Anda di halaman 1dari 4

Layanan jasa hukum meliputi aspek litigasi berupa penyelesaian kasus-kasus di pengadilan dan

aspek nonlitigasi berupa penyelesaian sengketa di luar pengadilan, terutama pemberian


konsultasi dan advis dalam berbagai bidang hukum oleh kalangan ahli hukum/advokat kepada
yang memerlukannya.Tugas-tugas nonlitigasi juga semakin berkembang, sehingga terdapat ahli
hukum/advokat yang secara khusus menfokuskan pekerjaan pada aspek ini.
Akibat pertambahan jumlah dokumen hukum di Indonesia dan di luar negeri, keterampilan
penelusurannya, sama halnya dengan keterampilan hukum lainnya, perlu dipelajari dan dikuasai
secara baik oleh ahli hukum/advokat sebagai bagian dari profesionalismenya dalam bekerja
memberikan layanan hukum kepada klien yang membutuhkan. Sekarang ini tersedia dua bentuk
dokumen hukum yaitu dokumen tercetak dan dokumen elektronik. Dokumentasi tercelak dibuat
dalam bentuk monografi atau buku atau lembaran-lembaran kertas lainnya, sedangkan dokumen
elektronik disediakan dalam bentuk seperti CD-ROM, disket, pangkalan data online yang dapat
diakses melalui komputer.Baik dokumen tercetak maupun dokumen elektronik kegunaannya
untuk memudahkan pengguna dalam mencari dan menemukan kembali dokumen hukum
dimaksud.
Soerjano Sukanto mengklasifikasikan tiga macam dokumen hukum meliputi Pertama dokumen
hukum primer yang bersifat mengikat seperti konstitusi, perundang-undangan, jurisprudensi dan
traktak kedua dokumen hukum sekunder yang menjelaskan tentang dokumen hukum primer
seperti RUU hasil penelitian dan tulisan ahli hukum ketiga dokumen hukum tertier yang
memberikan petunjuk dalam menemukan dokumen hukum primer dan dokumen hukum
sekunder, seperti kamus, ensiklopedia dan indeks. Dengan demikian, dokumen hukum memiliki
kekuatan meningkat yang berbeda dan memiliki fungsi yang berlainan. Seorang ahli
hukum/advokat dalam melakukan penelusuran hukum tentang sesuatu persoalan hukum tertentu
dapat menggunakan sebagian atau seluruh klasifikasi tersebut sesuai dengan ketersediaan waktu
dan dokumen itu sendiri. Penggolongan lainnya dilakukan antara lain oleh Sloan yang
mengkatagorikan dokumen hukum dalam sistem hukum common law ke dalam dua dikhotomi
yaitu dokumen hukum primer dan dokumen hukum sekunder. Dokumen hukum primer berisi
aturan hukum meliputi konstitusi peraturan perundang-undangan putusan pengadilan dan
ketentuan administratif. Dokumen hukum sekunder berisi komentar atau analisis tentang hukum
tersebut misalnya artikel jurnal yang tentunya bukanlah hukum. Disamping itu terdapat pula
dokumen hukum mengikat melawan dokumen hukum persuasif. Dokumen hukum mengikat
yang wajib diikuti oleh pengadilan misalnya putusan pengadilan tinggi yang wajib diikuti oleh
pengadilan negeri dalam memberikan putusan. Ketentuan hukum tertulis mengalahkan ketentuan
hukum tidak tertulis, namun khusus untuk hukum pengatur adalah persuasif. Jadi, hakim bebas
untuk menggunakannya atau tidak sebagai dasar hukum dalam perumusan putusannya.
Seorang ahli hukum/advokat yang mencari dokumen hukum terdapat media resmi tepat di mana
peraturan perundang-undangan dan dokumen hukum tertentu lainnya dimuat yaitu : Lembaran
Negara Republik Indonesia,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia,Berita Negara
Republik Indonesia,Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah
Provinsi,Lembaran Daerah Kabupaten/Kota,Berita Resmi Paten,Berita Resmi Merek. Di
samping itu, dapat juga diperoleh dalam lampiran buku-buku teks tertentu tentang hukum dan
buku yang khusus memuat peraturan perundang-undangan.Khusus untuk jurisprudensi, di
samping pada sumber di atas juga dapat diperoleh di dalam berbagai buku himpunan
jurisprudensi, antara lain Rangkuman Yurisprudensi Mahmamah Agung Republik Indonesia
yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia. Di Amerika Serikat salah satu
penerbit besamya adalah West Publishing Company.Sebagian dari dokumen hukum di atas
sekarang ini dapat diperoleh melalui media elektronik secara online dengan menggunakan
jaringan internet.
Suatu ciri khas yang penting pada sistem hukum civil law adalah berkembangnya ilmu
penafsiran yang berguna bagi hakim dalam memutuskan perkaranya. Apabila asas-asas hukum
hakim untuk ditafsirkan. Hal ini dapat dilihat dari adanya kata-kata yang bersifat elastis yang
dapat diartikan sesuai dengan keinginan orang yang menafsirkan, misalnya itikat baik, itikat
buruk, keputusan, kesusilaan, kesopanan,ketertiban umum, kepentingan umum dan kemanfaatan.
Penafsiran berdasarkan arti kata Penafsiran ini adalah jalan utama yang digunakan hakim untuk
menyelesaikan suatu perkara. Untuk itu dibutuhkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar
sesuai dengan aturan gramatikal yang berlaku. Bahasa hukum pada dasarnya juga sama dengan
bahasa umum yang tunduk pada aturan berbahasa yang berlaku. Penafsiran sejarah peraturan
perundang-undangan dimaksudkan untuk mengetahui maksud dan pembuat undang-undang. Dari
penafsiran ini akan diketahui kehendak atau apa yang diinginkan oleh pembentuk peraturan
perundang-undangan dengan perumusan suatu ayat, pasal atau undang-undang tertentu. Untuk
ini dapat dipelajari Rencana peraturan perundang-undangan dan perubahan-perubahannya
sampai menjadi suatu undang-undang, perdebatan di DPR/DPRD, pertanyaan anggota
DPR/DPRD jawaban pemerintah/ pemerintah daerah dan pendapat akhir fraksi-fraksi di
DPR/DPRD. Dari bahan-bahan ini hakim akan dapat mengambil kesimpulannya.Penafsiran
sejarah hukum lebih jauh daripada sejarah peraturan perundang-undangan yaitu dengan
mempelajari bahan-bahan tentang hukum yang berlaku sebelumnya tentang sesuatu hak. Ibarat
sebatang pohon kayu ada batangnya, batang terdiri dari cabang-cabangnya, setiap cabang ada
ranting,dan setiap ranting ada daun-daunnya. Demikian pula hukum dikelompokkan ke dalam
hukum perdata, pidana, tata negara, internasional dan sebagainya.Hukum perdata dikelompokkan
lagi ke dalam hukum orang, keluarga, benda dan perikatan. Hukum orang dapat dibagi lagi
pengaturannya ke dalam peraturan perundang-undangan, bab,pasal dan ayat. Penafsiran
berdasarkan perkembangan sosial Suatu peraturan perundang-undangan itu dibuat pada masa
yang belum tentu serupa dengan pada masa peraturan perundang-undangan itu diterapkan. Oleh
karena itulah seringkali disebutkan bahwa peraturan perundang-undangan itu selalu ketinggalan
dengan perkembangan masyarakat.Masyarakat itu sifatnya dinamis yang selalu mengalami
perubahan dan perkembangan sementara peraturan perundang-undangan tidak demikian halnya.
PETUNJUK PENELUSURAN LITERATUR HUKUM INDONESIA

Setiap kali kita sebagai ahli hukum menghadapi suatu masalah atau suatu persoalan, kita
diharapkan membicarakan segi-segi huktim dari masalah tersebut. Kita ditantang menemukan
kaedah hukum yang berlaku terhadap persoalan itu, menjelaskan arti dari kaedah hukum itu dan
memberi petunjuk tentang pelaksanaannya atau penerapannya terhadap masalah tersebut. Usaha
menemukan kaedah hukum, terutama yang tertulis merupakan usaha yang dinamakan
penelusuran literatur hukum. Penelusuran literatur hukum tidak merupakan suatu ilmu yang
ghaib, melainkan merupakan ilmu yang diperoleh dari pengalaman, dari percobaan, kesalahan
dan perbaikan. Baik peraturan perundang-undangan, perjanjian, yurisprudensi, risalah legislatif,
maupun karangan ahli hukum mempunyai kekhususan bahasa. Kita menemukan kekhususan
bahasa ini berulang kali dalam bahan hukum dan usaha kita menemukan kaedah hukum yang
berlaku akan dipermajukan kalau kita berhasil mengenal kekhususan tersebut serta mengerti
batasan-batasannya. Sesudah kita menemukan sesuatu yang kiranya bersangkut paut dengan
persoalan yang di teliti, baik yang langsung membicarakan masalah yang kita hadapi maupun
yang karena kekhususan bahasa tadi dapat diduga berpengaruh terhadap penyelesaian masalah
tersebut, maka kita harus menentukan sejauh mana hal-hal yang ·ditemukan itu dapat
dipercayakan atau diandalkan. Kita harus mencari apakah kaedah yang ditemukan pernah
ditafsirkan, pernah dijelaskan, pernah diubah atau pernah dibatasi, biar dalam bahan hukum yang
sedang dipegang/dibaca ataupun dalam bahan hukum lain. Suatu peraturan seumpamanya hampir
selalu didasari suatu undang-undang atau suatu peraturan yang lebih tinggi pebelum kita dapat
mengerti peraturan itu seringkali kita harus mempelajari undang-undang atau peratnran yang
lebih tinggi tersebut. Dengan begitu kita diharapkan menilai sejauh mana kaedah-kaedah hukum
yang ada, yang ditujukan kepada ataupun yang membicarakan hal-hal lain, dapat dikatakan
berlaku juga terhadap permasalahan yang kita hadapi. Biarpun telah ditemukan satu atau
beberapa kaedah hukum tertulis yang menyangkut permasalahan itu, pekerjaan penelusuran
belum selesai. Kita akan selalu berhadapan dengan kenyataan bahwa bahasa hukum
memungkinkan berhagai macam penafsiran dan bahwa usaha penafsiran itu sendiri dapat
menentukan penyelesaian berdasarkan hukum. Dengan demikian kita harus selalu berusaha
menyadari segala macam penafsiran yang dapat diterapkan atas kaedah yang dianggap penting
dan harus bersedia menelusuri bahan tambahan yang dapat memperkuat ataupun membatasi
setiap penaf.siran i tu. Dalam hal ini, ada baiknya ki ta maw·as diri ten tang dua sikap yang amat
penting dalam melakukan penelusuran literatur hukum, ialah pertama bahwa kita harus luwes
and kedua bahwa kita harus hindari prasangka.
Sebelum kita dapat betul-betul mengerti suatu masalah hukum,baik yang dihadapi dalam kantor
atau biro hukum, dalam pengadilan, dalam badan legislatif, dalam perguruan tinggi maupun
dalam kehidupan sehari-hari, harus terlebih dahulu ditentukan dan mempertimbangkan fakta-
fakta apa yang relevan terhadap masalah itu. Biarpun suatu prinsip hukum sudah jelas, perbedaan
dalam kenyataan dapat mengakibatkan penyelesaian hukum yang berlainan. Penyelidikan dan
pengusutan tentang fakta apa yang terdapat dalam satu situasi atau keadaan yang dipersoalkan
harus selalu mendahului penelusuran literatur hukum. Upaya hukum yang dikehendaki apakah
ganti rugi, bantuan,hukuman pelaksanaan janji, penertiban, dsb. Orang atau pihak yang terlibat:
apakah perorangan atau kelompok orang, golongan khusus seperti pejabat, pengusaha, buruh dan
majikan, konsumen atau suami-isteri, golongan hukum seperti belum dewasa atau kurang wajar
atau lembaga seperti instansi, kota, desa atau badan hukum. Hasil identifikasi ini, disamping
memperjelas persoalannya dapat juga memberi petunjuk kepada kita dalam pemakaian alat
penelusuran seperti indeks subyek atau daftar isi buku hukum. Setiap keadaan dapat menyangkut
beberapa hubungan menurut hukum dan kita harus mengidentifikasikan serta memperjelaskan
setiap satu.Di sini kita akan mulai memakai bahan tertulis guna menggariskan ruang-lingkup
permasalahan. Dalam mencari bahan primer itu kita dapat memakai berbagai macam cara
penelusuran. Seumpamanya kita dapat mulai dengan satu indeks atau daftar isi yang disusun
berdasarkan subyek. Hisalnya kalau kita berusaha menentukan apakah ada peraturan yang
mengatur sangsi terhadap pemutusan hubungan kerja secara tidak sah. Di bawah dijelaskan sifat
dari beberapa indeks subyek dan alat-alat yang lain yang tersedia untuk penelusuran hukum
Indonesia.dijelaskan pula sarana penelusuran seperti perpustakaan dan pusat dokumentasi hukum
yang tersedia di Indonesia. Sebelum kita langsulfg membaca bahan primer seperti peraturan atau
yurisprudensi, kita dapat menghemat waktu dengan mencari bahan pembantu yang menguraikan
isinya secara singkat seperti abstrak peraturan ataupun rangkuman yurisprudensi supaya kita
hanya memakai waktu kita untuk membaca bahan yang relevan saja.

Anda mungkin juga menyukai