Anda di halaman 1dari 9

Umar Bin Abdul Aziz

Umar Bin Abdul Aziz Lahir di Hulwan, sebuah desa di Mesir, tahun 61 H saat ayahnya menjadi
gubernur di daerah itu. Ibunya, Ummu ‘Ashim, putri ‘Ashim Umar bin Khaththab. Jadi, Umar bin
Abdul Aziz adalah cicit Umar bin Khaththab dari garis ibu. Umar bin Abdul Aziz dibesarkan di
lingkungan istana. Keluarganya, seperti keluarga raja-raja Dinasti Umayyah lainnya, memiliki
kekayaan berimpah yang berasal dari tunjangan yang diberikan raja kepada keluarga dekatnya.
Perkebunan miliknya menghasilkan 50.000 dinar per tahun.
Meski demikian, orangtuanya tak tidak lupa memberi pendidikan agama. Sejak kecil Umar sudah
hafal Al-Qur’an. Ayahandanya mengirim Umar ke Madinah untuk berguru kepada Ubaidillah bin
Abdullah. Inilah salah satu titik balik dalam hidup Umar bin Abdul Aziz.
Ia kini dikenal sebagai orang saleh dan meninggalkan gaya hidup suka berfoya-foya. Bahkan, Zaid
bin Aslam berkata, “Saya tidak pernah melakukan shalat di belakang seorang imam pun yang hampir
sama shalatnya dengan shalat Rasulullah daripada anak muda ini, yaitu Umar bin Abdul Aziz. Dia
sempurna dalam melakukan ruku’ dan sujud, serta meringankan saat berdiri dan duduk.” (Zaid bin
Aslam dari Anas).
Madinah bukan hanya membuat Umar bin Abdul Aziz saleh, tapi juga memberi perspektif tentang
prinsip-prinsip dasar peradaban Islam di masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin. Umar memiliki
pandangan yang berbeda dengan Bani Umayyah tentang sistem kekhalifahan yang diwariskan secara
turun temurun.
Ketika ayahandanya meninggal, Khalifah Abdul Malik bin Marwan meminta Umar bin Abdul Aziz
datang ke Damaskus untuk dinikahkan dengan anaknya, Fathimah. Abdul Malik wafat dan
kekhalifahan diwariskan kepada Al-Walid bin Abdul Malik. Di tahun 86 H, Khalifah baru
mengangkat Umar bin Abdul Aziz menjadi Gubernur Madinah. Namun, pada tahun 93 H Khalifah
Al-Walid memberhentikannya karena kebijakan Umar tidak sejalan dengan kebijakannya.
Di tahun 99 H, ketika berusia 37 tahun, Umar bin Abdul Aziz diangkat sebagai Khalifah berdasarkan
surat wasiat Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Saat diumumkan sebagai pengganti Sulaiman bin
Abdul Malik, Umar berkata, ”Demi Allah, sesungguhnya saya tidak pernah memohon perkara ini
kepada Allah satu kali pun.”

B. Kebijakan dan Keteladanan Umar Bin Abdul Aziz

Naiknya Umar sebagai Amirul Mukminin.


Pada hari itu seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan bertanya-tanya, siapa
khalifah mereka yang baru. Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, "Bangunlah wahai Umar bin Abdul-
Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini".
Umar bin Abdul-Aziz bangkit seraya berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya jabatan ini diberikan
kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa pernah aku memintanya, sesungguhnya
aku mencabut bai’ah yang ada dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki".
Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar menerima dengan hati yang berat, hati
yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah ditolak dan Umar pulang
ke rumah.
Ketika pulang ke rumah, Umar berfikir tentang tugas baru untuk memerintah seluruh daerah Islam
yang luas dalam kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah Sulaiman bin Abdul-Malik. Ia berniat
untuk tidur. Pada saat itulah anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat ayahnya dan
berkata, "Apakah yang sedang engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?"
Umar menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan ayahmu
tidak pernah merasakan keletihan seperti ini".
"Jadi apa engkau akan buat wahai ayah?", Tanya anaknya ingin tahu.
Umar membalas, "Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur, kemudian ayah akan keluar
untuk salat bersama rakyat".
Apa pula kata anaknya apabila mengetahui ayahnya Amirul Mukminin yang baru “Ayah, siapa pula
yang menjamin ayah masih hidup sehingga waktu zuhur nanti sedangkan sekarang adalah
tanggungjawab Amirul Mukminin mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi” Umar ibn Abdul
Aziz terus terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, beliau memanggil anaknya mendekati beliau,
mengucup kedua belah mata anaknya sambil berkata “Segala puji bagi Allah yang mengeluarkan dari
keturunanku, orang yang menolong aku di atas agamaku”

Setelah menjadi khalifah, beliau mengubah beberapa perkara yang lebih mirip kepada sistem feodal.
Di antara perubahan awal yang dilakukannya ialah :
a. menghapuskan cacian terhadap Saidina Ali b Abu Thalib dan keluarganya yang disebut dalam
khutbah-khutbah Jumaat dan digantikan dengan beberapa potongan ayat suci al-Quran
b. merampas kembali harta-harta yang disalahgunakan oleh keluarga Khalifah dan
mengembalikannya ke Baitulmal
c. memecat pegawai-pegawai yang tidak cekap, menyalahgunakan kuasa dan pegawai yang tidak
layak yang dilantik atas pengaruh keluarga Khalifah
d. menghapuskan pegawai pribadi bagi Khalifah sebagaimana yang diamalkan oleh Khalifah
terdahulu. Ini membolehkan beliau bebas bergaul dengan rakyat jelata tanpa sekatan tidak seperti
khalifah dahulu yang mempunyai pengawal pribadi dan askar-askar yang mengawal istana yang
menyebabkan rakyat sukar berjumpa.

Kebijakan Politik dan Ekonomi Umar Bin Abdul Aziz

Setelah melakukan berbagai kebijakan dengan membersihkan pejabat-pejabat yang korupsi dan
memikirkan kepentingan dirinya sendiri maka Dalam rangka pemulihan dari terpaan badai krisis
ekonomi yang melanda negeri kala itu, sebagai imbas dari sistem yang tidak berkeadilan dari para
penjabat pendahulunya, maka langkah yang diambil Umar adalah berupa bentuk penghematan
anggaran dalam pemberian fasilitas pejabat negara dan juga penghematan dalam perayaan peringatan
hari besar keagamaan dan kenegaraan. Umar menyadari bahwa kebijakan pengelolaan anggaran
merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang terpenting selain pajak.
Penyusunan anggaran yang efisien sangat penting karena keterkaitannya dengan berbagai sektor
perekonomian. Kontribusinya yang besar tidak hanya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi
juga dalam pengurangan penduduk miskin dan menciptakan stabilitas ekonomi serta meningkatkan
pendapatan per kapita. Dengan kata lain, tujuan dari adanya penghematan di dalam pengelolaan
anggaran adalah menopang tujuan pokok dari setiap pemerintahan Islam berupa kesejehateraan bagi
seluruh warga negera.
Kesejahteraan umat menjadi kata kunci dalam penentuan kebijakan ekonomi Umar, sehingga dalam
mengatasi berbagai persoalan dalam bidang ekonomi, kesejahteraan menjadi tujuan. Dengan
demikian, kebijakan ekonomi Umar terlihat tidak terlalu kaku dan tekstual, tapi justru berupaya untuk
mengejewantahkan nilai-nilai Islami dalam menghadapi realitas dan kenyataan.
Fleksibilitas kebijakan ekonomi Umar bin Abdul Aziz sangat terlihat ketika mencabut kewajiban
kharaj dan jizyah bagi orang-orang non-muslim, menurutnya bahwa nabi diutus ke dunia bukan untuk
mencari harta dan mencari pajak, namun justru mengislamkannya. Tetapi kemudian setelah melihat
realita, bahwa terjadi tekanan ekonomi yang sangat serius, maka Umar mengeluarkan dekrit untuk
kembali ke kebijakan lama, yaitu kebijakan yang dikeluarkan oleh Umar ibn Khaththab, ‘Kebijakan
Ekonomi di Sawad,’ dengan memberlakukan kembali penerapan jizyah dan kharaj bagi petani dan
tuan tanah kafir dzimmi  untuk keselamatan jiwa dan tanah mereka.
Akan tetapi di kemudian hari banyak kafir dzimmi yang masuk Islam hanya karena menghindari
kharaj. Akibatnya, negara mengalami instabilitas ekonomi yang kuat. Dalam rangka menanggulangi
masalah tersebut, setelah bermusyawarah dengan para ekonom dan ulama, maka Umar mengeluarkan
dekrit, bahwa Muslim yang selama ini menikmati hasil tanah diwajibkan membayar pajak sebagai
tanah ushur. Dan mulai pada tahun 100 H, dilarang memperjualbelikan tanah. Dengan demikian,
keputusan ini menyebutkan bahwa apabila seorang muslim betul-betul masuk Islam, ia harus
membiarkan sawahnya digarap oleh petani tetangga non-Islam, dia diberi gaji pensiun tiap bulan oleh
negara atau ia boleh menggarap sawah sendiri, tapi ia harus membayar kharaj.
Pengalokasian subsidi ke masyarakat yang berdaya beli rendah sebagai tujuan distribusi zakat, terus
ditingkatkan pada masanya. Umar menyadari bahwa zakat merupakan sebuah instrumen pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pembangunan (growth and equity). Dari sinilah terlihat konsep ekonomi
Umar yang tidak harus diartikan sebagai berlakunya prinsip equal treatment (perlakuan sama), tetapi
ada orang yang tidak mampu perlu memperoleh bantuan yang berbeda (partial treatment). Sehingga
bantuan kepada masyarakat miskin dan jaminan hidup layak yang berkecukupan kepada mereka,
sangat diprioritaskan.
Begitulah Umar bin Abdul Aziz menerapkan semua kebijakan ekonomi dalam waktu yang relatif
singkat, hanya membutuhkan waktu dua tahun setengah. Namun Sejarah telah mencatatnya sebagai
orang brilian yang mampu mengubah keadaan terpuruk menjadi haluan berperadaban. Dan ini terbukti
ketika pada waktu itu tidak ada orang yang mau menerima zakat , ini membuktikan
danmengambarkan bagaiman kesejahteraan di massa itu.
D. Umar Bin Abdul Aziz Pemimpin Amanah
 Sudah sangat di kenal di kalangan muslim akan kepemimpinan khalifah Umar bin abdul aziz yang
amanah dan penuh ibrah. Tentu ini perlu kita gali bagaimana kepemimpinan beliau. Sebab khalifah
Umar bin Abdul Aziz adalah seorang pejabat yang memiliki visi dan karakter kenegarawanan. Yakni,
seorang pejabat yang:
Pertama, memiliki pandangan hidup yang mendasar, yakni pemikiran yang menyeluruh tentang
kehidupan, manusia, dan alam semesta, sehingga dia paham bahwa hidup bukanlah semata hari ini,
saat dia bergelimang kekuasaan, tapi juga nanti saat dia ditanya tentang seluruh perbuatannya tatkala
dia berkuasa. Lihatlah ucapan beliau kepada sang istri: 'Engkau tahu, aku telah diserahi urusan seluruh
umat ini, yang berkulit putih maupun hitam, lalu aku ingat akan orang yang terasing, peminta-minta
yang merendah, orang kehilangan, orang-orang fakir yang sangat membu-tuhkan, tawanan yang
tertekan jiwanya dan lain sebagainya di berbagai tempat di bumi ini. Dan aku tahu persis, Allah SWT
pasti akan menanyaiku tentang mereka, dan Muhammad saw akan membantahku dalam masalah
mereka (jika aku mangkir); karena itulah aku takut akan diriku sendiri”.  Beliau tidak berkata : “Ayo
kamu minta apa saja pasti kukabulkan, karena sekarang aku menjadi orang nomor satu di Negara
ini!”.
Kiranya beliau yang juga dikenal sebagai pejabat yang memiliki ilmusiyasah syar'iyyah faham betul
bagaimana mengimplementasikan sabda Nabi: “Seorang Imam yang diberi amanat memimpin
manusia adalah laksa penggembala dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyat yang
dipimpinnya”.
Kedua, memiliki pandangan hidup yang jelas bagaimana mewujudkan kebahagiaan yang nyata, yakni
melakukan sesuatu yang menyebabkan Allah SWT penguasa alam semesta dan penguasa hari kiamat
meridoinya. Dari ungkapan beliau r.a. kepada sang istri di atas jelas bahwa perhatian beliau adalah
bagaimana menjalankan tanggung jawab-nya sebagai penguasa agar mendaptkan ridlo Allah dan
terhindar dari murka Allah SWT. Bukan seperti para penguasa muslim hari ini yang hanya sekedar
berdoa: Allahumma ini as aluka ridloka wal jannah wa a'udzubika min skhotika wan naar (Ya Allah
aku mohon ridlo-Mu dan surga-Mu dan aku berlindung dari murka-Mu daqn neraka-Mu) sementara
kebijakan yang dibuatnya justru me-ngantarkannya kepada murka Allah dan menjauhi ridlo-Nya.  
Ketiga, memiliki pengetahuan dan pemahaman peradaban yang mengangkat kehidupan rakyat yang
dengan peradaban tersebut mereka memiliki kondisi kehidupan yang lebih baik, memiliki taraf
berfikir yang lebih tinggi disertai nilai-nilai luhur dan ketentraman abadi. Dari ungkapan beliau
kepada sang istri di atas tampak jelas bahwa memiliki visi dan misi negarawan yang mengangkat
derajat kaum dhuafa dan para tawanan agar mendapatkan kebebasan dan terpenuhi kecukupan
kebutuhan hidup mereka sehingga perasaan mereka aman dan hati mereka menjadi tentram.  
Dengan visi dan misi kenegarawan tersebut Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengambil berbagai
kebijakan yang pro rakyat. Antara lain beliau memberikan gaji kepada para hakim (qadli) lebih tinggi
daripada para pegawai yang lain, yakni sekitar 400 dinar atau sekitar 200 juta per tahun. Ini diberikan
agar qadli menjalan-kan tugasnya dengan adil dan dilandasi ketaqwaan sehingga tidak mudah dibeli
oleh orang-orang yang hendak berlaku curang dalam perkara. Beliau juga melarang para pejabat dan
gubernur melakukan bisnis. Sebab bisnis penguasa itu akan menimbulkan fasad atau kerusakan jiwa
bagi yang bersangkutan dan akan menimbulkan kehancuran (mahlakat) bagi rakyat. Sebab penguasa
akan melakukan monopoli dan memak-sakan harganya kepada rakyat demi penumpukan modal bagi
dirinya.
Mengangkat pejabat tanpa menghi-raukan ada orang yang sejatinya lebih layak menjabat --hanya
karena menda-patkan suara terbanyak akibat dukungan kampanye yang menakjubkan dan berbagai
tipudaya sebagaimana yang terjadi dalam pilpres dan pilkada ala sistem demokrasi-- hanyalah sebuah
pengkhianatan yang menyakitkan umat. Fakta menunjukkan tak ada satu contohpun dari hasil pilihan
demokratis yang mampu berkiprah sebagai pejabat tulen seperti khalifah Umar bin Abdul Aziz atau
para khalifah yang lain yang memiliki sifat kenegarawanan sejati.
Sistem pemerintahan Islam yang diterapkan sejak masa Nabi dan sahabat-nya hingga masa-masa
kekuatan daulah Utsmaniyyah merupakan lahan subur dari tumbuhnya para negarawan, baik mereka
memegang tampuk pemerintahan seperti Khalifah Umar bin al Khaththab, Khalifah Ali bin Abi
Thalib, Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Khalifah Mu'tashim Billah, Sultan Shalahuwsadin Al Ayyubi,
Sultan Sulaiman Al Qanuni, maupun yang tidak memegang tampuk pemerintahan seperti Abu Dzar
Al Ghifari, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ibnu Taimiyyah, dan para ulama lainnya.
Hari ini para penguasa yang seolah-olah merupakan pilihan hati rakyat terbukti banyak menyakiti hati
rakyat karena kebijakan mereka yang tidak pro raykat, malah pro kepada kaum kapitalis asing yang
menjajah negeri-negeri kaum muslimin.
Masa sekarang inilah masa fitnah karena kaum muslimin miskin pemimpin yang memiliki visi
kenegarawanan. Mereka tidak lebih seperti yang digambarkan oleh Rasulullah SAW : ”Akan datang
kepada kalian tahun-tahun tipu daya. Pada waktu itu pendus-ta di benarkan sedangkan orang yang
benar didustakan. Pengkhianat diper-caya sedangkan yang amanah dianggap khianat.  Pada saat itu
akan berbicara ar ruwaibidloh”. Ditanyakan apakah ar ruwaibidloh? Nabi Menjawab: ”Orang-orang
yang bodoh tentang urusan publik”. Akan kondisi fitnah ini terus berlangsung

Harrun Ar-Rasyid Amir Para Khalifah Abbasiyah Khalifah Harun Al-Rasyid


a. Biografi Harun al-Rasyid

Harun Al-Rasyid dilahirkan di Ray pada bulan Februari 763 M/145 H.


Ayahnya bernama Al-Mahdi dan ibunya bernama Khaizurran. Waktu kecil ia dididik
oleh Yahya bin Khalid al-Barmaki. Ia diasuh dengan baik di lingkungan istana agar
memiliki pribadi yang kuat & bersifat toleransi. Pada tahun 18 tahun ayahnya telh
memberi tanggung jawab yang berat dipundaknya dengan melantiknya sebagai
guberbur di Saifah pada tahun 163 H, pada tahun 164 H, diberi wewenang untuk
mengurus seluruh wilayah Afrika Utara.

Untuk membantu jalannya pemerintahan di wilyah-wilayah tersebut,


Harun telah mengangkat para wakilnya didaerah tersebut, pemerintahan tesebut
berjalan dengan baik karena Harun. Pada tahun 165 H, Al-mahdi melantiknya
kembali menjadi gubernur untuk kedua kalinya di Saifah.keberhasilan yang
dicapainya membawa Harun menjadi putra mahkota yang akan menggantikan
ayahnya.ketika Al-Mahdi meninggal dunia pada tahun 170 H, ia resmi menjadi
khalifah paa usia 23 tahun. Pribadi dan akhlak Harun Al-Rasyid yang baik dan
mulia, dia dihormati dan di segani. Dia juga salah seorang khalifah yang suka
bercengkrama, alim, dan dimuliakan.ia juga terkenal sebagai seorang pemimpin
yang pemurah dan suka berderma. Suka music, mencintai ilmu pengetahuan, dekat
dengan para ulama & penyair.

Sifat-sifatnya tersebut dipeliharanya hingga menjadi khalifah.ia juga


banyak memperoleh banyak bantuan dari Yahya bin Kahlid dan dua putranya yaitu
Ja`far dan Fasal bin Yahya.

Harun al-Rasyid adalah khalifah ke-6 dari dinasti Abbasiyah, ia terkenal


sebagai pengusaha terbesar didunia waktu itu, ia juga terkenal seabgai pengusaha
yang taat beragama, saleh, dan dermawan. Ia tak jarang turun ke jalan-jalan kota
Bagdad pada malam hari untuk melakukan inspeksi dan melihat kenyataan
kehidupan sosial yang sebenarnya.itu semua dilakukan untuk memperbaiki system
social, politik, dan ekonomi yang berujung pada perbaikan kehidupan masyarakat
yang miskin dan lemah.

arun Ar-Rasyid berkuasa selama 23 tahun (786 M - 809 M). Selama dua
dasawarsa itu, Harun Ar-Rasyid mampu membawa dinasti yang dipimpinnya ke
peuncak kejayaan

Harun Ar-Rasyid begitu menghagai setiap orang. Itulah salah satu yang
membuat masyarakat dari berbagai golongan dan status amat menghormati,
mengagumi, dan mencintainya. Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar
dan dekat dengan rakyatnya. Terkadang Beliau menyamar di malam hari dan berada
di jalanan atupun pasar, mendengarkan pembicaraan orang-orang yang bertemu
dengannya dan bertanya kepada mereka. Dengan cara ini dia mengetahui apakah
orang puas atau tidak atas kepemimpinannya. Sebagai seorang pemimpin dan
Muslim yang taat, Harun Ar-Rasyid sangat rajin beribadah. Konon, dia terbiasa
menjalankan shalat sunah hingga seratus rakaat setiap harinya. Dua kali dalam
setahun, Beliau kerap menunaikan ibadah haji dan umrah dengan berjalan kaki dari
Baghdad ke Makkah. Ia tak pernah lupa mengajak para ulama ketika menunaikan
rukun Islam kelima tersebut.  Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harus Ar-
Rasyid tak mengenal kompromi dengan korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun
yang berlaku korup itu adalah orang yang dekat dan banyak berpengaruh dalam
hidupnya. Pemerintahan yang bersih dari korupsi menjadi komitmennya.

Demikian bigrafi khalifah Harun al-Rasyid. Pada masa pemerintahan (170-193


H/786-809 M). Bani Abbsiyah mengalmi kejayaan. Pada masa ini terjadi banyak
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Disebabkan oleh berbagai
kebijakan yang dikeluarkan. Harun al-Rasyid juga dikenal sebagai khalifah yang
cinta ilmu pengetahuan.
b. Usaha dan jasa Harun al-rasyid
Sejarah peradaban islam mencatat bahwa pemerintahan Harun al-rasyid
adalah masa kejayaan islam(The Golden Age).dan Dinasti Abbasiyah dikenal
sebagai dinasti yang memerintah terlama dan terbesar.

Usaha dan jasa khalifah Harun al-rasyid,sebagai berikut :

1) Memajukan bidang ilmu pengetahuan,seni dan kebudayaan


a) Mendorong keluarga kerajaan untuk mengikuti kuliah-kuliah ilmu
pengetahuan
b) Mewajibkan para pegawai untuk meningkatkan keahlian dalam
bidang pemerintahan dengan sekolah kembali
c) Member bea siswa kepada para cendekiawan
d) Mendirikan fasilitas-fasilitas untuk kepentingan riset bagi para
sarjana
e) Menggali naskah-naskah di beberapa wilayah yang dikuasai
f) Mentransfer ilmu pengetahuan Persia
g) Mengembangkan ilmu kedokteran, ilmu matematika dan astronomi
india
h) Mengembangkan ilmu filsafat Yunani
i) Mendirikan sekolah satra, seni arsitektur
j) Mendirikan sekolah music
k) Membesrkan tokoh-tokoh, ilmuwan dan seniman,seperti :
(1) Amsal Syafi`I, Abdullah bin Idris, Isa bin Yunus, Ibrahim Al-
Maosuli
(2) Abu jibril
(3) Qadhi Abu Jibril
(4) Abu Nuwas
(5) Abdul `Ula al-Muara, Rasyid Ishaq, Abdul Ithiya, Ismail Ibnu
Qasim, Omar Khayyam
(6) Imam Malik
(7) Imam sibawaih
Semangat luar biasa dari khalifah HarunAl-Rasyid
merintis berdirinya lembaga ilmu pengetahuan yang dinamakan Baitul
Hikmah. Baitul Hikmah merupakan laebaga riset dan penelitian
terbesar.para ilmuwan diseluruh dunia berdatangan ke bagdad,untuk
mengembangkan Ilmu-ilmunya. Biaya yang besar sengaja dianggarkan
untuk kemajuan ilmu, sehingga bagdad menjadi Barometer ilmu
pengetahuan dunia.
2) Membangun Infrastruktur Kekhalifahan dan Kemaslahatan Rakyat
Dibangunnya Infrstruktur untuk kesejahteraan dan kemakmuran
Rakyat,mulai dari “Kuttab” (Lembaga pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi).
Kebijakan dibidang pembangunan yang langsung dirasakan rakyat;petani,
buruh, dan sebagainya direncanakan pembangunan bendungan(waduk)
untuk kepentingan rakyat yang beernama “Zubaidah”(diambil dari nama
istri khalifah ).Kebijakan lain seperti dibangunnya “Baitul mal” sebagai
lumbung uang negar dan rakyat.
3) Membangun pusat-pusat kegiatn ekonomi dan industri
Khalifah yang cerdas, amanah, jujur inipun juga melakukan
pembangunan dibidang ekonomi dan industri, seperti dalam
bidang:Pertanian dan Industri.
a) Bidang pertanian
Mewujudkan para petani yang maju dan professional.dilirik juga
oleh khalifah Harun Al-Rasyid, seperti :
(1) Membuat system Irigasi
(2) Membangun bendungan –bendungan dank anal-kanal untuk
kemajuan pertanian
(3) Membendung mata air “zubaidah”yang dialirkan ke Mekah.
4) Meningkatkan pembangunan politik dan wilayah kekuasaan Bagdad
Memtik peristiwa konflik horizontal pada masa runtuhnya Bani
Umayyah, Khalifah Harun Al-Rasyid meningkatkan kekuatan politik dan
militer. Wilayah Bagdad berkembang mulai dari Afrika Utara sampai
Hindu Kush,India.bukti kekuatan militer dan politik Bagdad yaitu :
a) Memerangi bizantyum sampai enam kali
b) Bizantyum takluk menjadi satu kesatuan Negara Bagdad
c) Menaklukkan wilayah India Kush.

SHOLAHUDIN AL AYYUBI
Dunia mengenalnya sebagai salah satu tokoh pemimpin terbesar. Dialah juga
merupakan salah satu tokoh terbesar dalam Perang Salib. Namanya dikenal luas takkala ia
dapat menaklukkan kerajaan Jerusalem yang ketika itu dipimpin oleh Guy The Lusignan Raja
Jerusalem. Pasukan Shalahuddin dikenal sebagai pasukan yang pemberani dibawah
pimpinannya.  Berikut biografi dan profil lengkapnya. Bernama lengkap Salahuddin Al-
Ayubi yang dikenal didunia barat sebagai Saladin terlahir dari keluarga Kurdish di kota Tikrit
(140km barat laut kota Baghdad) dekat sungai Tigris pada tahun 1137M. Masa kecilnya
selama sepuluh tahun dihabiskan belajar di Damaskus di lingkungan anggota dinasti Zangid
yang memerintah Syria, yaitu Nur Ad-Din atau Nuruddin Zangi.

Profil Kehidupan Salahuddin Al Ayyubi


Salahuddin Al-Ayyubi atau Saladin atau Salah ad-Din yang mempunyai nama asli Yusuf
bin Najmuddin dijuluki sebagai kesatria padang pasir terlahir dari keluarga Kurdish
di kotaTikrit (140km barat laut kota Baghdad) dekat sungai Tigrispada tahun 1137M. Ia
dipandang sebagai kesatria sejati baik oleh lawan maupun kawan karena soal kepiawaiannya
dalam taktik pertempuran dan tentang kesalehan dan kemuliaan hatinya.. Keberanian dan
kepahlawanannya tercatat sejarah di kancah perang salib.

Selain belajar Islam, Shalahuddin pun mendapat pelajaran kemiliteran dari pamannya
Asaddin Shirkuh, seorang panglima perang Turki Seljuk. Kekhalifahan. Bersama dengan
pamannya Shalahuddin menguasai Mesir, dan mendeposisikan sultan terakhir dari
kekhalifahan Fatimid (turunan dari Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW).

Dinobatkannya Shalahuddin menjadi sultan Mesir membuat kejanggalan bagi anaknya


Nuruddin, Shalih Ismail. Hingga setelah tahun 1174 Nuruddin meninggal dunia, Shalih
Ismail bersengketa soal garis keturunan terhadap hak kekhalifahan di Mesir. Akhirnya Shalih
Ismail dan Shalahuddin berperang dan Damaskus berhasil dikuasai Sholahuddin. Shalih
Ismail terpaksa menyingkir dan terus melawan kekuatan dinasti baru hingga terbunuh pada
tahun 1181. Shalahuddin memimpin Syria sekaligus Mesir serta mengembalikan Islam di
Mesir kembali kepada jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Menaklukkan Jerusalem
Dalam menumbuhkan wilayah kekuasaannya Shalahuddin selalu berhasil mengalahkan
serbuan para Crusader dari Eropa, terkecuali satu hal yang tercatat adalah Shalahuddin
sempat mundur dari peperangan Battle of Montgisard melawan Kingdom of Jerusalem
(kerajaan singkat di Jerusalem selama Perang Salib). Namun mundurnya Sholahuddin
tersebut mengakibatkan Raynald of Châtillon pimpinan perang dari The Holy Land Jerusalem
memrovokasi muslim dengan mengganggu perdagangan dan jalur Laut Merah yang
digunakan sebagai jalur jamaah haji ke Makkah dan Madinah. Lebih buruk lagi Raynald
mengancam menyerang dua kota suci tersebut, hingga akhirnya Shalahuddin menyerang
kembali Kingdom of Jerusalem di tahun 1187 pada perang Battle of Hattin, sekaligus
mengeksekusi hukuman mati kepada Raynald dan menangkap rajanya, Guy of Lusignan.

Akhirnya seluruh Jerusalem kembali ke tangan muslim dan Kingdom of Jerusalem pun
runtuh. Selain Jerusalem kota-kota lainnya pun ditaklukkan kecuali Tyres/Tyrus. Jatuhnya
Jerusalem ini menjadi pemicu Kristen Eropa menggerakkan Perang Salib Ketiga atau Third
Crusade.

Perang Salib Ketiga ini menurunkan Richard I of England ke medan perang di Battle of
Arsuf. Shalahuddin pun terpaksa mundur, dan untuk pertama kalinya Crusader merasa bisa
menjungkalkan invincibilty Sholahuddin.
Advertisement
Dalam kemiliteran Sholahuddin dikagumi ketika Richard cedera, Shalahuddin menawarkan
pengobatan di saat perang di mana pada saat itu ilmu kedokteran kaum Muslim sudah maju
dan dipercaya.

Pada tahun 1192 Shalahuddin dan Richard sepakat dalam perjanjian Ramla, di mana
Jerusalem tetap dikuasai Muslim dan terbuka kepada para peziarah Kristen. Setahun
berikutnya Shalahuddin meninggal dunia di Damaskus setelah Richard kembali ke Inggris.
Bahkan ketika rakyat membuka peti hartanya ternyata hartanya tak cukup untuk biaya
pemakamannya, hartanya banyak dibagikan kepada mereka yang membutuhkannya.

Selain dikagumi Muslim, Shalahuddin atau Saladin/salahadin mendapat reputasi besar di


kaum Kristen Eropa, kisah perang dan kepemimpinannya banyak ditulis dalam karya puisi
dan sastra Eropa, salah satunya adalah The Talisman (1825) karya Walter Scott.

Masa lalu memang tidak mudah pergi meskipun kita seperti tak ingin menengoknya. Bahkan
di salah satu tembok Masjid Umayyah yang dulu adalah Katedral Yahya Pembaptis yang
dipermak jadi masjid yang indah di tahun 700-an itu, seorang sejarawan masih menemukan
sisa inskripsi ini: "Kerajaan-Mu, ya, Kristus, adalah kerajaan abadi...."
Tapi jika masa lalu tak mudah pergi, dari bagian manakah dari Saladin yang akan datang
kepada kita kini? Dari ruang makamnya yang kusam, mitos apa yang akan kita teruskan?
Kisah Saladin adalah kisah peperangan. Dari zamannya kita dengar cerita dahsyat bagaimana
agama-agama telah menunjukkan kemampuannya untuk memberi inspirasi keberanian dan
ilham pengorbanan - yang kalau perlu dalam bentuk pembunuhan.

Tapi sebagian besar kisah Saladin - yang tersebar baik di Barat maupun di Timur dari sejarah
Perang Salib yang panjang di abad ke- 12 itu - adalah juga cerita tentang seorang yang
pemberani dalam pertempuran, yang sebenarnya tak ingin menumpahkan darah. Saladin
merebut Jerusalem kembali di musim panas 1187. Tapi menjelang serbuan, ia beri
kesempatan penguasa Kristen kota itu untuk menyiapkan diri agar mereka bisa melawan
pasukannya dengan terhormat. Dan ketika pasukan Kristen itu akhirnya kalah juga, yang
dilakukan Saladin bukanlah menjadikan penduduk Nasrani budak-budak. Saladin malah
membebaskan sebagian besar mereka, tanpa dendam, meskipun dulu, di tahun 1099, ketika
pasukan Perang Salib dari Eropa merebut Jerusalem, 70 ribu orang muslim kota itu dibantai
dan sisa-sisa orang Yahudi digiring ke sinagog untuk dibakar.
"....Anakku," konon begitulah pesan Sultan itu kepada anaknya, az-Zahir, menjelang
wafat, "...Jangan tumpahkan darah... sebab darah yang terpercik tak akan tertidur."
Dalam hidupnya yang cuma 55 tahun, ikhtiar itulah yang tampaknya dilakukan Saladin.
Meskipun tak selamanya ia tanpa cacat, meskipun ia tak jarang memerintahkan pembunuhan,
kita toh tahu, bagaimana pemimpin pasukan Islam itu bersikap baik kepada Raja Richard
Berhati Singa yang datang dari Inggris untuk mengalahkannya. Ketika Richard sakit dalam
pertempuran, Saladin mengiriminya buah pir yang segar dingin dalam salju, dan juga seorang
dokter. Lalu perdamaian pun ditandatangani, 1 September 1192, dan pesta diadakan dengan
pelbagai pertandingan, dan orang Eropa takjub bagaimana agama Islam bisa melahirkan
orang sebaik itu.

Kita sekarang juga mungkin takjub bagaimana masa lalu bisa melahirkan orang sebaik itu.
Terutama ketika orang hanya mencoba menghidupkan kembali apa yang gagah berani dari
abad ke- 12 tapi meredam apa yang sabar dan damai dari sebuah zaman yang penuh
peperangan. Tapi pentingkah sebenarnya masa silam?

Dari makam telantar orang Kurdi yang besar itu, suatu hari di tahun 1970-an, saya kembali ke
pusat Damaskus, lewat lorong bazar yang sibuk di depan Masjid Umayyah. Kota itu riuh,
keriuhan yang mungkin tanpa sejarah.

Anda mungkin juga menyukai