Anda di halaman 1dari 2

NAMA : FARAHDILLA D.A.

P
NIM : 18410543

1. Yang dimaksud dengan Rechtsvinding adalah proses pemesanan hukum oleh hakim /
aparat penegak hukum lainnya dalam penerapan peraturan umum terhadap peristiwa
hukum yang konkrit dan hasil penemuan hukum menjadi dasar untuk mengambil
keputusan. Van Apeldorn menyatakan , seorang hakim dalam tugasnya, melakukan
pemesanan hukum harus memperhatikan dan teguh-teguh mendasari pada asas :
Berdasarkan Pasal 20 AB “Hakim Harus Mengadili berdasarkan Undang-Undang” Dan
Pasal 22 AB Dan Pasal 14 Undang-undang No . 14 tahun 1970 mewajibkan “Hakim tidak
menolak mengadili perkara yang diajukan dengan alasan tidak lengkap atau tidak jelas
Undang-undang yang mengaturnya melainkan wajib mengadilinya” .
JIKA Terdapat kekosongan Aturan hukum ATAU ataurannya TIDAK Jelas Maka untuk
review mengatasinya diatur hearts pasal 27 UU No . 14 Tahun 1970 menyebutkan :
“Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib dicari ,mengikuti dan memahami
nilai-nilai hukum yang didalam masyarakat ” . Artinya seorang Hakim harus memiliki
kemampuan dan keaktifan untuk menemukan hukum ( Recht vinding ).
2. Menurut Buku Panduan Bantuan Hukum Di Indonesia Pedoman Anda Memahami dan
Menyelesaikan Masalah Hukum (selanjutnya disebut “Panduan Bantuan Hukum”) yang
diterbitkan YLBHI dan PSHK (hal. 6), disebutkan bahwa hakim juga bisa membentuk
hukum apabila ia melakukan penemuan kaidah hukum. Penemuan hukum ini lazimnya
diartikan sebagai pembentukan hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum lainnya
yang diberi tugas melaksanakan hukum terhadap peristiwa-peristiwa hukum yang konkrit
Ketika undang-undang tidak lengkap atau tidak jelas untuk memutus suatu perkara, saat
itulah hakim harus mencari dan menemukan hukumnya (rechtsviding). Larangan bagi
hakim menolak perkara ini diatur juga dalam Pasal 10 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman. Lalu, hasil temuan itu akan menjadi hukum apabila
diikuti oleh hakim berikutnya atau dengan kata lain menjadi yurisprudensi. Penemuan
hukum ini dapat dilakukan dengan cara menggali nilai-nilai hukum yang berkembang
dalam masyarakat (Buku Panduan Bantuan Hukum, hal. 7).
3. Sistem perundang-undangan di Indonesia masih membutuhkan perbaikan secara
menyeluruh melalui perubahan kedua UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan. Kelemahan sistem yang sudah terjadi lama ini
menyebabkan pelaksanaan pembangunan menjadi terhambat. Selain itu, proses
pembentukan peraturan perundang-undangan yang tidak mengedepankan prinsip
partisipatif dan transparansi juga berpotensi mengganggu keamanan nasional.
4. Penemuan hukum diartikan sebagai sebuah proses pembentukan hukum oleh hakim atau
petugas hukum lainnya terhadap peristiwa-peristiwa hukum yang konkrit. Atau dengan
bahasa lain penemuan hukum adalah upaya konkretisasi peraturan hukum yang bersifat
umum dan abstrak berdasarkan peristiwa yang real terjadi. Dengan perkataan lain, hakim
harus menyesuaikan undang-undang dengan hal-hal yang konkrit, oleh karena peraturan-
peraturan yang ada tidak dapat mencakup segala peristiwa yang timbul dalam
masyarakat. Selain itu apabila suatu peraturan perundang-undangan isinya tidak jelas
maka hakim berkewajiban untuk menafsirkan sehingga dapat diberikan keputusan yang
sungguh-sungguh adil dan sesuai dengan maksud hukum, yakni mencapai kepastian
hukum.
Rechtsvorming (pembentukan hukum) yaitu merumuskan peraturan-peraturan yang
berlaku secara umum bagi setiap orang. Lazimnya dilakukan oleh Pembentuk Undang-
undang. Hakim juga dimungkinkan sebagai pembentuk hukum (judge made law) kalau
putusannya menjadi yurisprudensi tetap (vaste jurisprudence) yang diikuti oleh para
hakim dan merupakan pedoman bagi kalangan hukum pada umumnya.
5. Rechtsshepping (pengciptaan hukum), berarti bahwa hukumnya sama sekali tidak ada
kemudian diciptakan, yaitu dari tidak ada menjadi ada.
Rechtshandhaving (pelaksanaan hukum) dapat menjalankan hukum baik ada
sengketa/pelanggaran maupun tanpa pelanggaran.

Anda mungkin juga menyukai