PEMBELIAN RUMAH
NOMOR: …………………………….…………….
Bahwa PIHAK PERTAMA adalah Bank yang didirikan menurut dan berdasarkan hukum
Indonesia, yang salah satu kegiatan usahanya adalah memberikan fasilitas kredit
kepada masyarakat yang memenuhi syarat untuk membeli rumah, rumah susun, rumah
toko, rumah kantor, apartemen, kondominium atau rumah peristirahatan/vila, dengan
tetap memperhatikan prinsip-prinsip pemberian kredit yang sehat.
PASAL 1
DEFENISI
Kecuali secara tegas dinyatakan lain dalam Perjanjian, semua kata atau istilah
sebagaimana dinyatakan di dalam Perjanjian ini mempunyai pengertian sebagai berikut:
1. Akta Jual Beli, selanjutnya disebut AJB adalah dokumen peralihan hak atas
rumah sehubungan dengan pembelian rumah pada proyek pihak kedua yang
ditandantangani oleh PIHAK KEDUA dan Pembeli.
2. Akta Pembebanan Hak Tanggungan selanjutnya disebut APHT, adalah Akta
yang dibuat di hadapan PPAT yang berisi pemberian Hak Tanggungan dari
Debitur kepada PIHAK PERTAMA sebagai agunan untuk pelunasan hutang
Debitur.
3. Berita Acara Serah Terima selanjutnya disebut BAST adalah dokumen yang
ditandatangani oleh PIHAK KEDUA dan Pembeli yang menunjukan bahwa
PIHAK KEDUA telah menyelesaikan kewajiban pembangunan Rumah dan
menyerahkan Rumah dalam keadaan siap huni kepada Pembeli.
4. Debitur adalah perorangan atau badan hukum yang memperoleh fasilitas kredit
dari PIHAK KEDUA untuk membeli rumah yang dibangun pada proyek baik
untuk dimiliki sendiri maupun dimiliki oleh suami/istri atau anak debitur tersebut.
5. Hari kerja PIHAK PERTAMA adalah hari-hari dimana bank umum buka untuk
beroperasi yaitu pada hari Senin sampai dengan hari Jumat di luar hari libur
nasional yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia, termasuk hari di mana
Bank Indonesia tidak melaksanakan kliring.
6. Ijin Mendirikan Bangunan Induk, selanjutnya disebut IMB Induk adalah dokumen
yang berisikan ijin untuk mendirikan Rumah pada proyek yang diterbitkan oleh
instansi pemerintah yang berwenang termasuk dokumen perijinan
tambahan/perubahan lainnya (apabila ada).
7. Pembeli, adalah perorangan atau badan hukum yang membeli rumah yang
dibangun oleh dan berada dalam lingkungan proyek PIHAK KEDUA baik untuk
dimiliki sendiri maupun untuk dimiliki oleh suami/istri atau anak pembeli.
8. Perjanjian Kredit, adalah perjanjian yang ditandatangani oleh PIHAK PERTAMA
dan Debitur yang menjadi dasar terjadinya hubungan hukum pemberian fasilitas
kredit dari PIHAK PERTAMA kepada Debitur.
9. Proyek adalah suatu lokasi yang dimiliki dan/atau dikelola oleh PIHAK KEDUA
yang merupakan lokasi pembangunan Rumah yang dilakukan oleh PIHAK
KEDUA/Pengembang.
10. SHM (Sertifikat Hak Milik) adalah Sertifikat yang diterbitkan oleh Badan
Pertanahan Nasional dan merupakan tanda bukti kepemilikan hak atas tanah
dengan status Hak Milik.
11. Sertifikat Hak Tanggungan, selanjutnya disebut SHT, adalah sertifikat sebagai
tanda bukti adanya Hak Tanggungan atas Rumah atau Rumah Toko/Kantor yang
dijaminkan, diterbitkan oleh Kantor Pertanahan setempat berdasarkan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, yang wajib diserahkan oleh
Notaris/PPAT kepada PIHAK PERTAMA/BANK sebagai salah satu syarat
pemberian fasilitas KPR.
12. SHM (Sertifikat Hak Milik) Induk adalah Sertifikat Hak Milik yang telah memiliki
Gambar Situasi atas tanah yang merupakan lokasi proyek diadakan, yang
masing-masing harus dipecah per-kaveling sesuai dengan siteplan dari proyek.
13. SHGB (Sertifikat Hak Guna Bangunan) Induk adalah Sertifikat Hak Guna
Bangunan yang telah memiliki Gambar Situasi atas tanah yang merupakan
lokasi proyek diadakan, yang masing-masing harus dipecah per-kaveling sesuai
dengan siteplan dari proyek.
14. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, selanjutnya disebut SKMHT,
adalah akta yang merupakan surat kuasa dari Debitur atau pemegang hak atas
tanah kepada PIHAK PERTAMA/BANK untuk membebankan Hak Tanggungan,
guna menjamin pelunasan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang
diberikan PIHAK PERTAMA/BANK kepada Debitur yang dibuat di hadapan
Notaris/PPAT setempat.
15. Surat Ijin Penunjukan Penggunaan Tanah, selanjutnya disebut SIPPT adalah
dokumen yang berisi ijin penggunaan tanah atau lokasi proyek yang diterbitkan
oleh instansi setempat, berikut dokumen perijinan tambahan/perubahan lainnya.
(apabila ada).
16. Rekening Giro Operasional adalah rekening giro atas nama PIHAK KEDUA yang
dibuka pada PIHAK PERTAMA yang dipergunakan untuk transaksi operasional
berdasarkan perjanjina ini.
17. Rekening Giro penampungan, adalah rekening giro atas nama PIHAK KEDUA
yang dibuka pada PIHAK PERTAMA yang dipergunakan untuk menampung
pemindahbukuan pencairan fasilitas kredit atas nama debitur.
18. ‘Tanah dan Bangunan’ berarti tanah dan bangunan rumah tinggal, rumah toko
dan rumah kantor, ataupun bagian bangunan gedung bertingkat yang
distrukturkan secara fungsional yang dapat dimiliki dan digunakan secara
terpisah sebagai tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda
bersama dan tanah bersama (satuan rumah susun/apartment), dalam keadaan
siap huni maupun siap bangun lengkap dengan surat-surat bukti kepemilikannya,
yang dijual oleh PIHAK KEDUA selaku Penjual dan dibutuhkan oleh Konsumen
selaku Debitur.
PASAL 2
RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup kerjasama berdasarkan Perjanjian ini adalah :
Pemberian fasilitas dari PIHAK PERTAMA kepada pembeli sesuai dengan syarat dan
ketentuan yang berlaku pada PIHAK PERTAMA.
PASAL 3
PIHAK PERTAMA bersedia untuk memberikan fasilitas kredit kepada pembeli dalam
kondisi sebagai berikut:
PASAL 4
1. Setiap debitur wajib terlebih dahulu membayar uang muka pembelian rumah
sebesar ……………% (………………… persen) dari harga pembelian rumah di
luar Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2. PIHAK PERTAMA akan mempertimbangkan pemberian fasilitas kredit kepada
Pembeli yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia
b. Berusia 21 (duapuluh satu) tahun atau sudah/telah menikah, dan pada saat
berakhirnya jangka waktu kredit berusia setinggi-tingginya 60 (enampuluh)
tahun atau sesuai usia pensiun.
c. Memiliki pengalaman kerja sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.
d. Memiliki penghasilan bersih perbulan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali besar
angsuran yang wajib dibayar kepada BANK.
e. Tidak termasuk dalam Daftar Hitam Bank Indonesia (DHBI).
f. Telah memiliki atau bersedia membuka rekening tabungan pada PIHAK
PERTAMA/BANK.
g. Memenuhi persyaratan sebagai pemegang polis asuransi kredit.
h. Debitur wajib menyerahkan dokumen dan memiliki asli dokumen, termasuk
tetapi tidak terbatas pada:
Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon dan pasangan kawinnya.
Kartu Keluarga (KK) dan Surat Nikah.
Surat Keterangan Gaji atau Slip Gaji.
Rekening Giro atau Tabungan 3 (tiga) bulan terakhir.
NPWP atau SPT PPh 21 (untuk fasilitas kredit diatas Rp. 50.000.000,-);
i. Menjalani pemeriksaan kesehatan untuk kepentingan penutupan asuransi
jiwa khusus untuk fasilitas kredit diatas Rp. 500.000.000 ( Lima ratus juta
rupiah)
3. Untuk mendukung Debitur tersebut, PIHAK KEDUA wajib menyerahkan surat
keterangan yang berisi nama proyek, tipe rumah, harga jual, ketentuan
pembayaran uang muka dan tahapan pembayaran, spesifikasi dan lampiran
gambar letak satuan rumah.
4. PIHAK PERTAMA berwenang melakukan analisa atas setiap permohonan kredit
dari calon debitur dan kelayakan debitur berdasarkan ketentuan dan persyaratan
yang ditetapkan PIHAK PERTAMA. PIHAK PERTAMA dapat menolak
permohonan calon debitur tanpa kewajiban untuk memberikan alasan penolakan
dan penjelasan kepada calon debitur dan PIHAK KEDUA .
5. PIHAK KEDUA menyetujui bahwa keputusan pemberian kredit kepada Pembeli
yang diajukan oleh PIHAK KEDUA sepenuhnya berada pada PIHAK PERTAMA.
6. Apabila PIHAK PERTAMA menyetujui pemberian kredit kepada Pembeli maka
persetujuan tersebut akan dituangkan dalam suatu keputusan pemberian kredit
yang dikirimkan kepada Pembeli .
7. Pencairan kredit akan dilaksanakan sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan
sebagaimana diatur pada Pasal 5 Perjanjian ini.
8. Jangka waktu pelunasan kredit untuk pembelian rumah adalah maksimum ……
(………………….) tahun.
PASAL 5
PENCAIRAN KREDIT
a. Debitur telah membayar lunas uang muka pembelian rumah sebesar ……%
(……………………) kepada PIHAK KEDUA yang dibuktikan dengan
penyerahan kuitansi pembayaran uang muka kepada PIHAK PERTAMA.
b. PIHAK PERTAMA dan debitur telah menandatangani Perjanjian Kredit.
c. Debitur dan PIHAK KEDUA telah menandatangani AJB dan APHT/SKMHT.
d. Rumah telah siap huni yang dibuktikan dengan penyerahan BAST kepada
PIHAK PERTAMA.
e. IMB atas satuan rumah telah diserahkan kepada PIHAK PERTAMA.
f. PIHAK KEDUA telah menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA dokumen
berupa fotocopy AJB dan salinan SKMHT/APHT.
g. PIHAK KEDUA telah menyerahkan cover note dari Notaris yang berisi
pernyataan Notaris:
• Untuk melakukan pengurusan balik nama atas sertifikat menjadi terdaftar
atas nama debitur atau suami/istri atau anak debitur dan melakukan
pendaftaran atas APHT tersebut kepada Badan Pertanahan Nasional
setempat.
• Untuk menyerahkan sertifikat yang telah terdaftar atas nama debitur atau
suami/istri atau anak debitur dan SHT kepada PIHAK PERTAMA.
PIHAK KEDUA atau Notaris telah menyerahkan sertifikat yang telah terdaftar atas
nama debitur atau suami/istri atau anak debitur dan SHT kepada PIHAK PERTAMA.
PASAL 6
PASAL 7
PIHAK KEDUA berhak memperoleh dana hasil pencairan kredit sesuai dengan jumlah
yang tercantum dengan tegas dalam Perjanjian Kredit antara PIHAK PERTAMA dengan
debitur dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagaimana yang telah
ditetapkan dalan Pasal 5 Perjanjian ini.
PASAL 8
1. Rumah yang akan dijual kepada pembeli adalah benar hak penuh PIHAK
KEDUA, tidak ada pihak lain yang turut memiliki atau mempunyai hak apapun
terhadap rumah, tidak pernah dijual, dipindahkan haknya atau
dijaminkan/dipertanggungkan dengan cara apapun serta tidak tersangkut dalam
perkara atau dalam suatu sitaan, apabila ternyata dikemudian hari terdapat
tuntutan dari pihak lain mengenai rumah maka hal tersebut merupakan
tanggungjawab PIHAK KEDUA dan dengan ini melepaskan PIHAK PERTAMA
dari segala tuntutan/gugatan berupa apapun juga dan dari siapapun juga.
2. Sebagai dasar pelaksanaan jaminan-jaminan dan kewajiban-kewajiban PIHAK
KEDUA sebagaimana tersebut dalam pasal ini dan pasal 7 ayat (2) serta
pelaksanaan pemenuhan hak-hak PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud
dalam pasal 6 ayat (1) Perjanjian ini dan dalam hal dilakukan pengakhiran
Perjanjian sebagaimana tersebut dalam Pasal 10 perjanjian ini, PIHAK KEDUA
dengan ini memberikan kuasa kepada PIHAK PERTAMA, kuasa yang mana
tidak dapat ditarik kembali dan tidak dapat berakhir oleh sebab apapun juga
ternasuk namun tidak terbatas oleh sebab-sebab yang tercantum dalam pasal-
Pasal 1813,1814,1816 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata untuk melakukan
pendebetan/pencairan dana pada Rekening Giro Operasional dan atau Rekening
Giro Penampungan.
3. Semua dan setiap jumlah uang yang wajib dibayar oleh PIHAK KEDUA kepada
PIHAK PERTAMA adalah bebas, bersih dan tanpa pengurangan atau beban
berupa apapun juga.
4. JIka PIHAK KEDUA diwajibkan oleh Undang-Undang atau peraturan hukum
yang berlaku melakukan pemotongan atau pengurangan atas jumlah uang yang
wajib dibayarnya maka PIHAK KEDUA wajib membayar suatu jumlah tambahan
kepada PIHAK PERTAMA sehingga setelah dilakukannya pemotongan atau
pengurangan tersebtu PIHAK PERTAMA akan menerima uang dalam jumlah
yang telah disepakati dalam perjanjian ini.
5. Jika untuk melakukan pembayaran berdasarkan perjanjian ini PIHAK KEDUA
memerlukan ijin atau persetujuan dari pemerintah Indonesia maka PIHAK
KEDUA menyetujui dan dengan ini berjanji serta mengikat diri kepada PIHAK
PERTAMA untuk memohon dan mengurus ijin atau persetujuan tersebut atas
biaya-biaya dan tanggungjawab PIHAK KEDUA sendiri.
6. Jaminan yang diberikan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
berdasarkan perjanjian ini adalah merupakan bagian yang terpenting di mana
perjanjian ini tidak akan dibuat dan ditandatangani tanpa adanya jaminan dari
PIHAK KEDUA tersebut.
7. Untuk pemberian jaminan ini PIHAK KEDUA dengan ini melepaskan semua hak
yang diberikan oleh Undang-Undang kepada PIHAK PERTAMA, termasuk tetapi
tidak terbatas pada apa yang dicantumkan dalam Pasal-pasal 1430.1831, 1837,
1838, 1843, 1847, 1848, 1849 dan Pasal 1850 dari KItab Undang-Undang
Hukum Perdata.
PASAL 9
PERNYATAAN-PERNYATAAN
PASAL 10
1. BANK dengan seketika berhak untuk mengakhiri Perjanjian ini, dalam hal terjadinya
peristiwa-peristiwa yang merupakan kelalaian PENGEMBANG, yaitu sebagai
berikut:
1.1. PENGEMBANG lalai atau tidak memberikan jaminannya sebagaimana diatur
dalam Perjanjian ini, atau lalai untuk melaksanakan baik sebagian maupun
seluruh kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini, kelalaian mana tetap
berlangsung setelah BANK memberikan 3 (tiga) kali peringatan secara tertulis
kepada PENGEMBANG, masing-masing dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari
kalender;
1.2. Pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh PENGEMBANG dalam pasal 9.1.
Perjanjian ini terbukti palsu atau dipalsukan;
1.3. PENGEMBANG tidak atau lalai melaksanakan kewajiban pembayaran secara
seketika dan sekaligus kepada BANK dan/atau pihak lain sebagaimana diatur
dalam dan berkaitan dengan Perjanjian ini, yang mana kelalaian tersebut tetap
berlangsung setelah BANK memberikan 3 (tiga) kali peringatan secara tertulis
kepada PENGEMBANG, masing-masing dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari
kalender;
1.4. PENGEMBANG lalai untuk melaksanakan sesuatu kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan dalam suatu perjanjian dengan pihak ketiga
mengenai atau berhubungan dengan pinjaman uang atau pemberian fasilitas
kredit dimana PENGEMBANG berkedudukan sebagai debitur atau penjamin,
dan kelalaian atau pelanggaran tersebut memberikan hak kepada pihak yang
memberikan pinjaman untuk menuntut pembayaran kembali atas apa yang
terhutang dan wajib dibayar oleh PENGEMBANG sebagaimana diatur dalam
perjanjian tersebut secara seketika dan sekaligus lunas;
1.5. Sebagian atau seluruh kekayaan PENGEMBANG disita oleh instansi yang
berwenang;
1.6. PENGEMBANG dibubarkan/dilikuidasi;
1.7. PENGEMBANG mengajukan permohonan untuk dinyatakan pailit atau untuk
diberikan penundaan pembayaran hutang (surceance van betaling) kepada
instansi yang berwenang atau apabila orang/pihak lain mengajukan
permohonan kepada instansi yang berwenang agar PENGEMBANG dinyatakan
dalam keadaan pailit atau apabila diberikan penundaan pembayaran hutang
(surceance van betaling) oleh instansi yang berwenang;
1.8. Instansi yang berwenang mengeluarkan perintah kepada PENGEMBANG untuk
menghentikan atau menghentikan untuk sementara waktu pelaksanaan dari
Proyek, atau ijin PENGEMBANG untuk melaksanakan Proyek dicabut atau
ditarik kembali oleh instansi yang berwenang.
2. Untuk maksud pengakhiran Perjanjian ini sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1
Pasal ini, kedua belah pihak dengan ini sepakat untuk melepaskan ketentuan dalam
Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
3. Dalam hal terjadinya peristiwa-peristiwa sebagaimana tersebut dalam Ayat 10.1.
diatas, maka BANK berhak untuk dengan seketika menghentikan atau mengakhiri
hubungan kerjasama dengan PENGEMBANG dan seluruh kewajiban
PENGEMBANG kepada BANK menjadi jatuh tempo dan wajib dibayar seketika
serta sekaligus, untuk itu BANK berhak dan dengan ini diberi kuasa oleh
PENGEMBANG termasuk untuk mendebet Rekening Aktif, Rekening Pasif dan atau
Rekening Deposito dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada PENGEMBANG,
mengeksekusi jaminan pendukung (apabila ada), melakukan proses hukum lainnya
yang dirasa perlu oleh BANK, dan/atau untuk mengambilalih proses penyelesaian
Sertifikat.
4. PENGEMBANG dengan ini pula, sekarang dan untuk dikemudian hari, melepaskan
semua dan setiap haknya untuk mengajukan keberatan atau bantahan berupa dan
dengan alasan apapun terhadap pelaksanaan hak-hak BANK termasuk tetapi tidak
terbatas terhadap pendebetan Rekening Giro operasional dan atau rekening giro
penampungan.
PASAL 11
PIHAK KEDUA dengan ini membebaskan PIHAK PERTAMA dari segala tuntutan
dan/atau gugatan dari debitur dan/atau pihak lainnya sehubungan dengan kewajiban
PIHAK KEDUA untuk:
1. Menyelesaikan proses balik nama sertifikat menjadi atas nama debitur atau
suami/istri atau anak debitur.
2. Menyelesaikan proyek dan pembangunan rumah.
3. Melakukan setiap dan seluruh kewajibannya yang timbul berdasarkan perjanjian
ini.
PASAL 12
FORCE MAJEURE
1. Masing-masing pihak dalam Perjanjian ini tidak dapat menuntut pihak lainnya
untuk melaksanakan atau memenuhi ketentuan-ketentuan Perjanjian ini atau
menganggap pihak lainnya telah melanggar Perjanjian ini karena adanya force
majeure.
2. Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (force majeure) adalah suatu
peristiwa atau keadaan yang terjadi diluar kekuasaan salah satu pihak atau
kedua belah pihak, yang mengakibatkan salah satu atau kedua belah pihak tidak
dapat melaksanakan hak-hak dan atau kewajiban-kewajiban sesuai dengan
ketentuan dalam Perjanjian ini, termasuk namun tidak terbatas pada kebakaran,
bencana alam, peperangan, huru-hara, epidemi, aksi pemogokan dan
kebijaksanaan maupun peraturan Pemerintah atau penguasa setempat yang
secara langsung dapat mempengaruhi pemenuhan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban masing-masing pihak.
3. Apabila salah satu pihak mengalami suatu keadaan memaksa (force majeure),
maka pihak yang bersangkutan harus memberitahukan secara tertulis kepada
pihak lainnya disertai dengan bukti-bukti yang layak, paling lambat 14 (empat
belas) hari kalender sejak terjadinya keadaan memaksa dimaksud, serta masing-
masing pihak sepakat untuk menyelesaikan segala hak dan kewajiban satu
sama lain yang tertunda secara musyawarah.
4. Bilamana dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender sejak diterimanya
pemberitahuan dimaksud, belum atau tidak ada tanggapan dari pihak yang
menerima pemberitahuan, maka adanya peristiwa tersebut dianggap telah
diketahui oleh pihak tersebut.
5. Segala permasalahan yang timbul akibat dari terjadinya force majeure akan
diselesaikan secara musyawarah oleh Para Pihak.
PASAL 13
BIAYA-BIAYA
Biaya-biaya berikut ini harus ditanggung oleh PENGEMBANG dan oleh karenanya
harus diselesaikan sebagaimana mestinya oleh PENGEMBANG, yaitu meliputi :
1. Seluruh biaya yang timbul berkaitan dengan proses sertifikasi Sertipikat atau
biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan pemilikan Rumah atau Rumah
Toko/Kantor, biaya proses balik nama dari PENGEMBANG menjadi terdaftar
atas nama Debitur, biaya pengecekan sertipikat hak atas Tanah dan semua
pajak termasuk akan tetapi tidak terbatas pada Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh), pungutan-
pungutan atas jumlah uang yang mungkin pada setiap waktu dapat dikenakan
dalam hubungannya dengan pemilikan Rumah atau Rumah Toko/Kantor menjadi
beban Debitur atau PENGEMBANG berdasarkan porsi masing-masing pihak.
2. Biaya pembuatan dan penandatanganan Perjanjian ini ditanggung oleh Kedua
Belah Pihak, oleh karena itu PENGEMBANG dan BANK menanggung masing-
masing setengah bagian dari biaya-biaya tersebut.
3. Dalam hal terdapat biaya pembuatan akta-akta dan perjanjian-perjanjian lainnya
yang berkaitan dengan Perjanjian ini, maka pihak yang meminta dilakukan
pembuatan akta/perjanjian dimaksud yang menanggung segala biaya-biaya yang
timbul dengan adanya pembuatan/penandatanganannya.
PASAL 14
Pasal 15
1. Bagi Perjanjian ini dan penafsirannya tunduk dan berlaku pada hukum Negara
Republik Indonesia.
2. Para Pihak sepakat untuk memilih domisili hukum yang umum dan tetap di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri ……………………….
Pasal 16
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Setiap perselisihan atau perbedaan pendapat yang timbul diantara Para Pihak
dalam melaksanakan Perjanjian ini akan diselesaikan secara musyawarah untuk
mencapai mufakat.
2. Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari perselisihan atau perbedaan
pendapat tersebut tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka Para
Pihak sepakat untuk menyelesaikan melalui Pengadilan Negeri ……………..
Pasal 17
KORESPONDENSI
PENGEMBANG : ……………………………….
Telepon : ……………………………….
Faksimili : ……………………………….
BANK : ……………………………….
Telepon : ……………………………….
Faksimili : ……………………………….
Kecuali jika ditentukan lain dalam Perjanjian ini, maka segala pemberitahuan dan
korespondensi sehubungan dengan Perjanjian ini dianggap telah disampaikan pada
saat:
a. Tanggal penerimaan surat tersebut apabila dikirim sendiri.
b. Apabila melalui surat tercatat, 14 (empat belas) hari kerja bank setelah
pengiriman surat tersebut.
c. Bila melalui faksimili, pada saat berita tersebut diterima oleh pihak yang
bersangkutan.
Apabila dilakukan lebih dari satu cara tersebut di atas, maka pemberitahuan tersebut
dianggap telah disampaikan melalui cara yang paling efektif. Segala pemberitahuan
dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Perjanjian ini dilaksanakan dalam
Bahasa Indonesia.
2. Setiap perubahan alamat yang tercantum/diatur dalam Pasal 17.1. diatas wajib
diberitahukan secara tertulis oleh pihak yang bersangkutan kepada pihak lainnya
selambat-lambatnya 14 (empat belas) Hari Kerja BANK sebelumnya. Apabila
tidak ada pemberitahuan secara tertulis, maka alamat yang tercantum/diatur
dalam Perjanjian ini merupakan alamat yang tercatat pada masing-masing pihak.
Pasal 18
PEMINDAHTANGANAN
PENGEMBANG tanpa memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari BANK, tidak
dapat memindahtangankan hak dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini kepada
pihak lain.
Pasal 19
LAIN-LAIN
Demikianlah Perjanjian ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan sebagai
bukti di kemudian hari.