Anda di halaman 1dari 5

Nama

NPM
Mata Kuliah
Dosen

: Amelia Ayu Sekarini


: 14501010027
: Hukum Tata Negara
: Dr. Yahya Ahmad Zein, S.H, M.H

RESUME
Sumber Sumber Hukum Tata Negara
Adapun sumber hukum formal dalam Hukum Tata Negara Indonesia antara lain :
1. Undang Undang Dasar 1945
a. Ketetapan MPR
b. Undang undang
c. Peraturan Pemerintah
d. Keputusan Presiden
e. Peraturan Menteri
f. Peraturan Daerah
2. Konvensi Ketatanegaraan
3. Traktat (perjanjian dengan negara lain)

1. Undang Undang Dasar 1945


Undang Undang Dasar adalah hukum dasar tertulis, sedang disamping UUD ini
berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, yang merupakan sumber hukum, misalnya
kebiasaan kebiasaan (konvensi), traktat dan sebagainya.
Menurut K. Wantjik Saleh, Undang Undang Dasar adalah peraturan perundang
undangan yang tertinggi dalam suatu negara, yang menjadi dasar segala peraturan
perundang-undangan. Dengan kata lain bahwa semua peraturan perundang-undangan
harus tunduk pada Undang-Undang Dasar atau tidak boleh bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar.
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber HTN yang pertama dan utama
memiliki fungsi yang ditunjukan untuk menjamin perlindungan hukum atas hak-hak
para anggota masyarakatnya, sedangkan dari segi pemerintahan maka Undang-Undang
Dasar berfungsi sebagai landasan structural penyelenggaraan pemerintahan menurut
suatu sistem ketatanegaraan yang pasti dan tertentu. Selain itu Undang-Undang Dasar
juga berfungsi untuk mengatur bagaimana kekuasaan pemerintahan dikelola atau
dijalankan demi keadilan dan kesejahteraan rakyat.

1.1. Ketetapan MPR


Ketetapan MPR adalah bentuk produk legislative yang merupakan keputusan
musyawarah MPR baik yang berlaku kedalam majelis sendiri maupun yang berlaku di
luar majelis sendiri.
Sebagai sumber hukum, Ketetapan MPR berisi antara lain :
a. Ketetapan MPR memuat garis-garis besar dalam bidang legislatif
dilaksanakan dengan undang-undang;
b. Ketetapan MPR yang memuat GBHN dalam bidang eksekutif dilaksanakan
dengan Keputusan Presiden.
Walaupun belum adanya ukuran dalam praktek ketatanegaraan Republik Indonesia
berdasarkan UUD 1945, minimal ada tiga hal yang diatur dalam ketetapan MPR, antara
lain :
a. Memperinci lebih lanjut aturan yang tercantum dalam Batang Tubuh UUD
1945.
b. Tempat perwujudan norma hukum yang berasal dari hukum dasar tidak tertulis
ke dalam aturan dasar tertulis, seperti ketetapan pelimpahan tugas dan
wewenang kepada presiden / Mandataris MPR dalam rangka menyukseskan
dan pengamanan pembangunan nasional.
c. Pelengkap aturan dasar yang tercantum dalam batang tubuh dan ketetapan
MPR yang sudah ada, seperti ketetapan MPR tentang Peraturan Tata Tertib
MPR RI.
1.2. Undang-Undang
Undang-undang adalah salah satu bentuk peraturan perundangan yang diadakan
untuk melaksanakan UUD, dan ketetapan MPR. Selain itu juga mengatur hal-hal yang
tidak diatur dalam UUD 1945 maupun ketetapan MPR. Undang-undang yang dibentuk
berdasarkan ketentuan dalam UUD dinamakan undang-undang organik. Missal, UU No.
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dibentuk untuk melaksanakan Pasal 18,
18A, dan 18B UUD 1945 hasil amandemen.
Suatu undang-undang mulai sah berlaku apabila telah diundangkan dalam
Lembaran Negara oleh Sekretaris Negara, dan tanggal berlakunya suatu undang-undang
menurut tanggal ditentukan dalam undang-undang itu.
Sehubungan dengan berlakunya suatu undang-undang, terdapat beberapa asaa
Peraturan Perundangan:
a. Undang-undang tidak belaku surut;
b. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi pula;
c. Undang-undang yang bersifat khusus mengesampingkan undang-undang yang
bersifat umum;
2

d. Undang-undang yang berlaku kemudian membatalkan undang-undang yang


terdahulu yang mengatur hal tertentu yang sama;
e. Undang-undang tak dapat diganggu gugat;
1.3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
Pemerintah menetapkan PP untuk menjalankan Undang-undang sebagaimana
mestinya (pasal 5 ayat (2) UUD 1945). Karena peraturan pemerintah diciptakan untuk
melaksanakan undang-undang, maka tidak mungkin bagi presiden menetapkan
peraturan pemerintah sebelum ada undang-undang. Peraturan Pemerintah memuat
aturan-aturan umum untuk melaksanakan undang-undang.
1.4. Keputusan Presiden
Keputusan Presiden (Kepres) ditetapkan oleh Ketetapan MPRS Nomor
XX/MPRS/1966. Keputusan Presiden berisi keputusan yang bersifat khusus (einmalig)
yaitu untuk melaksanakan ketentuan UUD 1945 yang bersangkutan dengan Tap MPR
dalam bidang ekskutid, UU/Perpu atau PP.
1.5. Peraturan Menteri
Peraturan ini merupakan bentuk peraturan yang ada setelah Tap. MPRS No.
XX/MPRS/1966. Peraturan pelaksanaan lainnya dapat berbentuk: Peraturan Menteri,
Instruksi Menteri, Keputusan Panglima TNI, dan lain-lainnya yang harus tegas
bersumber dan berdasarkan peraturan perundangan yang lebih tinggi.
Bentuk peraturan menteri dapat dilihat, misalnya Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional ataupun Keputusan Bersama antara Menteri, sedangkan dalam lingkungan
instansi yang dipimpin oleh pejabat tinggi yang berkedudukan bukan sebagai menteri
misalnya keputusan Gubernur Bank Indonesia dan lain-lain.
1.6. Peraturan Daerah
Peraturan Daerah adalah peraturan lain yang dibuat oleh pemerintah daerah, baik
pemerintah provinsi ataupun pemerintah kabupaten dan kota, dalam rangka mengatur
rumah tangganya sendiri, Pemda antara lain dapat menetapkan Perda. Sesuai dengan
Pasal 7 ayat (2) UU No. 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundangundnagan menyatakan.
Peraturan daerah meliputi:
a. Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh DPRD Provinsi bersama dengan
gubernur;
b. Peraturan Daerah kabupate/kota dibuat oleh DPRIJ kabupaten/kota bersama
dengan bupati/walikota;

c. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa


(BPD) atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.
Peraturan Daerah isinya tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Pusat, dan
apabila bertentangan maka Perda yang bersangkutan dengan sendirinya batal (tidak
berlaku).

2. Konvensi Ketatanegaraan
Menurut UUD 1945 konvensi diartikan sebagai aturan-aturan dasar yang tibul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis. Diakui,
UUD adalah sebagai hukum dasar yang tertulis disamping UUD yang tidak tertulis
yaitu konvensi.
Kebiasaan ketatanegaraan (konvensi) ini mempunyai kekuatan yang sama dengan
undang-undang, karena diterima dan dijalankan, bahkan konvensi ini dapat menggeser
peraturan-peraturan hukum tertulis.
Kebiasaan ketatanegaraan di Indonesia misalnya, setiap tanggal 16 Agustus
Presiden harus mengucapkan pidato kenegaraan di dalam siding DPR, pidato tersebut
pada dasarnya merupakan lebih dan laporan tahunan yang bersifat informatoris
presiden, pidato presiden tentang RAPBN pada minggu pertama bulan Januari setiap
tahun dan sebagainya.

3. Traktat
Traktat pada dasarnya adalah perjanjian antar dua negara atau lebih. Berdasarkan
negara yang melakukan perjanjian traktat terdiri dari traktat bilateral, traktat
multilateral, dan traktat kolektif.
Traktat sebagai suatu bentuk perjanjian antar negara merupakan sumber hukum
formil Hukum Tata Negara walaupun ia termasuk dalam Hukum Internasional. Isi
perjanjian mempunyai sifat dan kekuatan mengikat dan berlaku sebagai peraturan
hukum terhadap warga negara dan masing-masing negara yang mengadakannya,
dihormati dan ditaati (pacta sunt servada). Perjanjian antar negara (traktat) dapat
merupakan bagian dari hukum tata negara, apabila menyangkut ketatanegaraan dan
telah mempunyai kekuatan mengikat. Traktat yang telah mempunyai kekuatan mengikat
adalah traktat yang telah diratifikasi oleh pemerintah dan negara yang mengadakan
perjanjian.
Menurut E. Utrecht, pembuatan suatu traktat melalui empat fase yang berurutan,
yaitu:
a. Penetapan (sluiting), yaitu penetapan isi perjanjian oleh utusan (deligasi)
pihak-pihak yang bersangkutan dalam konferensi. Hasil penetapan diberi
4

nama konsep traktat (concept overseen komst atau concept verdrag atau
sluitingsoorkonde);
b. Persetujuan masing-masing parlemen (DPR) dan pihak yang bersangkutan.
Negara yang mendapat persetujuan parlemen supaya kepala negara dapat
meratifikasi konsep traktat;
c. Ratifikasi atau pengesahan oleh masing-masing kepala negara;
d. Pelantikan atau pengumuman (afkondiging)

Sumber:
Sinamo Nomensen, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Permata Aksara, 2014,
hal. 17-31.

Anda mungkin juga menyukai