bank.
Surat permohonan berisi permintaan kerja sama yang meliputi maksud dan tujuan dari kerjasama yang
dilakukan oleh kedua belah pihak, berikut keuntungan yang bisa diperoleh oleh masing-masing pihak.
Surat Permohonan harus ditulis sesingkat dan sepadat mungkin dengan memperhatikan tata bahasa dan
menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan serta fokus pada tujuan utama dari pengajuan proposal
kerjasama sehingga tidak terkesan bertele-tele.
Company Profile
Dalam kerjasama antara developer dengan bank, masing-masing pihak tentunya harus saling mengenal
dan tahu detail dari perusahaan yang akan diajak bekerjasama.
Karena pihak developer yang mengajukan permintaan kerjasama, sudah barang tentu pihak developer
dianggap sudah mengenal pihak perbankan yang akan diajak bekerjasama.
Sehingga yang harus dilakukan developer adalah memperkenalkan diri kepada pihak bank lewat
company profile.
Dalam company profile tersebut harus dijelaskan tentang keberadaan perusahaan secara umum, sejarah
singkat perusahaan, struktur organisasi, kapasitas perusahaan, pengalaman profesional, produk dan
kualitas produk, infrastruktur dan sumber daya, serta berbagai data yang terkait dengan finansial dan
permodalan perusahaan.
Beberapa bentuk dokumen legalitas perusahaan diantaranya adalah Akta Pendirian Perusahaan, SIUP,
SKDU, TDP dan identitas dari pengurus serta pemegang saham perusahaan dalam bentuk KTP serta
NPWP.
Baca juga: Workshop Developer Properti di Indonesia yang Wajib Anda Ikuti
Dokumen legalitas perusahaan ini perlu disertakan untuk meyakinkan pihak perbankan bahwa
perusahaan yang dijalankan oleh developer merupakan perusahaan yang telah memenuhi sejumlah
prosedur sebagaimana ketetapan dari pemerintah sehingga dalam menjalankan usaha dilindungi oleh
undang-undang karena telah dinyatakan sah secara hukum.
Dokumen legalitas perusahaan dibutuhkan, karena pihak bank tidak akan bersedia menjalin kerjasama
dengan perusahaan manapun yang statusnya masih ilegal.
Sebab, selain dalam menjalankan aktifitasnya tidak mendapat perlindungan payung hukum, jika terjadi
sesuatu yang tidak diharapkan dari bisnis yang dijalankan perusahaan ilegal, maka pihak bank juga sulit
untuk dapat menarik kembali investasi yang telah ditanamkan.
Tidak cukup hanya dengan dokumen legalitas perusahaan, proposal kerjasama developer dan bank juga
harus menyertakan dokumen legalitas proyek yang meliputi sertifikat induk dan sertifikat pecahan, site
plan, IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) Induk dan Pecahan, Ijin Lokasi, dan perijinan lainnya.
Dokumen Legalitas Proyek perlu disertakan, karena sebuah perusahaan legal tidak menutup
kemungkinan melakukan perbuatan yang curang dengan mengerjakan proyek-proyek ilegal.
Untuk mengantisipasi kemungkinan buruk yang terjadi di lapangan, pihak bank tidak mau mengambil
risiko, sehingga salah satu syarat yang wajib disertakan dalam proposal kerjasama adalah Dokumen
Legalitas Proyek.
Persyaratan wajib lainnya yang juga harus disertakan dalam pengajuan proposal kerjasama adalah
brosur dan daftar harga atau pricelist dari produk yang dihasilkan pihak developer.
Melalui brosur yang merupakan sarana informasi dan promosi untuk memasarkan produk, pihak bank
akan dapat memperkirakan nilai proyek dan melihat sejauh mana keseriusan pihak developer dalam
menangani proyek dan memperkirakan seberapa besar daya serap pasar terhadap properti yang
ditawarkan.
Demikian beberapa persyaratan yang harus dilampirkan dalam proposal kerjasama developer dengan
bank agar kerjasama tersebut dapat disetujui oleh pihak bank.
Ini hanya secara garis besar, untuk kasus tertentu mungkin saja bank meminta persyaratan yang sesuai
dengan kebijakan masing-masing bank.
PERJANJIAN KERJASAMA
PEMBELIAN RUMAH
NOMOR : ………………….
---------------------------------------PIHAK PERTAMA----------------------------------------
PARA PIHAK masing-masing bertidak sebagaimana tersebut diatas terlebih dahulu menerangkan hal-hal
berikut:
Bahwa PIHAK PERTAMA adalah Bank yang didirikan menurut dan berdasarkan hukum Indonesia, yang
salah satu kegiatan usahanya antara lain memberikan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah masyarakat yang
memenuhi syarat untuk membeli atau membangun rumah, rumah susun, rumah toko, rumah kantor,
apartemen, kondominium atau rumah peristirahatan/villa, dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip
pemberian kredit yang sehat.
1. Bahwa PIHAK KEDUA adalah perusahaan bergerak dibidang pembangunan perumahaan (Real
Estate) dan pada saat ini sedang mengadakan proyek pembangunan Perumahan …………………………… yang
terletak di Propinsi Jawa Barat,
2. Bahwa PIHAK PERTAMA telah mengajukan kepada PIHAK KEDUA untuk menyediakan fasilitas
kredit kepada masyarakat yang membeli rumah atau rumah toko/kantor di lokasi perumahan yang
dibangun dan dikelola oleh PIHAK KEDUA.
3. Bahwa PIHAK KEDUA menerima penawaran PIHAK PERTAMA tersebut dimana permohonan kredit
oleh pembeli tersebut dapat diajukan melalui PIHAK KEDUA dan atau langsung kepada PIHAK PERTAMA.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, para pihak sepakat mengadakan PERJANJIAN KERJASAMA
Penyedian Fasilitas Kredit Pemilikan Rumah untuk Pembelian Rumah atau Rumah Toko/ Kantor
(selanjutnya disebut Perjanjian) dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut :
PASAL 1
DEFENISI
Kecuali secara tegas dinyatakan lain dalam Perjanjian, semua kata atau istilah sebagaimana dinyatakan
didalam Perjanjian ini mempunyai pengertian sebagai berikut :
1. Akta Jual Beli, selanjutnya disebut AJB adalah dokumen peralihan hak atas Rumah sehubungan
dengan pembelian rumah pada proyek pihak kedua yang ditandantangani oleh PIHAK KEDUA dan
Pembeli.
2. Akta Pembebanan Hak Tanggungan selanjutnya disebut APHT, adalah Akta yang dibuat di
hadapan PPAT yang berisi pemberian Hak Tanggungan dari Debitur kepada PIHAK PERTAMA sebagai
agunan untuk pelunasan hutang Debitur
3. Berita Acara Serah Terima selanjutnta BAST adalah dokumen yang ditandatangani oleh PIHAK
KEDUA dan Pembeli yang menunjukan bahwa PIHAK KEDUA telah menyelesaikan kewajiban
pembangunan Rumah dan menyerahkan Rumah dalam keadaan siap huni kepada Pembeli.
4. Debitur adalah perorangan yang memperoleh fasilitas kredit dari PIHAK KEDUA untuk membeli
rumah yang dibangun pada proyek baik untuk dimiliki sendiri maupun dimiliki oleh suami/istri atau anak
debitur tersebut.
5. Hari kerja PIHAK PERTAMA adalah hari-hari dimana bank umum buka untuk beroperasi yaitu pada
hari Senin samapi dengan hari Jumat di luar hari libur nasional yang ditetapkan oleh pemerintah
Indonesia, termasuk hari di mana Bank Indonesia tidak melaksanakan kliring.
6. Ijin Mendirikan Bangunan Induk, selanjutnya disebut IMB Induk adalah dokumen yang berisikan
ijin untuk mendirikan Rumah pada proyek yang diterbitkan oleh instansi pemerintah yang berwenang
termasuk dokumen perijinan tambahan/perubahan lainnya (apabila ada).
7. Pembeli, adalah perorangan yang membeli rumah yang dibangun oleh dan berada dalam
lingkungan proyek PIHAK KEDUA baik untuk dimiliki sendiri maupun untuk dimiliki oleh suami/istri atau
anak pembeli.
8. Perjanjian Kredit, adalah perjanjian yang ditandatangani oleh PIHAK PERTAMA dan Debitur yang
menjadi dasar terjadinya hubungan hukum pemberian fasilitas kredit dari PIHAK PERTAMA kepada
Debitur.
9. Proyek adalah suatu lokasi yang dimiliki dan/atau dikelola oleh PENGEMBANG yang merupakan
lokasi pembangunan Rumah yang dilakukan oleh PENGEMBANG.
10. SHM (Sertifikat Hak Milik) adalah Sertifikat yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional dan
merupakan tanda bukti kepemilikan hak atas tanah dengan status Hak Milik.
11. Sertifikat Hak Tanggungan, selanjutnya disebut SHT, adalah sertifikat sebagai tanda bukti adanya
Hak Tanggungan atas Rumah atau Rumah Toko/Kantor yang dijaminkan, diterbitkan oleh Kantor
Pertanahan setempat berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, yang wajib diserahkan oleh Notaris/PPAT
kepada BANK sebagai salah satu syarat pemberian fasilitas KPR.
12. SHM (Sertifikat Hak Milik) Induk adalah Sertifikat Hak Milik yang telah memiliki Gambar Situasi atas
tanah yang merupakan lokasi proyek diadakan, yang masing-masing harus dipecah per kavling sesuai
dengan site plan dari proyek.
13. SHGB (Sertifikat Hak Guna Bangunan) Induk adalah Sertifikat Hak Guna Bangunan yang telah
memiliki Gambar Situasi atas tanah yang merupakan lokasi proyek diadakan, yang masing-masing harus
dipecah per kavling sesuai dengan site plan dari proyek.
14. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, selanjutnya disebut SKMHT, adalah akta yang
merupakan surat kuasa dari Debitor atau pemegang hak atas tanah kepada BANK untuk membebankan
Hak Tanggungan, guna menjamin pelunasan fasilitas KPR yang diberikan BANK kepada Debitor yang
dibuat di hadapan Notaris/PPAT setempat.
15. Surat Ijin Penunjukan Penggunaan Tanah, selanjutnya disebut SIPPT adalah dokumen yang berisi ijin
penggunaan tanah atau lokasi proyek yang diterbitkan oleh instansi Pertanahan setempat, berikut
dokumen perijinan tambahan/perubahan lainnya. (apabila ada).
16. Rekening Giro Operasional adalah rekening giro atas nama PIHAK KEDUA yang dibuka pada PIHAK
PERTAMA yang dipergunakan untuk transaksi operasional berdasarkan perjanjina ini.
17. Rekening Giro penampungan, adalah rekening giro atas nama PIHAK KEDUA yang dibuka pada
PIHAK PERTAMA yang dipergunakan untuk menampung pemindahbukuan pencairan fasilitas kredit atas
nama debitur.
18. ‘Tanah dan Bangunan’ berarti tanah dan bangunan rumah tinggal, rumah-toko dan rumah kantor,
ataupun bagian bangunan gedung bertingkat yang distrukturkan secara fungsional yang dapat dimiliki
dan digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda
bersama dan tanah bersama (satuan rumah susun/apartment), dalam keadaan siap huni maupun siap
bangun lengkap dengan surat-surat bukti kepemilikannya, yang dijual oleh PIHAK KEDUA selaku Penjual
dan dibutuhkan oleh Konsumen selaku Debitur.
PASAL 2
RUANG LINGKUP
Pemberian fasilitas dari PIHAK PERTAMA kepada pembeli sesuai dengan syarat dan ketentuan yang
berlaku pada PIHAK PERTAMA.
PASAL 3
PIHAK PERTAMA bersedia untuk memberikan fasilitas kredit kepada pembeli dalam kondisi sebagai
berikut:
2. Sertifikat induk telah dipecah menjadi sertifikat atas satuan rumah namun masih terdafttar atas
nama PIHAK KEDUA .
3. Proyek telah memiliki dokumen SIPPT yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang termasuk
dokumen perijinan tambahan atau perubahannya (apabila ada) untuk keperluan penggunaan tanah
proyek.
4. Proyek telah memiliki IMB Induk yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang termasuk
dokumen tambahan atau perubahannya untuk keperluan mendirikan rumah pada proyek tersebut.
5. Proyek telah memiliki ijin-ijin yang diperlukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
PASAL 4
1. Setiap debitur wajib terlebih dahulu membayar uang muka pembelian rumah sebesar 20% (dua
puluh persen) dari harga pembelian rumah di luar Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2. PIHAK PERTAMA akan mempertimbangkan pemberian fasilitas kredit kepada Pembeli yang
memenuhi syarat sebagai berikut :
b. Berusia 21 (duapuluh satu) tahun atau sudah/telah menikah, dan pada saat berakhirnya jangka
waktu kredit berusia setinggi-tingginya 60 (enampuluh) tahun atau sesuai usia pensiun.
d. Memiliki penghasilan bersih perbulan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali besar angsuran yang wajib
dibayar kepada BANK.
h. Debitur wajib menyerahkan dokumen dan memiliki asli dokumen, termasuk tetapi tidak terbatas
pada :
· NPWP atau SPT PPh 21 (untuk fasilitas kredit diatas Rp. 50.000.000,-);
i. Menjalani pemeriksaan kesehatan untuk kepentingan penutupan asuransi jiwa khusus untuk
fasilitas kredit diatas Rp. 500.000.000 ( Lima ratus juta rupiah)
3. Untuk mendukung Debitur tersebut, PIHAK KEDUA wajib menyerahkan surat keterangan yang
berisi nama proyek, tipe rumah, harga jual, ketentuan pembayaran uang muka dan tahapan
pembayaran, spesifikasi dan lampiran gambar letak satuan rumah.
4. PIHAK PERTAMA berwenang melakukan analisa atas setiap permohonan kredit dari calon debitur
dan kelayakan debitur berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan PIHAK PERTAMA. PIHAK
PERTAMA dapat menolak permohonan calon debitur tanpa kewajiban untuk memberikan alasan
penolakan dan penjelasan kepada calon debitur dan PIHAK KEDUA .
5. PIHAK KEDUA menyetujui bahwa keputusan pemberian kredit kepada Pembeli yang diajukan oleh
PIHAK KEDUA sepenuhnya berada ditangan PIHAK PERTAMA.
6. Apabila PIHAK PERTAMA menyetujui pemberian kredit kepada Pembeli maka persetujuan tersebut
akan dituangkan dalam suatu keputusan pemberian kredit yang dikirimkan kepada Pembeli .
7. Pencairan kredit akan dilaksanakan sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan sebagaimana diatur
pada Pasal 5 Perjanjian ini.
8. Jangka waktu pelunasan kredit untuk pembelian rumah adalah maksimum 15 (lima belas) tahun.
PASAL 5
PENCAIRAN KREDIT
1. PIHAK PERTAMA akan melakukan pencairan kredit berdasarkan permintaan debitur dengan
diketahui PIHAK KEDUA.
2. PIHAK PERTAMA akan melakukan pencairan kredit kedalam rekening penampungan yang akan
diblokir dan akan dipindahbukukan kedalam rekening operasional secara bertahap sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Debitur telah membayar lunas uang muka pembelian rumah sebesar 20% (dua puluh persen)
kepada PIHAK KEDUA yang dibuktikan dengan penyerahan kuitansi pembayaran uang muka kepada
PIHAK PERTAMA.
d. Rumah telah siap huni yang dibuktikan dengan penyerahan BAST kepada PIHAK PERTAMA.
f. PIHAK KEDUA telah menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA dokumen berupa fotocopy AJB dan
salinan SKMHT/APHT.
g. PIHAK KEDUA telah menyerahkan cover note dari notaris yang berisi pernyataan Notaris:
• Untuk melakukan pengurusan balik nama atas sertifikat menjadi terdaftar atas nama debitur atau
suami/istri atau anak debitur dan melakukan pendaftaran atas APHT tersebut kepada Badan Pertanahan
Nasional setempat.
• Untuk menyerahkan sertifikat yang telah terdaftar atas nama debitur atau suami/istri atau anak
debitur dan SHT kepada PIHAK PERTAMA.
PIHAK KEDUA atau Notaris telah menyerahkan sertifikat yang telah terdaftar atas nama debitur atau
suami/istri atau anak debitur dan SHT kepada PIHAK PERTAMA.
a. Menyetujui atau menolak permohonan kredit yang diajukan oleh pembeli baik yang diajukan
melalui PIHAK KEDUA atau langsung kepada PIHAK PERTAMA.
b. Melakukan pendebetan Rekening Giro operasional untuk pembayaran dari PIHAK KEDUA atas
denda keterlambatan penyelesaian suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA
berdasarkan Perjanjian ini .
c. Mendebet Rekening Giro atau Rekening Giro Penampungan, untuk melaksanakan pencairan
sebagaimana ketentuan pada pasal 5 Perjanjian ini serta apabila rekening Giro Operasional tidak
mencukupi pelaksanaan pendebetan sebagaimana diatur pada pasal butir b pasal ini.
d. Menentukan suku bunga (efektif ) yang dibebankan kepada debitur dan memberitahukan besarnya
suku bunga tersebut secara tertulis kepada PIHAK KEDUA, suku bungan mana akan ditinjau sewaktu-
waktu oleh PIHAK PERTAMA.
a. Melakukan analisa dan menberi keputusan atas permohonan kredit yang diajukan Pembeli sesuai
dengan kebijakan dan pertimbangan PIHAK PERTAMA dalam jangka waktu maksimum 14 (empat belas)
hari kerja setelah permohonan lengkap oleh PIHAK PERTAMA.
b. Memberikan informasi dan penjelasan lengkap kepada PIHAK KEDUA dan atau kepada Pembeli
tentang persyaratan kredit dan biaya-biaya yang menjadi beban debitur sehubungan dengan fasilitas
kredit.
c. Melaksanakan pencairan kredit sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan yang ditetapkan pada
pasal 5 Perjanjian ini.
PASAL 7
PIHAK KEDUA berhak memperoleh dana hasil pencairan kredit sesuai dengan jumlah yang
tercantum dengan tegas dalam perjanjian kredit antara PIHAK PERTAMA dengan debitur dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagaimana yang telah ditetapkan dalan Pasal 5 Perjanjian ini.
b. Manjadi media untuk memberikan informasi kredit dan biaya-biaya yang mungkin timbul kepada
calon debitur, biaya-biaya mana harus dibayar oleh debitur sebelum penandatanganan perjanjian Kredit.
c. Memberi saran kepada pembeli yang akan membeli rumah secara kredit untuk memanfaatkan
fasilitas kredit PIHAK PERTAMA kecuali Pembeli tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan yang
ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA.
d. Membantu Pembeli dalam menyiapkan berkas-berkas permohonan fasilitas kredit setelah Pembeli
membayar uang muka kepada PIHAK KEDUA sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian ini.
e. Menjadi penghubung dan koordinator antara PIHAK PERTAMA dengan debitur serta membantu
pelaksanaan kewajiban debitur antara lain namun tidak terbatas pada kewajiban pembayaran yang
timbul sehubungan dengan fasilitas kredit PIHAK PERTAMA.
f. Memberikan Informasi tentang debitur yang diminta oleh PIHAK PERTAMA dan tidak terbatas
apabila debitur melakukan wanprestasi terhadap perjanjian kredit.
g. Menyerahkan sertifikat yang telah terdaftar atas nama debitur atau suami/istri atau anak debitur,
APHT dan SHT kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya 6 (enam ) bulam sejak ditandatangani AJB.
h. Melakukan pemecahan IMB induk menjadi IMB atas satuan rumah dan menyerahkan IMB tersebut
kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya 6 bulan sejak ditandatangani AJB.
i. Membayar denda keterlambatan kepada PIHAK PERTAMA sebesar Rp. …………………………….. untuk
setiap hari kalender keterlambatan atas keterlambatan PIHAK KEDUA untuk menyerahkan dokumen
sebagaimana huruf g dan h diatas.
j. Menyerahkan surat keterangan (cover note) dari PPAT sebagaimana dimaksud pada pasal 5
perjanjian ini.
k. Membuka rekening giro operasional dan rekening giro penampungan pada PIHAK PERTAMA untuk
keperluan transaksi operasional dan penampungan pencairan kredit.
l. Menjamin kehadiran debitur untuk menandatangani SKMHT/APHT dengan PIHAK PERTAMA pada
waktu yang ditentukan.
3. Kewajiban PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud pada huruf I ayat2 tersebut diatas menjadi
berkahir atau tidak berlaku lagi setelah PIHAK KEDUA melakukan seluruh kewajiban-kewajibannya
tersebtu.
PASAL 8
3. Semua dan setiap jumlah uang yang wajib dibayar oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
adalah bebas, bersih dan tanpa pengurangan atau beban berupa apapun juga.
4. JIka PIHAK KEDUA diwajibkan oleh Undang-Undang atau peraturan hukum yang berlaku
melakukan pemotongan atau pengurangan atas jumlah uang yang wajib dibayarnya maka PIHAK KEDUA
wajib membayar suatu jumlah tambahan kepada PIHAK PERTAMA sehingga setelah dilakukannya
pemotongan atau pengurangan tersebtu PIHAK PERTAMA akan menerima uang dalam jumlah yang telah
disepakati dalam perjanjian ini.
5. Jika untuk melakukan pembayaran berdasarkan perjanjian ini PIHAK KEDUA memerlukan ijin atau
persetujuan dari pemerintah Indonesia maka PIHAK KEDUA menyetujui dan dengan ini berjanji serta
mengikat diri kepada PIHAK PERTAMA untuk memohon dan mengurus ijin atau persetujuan tersebut
atas biaya-biaya dan tanggungjawab PIHAK KEDUA sendiri.
6. Jaminan yang diberikan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA berdasarkam perjanjian ini
adalah merupakan bagian yang terpenting dimana perjanjian ini tidak akan dibuat dan ditandatangani
tanpa adanya jaminan dari PIHAK KEDUA tersebut.
7. Untuk pemberian jaminan ini PIHAK KEDUA dengan ini melepaskan semua hak yang diberikan
oleh Undang-Undang kepada PIHAK PERTAMA, termasuk tetapi tidak terbatas pada apa yang
dicantumkan dalam pasal-pasal 1430.1831, 1837, 1838, 1843, 1847, 1848, 1849 dan pasal 1850 dari
KItab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.
PASAL 9
PERNYATAAN-PERNYATAAN
b. Dalam membuat dan melaksanakan Perjanjian ini, BANK tidak melanggar atau bertentangan, baik
dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasarnya maupun dengan
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia serta BANK telah memenuhi persyaratan-
persyaratan yang ditentukan oleh Anggaran Dasar dan peraturan yang berlaku untuk penandatanganan
Perjanjian ini.
c. BANK dalam hal ini diwakili oleh pihak yang berwenang untuk melakukan tindakan-tindakan
hukum untuk dan atas nama BANK, sehingga Perjanjian ini sah secara hukum dan Para Pihak dapat
melaksanakan hak dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini.
a. PENGEMBANG adalah suatu badan hukum yang didirikan menurut dan berdasarkan hukum yang
berlaku di Negara Republik Indonesia.
b. Dalam membuat dan melaksanakan Perjanjian ini, PENGEMBANG tidak melanggar atau
bertentangan, baik dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasarnya maupun
dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, serta PENGEMBANG telah memenuhi
persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh Anggaran Dasar dan peraturan yang berlaku untuk
penandatanganan Perjanjian ini.
c. PENGEMBANG dalam hal ini diwakili oleh pihak yang berwenang untuk melakukan tindakan-
tindakan hukum untuk dan atas nama PENGEMBANG, sehingga Perjanjian ini sah secara hukum dan Para
Pihak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini.
d. Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, PENGEMBANG telah mempunyai izin-izin yang diperlukan
dan senantiasa akan memperbaharui izin-izin tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.
f. PENGEMBANG tidak sedang berada dalam keadaan lalai untuk melaksanakan kewajiban apapun
baik kepada Pihak Ketiga maupun pihak lainnya, kewajiban mana dapat mempengaruhi pelaksanaan
Perjanjian ini.
g. PIHAK KEDUA setuju bahwa ketentuan mengenai keputusan pemberian kredit untuk tiap debitur,
bentuk isi perjanjian kredit dan atau perjanjian jaminan lainnya adalah sepenuhnya menjadi hak-hak dan
kewenangan PIHAK PERTAMA.
h. PENGEMBANG dengan ini sekarang dan untuk seterusnya di kemudian hari, membebaskan dan
melepaskan BANK dari segala gugatan, tuntutan atau tagihan dari siapapun juga yang langsung atau
tidak langsung berhubungan dengan Perjanjian ini termasuk namun tidak terbatas pada pernyataan-
pernyataan atau jaminan-jaminan yang diberikan oleh PENGEMBANG.
PASAL 10
AKIBAT-AKIBAT HUKUM ATAS KELALAIAN PIHAK KEDUA DAN ATAU PIHAK PERTAMA
10.1. BANK dengan seketika berhak untuk mengakhiri Perjanjian ini, dalam hal terjadinya peristiwa-
peristiwa yang merupakan kelalaian PENGEMBANG, yaitu sebagai berikut :
10.1.1. PENGEMBANG lalai atau tidak memberikan jaminannya sebagaimana diatur dalam Perjanjian
ini, atau lalai untuk melaksanakan baik sebagian maupun seluruh kewajibannya berdasarkan Perjanjian
ini, kelalaian mana tetap berlangsung setelah BANK memberikan 3 (tiga) kali peringatan secara tertulis
kepada PENGEMBANG, masing-masing dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender;
10.1.2. Pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh PENGEMBANG dalam pasal 9.1. Perjanjian ini
terbukti palsu atau dipalsukan;
10.1.3. PENGEMBANG tidak atau lalai melaksanakan kewajiban pembayaran secara seketika dan
sekaligus kepada BANK dan/atau pihak lain sebagaimana diatur dalam dan berkaitan dengan Perjanjian
ini, yang mana kelalaian tersebut tetap berlangsung setelah BANK memberikan 3 (tiga) kali peringatan
secara tertulis kepada PENGEMBANG, masing-masing dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender;
10.1.4. PENGEMBANG lalai untuk melaksanakan sesuatu kewajiban atau melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan dalam suatu perjanjian dengan pihak ketiga mengenai atau berhubungan dengan
pinjaman uang atau pemberian fasilitas kredit dimana PENGEMBANG berkedudukan sebagai debitor
atau penjamin, dan kelalaian atau pelanggaran tersebut memberikan hak kepada pihak yang
memberikan pinjaman untuk menuntut pembayaran kembali atas apa yang terhutang dan wajib dibayar
oleh PENGEMBANG sebagaimana diatur dalam perjanjian tersebut secara seketika dan sekaligus lunas;
10.1.5. Sebagian atau seluruh kekayaan PENGEMBANG disita oleh instansi yang berwenang.
10.1.7. PENGEMBANG mengajukan permohonan untuk dinyatakan pailit atau untuk diberikan
penundaan pembayaran hutang (surceance van betaling) kepada instansi yang berwenang atau apabila
orang/pihak lain mengajukan permohonan kepada instansi yang berwenang agar PENGEMBANG
dinyatakan dalam keadaan pailit atau apabila diberikan penundaan pembayaran hutang (surceance van
betaling) oleh instansi yang berwenang.
10.1.8. Instansi yang berwenang mengeluarkan perintah kepada PENGEMBANG untuk menghentikan
atau menghentikan untuk sementara waktu pelaksanaan dari Proyek, atau izin PENGEMBANG untuk
melaksanakan Proyek dicabut atau ditarik kembali oleh instansi yang berwenang.
10.2. Untuk maksud pengakhiran Perjanjian ini sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 Pasal ini, kedua
belah pihak dengan ini sepakat untuk melepaskan ketentuan dalam Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
10.3. Dalam hal terjadinya peristiwa-peristiwa sebagaimana tersebut dalam Ayat 10.1. diatas, maka
BANK berhak untuk dengan seketika menghentikan atau mengakhiri hubungan kerjasama dengan
PENGEMBANG dan seluruh kewajiban PENGEMBANG kepada BANK menjadi jatuh tempo dan wajib
dibayar seketika serta sekaligus, untuk itu BANK berhak dan dengan ini diberi kuasa oleh PENGEMBANG
termasuk untuk mendebet Rekening Aktif, Rekening Pasif dan atau Rekening Deposito dengan
pemberitahuan terlebih dahulu kepada PENGEMBANG, mengeksekusi jaminan pendukung (apabila ada),
melakukan proses hukum lainnya yang dirasa perlu oleh BANK, dan/atau untuk mengambilalih proses
penyelesaian Sertifikat.
10.4. PENGEMBANG dengan ini pula, sekarang dan untuk dikemudian hari, melepaskan semua dan
setiap haknya untuk mengajukan keberatan atau bantahan berupa dan dengan alasan apapun terhadap
pelaksanaan hak-hak BANK termasuk tetapi tidak terbatas terhadap pendebetan Rekening Giro
operasional dan atau rekening giro penampungan.
PASAL 11
PIHAK KEDUA dengan ini membebaskan PIHAK PERTAMA dari segala tuntutan dan/ atau gugatan dari
debitur dan/atau pihak ketiga lainnya sehubungan dengan kewajiban PIHAK KEDUA untuk :
1. menyelesaikan proses balik nama sertifikat menjadi atas nama debitur atau suami/istri
atau anak debitur.
3. Melakukan setiap dan seluruh kewajibannya yang timbul berdasrkan perjanjian ini.
PASAL 12
FORCE MAJEURE
12.1. Masing-masing pihak dalam Perjanjian ini tidak dapat menuntut pihak lainnya untuk
melaksanakan atau memenuhi ketentuan-ketentuan Perjanjian ini atau menganggap pihak lainnya telah
melanggar Perjanjian ini karena adanya force majeure.
12.2. Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (force majeure) adalah suatu peristiwa atau keadaan
yang terjadi diluar kekuasaan salah satu pihak atau KEDUA BELAH PIHAK, yang mengakibatkan salah satu
atau KEDUA BELAH PIHAK tidak dapat melaksanakan hak-hak dan atau kewajiban-kewajiban sesuai
dengan ketentuan dalam Perjanjian ini, termasuk namun tidak terbatas pada kebakaran, bencana alam,
peperangan, huru-hara, epidemi, aksi pemogokan dan kebijaksanaan maupun peraturan Pemerintah
atau penguasa setempat yang secara langsung dapat mempengaruhi pemenuhan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban masing-masing pihak.
12.3. Apabila salah satu pihak mengalami suatu keadaan memaksa (force majeure), maka pihak yang
bersangkutan harus memberitahukan secara tertulis kepada pihak lainnya disertai dengan bukti-bukti
yang layak, paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak terjadinya keadaan memaksa dimaksud,
serta masing-masing pihak sepakat untuk menyelesaikan segala hak dan kewajiban satu sama lain yang
tertunda secara musyawarah.
12.4. Bilamana dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender sejak diterimanya pemberitahuan
dimaksud, belum atau tidak ada tanggapan dari pihak yang menerima pemberitahuan, maka adanya
peristiwa tersebut dianggap telah diketahui oleh pihak tersebut.
12.5. Segala permasalahan yang timbul akibat dari terjadinya force majeure akan diselesaikan secara
musyawarah oleh Para Pihak.
PASAL 13
BIAYA-BIAYA
Biaya-biaya berikut ini harus ditanggung oleh PENGEMBANG dan oleh karenanya harus diselesaikan
sebagaimana mestinya oleh PENGEMBANG, yaitu meliputi :
13.1. Seluruh biaya yang timbul berkaitan dengan proses sertifikasi Sertipikat atau biaya-biaya lainnya
yang berhubungan dengan pemilikan Rumah atau Rumah Toko/Kantor, biaya proses balik nama dari
PENGEMBANG menjadi terdaftar atas nama Debitor, biaya pengecekan sertipikat hak atas Tanah dan
semua pajak termasuk akan tetapi tidak terbatas pada Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh), pungutan-pungutan atas jumlah uang yang mungkin
pada setiap waktu dapat dikenakan dalam hubungannya dengan pemilikan Rumah atau Rumah
Toko/Kantor menjadi beban Debitur atau PENGEMBANG berdasarkan porsi masing-masing pihak.
13.2. Biaya pembuatan dan penandatanganan Perjanjian ini ditanggung oleh Kedua Belah Pihak, oleh
karena itu PENGEMBANG dan BANK menanggung masing-masing setengah bagian dari biaya-biaya
tersebut.
13.3. Dalam hal terdapat biaya pembuatan akta-akta dan perjanjian-perjanjian lainnya yang berkaitan
dengan Perjanjian ini, maka pihak yang meminta dilakukan pembuatan akta/perjanjian dimaksud yang
menanggung segala biaya-biaya yang timbul dengan adanya pembuatan/penandatanganannya.
PASAL 14
14.2. Dalam hal jangka waktu Perjanjian akan diperpanjang, maka pihak yang akan melakukan
perpanjangan wajib memberitahukan kepada pihak lainnya selambat-lambatnya dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan kalender sebelum tanggal berakhirnya Perjanjian.
14.3. Apabila masa berlakunya Perjanjian ini sudah berakhir dan kedua belah pihak sudah sepakat
untuk memperpanjang masa berlakunya Perjanjian baik yang dinyatakan secara tertulis sedangkan
addendum atau perpanjangan Perjanjian belum ditandatangani oleh kedua belah pihak, maka kedua
belah pihak sepakat bahwa segala ketentuan didalam Perjanjian ini tetap berlaku dan mengikat kedua
belah pihak sampai dinyatakan sebaliknya.
14.4. Dalam hal salah satu pihak akan mengakhiri Perjanjian ini sebelum jangka waktu Perjanjian
berakhir, maka pihak yang akan mengakhiri tersebut wajib memberitahukan hal tersebut kepada pihak
lainnya selambat-lambatnya dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan kalender sebelum tanggal pengakhiran
Perjanjian yang dikehendaki dengan ketentuan apabila pihak yang menerima pemberitahuan
pengakhiran tidak memberikan tanggapannya sampai tanggal penakhiran Perjanjian yang dikehendaki,
maka pihak tersebut dianggap menyetujui untuk mengakhiri Perjanjian ini sebelum jangka waktu
Perjanjian berakhir..
14.5. Segala hak maupun kewajiban dari masing-masing pihak yang masih ada pada saat Perjanjian
berakhir dan masih tetap terhutang berdasarkan Perjanjian ini, tetap melekat dan wajib dipenuhi oleh
masing-masing pihak.
Pasal 15
15.1. Bagi Perjanjian ini dan penafsirannya tunduk dan berlaku pada hukum Negara Republik
Indonesia.
15.2. Para Pihak sepakat untuk memilih domisili hukum yang umum dan tetap di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri ……………………….
Pasal 16
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
16.1. Setiap perselisihan atau perbedaan pendapat yang timbul diantara Para Pihak dalam
melaksanakan Perjanjian ini akan diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
16.2. Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari perselisihan atau perbedaan pendapat tersebut
tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka Para Pihak sepakat untuk menyelesaikan melalui
Pengadilan Negeri …………………………..
Pasal 17
KORESPONDENSI
17.1. Setiap pemberitahuan mengenai Perjanjian ini harus disampaikan secara tertulis dan dapat
melalui (a) pengiriman surat, (b) surat tercatat, dan (c) faksimili kepada masing-masing pihak sebagai
berikut: kepada para pihak yang tersebut dalam Perjanjian ini harus diberikan secara tertulis dengan
cara :
PENGEMBANG : ……………………………….
Telepon : ……………………………….
Faksimili : ……………………………….
BANK : ……………………………….
Telepon : ……………………………….
Faksimili : ……………………………….
Kecuali jika ditentukan lain dalam Perjanjian ini, maka segala pemberitahuan dan korespondensi
sehubungan dengan Perjanjian ini dianggap telah disampaikan pada saat :
b. apabila melalui surat tercatat, 14 (empat belas) Hari Kerja Bank setelah pengiriman surat tersebut.
c. bila melalui faksimili, pada saat berita tersebut diterima oleh pihak yang bersangkutan.
Apabila dilakukan lebih dari satu cara tersebut di atas, maka pemberitahuan tersebut dianggap telah
disampaikan melalui cara yang paling efektif. Segala pemberitahuan dan dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan Perjanjian ini dilaksanakan dalam Bahasa Indonesia.
17.2. Setiap perubahan alamat yang tercantum/diatur dalam Pasal 17.1. diatas wajib diberitahukan
secara tertulis oleh pihak yang bersangkutan kepada pihak lainnya selambat-lambatnya 14 (empat) belas
Hari Kerja BANK sebelumnya. Apabila tidak ada pemberitahuan secara tertulis, maka alamat yang
tercantum/diatur dalam Perjanjian ini alamat terakhir yang tercatat pada masing-masing pihak.
Pasal 18
PEMINDAHTANGANAN
PENGEMBANG tanpa memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari BANK, tidak dapat
memindahtangankan hak dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini kepada pihak lain.
Pasal 19
LAIN-LAIN
19.1. PIHAK KEDUA wajib meberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA bilamana terjadi
perubahan pada susunan pengurus dan atau pemegang saham dari PIHAK KEDUA dan atau terjadi
perubahan adan atau penambahan pada anggaran dasar PIHAK KEDUA.
19.1. Kuasa yang diberikan PENGEMBANG kepada BANK sehubungan dengan Perjanjian ini bersifat
pasti/tidak dapat dicabut kembali dan tidak dapat diakhiri sesuai dengan ketentuan-ketentuan Pasal
1813, 1814 dan Pasal 1866 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. PENGEMBANG dengan ini
menyatakan bersedia untuk sewaktu-waktu apabila diperlukan oleh BANK akan menandatangani surat
kuasa tersendiri, atas kuasa-kuasa yang diberikanya dalam Perjanjian ini.
19.2. Kegagalan salah satu pihak untuk menuntut pelaksanaan suatu ketentuan dari Perjanjian ini
oleh pihak yang lain pada suatu waktu, tidak akan mempengaruhi haknya untuk menuntut pelaksanaan
ketentuan tersebut untuk waktu sesudahnya.
19.3. Pembebasan salah satu pihak atas suatu pelanggaran terhadap suatu ketentuan Perjanjian ini
tidak dapat ditafsirkan sebagai pembebasan atas pelanggaran-pelanggaran berikutnya dari ketentuan
tersebut.
19.4. Perjanjian ini mengikat bagi dan harus dilaksanakan oleh PENGEMBANG dan BANK dan wakil-
wakil dan/atau pengganti mereka masing-masing dengan ketentuan bahwa PENGEMBANG tidak berhak
menyerahkan atau mengalihkan hak-hak atau kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini
kepada pihak lainnya tanpa persetujuan tertulis sebelumnya dari BANK.
19.5. Segala sesuatu yang tidak atau belum cukup diatur dalam Perjanjian ini, termasuk perubahan
dan atau penambahan ketentuan-ketentuan pada Perjanjian ini, akan diatur kemudian dalam suatu
addendum yang dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak baik secara notariil maupun dibawah
tangan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
19.6. Setiap dan seluruh lampiran Perjanjian ini merupakan bagian yang integral dan menjadi satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari Perjanjian.
Demikianlah Perjanjian ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan sebagai bukti di
kemudian hari.
Pada hari ini, Kamis, tanggal lima belas bulan Januari tahun dua ribu lima belas (15-01-2015) telah
disepakati Perjanjian Kerjasama Pembangunan Proyek Perumahan dengan dihadiri para saksi yang
nama-namanya akan disebutkan pada bagian akhir kesepakatan ini, antara:
Alamat : Jl. Pasar Minggu Raya No. 40, Pasar Minggu, Jaksel.
No KTP : 5678910112
Tempat/Tgl. Lahir :
Alamat :
No KTP :
Terlebih dahulu PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menerangkan sebagai berikut:
-PIHAK PERTAMA adalah seorang investor yang biasa membiayai proyek properti dan sudah sepakat
untuk membiayai Proyek Perumahan yang akan disebut di bawah.
-PIHAK KEDUA adalah pengembang properti yang memiliki kemampuan untuk mengerjakan dan
mengelola proyek-proyek properti, mulai dari mendisain proyek, mengurus perijinan, membangun fisik
proyek dalam arti yang seluas-luasnya sampai dengan pemasaran.
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah sepakat mengadakan Perjanjian Kerjasama Pembangunan
Proyek Perumahan dengan pasal-pasal sebagai berikut:
Pasal 1
Lokasi proyek adalah di Kel. Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat seluas 7000 m2
(Tujuh ribu meter per-segi) yang merupakan tanah milik H. Soleh Bin Naim, sebagaimana tertera dalam
sertifikat sebagai berikut:
1. SHM No. 1234/Jatiasih, seluas 2000 m2, atas nama Haji Soleh Bin Naim
2. SHM No. 1235/Jatiasih, seluas 2000 m2, atas nama Haji Soleh Bin Naim
3. SHM No. 1236/Jatiasih, seluas 3000 m2, atas nama Haji Soleh Bin Naim
Pasal 2
Harga tanah disepakati Rp. 500.000,-/m2 (Limaratus ribu rupiah permeter persegi) dengan demikian
harga total tanah adalah Rp. 3.500.000.000,- (Tiga milyar lima ratus juta rupiah).
Pasal 3
PIHAK KEDUA telah menyepakati dengan Pemilik Tanah bahwa tanah seperti tersebut di atas akan
dikelola menjadi Proyek Perumahan oleh PIHAK KEDUA dengan pola kerjasama, dimana PIHAK KEDUA
telah menandatangani Surat Perjanjian Kerjasama dengan Pemilik Tanah tanggal 7 Januari 2015
sebagaimana terlampir.
Pasal 4
Sistem pembayaran harga tanah kepada Pemilik Tanah adalah dengan pembayaran uang muka sebesar
10% (Sepuluh persen) dari harga tanah atau sebesar Rp. 350.000.000,- (Tiga ratus lima puluh juta
rupiah) dan sisanya sebesar Rp. 3.150.000.000,- (Tiga milyar seratus lima puluh juta rupiah) akan
dibuatkan Akta Pengakuan Hutang PT kepada Pemilik Tanah dengan kewajiban mengangsur sesuai
dengan unit terjual dengan detil seperti tercantum dalam Surat Perjanjian Kerjasama dengan Pemilik
Tanah tanggal 7 Januari 2015 terlampir.
Pasal 5
Akta Pengakuan Hutang dibuat bersamaan dengan dibuatnya Akta Jual Beli dari Pemilik Tanah kepada
PT dan setelahnya sertifikat tersebut di atas akan dibaliknama ke atas nama PT.
Pasal 6
Dengan kemampuan mengelola proyek yang telah teruji, PIHAK KEDUA sebagai Pengelola Proyek
menargetkan laba bersih proyek sebesar +/- Rp. 3.150.000.000,- (Lebih kurang tiga milyar seratus lima
puluh juta rupiah).
Pasal 7
PIHAK KEDUA telah menyepakati dengan Pemilik Tanah bahwa pembagian laba atas laba bersih proyek
adalah 20% (Dua puluh persen) untuk Pemilik Tanah dan 80% (Delapan puluh persen) untuk
Pengelola/PIHAK KEDUA.
Laba 80% yang menjadi hak PIHAK KEDUA akan dibagikan kepada PIHAK PERTAMA sebesar 56% (Lima
puluh enam persen) dan menjadi haknya PIHAK KEDUA sebesar 24% (Dua puluh empat persen)
PIHAK PERTAMA
PIHAK KEDUA
Pemilik Lahan
+/- Rp. 1.764.000.000,- (Lebih kurang satu milyar tujuhratus enampuluh empat juta rupiah)
+/- Rp. 756.000.000,- (Lebih kurang tujuhratus limapuluh enam juta rupiah)
Pasal 8
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dan Pemilik Tanah sepakat akan mendirikan badan hukum Perseroan
Terbatas (PT) khusus untuk melaksanakan Proyek Perumahan ini dengan nama yang akan ditentukan
kemudian dengan pembagian saham dan organ perusahaan sebagai berikut:
- Pembagian Saham
Pasal 9
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat bahwa masing-masing menempatkan specimen
tandatangan di rekening bank yang akan dibuka. Dengan demikian specimen tanda tangan yang berlaku
adalah tandatangan Direktur Utama, Direktur, Direktur dan Komisaris Utama.
MODAL PERSEROAN
Pasal 10
PIHAK PERTAMA berkewajiban menyetorkan modal ke perseroan sebesar Rp. 1.300.000.000,- (Satu
milyar tigaratus juta rupiah).
Sebagai kompensasi terhadap keahlian pengelolaan proyek PIHAK KEDUA tidak berkewajiban
menyetorkan modal ke perseroan.
Sebagai kompensasi terhadap kepemilikan tanah Pemilik Tanah juga tidak berkewajiban menyetorkan
modal ke perseroan.
Pasal 11
Apabila modal sebesar Rp. 1.300.000.000,- (Satu milyar tigaratus juta rupiah) tidak mencukupi untuk
mengerjakan proyek maka Para Pihak sepakat akan menjaminkan sertifikat atas nama PT ke bank atau
lembaga pembiayaan lainnya.
Pasal 12
PIHAK KEDUA tidak diperbolehkan menandatangani surat berharga seperti cek, Bank Guarantee (BG)
atau dalam bentuk apapun tanpa seijin PIHAK PERTAMA.
Pasal 13
PIHAK PERTAMA berhak meminta informasi apapun tentang proyek kepada PIHAK KEDUA, baik progress
maupun data-data keuangan dan data-data lainnya secara tertulis ataupun lisan. Dan PIHAK KEDUA
wajib memberikan data-data yang dibutuhkan oleh PIHAK PERTAMA.
Pasal 14
PIHAK PERTAMA berhak melakukan evaluasi atas pelaksanaan proyek dan memberikan masukan kepada
PIHAK KEDUA terkait pelaksanaan proyek selanjutnya.
Pasal 15
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA wajib mengawal jalannya proyek agar sesuai dengan perencanaan,
seperti kebutuhan modal, rencana penerimaan dan waktu pelaksanaan proyek.
Pasal 16
PIHAK PERTAMA wajib menyediakan modal kerja sebesar . 1.300.000.000,- (Satu milyar tigaratus juta
rupiah) yang disetorkan ke rekening PT.
Pasal 17
PIHAK KEDUA wajib membuat marketing plan yang menjamin penjualan dan laba proyek sesuai dengan
yang ditargetkan.
Pasal 18
PIHAK KEDUA wajib melaksanakan proyek sebaik dan seefesien mungkin sehingga proyek terlaksana
sesuai target yang ditetapkan.
Pasal 19
PIHAK KEDUA wajib mengembalikan modal yang sudah disetorkan oleh PIHAK PERTAMA atau sebesar
Rp. 1.300.000.000,- (Satu milyar tigaratus juta rupiah) dalam jangka waktu 18 (delapan belas) bulan
sejak modal tersebut masuk ke rekening PT atau selambatnya tanggal 30 Juni 2016.
Pasal 20
PIHAK KEDUA berhak menyusun organisasi proyek sendiri tanpa campur tangan PIHAK PERTAMA.
Pasal 21
PIHAK KEDUA berhak mengatur biaya-biaya yang dibutuhkan untuk terlaksananya proyek sepanjang
sesuai dengan yang disetujui dalam perencanaan awal.
PENJUALAN
Pasal 22
PIHAK KEDUA dalam kapasitasnya sebagai Direktur Utama PT, dalam menandatangani Akta Jual Beli
dengan konsumen harus mendapatkan persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA sehingga PIHAK
PERTAMA mengetahui dan mengontrol seluruh pelapasan hak atas unit-unit rumah.
Pasal 23
Seluruh uang hasil penjualan proyek harus masuk ke rekening PT dalam waktu paling lama 2 x 24 (Dua
kali dua puluh empat) jam setelah penandatanganan Akta Jual Beli.
Pasal 24
Pembagian laba dilakukan di akhir proyek, yaitu segera setelah pelunasan oleh konsumen yang membeli
unit terakhir.
LAIN-LAIN
Pasal 25
Hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian Kerjasama ini akan dibicarakan kemudian dan dibuatkan
perjanjian tersendiri yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Kerjasama ini.
Kesepakatan akan dibuat dengan prinsip musyawarah untuk mufakat dan saling menguntungkan.
Demikian Surat Perjanjian Kerjasama ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat menjadi pegangan Para
Pihak di kemudian hari.
……………………………………. …………………………………….
SAKSI-SAKSI
……………………………………. …………………………………….
PROPOSAL
PENGAJUAN SITEPLAN
PERUMAHAN
...... ABC.....
RENCANA PEMBANGUNAN PERUMAHAN DI JATIASIH SEMARANG
I. Latar Belakang
…………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
1. Pengembang : ……………………………
3. Aspek Pertanahan :
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
b. Sistem Drainase :
c. Air : Menggunakan system instalasi PDAM dan Sumur Suntik per titik init kavling
d. Listrik :
e. Gas Alam Menggunakan instalasi bawah tanah, yang dibagi pada per titik unit kavling
V. Penutup