NPM
Mata Kuliah
Dosen
RESUME
Sumber Sumber Hukum Tata Negara
Adapun sumber hukum formal dalam Hukum Tata Negara Indonesia antara lain :
1. Undang Undang Dasar 1945
a. Ketetapan MPR
b. Undang undang
c. Peraturan Pemerintah
d. Keputusan Presiden
e. Peraturan Menteri
f. Peraturan Daerah
2. Konvensi Ketatanegaraan
3. Traktat (perjanjian dengan negara lain)
2. Konvensi Ketatanegaraan
Menurut UUD 1945 konvensi diartikan sebagai aturan-aturan dasar yang tibul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis. Diakui,
UUD adalah sebagai hukum dasar yang tertulis disamping UUD yang tidak tertulis
yaitu konvensi.
Kebiasaan ketatanegaraan (konvensi) ini mempunyai kekuatan yang sama dengan
undang-undang, karena diterima dan dijalankan, bahkan konvensi ini dapat menggeser
peraturan-peraturan hukum tertulis.
Kebiasaan ketatanegaraan di Indonesia misalnya, setiap tanggal 16 Agustus
Presiden harus mengucapkan pidato kenegaraan di dalam siding DPR, pidato tersebut
pada dasarnya merupakan lebih dan laporan tahunan yang bersifat informatoris
presiden, pidato presiden tentang RAPBN pada minggu pertama bulan Januari setiap
tahun dan sebagainya.
3. Traktat
Traktat pada dasarnya adalah perjanjian antar dua negara atau lebih. Berdasarkan
negara yang melakukan perjanjian traktat terdiri dari traktat bilateral, traktat
multilateral, dan traktat kolektif.
Traktat sebagai suatu bentuk perjanjian antar negara merupakan sumber hukum
formil Hukum Tata Negara walaupun ia termasuk dalam Hukum Internasional. Isi
perjanjian mempunyai sifat dan kekuatan mengikat dan berlaku sebagai peraturan
hukum terhadap warga negara dan masing-masing negara yang mengadakannya,
dihormati dan ditaati (pacta sunt servada). Perjanjian antar negara (traktat) dapat
merupakan bagian dari hukum tata negara, apabila menyangkut ketatanegaraan dan
telah mempunyai kekuatan mengikat. Traktat yang telah mempunyai kekuatan mengikat
adalah traktat yang telah diratifikasi oleh pemerintah dan negara yang mengadakan
perjanjian.
Menurut E. Utrecht, pembuatan suatu traktat melalui empat fase yang berurutan,
yaitu:
a. Penetapan (sluiting), yaitu penetapan isi perjanjian oleh utusan (deligasi)
pihak-pihak yang bersangkutan dalam konferensi. Hasil penetapan diberi
4
nama konsep traktat (concept overseen komst atau concept verdrag atau
sluitingsoorkonde);
b. Persetujuan masing-masing parlemen (DPR) dan pihak yang bersangkutan.
Negara yang mendapat persetujuan parlemen supaya kepala negara dapat
meratifikasi konsep traktat;
c. Ratifikasi atau pengesahan oleh masing-masing kepala negara;
d. Pelantikan atau pengumuman (afkondiging)
Sumber:
Sinamo Nomensen, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Permata Aksara, 2014,
hal. 17-31.