Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa Advokat adalah orang yang berpraktek memberi
jasa hukum, baik didalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan
undang-undang yang berlaku, baik sebagai Advokat, Pengacara, Penasehat Hukum, Pengacara
praktek ataupun sebagai konsultan hukum sedangkan Klien adalah orang, badan hukum atau
lembaga lain yang menerima jasa dan atau bantuan hukum dari Advokat. Pada kasus tersebut,
subyek hukum yang bertindak sebagai advokat adalah Joko Sriwidodo dan kliennya adalah
Setyabudi. Sedangkan dewan yang memutus perkara sengketa antar keduanya dinamakan
Dewan kehormatan, yakni lembaga atau badan yang dibentuk oleh organisasi profesi advokat
yang berfungsi dan berkewenangan mengawasi pelaksanaan kode etik Advokat sebagaimana
semestinya oleh Advokat dan berhak menerima dan memeriksa pengaduan terhadap seorang
Advokat yang dianggap melanggar Kode Etik Advokat.

Joko Sriwidodo dinyatakan melanggar sumpah advokat seperti diatur dalam Pasal 4
ayat (2) jo Pasal 6 huruf a dan f Undang-undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Pasal 4
ayat (2) UU Advokat berbunyi
“Demi Allah saya bersumpah/saya berjanji:

· bahwa saya akan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia;
· bahwa saya untuk memperoleh profesi ini, langsung atau tidak langsung dengan
menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu
kepada siapapun juga;
· bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pemberi jasa hukum akan bertindak
jujur, adil, dan bertanggung jawab berdasarkan hukum dan keadilan;
· bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi di dalam atau di luar pengadilan tidak akan
memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada hakim, pejabat pengadilan atau pejabat lainnya
agar memenangkan atau menguntungkan bagi perkara Klien yang sedang atau akan saya
tangani;
· bahwa saya akan menjaga tingkah laku saya dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai
dengan kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai Advokat;
· bahwa saya tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau memberi jasa hukum di
dalam suatu perkara yang menurut hemat saya merupakan bagian daripada tanggung jawab
profesi saya sebagai seorang Advokat.

Pasal 6 UU Advokat berbunyi:


Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan:
a. mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya;
b. berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan seprofesinya;
c. bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan
sikap tidak hormat terhadap hukum, peraturan perundang-undangan, atau pengadilan;
d. berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau harkat dan martabat
profesinya;
e. melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan atau perbuatan tercela;
f. melanggar sumpah/janji Advokat dan/atau kode etik profesi Advokat.

Joko Sriwidodo pun juga telah melanggar ketentuan hubungan dengan klien sesuai
yang tertuang dalam Bab III Pasal 4 Kode Etik Advokat Indonesia, yakni Advokat tidak dibenarkan
menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang ditanganinya akan menang. Hal ini tentu tidak
dilaksanakan oleh Joko Sriwidodo dan justru merugikan si klien.
Maka dari itu Joko Sriwidodo dikenai sanksi berupa pemberhentian tetap dari profesi advokat untuk
tidak menjalankan profesi advokat baik di dalam atau di luar pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai