Anda di halaman 1dari 16

Filsafat Hukum dan Etika Profesi

Kode Etik Advokat


Indonesia
[Materi 11]

Dosen,
Dr. Horadin Saragih, SH., M.Hum
1
 Advokat adalah orang yang berpraktek
memberi jasa hukum, baik di dalam maupun
di luar pengadilan yang memenuhi
persyaratan berdasarkan undang-undang ‘ini’,
yang berlaku, baik sebagai Advokat,
Pengacara, Penasehat Hukum, Pengacara
Praktek ataupun sebagai Konsultan Hukum,
(Kode Etik Advokat Indonesia, selanjutnya
disebut KEAI).

2
O Teman sejawat adalah orang atau orang yang
menjalankan praktek hukum sebagai Advokat sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
O Teman sejawat asing adalah Advokat yang bukan warga
negara Indonesia yang menjalankan praktek hukum di
Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku;
O Advokat asing yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku menjalankan profesinya di
Indonesia tunduk kepada serta wajib mentaati kode etik
ini [Pasal 6 KEAI];
3
Kode Etik Advokat
Dalam perkembangannya di Indonesia dikenal
beberapa kode etik, antara lain:
1. Kode Etik Advokat Ikatan Advokat Indonesia
(IKADIN) , disahkan Munas Advokat
Indonesia I tanggal 10 November 1985;
2. Kode Etik Bersama IKADIN, Asosiasi
Advokat Indonesia (AAI), dan Ikatan
Penasihat Hukum Indonesia(IPHI),
ditetapkan di Jakarta tanggal 8 April 1996;

4
3. Kode Etik Advokat Indonesia, selanjutnya disebut
(KEAI) dibuat bersama IKADIN, AAI, IPHI,
Himpunan Advokat & Pengacara Indonesia (HAPI),
Serikat Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan
Hukum Indonesia (AKHI), Himpunan Konsultan
Hukum Pasar Modal (HKHPM), disahkan di Jakarta
tanggal 23 Mei 2002;
4. Kongres Advokat Indonesia (KAI) I Tahun 2008,
dengan SK No. 08/KAI-I/V/2008, menetapkan Kode
Etik Advokat Indonesia, ditetapkan di Jakarta tanggal
30 Mei 2008;

5
 Kode Etik Advokat Indonesia adalah sebagai hukum
tertinggi dalam menjalankan profesi, yang menjamin
dan melindungi namun membebankan kewajiban
kepada setiap Advokat untuk jujur dan bertanggung
jawab dalam menjalankan profesinya baik kepada
klien, pengadilan, negara atau masyarakat dan
terutama kepada dirinya sendiri, (alinea kelima
pembukaan KEAI).

6
 Kode Etik Advokat adalah pengaturan tentang
perilaku anggota, baik dalam interaksi sesama
anggota atau rekan anggota organisasi advokat
lainnya maupun dalam kegiatan dimuka
pengadilan, baik beracara di dalam maupun di
luar pengadilan, (Martiman P, 2000)

7
Kode Etik Advokat, dapat
dikelompokkan dalam:
1. Kode etik dalam hubungan dengan kepribadian
advokat umumnya;
2. Kode etik dalam hubungan advokat dengan klien;
3. Kode etik dalam hubungan dengan teman sejawat;
4. Kode etik dalam cara bertindak menangani perkara;
5. Kode etik dalam hubungan advokat terhadap hukum,
undang-undang, kekuasaan dan para pejabat
pengadilan.

8
 Sistematika KEAI:
1. (Bab I), Ketentuan Umum,
2. (Bab II), Kepribadian Advokat,
3. (Bab III), Hubungan dengan klien,
4. (Bab IV/V), Hubungan dengan teman sejawat dan
sejawat asing,
5. (Bab VI), Cara bertindak menangani perkara,
6. (Bab VII), Ketentuan-ketentuan lain tentang kode
etik,
7. (Bab VIII/IX), pelaksanaan kode etik dan Dewan
Kehormatan,
8. (Bab X/XI/XII), KE dan DK, aturan peralihan,
penutup. 9
Point-point penting dalam KEAI
 Kepribadian Advokat:
o Advokat dapat menolak untuk memberi nasihat dan
bantuan hukum kepada setiap orang yang memerlukan
jasa dan atau bantuan hukum dengan pertimbangan oleh
karena tidak sesuai dengan kehaliannya dan bertentangan
dengan hati nuraninya,
o Tetapi tidak dapat menolak dengan alasan karena
perbedaan SARA , jenis kelamin, keyakinan politik dan
kedudukan sosialnya;
o Advokat harus senantiasa menjunjung tinggi profesi
advokat sebagai profesi terhormat (officium nobile).
10
 Hubungan dengan klien:
o Advokat dalam perkara-perkara perdata
harus mengutamakan penyelesaian dengan
jalan damai,
o Advokat tidak dibenarkan memberikan
keterangan yang dapat menyesatkan klien
mengenai perkara yang sedang dirurusnya,
o Advokat harus menolak mengurus perkara
yang menurut keyakinannya tidak ada dasar
hukumnya;
11
 Hubungan dengan teman
sejawat:
o Advokat tidak diperkenankan menarik atau
merebut seorang klien dari teman sejawat.
o Apabila klien hendak mengganti Advokat,
maka Adokat yang baru hanya dapat
menerima perkara itu setelah menerima bukti
pencabutan pemberian kuasa kepada Advokat
semula dan berkewajiban mengingatkan klien
untuk memenuhi kewajibannya apabila masih
ada terhadap advokat semula;
12
 Cara bertindak menangani
perkara:

o Surat-surat kepada teman sejawat dalam suatu


perkara yang dibuat dengan membubuhkan
catatan Sans Prejudice, tidak dapat
ditunjukkan kepada hakim;

o Advokat tidak dibenarkan mengajari atau


mempengaruhi saksi-saksi yang diajukan
pihak lawan,
13
o Advokat bebas mengeluarkan pernyataan-
pernyataan atau pendapat yang dikemukakan
dalam sidang pengadilan dalam rangka
pembelaan dalam suatu perkara yang menjadi
tanggung jawabnya, baik dalam sidang terbuka
maupun sidang tertutup yang dikemukakan
secara proporsional dan tidak berkelebihan dan
untuk itu memiliki immunitas hukum baik
perdata maupun pidana;

14
 Ketentuan lain tentang KEAI
o Pemasangan iklan semata-mata untuk menarik
perhatian orang dilarang, termasuk
pemasangan papan nama yang berlebihan,
o Kantor Advokat atau cabangnya yang
diadakan disuatu tempat yang dapat
merugikan kedudukan dan martabat Advokat,
tidak dibenarkan,

15
o Advokat dapat mengundurkan diri dari
perkara yang akan dan atau diurusnya apabila
timbul perbedaan dan tidak dicapai
kesepakatan tentang cara penanganan perkara
dengan klien;

16

Anda mungkin juga menyukai