Anda di halaman 1dari 4

Apa Saja Tugas Bagian Legal di Sebuah Proyek

Properti?

Pada pelaksanaan sebuah proyek properti, tugas divisi legal adalah


mengurus dan mempersiapkan seluruh urusan legalitas proyek, seperti
legalitas perusahaan, legalitas tanah, hingga legalitas ketika terjadi
penjualan.
Sebuah proyek properti tidak akan bisa dilaksanakan dan dijual jika urusan
legalitas belum clear.
Oleh karena itu, sewajarnya developer memiliki tim legal yang handal
supaya proyek dapat dilaksanakan sesuai target dan perencanaan.
Tugas dan tanggungjawab divisi legal dalam hal
mengurus legalitas proyek
Dalam hal mengurus legalitas proyek, kerjaan pertama divisi legal adalah
memastikan tanah yang akan dijadikan proyek tidak bermasalah atau tidak
ada sengketa.
Untuk memastikan tanah tidak sengketa, harus dilakukan pengecekan
mulai di kantor lurah/desa, notaris atau kantor pertanahan.

Setelah memastikan status tanah tidak sengketa langkah selanjutnya


adalah mengurus pembelian lahan sampai terbitnya sertifikat induk (HGB)
atas nama badan hukum peseroan terbatas (PT). Kemudian setelah perijinan
selesai dan siteplan sudah disahkan pekerjaannya dilanjutkan dengan
memecah sertifikat menjadi sertifikat per-kavling sesuai dengan siteplan.
Untuk mengurus perijinan proyek, langkah pertama yang harus dilakukan
oleh divisi legal adalah menyusun proposal dan dokumen perijinan proyek
sesuai dengan ketentuan undang-undang, peraturan daerah (Perda) dan
perarturan-peraturan lain yang berlaku. Pada umumnya, perijinan proyek
dimulai dengan mengajukan proposal ijin lokasi, pengesahan siteplan dan
IMB.
Dimana untuk mendapatkan pengesahan siteplan dan IMB banyak tahapan
yang harus dilalui seperti ijin lingkungan, Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal), Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL), ijin peil banjir, ijin rekomendasi
tanah makam. Petugas bagian legal musti sanggup mengurus itu semua
tepat waktu!.
Sejalan dengan itu, ketika pengurusan perijinan sudah dimulai atau
kepastian perijinan sudah didapatkan, divisi legal (didampingi oleh direktur
operasional/staf lainnya) melanjutkan tugasnya yaitu melakukan sosialisasi
kepada warga di sekitar lokasi proyek dan membuat dokumentasi tertulis.

Sosialisasi dilakukan sebaiknya dihadiri oleh perangkat daerah mulai dari


ketua RT/RW, kepala desa, camat dan pemangku kepentingan (stake
holder) lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek.
Tugas dan tanggungjawab divisi legal dalam hal
mengurus penjualan melalui Kredit Pemilikan Rumah
(KPR)
Apabila penjualan proyek dilakukan dengan KPR, maka langkah pertama
yang harus dilakukan oleh divisi legal adalah menyiapkan proposal
kerjasama (PKS) dengan bank.
Tugas divisi legal selanjutnya adalah mengurus seluruh
persiapan pengajuan KPR mulai dari mempersiapkan dokumen awal
pembelian, penyusunan data konsumen sesuai persyaratan bank sampai
dilakukan akad kredit.
Persiapan dokumen awal pembelian berupa booking form atau formulir
pemesanan rumah agar ketika konsumen menyatakan setuju untuk membeli
maka mereka bisa langsung diikat.
Bisa juga langsung dibuatkan perjanjian pendahuluan jual beli
(PPJB) untuk masing-masing konsumen.
Tidak hanya itu, divisi legal juga bertugas mengurus seluruh persyaratan
pencairan KPR seperti membantu konsumen membuka rekening tabungan
di bank pemberi kredit, membantu konsumen menyiapkan dokumen-
dokumen yang diperlukan untuk pelaksanaan akad kredit atau jual beli
(AJB) di notaris/PPAT, termasuk mengurus nomor pokok wajib pajak
(NPWP), membuat dan mendokumentasikan seluruh bukti setoran seperti
bukti setoran pajak penghasilan (PPh), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB, dikenal juga sebagai pajak pembeli), bukti pembayaran
biaya AJB dan balik nama, pembayaran asuransi, provisi dan lain
sebagainya.
Selain itu, divisi legal juga wajib membuat database konsumen yang
mengajukan kredit pemilikan rumah (KPR), termasuk
juga database konsumen yang tidak mengajukan KPR.
Database diperlukan untuk membuat tertib administrasi sehingga
perkembangan pernjualan proyek bisa diketahui dengan mudah.

Terakhir, bagian legal membuat rencana anggaran untuk keperluan


legalitas dan membuat laporan penggunaannya. Karena bagaimanapun
pengerjaan legalitas, mulai dari proses sertifikasi lahan dan perijinan
sampai dengan pembangunan dan penjualan membutuhkan biaya.

Mengingat begitu pentingnya pekerjaan bagian legalitas ini, maka tidak


sembarang orang yang bisa ditempatkan pada posisi ini, sekurangnya
orang tersebut harus memiliki kualifikasi sebagai berikut:

 Mampu bersikap, berperilaku dan bekerja dengan jujur. Kejujuran dibutuhkan


supaya dia tidak tergoda untuk memanfaatkan jabatannya untuk meraih
keuntungan pribadi dan merugikan perusahaan.
 Dapat bekerjasama dalam tim. Kemampuan bekerjasama dalam tim penting untuk
dimiliki oleh orang yang berada di divisi legal ini karena karena dalam proses
pengurusan legalitas, dia tidak bisa bekerja sendiri. Jika dilihat dari prosesnya,
pengurusan legalitas selalu berhubungan dengan bagian lain, seperti membuat surat
perintah kerja (SPK) ke kontraktor ia bekerjasama dengan bagian konstruksi.
Untuk mengurus KPR dia bekerjasama dengan bagian marketing dan untuk
meminta anggaran dia bekerjasama dengan bagian keuangan. Jika dia tidak bisa
bekerjasama dalam tim maka komunikasi antar divisi tidak lancar dan akan
mengganggu perjalanan proyek.
 Memiliki kecermatan dan ketelitian, terutama saat membaca dan membuat
dokumen-dokumen perjanjian. Kecermatan dan ketelitian diperlukan supaya tidak
terjadi perselisihan tentang perikatan dengan pihak lain nantinya.
 Memahami dan mampu mempersiapkan persyaratan jual beli dan perikatan dengan
bank dan sanggup melaksanakan prosesnya. Dalam hal ini bagian legal
bekerjasama dengan notaris/PPAT yang ditunjuk untuk melaksanakan jual beli dan
melengkapi persyaratan akad kredit sesuai ketentuan bank kreditur.
 Mampu berfikir logis, obyektif dan jernih berdasarkan fakta.
 Kemampuan memahami bahasa hukum.
 Memiliki sikap tegas dan teguh pendirian.
 Mampu berkomunikasi dengan lugas dan jelas.
 Memiliki kemampuan bernegosiasi.
 Mampu menyusun dokumen perizinan dan perjanjian kerjasama dengan bank.
 Memahami dengan baik undang-undang dan segala peraturan pertanahan, hukum
perpajakan dan peraturan yang berhubungan dengan pembangunan proyek
properti.
 Memiliki kemampuan advokasi, seperti mampu memahami urutan dan detil
beracara di pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai