberikan layanan pro bono untuk menerima dana untuk kepentingan apapun
dari pencari keadilan yang tidak mampu.

21
Anonim, “Panduan Pro Bono,” Hukumonline kolaborasi dengan The Asia Foundation, hal. 18-19.
22
Ibid.,hal.19

9
Selain daripada mengandalkan dana pribadi, advokat diperbolehkan
untuk mengandalkan sumber pendanaan lain, seperti bantuan dana dari
organisasi advokat, kantor hukum, sesama advokat dan/atau hasil penggalangan
dana oleh masyarakat. Apabila layanan pro bono dilaksanakan dalam proses
litigasi, advokat juga dapat mengusahakan agar klien mendapatkan layanan
pembebasan biaya proses berperkara dengan memohonkan kepada Ketua
Pengadilan terkait. Advokat sama sekali tidak diperkenankan untuk
membedakan kualitas layanan yang diberikannya kepada penerima layanan pro
bono, walaupun tidak mendapatkan keuntungan dari jasa hukum yang
diberikannya pada pihak tersebut. Kualitas yang diberikan haruslah sama
sebagaimana layanan hukum yang berbayar. 23
Dengan demikian, dari semua penjelasan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa pro bono adalah bantuan hukum gratis yang ditujukan untuk
pihak yang tidak mampu tanpa dipungut biaya, yang mana biasanya pro bono
itu diberikan oleh pengacara yang langsung menangani perkara yang dihadapi
pihak yang tidak mampu tersebut.

C. Podcast 1
1. Judul Podcast
Pada Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) Episode 1 berjudul: “Penting Nggak
Sih Peran Advokat di Dalam Proses Peradilan?”

2. Cast Podcast
Pada Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) akan terdapat 2 Episode yang
bersambung dimana pada Episode 1 Podcast ini akan dibawakan oleh Podcaster yaitu
Annisa Salsabila (1906318565), Fahriza Mutiara Adhyaksa (1906303550) dan
Khairunnisa Alkhawarijmi (1906308734).

3. Target Audience
Pada Podcast yang akan kami bawakan ditujukan pada masyarakat umum dalam
rentang usia 17-45 Tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Rentang umur tersebut
ditentukan berdasarkan tujuan untuk memberikan pemahaman mendasar mengenai

23
Ibid.,hal.21

10
pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma dalam Profesi Advokat sehingga
masyarakat umum lebih memahami baik materil dan formil bantuan hukum secara
cuma-cuma atau Pro Bono.

4. Alur Cerita
Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) Episode 1 akan membahas mengenai hal-
hal berkaitan dengan peran fungsi advokat sebagai penasihat hukum sekaligus penegak
hukum dalam peradilan atau proses persidangan. Alur dalam Podcast TINGKAT
(Thinking Like Advokat) Episode 1 ini yaitu sebagai berikut:
1) Pendahuluan Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) Episode 1 akan
dibuka dengan Kasus Mantan Terpidana Mati Yusman Telaumbanua. Dirinya
sebelumnya divonis hukuman mati atas dugaan pembunuhan dan vonis
hukuman mati tersebut dibatalkan setelah terungkap ada kesalahan fakta
mengenai umur terdakwa dan proses penyidikan yang bermasalah. Terungkap
pula fakta penasihat hukum terdakwa sebelumnya justru menjerumuskan
terdakwa pada hukuman yang lebih berat. Kasus ini menjadi pembuka dalam
pembahasan episode 1 yang membahas peran penting advokat dalam proses
peradilan.
2) Sesi selanjutnya akan dibahas mengenai peran penting seorang advokat dalam
proses peradilan terutama dalam membantu hak-hak kliennya.
3) Pembahasan inti dari Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) Episode 1
ini yaitu mengenai bagaimana advokat sebagai penasihat hukum dari kliennya
berperan penting selain sebagai penegak hukum namun juga sebagai pengawal
dari hak-hak kliennya agar terjamin. Selain itu dibahas pula apa saja hak dan
kewajiban advokat menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat.
4) Penutup Podcast ini akan disampaikan mengenai kesimpulan dari Podcast
TINGKAT (Thinking Like Advokat) Episode 1 beserta poin penting dari
pembahasan podcast episode 1 ini.

5. Runtime
Dalam Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) terdapat 2 Episode dimana durasi
masing-masing Episode akan berlangsung selama kurang lebih 10 menit sehingga total

11
untuk 2 Episode berjumlah kurang lebih 20 menit. Untuk penjelasan pembagian waktu
sebagai berikut:
Episode 1
1) Pendahuluan : 1 Menit
2) Penjelasan Kasus : 1 Menit
3) Penjelasan Peran Penting Advokat : 2 Menit
4) Pembahasan Inti : 5 Menit
5) Kesimpulan + Pernyataan Bersambung : 1 Menit
—- bersambung ke Episode 2

6. Media Rekaman
Adapun media yang akan kami gunakan dalam Podcast TINGKAT (Thinking Like
Advokat) menggunakan media rekaman live pada Move On Multimedia Rental Studio
dengan beberapa pengeditan yang akan ditampilkan secara audiovisual termasuk
penjelasan didalamnya.

7. Hasil Rekaman
Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) akan diunggah di beberapa media platform
seperti Anchor, Spotify, Radio Public, Google Podcast, Breaker, dan platform Podcast
lainnya. Selain itu, hasil rekaman akan diunggah melalui Youtube, sehingga para
pendengar juga dapat melihat materi audiovisual yang dibawakan dan dapat ditonton
oleh masyarakat umum. Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) akan diunggah
melalui platform YouTube sehingga para pendengar juga dapat melihat materi
audiovisual yang dibawakan dan dapat ditonton oleh masyarakat umum.

D. Podcast 2
1. Judul Podcast
Pada Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) Episode 2 berjudul : “Pro Bono
Gratis atau Hanya Kedok?”

2. Cast Podcast
Pada Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) akan terdapat 2 Episode yang
bersambung dimana pada Episode 2 akan dibawakan oleh Podcaster yaitu Nahda

12
Chairunnisa Utami (1906304944), Natasya Alifia Amanda (1906306792), dan Rizkya
Kinanti Nastiti (1906385720).

3. Target Audience
Pada Podcast yang akan kami bawakan ditujukan pada masyarakat umum dalam
rentang usia 17-45 Tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Rentang umur tersebut
ditentukan berdasarkan tujuan untuk memberikan pemahaman mendasar mengenai
pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma dalam Profesi Advokat sehingga
masyarakat umum lebih memahami baik materil dan formil bantuan hukum secara
cuma-cuma atau Pro Bono.

4. Alur Cerita
Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) Episode 2 akan membahas mengenai hal-
hal berkaitan dengan peran fungsi advokat sebagai penasihat hukum sekaligus penegak
hukum dalam peradilan atau proses persidangan. Alur dalam Podcast TINGKAT
(Thinking Like Advokat) Episode 2 ini yaitu sebagai berikut:
1) Pendahuluan Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) Episode 2 akan
dibuka dengan perkenalan istilah pro bono sebagaimana menjadi kewajiban
advokat yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat.
2) Penjelasan mengenai Prosedur mendapatkan Bantuan Hukum pro bono.
3) Pembahasan Inti Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) Episode 2
mengenai macam-macam layanan pro bono yang dapat diberikan oleh advokat
dapat berupa proses beracara di peradilan (litigasi) dan kebutuhan hukum
lainnya di luar pengadilan (non-litigasi). Kemudian dilanjutkan dengan
Penilaian Kelayakan Permohonan pro bono bagi calon penerima layanan pro
bono dan penerima permohonan perlu melakukan penilaian tersebut
berdasarkan kriteria yang seharusnya berhak dalam memperoleh layanan pro
bono.
4) Penutup Podcast ini dijelaskan mengenai kesimpulan Podcast TINGKAT
(Thinking Like Advokat) Episode 2 dengan pesan-pesan dibaliknya

13
5. Runtime
Dalam Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) terdapat 2 Episode dimana durasi
masing-masing Episode akan berlangsung selama kurang lebih 10 menit sehingga total
untuk 2 Episode berjumlah kurang lebih 20 menit. Untuk penjelasan pembagian waktu
sebagai berikut:
Episode 2
1) Perkenalan Bantuan Hukum Pro Bono : 1 Menit
2) Penjelasan Prosedur Bantuan Pro Bono : 2 Menit
3) Pembahasan Inti : 6 Menit
4) Penutup dan Kesimpulan : 1 Menit

6. Media Rekaman
Adapun media yang akan kami gunakan dalam Podcast TINGKAT (Thinking Like
Advokat) menggunakan media rekaman secara live pada Move On Multimedia Rental
Studio dengan beberapa pengeditan yang akan ditampilkan secara audiovisual termasuk
penjelasan didalamnya.

7. Hasil Rekaman
Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) akan diunggah di beberapa media platform
seperti Anchor, Spotify, Radio Public, Google Podcast, Breaker, dan platform Podcast
lainnya. Selain itu, hasil rekaman akan diunggah melalui Youtube, sehingga para
pendengar juga dapat melihat materi audiovisual yang dibawakan dan dapat ditonton
oleh masyarakat umum. Podcast TINGKAT (Thinking Like Advokat) akan diunggah
melalui platform YouTube sehingga para pendengar juga dapat melihat materi
audiovisual yang dibawakan dan dapat ditonton oleh masyarakat umum.

14
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan
Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945.
Indonesia. Undang-Undang Advokat. UU No. 18 Tahun 2003. LN No. 49 Tahun 2003. TLN
No. 4288.
Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan
Hukum Secara Cuma Cuma. PP No. 83 Tahun 2008.

Buku
Winarta, Frans Hendra,. Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2000.
Anonim. Panduan Probono.Jakarta: Hukum online kolaborasi dengan The Asia Foundation,
2019.

Jurnal
Handayani, Febri. “Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan Advokat Dalam Mendampingi Klien
Dalam Perkara Perceraian Di Pengadilan Agama Kota Pekanbaru.” Jurnal Hukum Islam
(Juni 2015). hlm. 63.
Many, Nirmala dan Ahmad Sofian. “Bantuan Hukum Cuma-Cuma (Pro Bono) sebagai
Perwujudan Akses Keadilan Bagi Masyarakat Miskin di Indonesia.” Media Informasi
Penelitian Kesejahteraan Sosial (Desember 2020). hlm. 269-278.
Monika, Suharyati.“Pemberian Bantuan Hukum Cuma-Cuma oleh Advokat Berdasarkan
Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat”, Jurnal Negara Hukum: Vol. 3,
No. 2, (Desember, 2012), hlm. 227.
Astuti, Tri. “Kedudukan dan Peran Advokat dalam Penegakan Hukum di Indonesia” Jurnal
Niogoro, hlm. 10.

Artikel/Website
Hutomo, Dimas. “Syarat untuk Memperoleh Bantuan Hukum”
https://www.hukumonline.com/klinik/a/syarat-untuk-memperoleh-bantuan-hukum-
lt5ce377a33c4c7. Diakses pada 18 April 2022.

15
Prahassacita, Vidya. “Peran Advokat Dalam Sistem Peradilan Pidana” https://business-
law.binus.ac.id/2018/04/30/peran-advokat-dalam-sistem-peradilan-pidana/. Diakses 19
April 2022 .
Wiyono, Puguh. “Golongan yang Berhak Menerima Bantuan Hukum”
http://bphn.go.id/data/documents/11uu016.pdf. Diakses pada 18 April 2022.
Admin. “Bagaimana Cara Mendapatkan Jasa Pro Bono dari Kantor Hukum atau Firma
Hukum?”.https://ngertihukum.id/bagaimana-cara-mendapatkan-jasa-pro-bono-dari-
kantor-hukum-atau-firma-hukum/. Diakses pada 19 April 2022
The Asia Foundation. “Panduan Pro Bono”. https://learning.hukumonline.com/wp-
content/uploads/2021/09/Panduan-Pro-Bono.pdf. Diakses pada 19 April 2022
Winston, Kenny. “Bantuan Hukum Antara Pro Bono dan Pro Deo”.
https://www.kennywiston.com/bantuan-hukum-antara-pro-bono-dan-pro-deo/. Diakses
19 April 2022.

16

Anda mungkin juga menyukai