Anda di halaman 1dari 4

Sub tema : Kontribusi Mahasiswa Dalam Mencegah Korupsi

“Yang Muda dan Berintegritas Mengambil Alih Peran Para Kader Tua Politik di
Indonesia”
Oleh : Rizkya Kinanti Nastiti
            Universitas Indonesia

            Korupsi dan partai politik merupakan dua hal yang tidak terpisahkan dalam
ranah perpolitikan di Indonesia. Merujuk data yang dilansir oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) per tanggal 1 Juni 2020 dalam artikel Databoks, anggota DPR & DPRD
menduduki peringkat kedua pelaku korupsi terbanyak sepanjang 2014-2020.1
Banyaknya praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dalam tubuh partai politik
memberikan stigma buruk bagi anak muda terutama mahasiswa untuk mau terjun dan
berperan dalam institusi tersebut. Padahal dengan masuknya orang-orang berintegritas
dan berkualitas seperti mahasiswa ke dalam partai politik diharapkan mampu
memperbaiki sistem birokrasi dan wajah dari partai politik saat ini.
 
Partai Politik Dengan Kasus Korupsinya
Korupsi di Indonesia memang sudah merajalela, hal tersebut dilatarbelakangi
oleh berbagai faktor salah satunya permainan kotor partai politik. Dalam webinar “Seri
Diskusi Forum 100 Ilmuwan Sosial Politik Ke-12”, Kepala Pusat Penelitian Politik,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P LIPI), Firman Noor mengutarakan bahwa
politik Indonesia saat ini cenderung dikuasai elite. 2 Terlebih tren demokrasi yang
berkembang saat ini banyak diwarnai kepentingan personal atau kelompok tertentu yang
memanfaatkan kesempatan untuk melakukan praktik korupsi. Beliau pun menyebutkan
bahwa partai politik saat ini sangat berkontribusi dalam menciptakan korupsi di
Indonesia.

1
Yosepha Puspasrisa, “Kalangan Swasta, Politisi, dan Pejabat Pemerintah yang Paling Banyak
Dicokok KPK” https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/03/01/kalangan-swasta-politisi-dan-
pejabat-pemerintah-yang-paling-banyak-dicokok-kpk, diakses 25 Agustus 2021.
2
Yeremia Sukayo, “Korupsi Masih Berkaitan Dengan Partai Politik”
https://www.beritasatu.com/nasional/724371/korupsi-masih-berkaitan-dengan-partai-politik, diakses 25
Agustus 2021.
Hadirnya partai politik sejatinya merupakan manifestasi dari kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat sebagaimana yang telah diatur
dalam konstitusi negara Indonesia.3 Pengaturan dan pengakuan terkait partai politik
yang ada dalam beberapa perundang-undangan telah menempatkan partai politik
sebagai salah satu organ konstitusi.4 Kehadiran partai politik pun secara tidak langsung
mempengaruhi kehidupan demokrasi dan perkembangan ketatanegaraan di negara
Indonesia, bahkan disebutkan institusi tersebut yang menentukan seberapa berkualitas
demokrasi suatu negara.5 Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran partai
politik juga mempengaruhi dimensi lain dalam kehidupan bernegara salah satunya
meningkatkan perkembangan korupsi khususnya di Indonesia.
Dengan masifnya kasus korupsi yang melibatkan berbagai elite partai politik,
sudah seharusnya dilakukan perbaikan dalam tubuh partai politik yang ada saat ini.
Khususnya dalam tata kelola sumber daya manusianya yang belum terjamin kualitas
dan integritasnya. Dilihat dari fenomena yang ada saat ini banyak anggota partai politik
yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang mumpuni. Contohnya ketika
dahulu Nazaruddin yang hanya berlatar belakang sebagai pengusaha langsung ditunjuk
menjadi Dewan Pengurus Pusat Partai Demokrat kala itu, lalu tren artis yang turun ke
politik lalu dengan mudahnya menjadi anggota dewan. Hal tersebut sejatinya ironis
sebab seharusnya orang-orang yang berintelektual dan berintegritas lah yang tepat untuk
mengambil peran tersebut terutama para mahasiswa dengan idealisme dan semangatnya
untuk mengabdi. Namun mirisnya banyak anak muda terutama mahasiswa tidak mau
terjun ke politik karena stigma KKN yang lekat dalam tubuh partai politik.
 
Terjunnya Mahasiswa Dalam Tubuh Partai Politik
            Mahasiswa dengan berbagai ide dan inovasinya dipercaya mampu untuk
memberikan angin segar dalam tubuh perpolitikan di Indonesia. Dunia politik yang
3
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Ps. 28E ayat (3).
4
Janedjri M. Gaffar, Demokrasi Konstitusional Praktik Ketatanegaraan Indonesia Setelah 
Perubahan UUD 1945, (Jakarta: Konstitusi Press, 2012), hlm. 55. 
5
Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik dan Mahkamah
Konstitusi, (Jakarta: Konstitusi Press, 2005), hlm. 52.
penuh dengan permainan kotornya terutama dalam kasus korupsi perlahan dapat diubah
dengan masuknya para intelektual muda dengan ambisinya untuk membangun bangsa.
Seperti yang diketahui dahulu pun mahasiswa telah banyak berperan dalam dunia
politik Indonesia hingga dikeluarkannya SK 0156/U/1978 tentang Normalisasi
Kehidupan Kampus (NKK) tahun 1978 lalu. Ketentuan tersebut secara tidak langsung
telah mendepolitisasi mahasiswa untuk berpolitik di masa mudanya. Padahal dengan
adanya pengenalan dunia politik lebih awal pada generasi muda akan lebih mudah
membentuk karakter berintegritas dan bersih pada diri mahasiswa. Ketimbang
memberikan pendidikan karakter kepada para kader orang tua yang kerap bermain kotor
untuk berlomba-lomba terjun ke politik dengan berbagai motif untuk kekuasaan dan
kekayaan. 
            Sejatinya faktor yang melatarbelakangi terjadinya banyak kasus korupsi dalam
tubuh partai politik selain karena adanya “mahar politik” yang besar jumlahnya, namun
karakter dan kualitas pribadi para kader pula lah yang mendorong dilakukannya korupsi.
Karakter dan kualitas anggota partai politik ini hanya bisa dirubah dengan cara merubah
orang-orang berada dalam partai politik tersebut. Terlebih pemberian pendidikan anti
korupsi semacamnya yang diberikan kepada orang tua yang sudah terlanjur memiliki
karakter tamak dan ingin menang sendiri akan lebih sulit ketimbang membangun
generasi muda baru yang berintegritas dan berkualitas. Oleh karena itu apabila partai
politik yang ada saat ini diisi anak-anak muda mahasiswa yang berintegritas dan
memiliki kualitas di bidangnya masing-masing diharapkan mampu memberikan
perubahan pada tatanan tubuh partai politik pada khususnya dan memberikan upaya
pencegahan terjadinya korupsi melalui partai politik pada umumnya. Diharapkan
dengan banyaknya mahasiswa yang mau terjun dan berperan langsung dalam politik
dapat  memberikan perubahan nyata khususnya dalam memutus mata rantai korupsi di
negara ini. Dengan begitu secara tidak langsung mahasiswa telah melakukan usaha
pencegahan terjadinya korupsi langsung dari salah satu sumbernya.
 
 

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Gaffar, Janedjri M. Demokrasi Konstitusional Praktik Ketatanegaraan
Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945. Jakarta: Konstitusi Press, 2012.
Asshiddiqie, Jimly. Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik dan
Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Konstitusi Press, 2005.

PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945.

INTERNET
Puspasrisa, Yosepha. “Kalangan Swasta, Politisi, dan Pejabat Pemerintah yang
Paling Banyak Dicokok KPK”
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/03/01/kalangan-swasta-politisi-dan-
pejabat-pemerintah-yang-paling-banyak-dicokok-kpk. Diakses 25 Agustus 2021.
Sukayo, Yeremia. “Korupsi Masih Berkaitan Dengan Partai Politik”
https://www.beritasatu.com/nasional/724371/korupsi-masih-berkaitan-dengan-partai-
politik. Diakses 25 Agustus 2021.

Anda mungkin juga menyukai