Anda di halaman 1dari 5

ESAI

PELATIHAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJERIAL MAHASISWA TINGKAT


MENEGAH 2020

PERANAN PEMUDA DALAM BEROPOSISI


PERDAMAIAN, KEADILAN, DAN KELEMBAGAAN YANG TANGGUH

Disusun oleh:
Ramdan Fitrisal Razak
33122420041 / Angkatan 2020

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


KOTA SEMARANG
2020
PERANAN PEMUDA DALAM BEROPOSISI

Ramdan Fitrisal Razak


Prodi Ilmu Politik, Jurusan PKN, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang

Latar Belakang
Pada era sekarang ini, terdapat keanehan di dunia perpolitikan Indonesia. Seperti yang kita
ketahui, berbagai partai politik yang dulunya oposisi terhadap pemerintahan Presiden Joko
Widodo, sekarang berbagai partai politik tersebut berkoalisi dengan pemerintah. Hanya ada satu
partai yang dipihak oposisi yaitu PKS (Partai Keadilan Sejahtera) Hal tersebut cukup
memprihatikan, karena dengan adanya kekosongan peran oposisi maka kurangnya pengawasan
dan penyampaian kritik yang ditujukan pada kebijakan yang diputuskan. Hal tersebut juga
menyebabkan ketidak seimbangan perpolitikan di Indonesia. Karena dengan mayoritas dipihak
koalisi maka akan menyebabkan satu suara saja untuk memutuskan suatu kebijakan. Oleh karena
itu, perlu adanya peranan pemuda dalam beroposisi. Semangat dan gairah pemuda dalam
mewujudkan perubahan telah kita ketahui dalam sejarah bangsa ini. Proklamasi kemerdekaan juga
tidak terlepas dari peranan pemuda. Ketika itu golongan muda menculik Bung Karno untuk di
bawa ke Rengasdengklok, yang bertujuan untuk mendesak Bung Karno agar segara
memproklamirkan kemerdekaan bangsa. Selain itu, aksi para pemuda pada tahun 1997/1998 yang
mendesak Presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya, yang disebabkan karena adanya
pelanggarn berat saat itu dan adanya krisis moneter yang menyebabkan seluruh rakyat Indonesia
menderita. Dari sejarah tersebut dapat kita ketahui bahwa peranan pemuda Indonesia sangat besar
pengaruhnya.
Segala kritikan sejatinya adalah untuk membangun dan untuk memperbaiki suatu
kesalahan atau kebijakan yang telah dibuat oleh para pemegang kekuasaan. Akan tetapi, kritikan
yang telah dilontarkan dianggap sebagai suatu ujuran kebencian, bahkan sampai diadili hingga
dikucilkan dari masarakat. Contohnya kasus kartu kuning yang dialami oleh Ketua Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia 2018 yang bernama Zaadit Taqwa. Dalam insiden
tersebut, Presiden Joko Widodo menghadiri acara Dies Natalis ke-68 di Kampus UI di Depok,
Jawa Barat, lalu Ketua BEM UI Zaadit Taqwa mengacungkan kartu kuning kepada Presiden Joko
Widodo. Setelah itu, Zaadit diamankan oleh Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres). Insiden
tersebut menjadi perbincangan media dan Ketua BEM UI tersebut langsung diamankan. Hal
tersebut tentunya mengancam kebebasan berpendapat di negeri ini. Menurut Zaadit yang dikutip
dari kompas.com bahwasannya kartu kuning untuk Presiden Jokowi sebagai bentuk peringatan
atas berbagai masalah di dalam negeri, contohnya gizi buruk di Asmat, isu penghidupan kembali
dwifungsi Polri/TNI, dan penerapan peraturan baru organisasi mahasiswa.
Isi/Pembahasan
Negara demokrasi merupakan negara yang menganut bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan dengan mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintahan negara tersebut. Dengan pengertian tersebut maka negara Indonesia membutuhkan
rakyatnya untuk menjalankan pemerintahan negara. Akan tetapi pada kenyataannya, usul, saran,
dan kritikan pun dibiarkan saja oleh lembaga-lembaga pemerintahan. Sepertinya yang terjadi di
lembaga legislatif di negara kita terkhususnya DPR RI yang telah mengesahkan UU omnibus law
pada awal Oktober yang lalu. Gerakan rakyat pun telah menggugat adanya rancangan undang-
undang omnibus law tersebut. Akan tetapi, masih saja DPR RI mengesahkan undang-undang
tersebut tanpa mempertimbangkan suara dar rakyatnya. Bukan hanya masalah UU omnibus law
saja, tetapi ada RUU KPK dan RKUHP. Hal tersebut menyebabkan lembaga legislative ini tidak
dipercayai oleh masyarakat Indonesia, sehingga munculah berbagai hastag mosi tidak percaya
(#mositidakpercaya) yang dilontarkan untuk menyindir kebijakan-kebijakan yang semena-mena
dibuat atau diciptakan. Dalam perumusan perundang-undangan seharusnya lembaga legislatif
melibatkan semua elemen masyarakat. Serta membuka ruang dialog untuk membahas bersama
elemen masyarakat sebelum undang-undang tersebut disahkan.
Dalam kasus Zaadit Taqwa yang mengacungkan kartu kuning kepada Presiden Joko
Widodo mendapatkan ancaman penjara karena dinilai menghina presiden. Menurut saya jika
Zaadit Taqwa dipidanakan karena hal tersebut maka keadilan di negara Indonesia perlu
dipertanyakan, karena dalam undang-undang tidak ada pasal yang mengatur hal tersebut dan juga
pemberian kartu kuning bukan sebagai bentuk penghinaan terhadap penguasa, tetapi sebagai
kritikan yang memperingati kinerja penguasa tersebut sehingga perlu adanya evaluasi. Banyak
kasus-kasus ketidakadilan dinegeri ini, contohnya kasus penyimaran air keras ke Novel Baswedan
yang menyebabkan mata beliau mengalami kebutaan, tetapi pelaku penyiraman air keras tersebut
hanya dihukum 1 tahun saja karena dinilai tidak sengaja dalam melakukan tersebut. Kasus lainnya
adalah Nenek Asyani yang dituduh mencuri kayu jati milik perhutani. Dalam kasus tersebut Nenek
Asyani dijatuhi hukuman 1 tahun penjara dan denda Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Dengan demikian, hukum yang dibuat tidak dapat memberikan keadilan, kepastian, dan
kemanfaatan karena hukum tersebut tidak ditegakan secara baik dan benar.Sehingga banyak
masyarakat beranggapan bahwa hukum di negara Indonesia tumpul ke atas dan runcing ke bawah,
yang berarti keadilan hanyalah milik penguasa. Akan tetapi,sebenarnya yang bermasalah adalah
aparat penegak hukumnya bukan dari perundang-undangnya. Sehinngga untuk membenahi itu
semua diperlukan aparat hukum yang berkualitas dan berhati nurani, serta menjunjung tinggi
keadilan. Selain itu, masyarakat biasa juga seharusnya memahami tentang hukum yang ada di
negara Indonesia, sehingga dengan memahami hukum maka akan mengurangi kasus-kasus
pelanggaran terhadap hukum tersebut.
Di Tahun 2019, Indonesia berada di peringkat 41 negara paling damai dunia dan masuk
dalam katagori kondisi perdamaian yang tinggi. Akan tetapi masih banyak kasus criminal,
terorisme, separatism, propaganda dan lain-lain yang tentunya mengancam perdamaian di negara
kita bahkan lebih buruknya akan mengalami perpecahan.. Seperti pada kasus setahun silam
mengenai rasisme yang terjadi di Kota Surabaya. Dalam kasus tersebut terlontar penghinaan yang
ditujukan kepada mahasiswa Papua yang berada di Kota Surabaya. Tindakan rasisme seperti itulah
yang mengancam perdamaian di tanah air. Seharusnya kita saling menghargai satu dengan yang
lain, karena kualitas seseorang tidak dapat dinilai dari fisiknya saja. Dengan demikian, kedamaian
akan terwujud sehingga akan terciptanya rasa persatuan di negara Indonesia.

Kesimpulan
Dalam mewujudkan kelembagaan yang tangguh, perdamaian dalam negeri, dan keadilan
sosial maka sangat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Pemuda seharusnya
mengambil peran dalam mewujudkan tersebut, karena pemudalah yang menjadi harapan suatu
bangsa, bagaimana melihat kemajuan suatu bangsa kedepannya dapat kita lihat dengan apakah
seberapa besar peran pemuda saat ini. Seperti yang dikatakan oleh mantan Presiden Republik
Indonesia ke-4 dan sebagai ketua umum PDI-P yaitu Megawati Soekarno putri yang
mempertanyakan kontribusi generasi millenial saat ini. Beliau menganggap kontribusi atau peran
generasi millenial saat ini hanyalah demo atau turun ke jalan dan merusak fasilitas umum. Padahal,
generasi millennial saat ini banyak berkontribusi bagi negara contohnya mobil dengan merek
esemka yang merupakan hasil buatan anak muda Indonesia, para juara dalam Asian Games 2018
yang membawakan mendali emas yang cukup banyak kepada tanah air, dan sebagainya. Oleh
karena itu, kita sebagai generasi millennial harus semangat dalam berkontribusi untuk negara
Indonesia, mari kita buktikan bahwa pemuda sekarang, tidak kalah hebat dengan pemuda jaman
dulu. Wujudkan perubahan melalui berbagai pergerakan baik vertikal maupun horizontal dan
pengabdian kepada bangsa, negara, dan masyarakat.
Daftar Pusaka
 Asyifaudin. 2017. Mengingat Kembali Kasus Nenek Asyani Si Pencuri Kayu Jati, Ada
Apa dengan Hukum di Indonesia? kompasiana.com.
https://www.kompasiana.com/asyifaudin/59b81eaba1a50a1f800920d2/mengingat-
kembali-kasus-nenek-asyani-si-pencuri-kayu-jati-ada-apa-dengan-hukum-di-indonesia.
Diakses 13 November 2020.
 Sekar, Ashinta. 2014. Ketidakadilan Hukum Bagi Kaum Sandal Jepit. neliti.com.
https://www.neliti.com/id/publications/220795/ketidakadilan-hukum-bagi-kaum-sandal-
jepit. Diakses 13 November 2020
 Saubani, Andri. 2018. Kartu Kuning Zaadit dan Ancaman Penjara Menghina Penguasa.
https://republika.co.id/berita/p3u9bp409/kartu-kuning-zaadit-dan-ancaman-penjara-
menghina-penguasa. Diakses, 13 November 2020

Anda mungkin juga menyukai