Anda di halaman 1dari 2

1.

Dalam hal penegakan hukum tersebut, setiap orang selalu mengharapkan dapat ditetapkannya
hukum dalam hal terjadinya peristiwa konkrit, dengan kata lain bahwa peristiwa tersebut tidak
boleh menyimpang dan harus ditetapkannya sesuai dengan hukum yang ada. Namun pada
waktuyang bersamaan dapat dikonstatasi(ditetapkan atau dirumuskan peristiwa
konkretnya)dampak keberlakuan secara umum. Kekhasan penemuan hukum telah mendapat
perhatian (pembahasan) yangl uas dalam teori hukum dan filsafat hukum. Pengembanan Ilmu
Hukum adalah kegiatan mengantisipasidan menawarkan penyelesian masalah hukum konkrit
yang mungkin timbul dan harus dihadapi di dalam masyarakat, baik yang dihadapi individu
perorangan maupun masyarakat sebagai keseluruhan. Kegiatan menentukan isi aturanhukum
berarti menetapkan apa yang menjadi normahukum, pada dasarnya adalah merumuskan
hipotesis tentang makna aturan hukum atau teks undang-undang. Oleh karena itulah Aulis
Aarnio mengatakan bahwa ilmu hukum adalah ilmu tentang makna-makna. Menentukan makna
dari sesuatu adalah menginterpretas isesuatu itu.Dengan demikian memaparkan aturan hukum
adalah “menafsirkan” aturan hukum. Karena itu pula memaparkan aturan hukum akan sangat
bergantung pada teori interpretasi yang dianut yuris. Seperti telah disebutkan di atas bahwa
kegiatan pemaparan tidak sepenuhnya netral dan obyektif, karena itulah pengembanan ilmu
hukum tidak netral dan tidak bebas nilai. Disadari atau tidak disadari yuris mengambil sikap dan
bertolak dari titik berdiri pribadi dalam menghadapi dan mengolah obyek telaahnya, yakni
dalam menjalankan kegiatanpemaparan, intervensi, interpretasi dan sistematisasi hukum. Ini
berarti pengembanan hukum juga berpatisispasi dalam proses pembentukan hukumyang
berupa penemuan hukum (interpretasi hukum dan argumentasihukum).
2. Lembaga hukum berdasarkan asas hukum ataurechtsbeginselen. Asas hukum inilah yang
mengkualifikasi beberapa aturan hukum untuk bersama-sama merupakan suatu lembaga
hukum. Misalnya lembaga hukum perkawinan berasaskan monogami.Asas hukum itu seperti
halnya norma hukum, asas hukum juga merupakan petunjuk hidup. Namun ada perbedaan yang
mendasarantara norma hukum dengan asas hukum. Norma hukum adalah petunjuk hidupyang
bersanksi atas pelanggarannya, sedangkan asas hukum adalah petunjuk hidup yang tanpa sanksi
atas pelanggarannya. Norma hukum adalah perumusan atau formulering asas hukum, yaitu
perumusan yang diberi sanksi.Namun justru karena itulah norma hukum menjadi suatu
perumusan asas hukum yang menjadi dasar norma hukum itu, maka norma hukum tersebut
sering lebih sempit atau lebih kaku daripada asas hukum yang menjadi dasarnya itu.
3. Dalam interpretasi sistematis, hukum dipandang oleh hakim sebagai satukesatuan, sebagai
sistem peraturan. Suatu peraturan tidak dipandang sebagaiperaturan yang berdiri sendiri,
namun sebagai bagian dari satu sistem. Jadiapabila rumusan atau interpretasi suatu peraturan
didasarkan pada letakperaturan itu di dalam keseluruhan sistem peraturan, maka hakim
tersebutmelakukan interpretasi sistematis. Tidak hanya suatu peraturan dalam satuhimpunan
peraturan dapat membenarkan interpretasi tertentu dari peraturan itu,namun juga pada
beberapa peraturan bisa mempunyai dasar tujuan atau asasyang sama. Hubungan antara
keseluruhan peraturan tidak semata-mataditentukan oleh tempat peraturan itu terhadap satu
sama lain, namun oleh tujuan bersama atau asas-asas yang bersamaan yang mendasarkan
padaperaturan-peraturan itu.
Dalam hal hukumnya/peraturannya tidakada (kekosongan hukum) maka tersedialah metode
penalaran (redenering, reasoning,argumentasi, konstruksi). Metode argumentasi digunakan
hakim waktu menghadapi situasi rechts vacuum(kekosongan hukum) atau pun wet
vacuum(kekosongan undang-undang). Seperti diketahui pembentuk undang-undang tidak
mungkin mengatur seluruh kegiatan kehidupan manusia secara lengkap dan tuntas.
Kemampuan pembentuk undang-undangitu terbatas. Ada kalanya pembentuk undang-undang
tidak sempat mengatur suatu perbuatan dalam undang-undang, tetapi mengaturnya lebih lanjut
dalam peraturan perundang-undangan lain. Adakalanya pembentuk undang-undang sengaja
tidak mengatur suatu perbuatan dalam undang-undang karena menyerahkan kepada hakim
untuk mengisinya.
Metode eksposisi tidak lain adalah metode konstruksi hukum, yaitu metode untuk menjelaskan
kata-kata atau membentuk pengertian, bukan untuk menjelaskan barang. Bos, menjelaskan
secara mendalam dalam disertasinyaOver methode vanbegripsvorming in net rechtmenguraikan
tentang metode eksposisi ini.Metode eksposisi dibagi2 (dua) bagian yaitu;metode
eksposisiverbal dan metode eksposisi tidak verbal, kemudian metode eksposisi verballebih
lanjut dibagi lagimenjadi2 (dua) yaitu;metode verbal prinsipal danmetodeverbal
melengkapi.Metode verbal prinsipal masih dibedakan lagi menjadi 2(dua), yang pertama
menjadi metode verbal prinsipal untuk diterapkan padakata-kata individual, yang disebut
metode individualisasi, sedangkan yang ke 2(dua)menjadi metode verbal prinsipal untuk
diterapkan pada kata-kata yang lain.

Anda mungkin juga menyukai