Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH/TUGAS TUTORIAL

UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER:

Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Manajemen
Kode/Nama MK : EKMA4316/Hukum Bisnis
Tugas : 1
Penulis Soal/Institusi : Etty Susanty, S.E, M.Si
Penelaah Soal//Institusi : Hery Susanto, S.E, M.M
TIK : Memberikan pemahaman tentang hukum bisnis, hukum perjanjian dan
asuransi terkait dengan dasar hubungan hukum yang timbul dalam
kegiatan bisnis
Pokok Bahasan : Mengenal Hukum Bisnis, Hukum Perjanjian dan Asuransi

No Soal Skor
1. Jelaskan subyek dan obyek hukum bisnis! Buat contoh kasus subyek dan obyek
30
hukum!
2. Apa arti pengertian Wan Prestasi? Apa akibatnya? 30
3. Jelaskan prinsip dasar asuransi! Berikan contoh-contohnya! 40
Skor Total 100

1. Subyek hukum (rechtssubjeck) adalah sesuatu yang menurut hukum berhak/berwenang


untuk melakukan perbuatan hukum, atau segala sesuatu yang dapat menyandang hak dan
kewajiban menurut hukum.
Obyek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum dan dapat
menjadi objek dalam suatu hubungan hukum. Obyek hukum dapat berupa benda atau barang
ataupun hak yang dapat dimiliki serta bernilai ekonomis.
Contoh kasus
Pada sekitar bulan April atau Mei di tahun 2015 Renji Saskia dihubungi oleh Dedi
Saputra yang menceritakan tentang kreditnya yang ada di Bank Negara Indonesia (BNI)
yang telah jatuh tempo, dan akan segera di lelang oleh pihak bank, agar Dedi Saputra tidak
dikenakan BI Cek list maka Dedi meminta atau menawarkan kepada Renji Saskia untuk
membeli Asetnya yang dijaminkan ke Bank sehingga ia bisa bebas dari blacklist oleh Bank
Negara Indonesia. Bahwa untuk meyakinkan barang yang akan dijual belikan berupa 5
bidang tanah dan bangunan ada di bank Dedi Saputra mengajak Doni yang secara kebetulan
adalah Pegawai Bank Negara Indonesia untuk menemui Renji Saskia. Bahwa karena ingin
membantu teman dan diharapkan ada keuntungan bagi Renji Saskia baik untuk
memanfaatkan tanah dan bangunan itu lagi baik untuk dijual kembali atau dibangunkan,
maka Renji Saskia bersedia membeli aset milik Dedi yang dijadikan gadaian ke Bank
dengan membayar lunas ke 5 (bidang) bidang tanah dan bangunan yang akan dilakukan jual
beli tersebut. Bahwa pada tanggal 15 Juli 2011 untuk merealisasikan pembayaran jual beli
seperti apa yang telah dibicarakan antara Dedi Saputra dengan Renji Saskia, maka Renji
Saskia melakukan transfer uang sejumlah 1.400.000.000 (satu milyar empat ratus juta
rupiah) kepada Dedi melalui bank Mandiri cabang Bandar Jaya.
Bahwa setelah dilakukan pelunasan pembayaran jual beli ke 5 (lima) bidang tanah dan
bangunan melalui transfer yang dibayarkan oleh Renji Saskia kepada Dedi Saputra melalui
rekening Mandiri Cabang Bandar Jaya, seluruh sertifikat tanah dan bangunan yang ada di
bank atas nama Dedi Saputra diserahkan kepada Renji Saskia melalui Doni (pegawai bank
BNI) , selanjutnya pada tanggal 15 Juli 2015 dibuatkan akta jual beli atas 5 (lima ) bidang
tanah dari Dedi Saputra kepada Renji Saskia melalui Notaris /PPAT Notaris di Bandar jaya.
Bahwa pada saat akan dilakukan pengikatan jual beli terhadap 5 (lima ) bidang tanah
tersebut, Dedi Saputra membujuk Renji Saskia agar 1 aset yakni tanah dan bangunan
berdasarkan SHM No. 1997 luas 980 M2. yang telah dibeli oleh Renji Saskia jangan
dilakukan pengikatan jual beli terlebih dahulu karena akan dibeli kembali oleh Dedi Saputra,
oleh sebab itu Dedi Saputra meminta waktu 1 (satu) minggu setelah tanggal 15 Juli 2017
tersebut uang yang telah dibayar oleh Renji kepada Dedi Saputra, akan dikembalikan kepada
Renji Saskia sebesar Rp. 400.000.000 jika dalam jangka waktu yang telah ditentukan Dedi
Saputra tidak membayar lunas atas aset yang akan dibeli kembali tersebut, maka terhadap
aset tersebut akan langsung dilakukan pengikatan jual beli. Bahwa setelah jangka waktu 1
(satu) minggu hingga sekarang Dedi Saputra belum juga mengembalikan uang atas tanah
dan bangunan yang tidak dijadikan sebagai dasar jual beli serta tidak bersedia untuk
menandatangani akta jual beli sebagaimana janjinya kepada Renji Saskia
 
Subjek hokum
Subjek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban berdasarkan hukum, dalam
penyusunan ini pihak – pihak yang terlibat adalah sebagai berikut :
 Renji Saskia (penggugat)
 Dedi Saputra (tergugat).
 Doni Pegawai Bank Negara Indonesia.(perantara)
 Notaris dan PPAT di Bandar jaya.
Objek hokum
Objek hukum sendiri berarti segala sesuatu yang menjadi sasaran pengaturan hukum, di
mana hak dan kewajiban serta kekuasaan subjek hukum terkait di dalamnya ,dalam kasus ini
yang menjadi objek hukum adalah sebagai berikut:
 5 bidang tanah dan bangunan (benda ekonomi)
Perbuatan Dedi Saputra dapat dikategorikan telah memenuhi unsur tindak pidana
Penipuan sebagaimana diatur dalam pasal 378 KUH Pidana yaitu mendapatkan sanksi
pidana penjara paling lama 4 tahun.

2. Wanprestasi atau cidera janji adalah kondisi dimana debitur tidak dapat melaksanakan
kewajiban prestasinya yang ditentukan di dalam perikatan khususnya perjanjian. Sehingga
tindakan wanprestasi tersebut bisa digolongan sebagai pelanggaran kewajiban kontraktual.
Akibat hukum adanya wanprestasi adalah hukuman atau sanksi hukum berikut ini:
a. Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur (Pasal 1243 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata).
b. Jika perikatan itu timbal balik, kreditur dapat membebaskan diri dari kewajibannya
memberikan kontra prestasi dengan menggunakan Pasal 1266 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata, yaitu syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan
timbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.
c. Pasal 1237 ayat (2) KUHPerdata menyebutkan apabila perjanjian itu untuk
memberikan sesuatu, maka risiko beralih kepada debitur sejak terjadi wanprestasi.
d. Debitur diwajibkan memenuhi pelaksanaan perikatan jika masih dapat dilakukan,
atau pembatalan perikatan disertai kewajiban debitur untuk melakukan pembayaran
ganti kerugian (Pasal 1267 KUHPerdata).
e. Debitur harus membayar biaya perkara jika perkara tersebut di bawa ke muka
Pengadilan Negeri, dan debitur dinyatakan bersalah.

3. Ada 6 prinsip asuransi


a. Kepentingan untuk mengasuransikan (Insurable Interest)
Insurable Interest adalah suatu prinsip asuransi dalam asuransi jiwa maupun asuransi
umum. Insurable interest  berarti adanya hak untuk mengasuransikan yang
timbul karena adanya hubungan keuangan yang diakui oleh hukum. 
Sumber-sumber yang menimbulkan insurable interest adalah: 
 Kepemilikan (Ownership) atas harta benda, hak, kepentingan atau tanggung gugat
seseorang kepada orang lain. Ini contohnya adalah hubungan keluarga yang
merupakan hubungan kepentingan.
 Suatu Kontrak (Contract). Contohnya dalam suatu kontrak penyewaan bangunan,
dinyatakan bahwa si penyewalah yang bertanggung jawab atas perawatan atau
perbaikan, sehingga ia memiliki insurable interest terhadap bangunan yang
disewanya. Contoh lain adalah asuransi jiwa dalam kredit kepemilikan rumah
(KPR).
 Undang-undang (Statue). Beberapa undang-undang seperti yang berlaku di
Inggris memberikan insurable interest kepada suatu pihak tertentu,
contohnya Marine Insurance Act 1745.

b. Iktikad Baik (Utmost Good Faith)


Perjanjian apapun memang harusnya dilandasi dengan itikad baik antara kedua
belah pihak, termasuk dalam perjanjian asuransi. Perusahaan asuransi akan
menerima transfer risiko dengan prinsip iktikad baik, jika kita memberikan data-data
yang benar dan jujur, tidak menutupi fakta-fakta kesehatan dan lainnya. Perusahaan
asuransi pada umumnya menulisan iktikad baik pada polis dan dijelaskan secara
lisan oleh agen penjual asuransi.
Tanpa iktikad baik, sering terjadi kasus perusahaan asuransi membatalkan
perjanjian, karena menemukan fakta-fakta yang tidak sesuai dengan pernyataan
kliennya. Sebab, fakta-fakta itu akan mempengaruhi penilaian atau pertimbangan
seorang penanggung dalam memutuskan apakah ia bersedia menerima atau menolak
pertanggungan yang diminta oleh tertanggung, serta dalam menetapkan besarnya
suku premi atas risiko.
Contohnya dalam asuransi kesehatan, jika kamu berbohong atas kondisi kesehatan
kamu, maka bisa saja perusahaan asuransi menolak klaim kesehatan yang kamu
ajukan.
c. Prinsip Ganti Rugi (Idemnity)
Indeminity dapat diartikan sebagai suatu mekanisme di mana perusahaan
asuransi memberikan ganti rugi finansial, agar tertanggung, yaitu kamu, berada pada
posisi keuangan yang sama  sesaat sebelum kejadian. Artinya perusahaan asuransi
hanya akan memberikan ganti-rugi sesuai dengan kerugian yang benar-benar diderita
tertanggung. 
Contohnya, perusahaan asuransi hanya akan membayarkan rumah sakit sesuai
tagihan, tidak lebih. Prinsip ini  untuk menghindari peserta asuransi yang memiliki
niat untuk mendapatkan keuntungan dari terjadinya suatu kerugian.

d. Prinsip Pengalihan Hak (Subrogation)


Prinsip pengalihan hak (subrogation) umumnya diaplikasikan untuk asuransi
kerugian. Prinsip ini mengatur, jika seorang penanggung (perusahaan asuransi) telah
menyelesaikan pembayaran ganti-rugi yang diderita tertanggung (kamu), maka
secara otomatis hak yang kamu miliki untuk menuntut pihak ketiga yang
menimbulkan kerugian dan atau kerusakan beralih ke perusahaan asuransi.
Contohnya, dalam kasus kecelakaan mobil. Jika kemudian mobil kamu ditabrak
sehingga rusak parah, maka jika kamu sudah mendapatkan ganti rugi dari perusahaan
asuransi, maka hak untuk mendapatkan ganti rugi dari si penabrak jatuh ke tangan
perusahaan asuransi. 
Jika asuransi sudah menggantikan kerugian yang kamu derita, maka rongsokan
mobil, atau bila mobil kamu  yang hilang diketemukan kembali, maka akan menjadi
hak miliki perusahaan asuransi. Prinsip subrogasi diberlakukan dengan maksud
mencegah tertanggung memperoleh penggantian lebih besar dari ganti rugi penuh.

e. Prinsip Contribution (Pertanggungan bersama)
Contribution  adalah prinsip yang mengatur jika suatu objek pertanggungan,
dipertanggungkan pada dua atau lebih perusahaan asuransi, maka kerugian yang
terjadi akan dikontribusikan pada seluruh perusahaan asuransi, sebanding dengan
tanggung jawabnya masing-masing dari perusahaan asuransi yang terlibat.
Jadi contohnya pada asuransi kesehatan. Jika kamu memiliki dua asuransi
kesehatan, maka ada yang namanya coordination of benefit (COB). Coordination of
Benefit adalah suatu proses dimana dua atau lebih perusahaan asuransi menanggung
orang yang sama untuk benefit asuransi kesehatan yang sama. COB membatasi
total benefit dalam jumlah tertentu, sehingga tidak melebihi jumlah biaya pelayanan
kesehatan.
Proximate Cause adalah prinsip asuransi dimana santunan hanya diberikan untuk
suatu penyebab utama yang efektif menimbulkan sebab akibat (Foto: Shutterstock)
&nbsp

f. Prinsip Proximate Cause (Penyebab utama dan efektif)


Proximate Cause adalah prinsip dimana santunan atau klaim asuransi hanya
diberikan untuk suatu penyebab utama yang efektif menimbulkan sebab akibat.
Contohnya: Seorang anak muda bernama Tono naik motor kebut-kebutan. Tiba-
tiba, dia terkena serangan jantung sehingga jatuh dari motor dan kepalanya
membentur batu. Dia mengalami gegar otak dan meninggal. Tono hanya memiliki
asuransi jiwa kecelakaan diri yang mengecualikan serangan jantung. Karena
itu perusahaan asuransi tidak bisa membayar klaim yang diajukan oleh ahli waris
Tono. 

Anda mungkin juga menyukai