Email: nendyniken@gmail.com
Abstrak
Masalah tentang pekerja rumahan masih menjadi sorotan yang dimana kurangnya jaminan
akan kesehatan, keselamatan dan hak hak yang seharusnya mereka dapatkan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum pekerja rumah secara putting
out system. Pekerja rumahan yang dimana bekerja secara putting out system yang
keberadaannya belum terlindungi oleh hukum. Pemerintah wajib hadir untuk melindungi
pekerjaan rumah yang sangat rentan. Pemerintah wajib bertanggung jawab atas segala
kesejahteraan para pekerja rumah terlebih lagi para pekerja rumah ini dibantu oleh anak anak
yang seharusnya anak anak ini tidak boleh ikut serta dalam kegiatan pekerja rumahan
ini.Anak-anak yang seharusnya belajar agar meraih segala cita-cita dan sebagai penerus
bangsa namun faktanya banyak sekali anak-anak yang dibawah umur atau belum cukup umur
melakukan pekerjaan ini, mereka melakukan pekerjaan ini dikarenakan faktor
ekonomi.Pemerintah juga harus memperhatikan mengenai waktu kerja mereka yang kurang
optimal. Dalam Undang-Undang ketenagakerjaan juga telah menetapkan bahwa pegawai
rumahan juga terikat dalam hubungan kerja, jadi pengusaha juga wajib memberikan jaminan
hukum atau aspek-aspek keselamatan kerja lainnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
yang berlaku .
Kata Kunci: Putting Out System, Pekerja Rumahan
Abstract
The issue of homeworkers is still in the spotlight about a lack of guarantees of the health,
safety and rights they should get. This study is determined to find out how the legal
protection of home workers by putting out the system. Homeworkers who work as a put out
system whose existence is not protected by the law. The government must be present to
protect homework that is very susceptible. The government is obliged to be responsible for
all the welfare of homeworkers, moreover, these homeworkers are assisted by children,
however these children should not participate in the activities of homeworkers. Children who
should learn to achieve all their ideals and as the nation successor, but the fact is that there
are a lot of children who are underage or not old enough to do this work, they are doing this
work due to economic factors. The government must also pay attention to their less optimal
working time. The Manpower Act also stipulates that homeworkers are also bound in a
working relationship, so employers are also required to provide legal guarantees or other
aspects of workplace safety by the provisions of the applicable Act.
tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan kerja selama 48 jam per minggunya, para
pekerja juga banyak yang masih bekerja
3
Solechan, “Perlindungan Homeworker Yang
Bekerja Secara Putting Out System”, dalam keadaan sakit ataupun cedera karena
Adminitrative Law & Governance Journal
Vol. 1 Edisi 4 Nov 2018. mereka takut akan jumlah barang yang
4
Nur Ida Iriani HS, Lilik Wiyanto,
“pemberdayaan kelompok pekerja rumahan 5
Agusmidah, “Hak Ekonomi Perempuan:
melalui pembinaan kewirausahaan dalam Pekerja Rumahan Dalam Jangkauan Undang-
upaya mengentas kemiskinan”, Volume 5 Undang Ketenagakerjaan”, LWSA
Nomor 3 Oktober 2016 ISSN. 2442-6962 Conference Series 01 (2018), Page 001–007
mereka produksi jika para pekerja akses perlindungan hukum dan sosial6.
mengambil jeda waktu. Inilah salah satu Maka dari ini harus ada upaya dari
kekhawatiran kesehatan pekerja rumahan, pemerintah untuk melakukan tindakan
mereka lebih memilih melanjutkan perlindungan hukum terhadap para pekerja
pekerjaan mereka dikarenakan upah rumahan. Yang dimana para pekerja tidak
mereka ditentukan oleh banyaknya barang perlu lagi takut akan keselamatan mereka,
yang mereka produksi. Para pekerja jam kerja mereka dan mendapakatkan
rumahan tidak dilengkapi oleh peralatan jaminan dari segala pekerjaannya karena
yang mendukung untuk pekerjaan mereka. dengan adanya perlindungan hukum
Seperti Alat Pelindung Diri, Kesehatan dan mereka akan terasa dlindungi. Disini peran
Keselamatan Kerja (K3) merupakan pemerintah akan sangat terlihat jelas ketika
kewajiban yang seharusnya diberikan oleh hubungan antara pekerja dengan
pemberi kerja. Uraian ini bertentangan pengusaha menjadi hubungan industrial,
dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan yang dimana tidak hanya melibatkan
yang mengatur mengenai waktu kerja, pekerja dengan pengusaha akan tetapi
pendapatan, dan jaminan serta Kesehatan mempertegas posisi dari pemerintah
dan Keselamatan Kerja (K3) setiap sebagai pihak ketiga dari hubungan
pekerja/buruh di Indonesia. Selain itu, UU pekerja dengan sang pangusaha. Negara
Ketenagakerjaan telah menetapkan bahwa kita merupakan negara penganut “Negara
pekerja rumahan berada dalam hubungan Kesejahteraan” maka dari itu tidak ada
kerja, sehingga pengusaha berkewajiban alasan apapun untuk Negara ikut serta
mematuhi berbagai ketentuan perundang- dalam segala persoalan. Dengan tujuan
undangan tersebut. Namun dalam untuk mensejahterakan masyarakat.
praktiknya, pekerja rumahan masih
Persoalan ini diperparah dengan
dikecualikan dari cakupan UU
keikutsertaan anak-anak dalam melakukan
Ketenagakerjaan karena tidak adanya
pekerja rumah ini dengan dalih untuk
konsensus mengenai status hukum pekerja
mempercepat pekerjaan tersebut, padahal
rumahan serta pendapat umum di
yang kita ketahui bawasannya secara
Indonesia bahwa UU Ketenagakerjaan
hukum tidak diperkenankan
hanya berlaku bagi pekerja di pekerjaan
memperkejakan anak-anak sesuai dengan
formal dan tidak untuk pekerja di
UndangUndang No. 13 tahun 2003 tentang
perekonomian informal, sehingga
mayoritas pekerja rumahan tidak memiliki
6
MAMPU. (2015). Akses kelapangan kerja &
pekerjaan yang layak untuk perempuan.
jakarta: ILO MAMPU.
Ketenagakerjaan bab 10 paragraf 2 pasal Tidak ada jaminan pekerjaan atau
68. Aspek yang diatur di dalam Undang- pendapatan yang tak tentu; (6) Tidak ada
Undang No.13 Tahun 2003 tentang jaminan sosial; (7) Tidak ada perlindungan
Keteagakerjaan adalah tentang kesehatan dan keselamatan kerja; (8)
perlindungan hukum terhadap pengupahan, Tidak ada perlindungan maternal; (9)
dan kesejahteraan anak yang terdapat di Tidak ada mekanisme untuk penyelesaian
dalam ketentuan pasal 68 sampai perselisihan; (10) Hambatan untuk
ketentuan pasal 75 Undang-Undang membentuk atau menjalankan aktivitas
Ketenagakerjaan. Larangan anak untuk serikat pekerja; (11) Keterlibatan pekerja
melakukan pekerjaan dalam undang- anak; dan (12) Ikut menanggung sebagian
undang ketenagakerjaan sangat berkaitan biaya produksi dan resiko yang umumnya
dengan upaya melindungi hak asasi anak merupakan tanggung jawab pemberi
yang dimana terdapat perlindungan hukum kerja.8
dalam Undang-Undang No.39 Tahun 1999
RUMUSAN MASALAH
tentang hak asasi manusia. Secara filosofis
larangan mempekerjakan anak ini semata- Berdasarkan uraian di atas, permasalahan
mata dimaksudkan untuk memberikan yang akan dibahas pada jurnal ini adalah
anak demi pengembangan harkat dan pekerja rumahan yang bekerja secara
pustaka, atau bisa juga dari pengertian Pekerjaan Rumahan, 1996 (No. 177),
yang baru tentang suatu fakta yang pekerjaan rumahan didefinisikan sebagai
dalam hal ini mencakup sebuah jurnal dan seseorang, yang disebut sebagai pekerja
bahan hukum lainnya yang bersangkutan. rumahan, (i) di rumahnya atau di tempat
lain pilihannya, selain tempat kerja
Penelitian normatif ini merupakan
pemberi kerja, (ii) untuk mendapatkan
suatu pengkajian dari bahan-bahan hukum,
upah, (iii) yang menghasilkan suatu
baik bahan hukum yang primer atau bahan
produk atau jasa sebagaimana ditetapkan
hukum sekunder. Adapun bahan hukum
oleh pemberi kerja, terlepas dari siapa
primer yang berupa peraturan Undang-
yang menyediakan peralatan, bahan atau
Undang yang digunakan dalam penelitian
input lain yang digunakan”10. Pekerja
ini berupa Undang-Undang No.13 Tahun
rumahan adalah sumber pendapatan yang
2003 tentang Keteagakerjaan, Undang-
sangat penting bagi semua orang dan
undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2),
pekerja rumahan memberikan sebuah
Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28D
kesejahteraan untuk keluarga, para pekerja
ayat (2), Undang-Undang No.39 Tahun
rumahan menghadapi segalam macam
1999 tentang hak asasi manusia. Bahan
tantangan dalam menunjang
hukum sekunder merupaka semua
kehidupannya. Pekerjaan rumahan ditandai
publikasi tentang hukum yang dimana
dengan upah rendah dan jam kerja
merupakan hukum tidak resmi, yang
panjang. Mereka bekerja di rumah
didalam isinya menjelaskan tentang,
terisolasi dari orang lain, sehingga mereka
pertama buku yang dimana bersangkutan
memiliki akses terbatas ke informasi dan
dengan permasalahan hukum termasuk
sumber daya lainnya dan kurang
skripsi, kedua kamus-kamus berkaitan 10
ILO (1996) Convention on Home Work (No.
Jure, Balitbang Hukum dan HAM, Volume. 18 177), Kantor Perburuhan Internasional,
Nomor 2, Juni 2018, hlm. 209 Jenewa.
memilikisuara dan perwakilan untuk serta bersifat informal, dan pekerja
berjuang menuju kerja layak. Mereka juga rumahan tidak mempunyai wewenang
memiliki perlindungan hukum dan sosial menentukan pembeli dan pemasaran
yang terbatas dan mereka merupakan salah produk14. Dalam kondisi ini
satu pekerja paling tidak beruntung11. mengaharuskan mereka untuk melakukan
kegiatan mencari kerja sambilan untuk
Undang-Undang Ketenagakerjaan
menambah keuanggan keluarga
sendiri tidak secara eksplisit mencakup
mereka.pekerjaan sambilan yang mereka
pekerja berbasis putting out system, namun
ambil biasanya adalah pekerjaan yang
pekerja dapat dianggap sebagai pekerja
mengharuskan mereka untuk mengambil
biasa yang bekerja dalam suatu hubungan
barang tersebut kemudian dikerjakan di
kerja industrial sesuai definisi yang
rumah mereka. Dalam Putting Out System,
ditetapkan oleh Undang-Undang
pemberi kerja meletakkan risiko dan
Ketenagakerjaan12.Sistem kerja dengan
tanggung jawab atas kualitas produksi
membawa pekerjaan ke rumah dengan
pada pekerja rumahan sendiri15. Ini
model Putting Out System (POS), biasanya
merupakan respon para pengusaha untuk
berlaku di daerah-daerah yang mempunyai
menghindari biaya dan segala resiko yang
potensi tenaga kerja terutama perempuan
bersangkutpaut dengan para tenaga kerja.
kurang mampu dan tidak ada pekerjaan
Pekerja rumahan disini biasanya
lain yang bisa mereka lakukan13.
menanggung segala kesalahan yang
Karakteristik Putting out System yaitu:
tempat pekerja adalah rumah pekerja, sifat 12
Ahmad Mahyani, “Pengaturan Putting Out
pekerja adalah suka rela, hubungan kerja System Terhadap Pekerja Anak Di Indonesia”,
Volume 14 Nomor 28 Agustus 2018- Januari
cenderunKarakteristik Putting out System 2019
yaitu: tempat pekerja adalah rumah
13
Triana Sofiani, “Eksistensi Perempuan
Pekerja Rumahan Dalam Konstelasi Relasi
pekerja, sifat pekerja adalah suka rela, Gender”, vol.2, No.1, July 2010.
14
Ezza Nuranisa, Asep Saipudin, “Kerjasama
hubungan kerja cenderung melalui
“Kemitraan Indonesia-Australia Untuk
perjanjian lisan serta bersifat informal, dan Kesetaraan Gender Dan Pemberdayaan
Perempuan” (Mampu) Dalam Mengatasi
pekerja rumahan tidak mempunyai Permasalahan Perempuan Pekerja Rumahan
wewenang menentukan pembeli dan di Daerah Istimewa Yogyakarta”, Volume 17
Nomor 1 April 2019
pemasaran produk melalui perjanjian lisan 15
Tri Rahayu Utami, Naila Amrina,
Maimunah, “Perlindungan Hukum Bagi
11
Emma Allen, “Pekerja Rumahan di Pekerja Rumahan Yang Bekerja Secara
Indonesia Hasil dari Penelitian Pemetaan Putting Out System Melalui Optimalisasi
Pekerjaan Rumahan di Sumatera Utara, Jawa Peran Badan Usaha Milik Desa”,
Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur Adminitrative Law & Governance Journal
dan Banten”, ILO Jakarta Volume 2 Issue 2, June 2019
dilakukan para pekerja terhadap produk masalah ketenagakerjaan ini adalah dalam
tersebut kemudian mereka hanya dibayar rangka memberikan perlindungan kepada
untuk produk yang memenuhi kualitas. pihak yang lemah dalam hal ini pihak
17
Untuk biaya yang lain seperti listrik, tenaga kerja . Perlindungan hukum dari
peralatan, perlengkapan dan barang barang kekuasaan pengusaha/majikan terlaksana
yang berkaitan ditanggung oleh pekerja apabila peraturan perundang-undangan
rumahan. K3 tidak ada karena mereka dalam bidang perburuhan yang
tidak terlindungi apabila terjadi kecelakan mengharuskan atau memaksa majikan
kerja biayanya ditanggung sendiri bertindak seperti dalam perundang-
biayanya oleh si pekerja rumahan. Sistem undangan tersebut benar-benar
jaminan sosial mereka tidak pernah dilaksanakan semua pihak18.
tersentuh dengan itu kalau pun ada produk
Konflik kepentingan antara
yang rusak itu ditanggung sendiri jika
pekerja/buruh dan majikan/pengusaha
produksi rusak maka mereka dikenakan
akan terus berkelanjutan manakala pihak
biaya semacam kompensasi dari kerusakan
Pemerintah belum mampu memfasilitasi
barang yang mereka lakukan, limbah
dengan peraturan perundang-undangan19.
16
ditanggung sendiri oleh pekerja rumahan.
Perlindungan terhadap pekerja dapat
Tujuan adanya perlindungan dilaksanakan dengan memberikan sebuah
hukum bagi para pekerja rumahan adalah tuntutan maupun dengan pengakuan akan
memberikan perlindungan dari tindakan Hak Asasi Manusia dan perlindungan akan
kesewenang-wenangannya dari perusahaan fisik, sosial, maupun ekonomi yang
kemudian menciptakan suatu suasana yang dimana melalui norma berlaku di dalam
harmonis, yang kemudian terpenuhinya lingkugan pekerjaan. Dapat dilihat dari
hak-hak dari para pekerja rumahan. konsideran huruf d dari Undang-Undang
Perlindungan yang didapatkan oleh para Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
pekerja meliputi dua hal yang paling Ketenagakerjaan, yang dimana berbunyi
mendasar, yang pertama adalah 17
Mulyani Djakaria, “Perlindungan Hukum
Bagi Pekerja Wanita Untuk Memperoleh Hak-
perlindungan dari kekuasaan penguasa, Hak Pekerja Dikaitkan Dengan Kesehatan
yang kedua perlindungan tindakan Reproduksi", Volume 3, Nomor 1, September
2018
pemerintah. Peranan pemerintah dalam 18
Ashabul Kahfi, “Perlindungan Hukum
Terhadap tenaga kerja”, Volume 3 Nomor 2
16
Agusmidah, Suria Ningsih, Erna Herlinda, Desember 2016
“Pekerja Informal (Pekerja Rumah Tangga 19
Subijanto, “Peran Negara dalam Hubungan
dan Pekerja Rumahan) Dalam Hukum Tenaga Kerja di Indonesia”, Jurnal Pendidikan
Ketenagakerjaan”, Hasanuddin Law Review dan Kebudayaan, Volume 17 Nomor 6
Volume 2 Issue 2, August 2016 November 2011
“bahwa perlindungan terhadap tenaga Ketenagakerjaan. Namun masih banyak
kerja dimaksudkan untuk menjamin hak- sekali pengusaha yang mempekerjakan
hak dasar pekerja/buruh dan menjamin anak-anak atau ketika sang Ibu melakukan
kesamaan kesempatan serta perlakuan pekerjaan rumah disitu pula anak-anak
tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mereka membantu. Perlindungan hukum
mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh terhadap pekerja anak yang dimana
dan keluarganya dengan tetap dilakukan secara preventif ataupun represif.
memperhatikan perkembangan kemajuan Perlindungan hukum secara preventif
dunia usaha”. Dapat diertegas pada pasal 6 merupakan perlindungan hukum yang
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 bersifat pencegahan terhadap terjadinya
tentang Ketenagakerjaan, yang berbunyi peristiwa tidak pasti,bentuk perlindungan
“Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh ini dilakukan dengan membatasi jenis-jenis
perlakuan yang sama tanpa diskriminasi pekerjaan yang boleh atau tidak boleh
dari pengusaha”. Makna dari pasal tersebut dikerjakan oleh pekerja anak,melalui
maka setiap para pekerja rumahan berhak penetapan persyaratan tertentu bagi
atas perlakukan yang sama tanpa pengusaha yang mempekerjakan anak.21
perbedaan dari penguasa tinggal
KESIMPULAN
bagaimana para penguasa mewujudkan.
Perlindungan hukum terhadap
Perlindungan anak terhadap
pekerja putting out system belum sesuai
pekerjaan putting out system juga diatur
dengan Undang-Undang ketenagakerjaan
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
yang berlaku di Indonesia, yang mana kita
2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 68,
ketahui masih banyak orang-orang yang
yang dimana pengusaha dilarang untuk
melakukan pekerjaan dirumah ini dengan
mempekerjakan anak-anak, yang
keikutsertaan memperkerjakan anak-anak
dimaksudkan agar anak dapat memperoleh
yang belum cukup umur untuk bekerja,
haknya untuk tumbuh kembang serta untuk
padahal di usia mereka masih perlu
memperoleh pendidikan karena anak
pendidikan atau sekolah untuk generasi
merupakan generasi penerus bangsa20.Yang
penerus bangsa yang akan datang untuk
kemudian ada pengecualian anak yang
mensejahterakan kehidupan mereka yang
dapat bekerja dalam pasal 69 Undang-
akan datang, dan juga seharusnya
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
21
Netty Endrawati, “Perlindungan Hukum
20
Najmi Ismail, Moch. Zainuddin, “Hukum Terhadap Pekerja Anak di Sektor Informal”,
Dan Fenomena Ketenagakerjaan”, Volume 1 Jurnal Dinamika Hukum Volume 12 Nomor 2
Nomor 3 Desember 2018 Mei 2012
mendapatkan upah yang layak untuk Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2
pekerjaan mereka. Dapat kita lihat di Nomor 1 Tahun 2015 ISSN 2442-9325,
sekali hak-hak mereka yang belum Journal Vol. 1 Edisi 4 Nov 2018.
Triana Sofiani, “Eksistensi Perempuan Pekerja Najmi Ismail, Moch. Zainuddin, “Hukum Dan
Rumahan Dalam Konstelasi Relasi Fenomena Ketenagakerjaan”, Volume 1
Gender”, vol.2, No.1, July 2010. Nomor 3 Desember 2018
Agusmidah, Suria Ningsih, Erna Herlinda, Mukadimah, ILO “Konvensi Kerja Rumahan
“Pekerja Informal (Pekerja Rumah 1996, (No177)”, Jenewa
Tangga dan Pekerja Rumahan) Dalam
Emma Allen, “Pekerja Rumahan di
Hukum Ketenagakerjaan”, Hasanuddin
Indonesia Hasil dari Penelitian
Law Review Volume 2 Issue 2, August
Pemetaan Pekerjaan Rumahan di
2016
Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa
Mulyani Djakaria, “Perlindungan Hukum Bagi Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur
Pekerja Wanita Untuk Memperoleh
dan Banten”, ILO Jakarta