KELOMPOK : EMPAT
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
banyak nikmatnya kepada penulis sehingga atas berkat dan rahmat serta karunia-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Ideologi
Nasional” ini sesuai dengan waktu yang penulis rencanakan.
Terima kasih penulis sampaikan juga kepada dosen pancasila yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk mengerjakan tugas ini, sehingga penulis menjadi lebih
mengerti dan memahami tentang ideologi, tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara
moril maupun materil.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah
Pancasila di Universitas Semarang. Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah
materi yang sudah tersusun. Namun, hanya membandingkan beberapa materi yang sama dari
berbagai referensi. Dan semoga bisa memberi tambahan pengetahuan bagi kita semua.
Ibarat pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”, maka begitu pulalah dengan halnya
makalah ini, walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi penulis
menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan kehilapan dalam
penulisan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik tetap penulis harapkan demi perbaikan
makalah ini kedepan. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Terima Kasih.
Penulis,
Kelompok 4
PENDAHULUAN
Setiap Negara memiliki ideologi masing-masing sebagai dasar bangsa dan Negara
sebagai filsafat hidup Negara tersebut. Karena ideologi ini merupakan dasar atau ide atau
cita-cita negara tersebut untuk semakin berkembang dan maju. Ideologi digambarkan sebagai
seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama, ideologi juga dirumuskan sebagai suatu
pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalami tentang tujuan-tujuan yang
hendak dicapai masyarakat, dan sebagai cara untuk mencapai tujuan oleh masyarakat.
Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, ideologi negara tersebut tidak boleh
hilang dan tetap menjadi pedoman dan tetap tertanam pada setiap warganya. Selain itu,
semakin maju teknologi seolah-olah ideologi Pancasila hanya sebagai pelengkap negara agar
tampak bahwa Indonesia sebuah negara yang merdeka dan mandiri.
Banyak tingkah laku baik kalangan penjabat maupun rakyatnya bertindak tidak sesuai
dengan ideologi Pancasila. Ada beberapa faktor mengapa bangsa kita sedikit melenceng dari
ideologi Pancasila. Selain semakin berkembangnya ideologi-ideologi luar atau selain
Pancasila tetapi juga bangsa Indonesia kurang mengerti ideologinya dan bahkan tidak tahu
sama sekali. Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini dengan judul Pancasila sebagai
Ideologi nasional agar kita dapat mengenal ideologi kita dan bertindak sesuai dengan ideologi
kita.
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan..............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................
1. Pengertian Filsafat
Bangsa Indonesia mengenal kata filsafat dari bahasa Arab falsafah. Secara Etimologis kata
filsafat berasal dari bahasa yunani Philosophia dan philoso-Phos. Philos/Philein
(shabat/cinta) dan Sophia/sophos (pengetahuan yang bijaksana / hikmah-kebijaksanaan.)
Bertens, 2006. Menurut Burhanudin Salam (1983), filsafat adalah sistem kebenaran
tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari pada berfikir secara radikal,
sistematis, dan universal.
1) Landasan Etimologis
Secara etimologis Pancasila berasal dari bahasa Sansakerta yang ditulis dalam huruf
Dewa Nagari . Makna dari Pancasila ada 2(dua). Pertama panca artinya lima dan Syila
(huruf I pendek) artinya baru sendi, Jadi Pancasyila berarti berbatu sendi yang bersendi
lima. Kedua Panca artinya lima Syiila (huruf I panjang) artinya perbuatan yang
senonoh/ normatif Pancasyiila berarti lima perbuatan yang senonoh/normatif, perilaku
yang sesuai dengan norma kesusilaan. (Saidus Syahar 1975)
2) Landasan historis
Secara historis Pancasila dikenal secara tertulis oleh bangsa Indonesia sejak abad ke
XIV pada zaman Majapahit yang tertulis pada 2 (dua) buku yaitu Sutasoma dan Nagara
Kertagama. Buku Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular tercantum dalam Panca
Syiila Krama yang merupakan 5 (lima) pedoman yaitu :
– Tidak boleh melakukan kekerasan
– Tidak boleh mencuri
– Tidak boleh dengki
– Tidak boleh berbohong
– Tidak bolehmabuk
Buku Negara Kertagama ditulis oleh Mpu Prapanca tercantum pada sarga 53 bait 2
(dua) sebagai berikut : Yatnag gegwani Pancasyiila kertasangkara bhiseka karma.
Selama berabad-abad bangsa Indonesia tidak mendengar lagi kata Pancasila, baru pada
tanggal 1 Juni 1945 pada rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) I, yang berlangsung mulai 29 Mei – 1 Juni 1945 kata Pancasila
digemakan kembali oleh Bung Krno untuk memenuhi permintaan ketua BPUPKI dr.
Rajiman Wedyodiningrat dasar Negara Indonesia merdeka. Pancasila yang disampaikan
Bung Karno sebagai Berikut:
– Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme,
– Internasionalisme atau Perikemanusiaan,
– Mufakat atau Demokrasi,
– Kesejahteraan Sosial, dan
– Ketuhanan yang Berkebudayaan.
Pancasila menurut Bung Karno dapat diperas menjadi TRISILA, yaitu: Sila Pertama
dan kedua menjadi Sosio Nasionalisme. Sila ke tiga dan keempat menjadi Sosio
Demokrasi dan Ketuhanan. Trisila masih bisa diperas menjadi EKASILA yaitu
GOTONG ROYONG (Wedyodiningrat, 1947)
Pancasila rumusan Bung Karnodikaji anggota panitia lainnya dan dirumuskan kembali
pada tanggal 22 Juni 1945 yang dikenal sebagai PIAGAM JAKARTA, oleh
Muhammad Yamin disebut JAKARTA CHARTER.
Sila-sila Pancasila dalam Piagam Jakarta:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syare’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2. Perikemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan /perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Piagam Jakarta ini dirumuskan dan ditanda tangani oleh 9 orang yaitu :
1. Ir. Soekarno (Bung Karno)
2. Drs. Mohamad Hatta (Bung Hatta)
3. Mr. A.A Maramis
4. Abikoesno tjokrosoejoso
5. Abdoel Kahar Moezakir
6. H. Agoes Salim
7. Mr. Achmad Soebarjo
8. Wachid Hasyim
9. Mr. Mohamad Yamin. (Ismaun, 1978; Kansil, 1968)
Mulai tahun 1950 sampai tahun 1959 Indonesia menggunakan Undang-Undang dasar
Sementara Th. 1950 (UUDS ’50) dimana sifat pemerintahannya Parlementer dan
menganut demokrasi Liberal. Perubahan pemerintahan maupun bentuk Negara. Sifat
Konsistensi mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara. Sifat kesadaran dari
bangsa Indonesia akan pentingya Pancasila sebagai norma dasar/fundamental
norm/grund norm bagi kokohnya NKRI.
3) Landasan Yuridis
Secara yudridis butir-butir Pancasila tercantum pada pembukaan UUD’45 alinea ke IV,
yang diejawantahkan dalam pasal-pasal UUD’45. Dalam TAP MPR RI No.
XVIII/MPR/’98 dikukuhkan Pancasila sebagai dasar Negara harus konsisten dalam
kehidupan bernegara. Dalam TAP MPR RI No. IV/MPR/’99 diamanatkan agar visi
bangsa Indonesia tetap berlandaskan pada Pancasila.
4) Landasan Kultural
Pancasila yang bersumber dari nilai agama dan nilai budaya bangsa Indonesia tercermin
dari keyakinan akan Kemahakuasaan Tuhan YME dan kehidupan budaya berbagai suku
bangsa Indonesia yang saat kini masih terpelihara, seperti : Tiap upacara selalu
memohon perlindungan Tuhan YME, gotong royong , asas Musyawarah mufakat.
Pada masyarakat Padang dalam perilaku kehidupan bermasyarakat erat terkait dengan
nilai agama yang tercermin pada konsep: “ Adat basandi syara dan syara basandi
kitabbullah.” Yang berarti hokum adat bersendikan syara dan syara bersendikan Al-
Quran.
Pada masyarakat Sunda kegiatan kehidupan sudah seharusnya berpedoman pada tiga
aspek yang tidak terpisahkan yaitu:
Elmu tuntut, dunya siar, ibadah tetep lakonan (carilah ilmu, carilah rizki/ harta dan
tetaplah beribadah pada Tuhan YME). Dalam azas musyawarah mufakat/ demokrasi
terungkap pada nilai tetap dikemukan dengan cara yang santun tanpa orang kehilangan
kehormatan dirinya (Win-win solution). Hal ini tercermin dari prinsip sebagai berikut.
Hade ku omong goring ku omong (baik atau buruk katakanlah). Namun harus Caina
herang laukna beunang (airnya bersih ikannya tertangkap/win-win solution)
2.3 Bangsa Indonesia dalam berpancasila memiliki tiga asas (tri pakarsa)
Berdasarkan dengan nilai-nilai adat istiadat, nilai budaya dan nilai religious yang telah
digali dan diwujudkan dalam rumusan pancasila yang kemudian disahkan sebagai dasar
negara pada hakikatnya telah menjadikan bangsa Indonesia berpancasila dalam tiga asas. Tiga
asas itu adalah sebagai berikut :
a. Asas Kebudayaan
Asas kebudayaan, bahwasanya unsur-unsur dan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
sebelum disahkan menjadi dasar negera Indonesia, pancasila itu sejarah yudiris telah ada dan
dimiliki oleh bangsa Indonesia dan itu menjadi asas-asas dalam adat istiadat dan kebudayaan.
b. Asas Religius
Asas religius, bahwasanya unsur-unsur dan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
sebagai dasar negara Indonesia sudah ada dan sebagai asas-asas dalam agama, yang
mengakar dan kuat dalam kehidupan sehari-hari.
c. Asas Kenegaraan
Dari unsur-unsur dan nilai-nilai pada pancasila yang telah diformatkan, pancasila telah
dirumuskan dan disahkan oleh para pendiri negara, karena pancasila itu merupakan jati diri
bangsa sehingga ditetapkan sebagai asas kenegaraan.
Ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, ide-ide dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa Yunani, eidos yang berarti bentuk
atau idein yang berarti melihat. Idea dapat diartikan sebagai cita-cita, yaitu cita-cita yang
bersifat tetap dan akan dicapai dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, cita-cita ini pada
hakikatnya merupakan dasar, pandangan, atau faham yang diyakini kebenarannya. Sedangkan
logos berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the
sciene of ideas), atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar.
Istilah “ideologi” pertama kali dilontarkan oleh seorang filsuf Perancis, Antoine Destutt
de Tracy pada tahun 1796 sewaktu Revolusi Perancis tengah menggelora.
Tracy menggunakan istilah ideologi guna menyebut suatu studi tentang asal mula, hakikat,
dan perkembangan ide-ide manusia, atau yang sudah dikenal sebagai “Science of Ideas”.
Gagasan ini diharapkan dapat membawa perubahan institusional dalam masyarakat Perancis.
Namun, Napoleon mencemoohnya sebagai suatu khayalan yang tidak memiliki nilai praktis.
Pemikiran Tracy ini sebenarnya mirip dengan impian Leibnitz yang disebut one great system
truth.
Pokok-pokok pikiran yang perlu dikemukakan mengenai ideologi adalah sebagai
berikut:
4. Bahwa yang bisa merubah suatu pemikiran menjadi ideologi adalah fungsi
pemikiran itu dalam berbagai lembaga politik dan kemasya-rakatan.
Suatu dasar atau filsafat yang akan dijadikan menjadi pedoman yang sangat berperan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara setidakya harus memiliki karakteristik-
karakteristik tertentu sehingga dalam penetapannya dapat diterima dan dilaksanakan sesuai
dengan yang telah dimiliki dan ditetapkan itu, begitu juga dengan pancasila sebagai ideology
nasional, yang dimaksud dengan karakteristik adalah ciri khas yang dimiliki oleh pancasila
yang dapat diakui sebagai idelogi nasional yang berbeda dengan ideology lain. Karakreristik
ini berhubungan dengan sifat positif bangsa Indonesia yang memiliki pancasila. Adapun
karakteristik-karakteristik tersebut adalah :
Pertama, Tuhan Yang Maha Esa merupakan pengakuan bangsa Indonesia akan
eksistensi Tuhan sebagai pencipta dunia dengan segala isinya. Karena itu sebagai umat yang
berTuhan harus taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua, Penghargaan kepada sesama umat manusia apapun suku bangsa dna bahasanya.
Sebagai umat manusia kita adalah sama dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Ciri ini sesuai
dengan sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradap. Adil dan beradap berarti bahwa adil
adalah perlakuan yang sama terhadap sesama manusia dan beradap berarti perlakukan yang
sama itu sesuai dengan derajat kemanusiaan. Atas dasar ini kita menghargai HAM dan
kewajiban-kewajibannya.
Keempat, bahwa kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan atas
sistem demokrasi, yakni demokrasi Pancasila. Hal ini tertuang dalam sila keempat yaitu
kerakyatan yang dipinpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perawakilan.
Dalam menjalankan demokrasi kita mementingkan akan musyawarah.
Kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Cita-cita bangsa kita Indonesia
sejak dulu adalah keadilan dna kemakmuran. Sistem pemerintahan yang bangsa Indonesia
anut dengan bertujuan untuk tercapainya cita-cita bangsa Indonesia itu sendiri.
Demikian pokok karasteristik pada Pancasila. Karakteristik yang satu tidak dapat
dipisahkan dari yang lain, karena Pancasila merupakan suatu kesatuan, keutuhan yang saling
berkaitan. Namun semuanya itu berasaskan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
Selaku Ideologi Nasional, Pancasila Memiliki Beberapa Dimensi :
1. Dimensi Idealitas
Dimensi Idealitas artinya ideologi Pancasila mengandung harapan-harapan dan cita-
cita di berbagai bidang kehidupan yang ingin dicapai masyarakat.
2. Dimensi Realitas
Dimensi Realitas artinya nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya bersumber
dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat penganutnya, yang menjadi milik
mereka bersama dan yang tak asing bagi mereka.
3. Dimensi normalitas
Dimensi normalitas artinya Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat mengikat
masyarakatnya yang berupa norma-norma atauran-aturan yang harus dipatuhi atau
ditaati yang sifatnya positif.
4. Dimensi Fleksilibelitas
Dimensi Fleksilibelitas artinya ideologi Pancasila itu mengikuti perkembangan jaman,
dapat berinteraksi dengan perkembangan jaman, dapat mengikuti perkembangan ilmu
dan teknologi, bersifat terbuka dan demokratis.
Dengan demikian nilai-nilai Pancasila menjadi ideologi yang tidak diciptakan oleh
negara melainkan digali dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat
Indonesia sendiri. Sebagai nilai-nilai yang digali dari kekayaan rohani, moral dan
budaya masyarakat Indonesia sendiri, maka nilai-nilai Pancasila akan selalu
berkembang mengikuti perkembangan masyarakat Indonesia.Sebagai ideologi yang
tidak diciptakan oleh negara, menjadikan Pancasila sebagai ideologi juga merupakan
sumber nilai, sehingga Pancasila merupakan asas kerokhanian bagi tertib hukum
Indonesia, dan meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-
Undang Dasar 1945 serta mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar
negara.Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan Undang-Undang Dasar
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah, penyelenggara negara termasuk
pengurus partai dan golongan fungsional untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan
yang luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang luhur.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan tentang
ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Ideologi secara
fungsional merupakan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang
masyarakat dan negara yang dianggap paling baik.
“Tanpa definisi, kita tidak akan pernah bisa sampai pada konsep”
Karena itu menurut beliau, sama pentingnya dengan silogisme (baca : logika berfikir yang
benar) bagi setiap proposisi (dalil atau pernyataan) yang kita buat.
Kesimpulan yang bisa ditarik adalah sekalipun pengertian ideologi bervariasi, tetapi jika
dicermati sesungguhnya terkandung inti-inti kesamaan. Kesamaan-kesamaannya, yakni
ideologi adalah prinsip, dasar, arah, dan tujuan dalam kehidupan. Selain mengetahui
pengertian ideologi, kita juga harus mengetahui fungsi ideologi. Ideologi berfungsi mendasari
kehidupan masyarakat sehingga mampu menjadi landasan, pedoman, dan bekal serta jalan
bagi suatu kelompok, masyarakat, bangsa, dan negara
3.2 Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa pancasila
sangat penting sebagai ideologi nasional dan bagi kehidupan kita, dan agar pembaca dapat
melaksanakan atau bisa menerapkan di kehidupan.
Perlu adanya pembelajaran lebih dalam tentang materi-materi ideologi pada mata kuliah
pancasila pada kampus-kampus di Indonesia.
Perlu adanya penelitian atau study banding kedepannya agar memperlengkap pengetahuan
tentang pancasila sebagai ideologi nasional.
Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena kami masih
dalam proses pembelajaran. Dan yang kami harapkan dengan adanya makalah ini,dapat
menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat
maupun tersurat.
DAFTAR PUSTAKA
http://abyaliasbrian.blogspot.co.id/2016/10/makalah-tentang-pancasila-sebagai.html
Gb,Yuono dan Tata Iryanto. 1998.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan. Surabaya: Indah
Haryanto,Agus,Alex Suryanto. 2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra
Indonesia. Tanggerang:ESIS
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. 2001. Jakarta: Balai Pustaka
Syairbaini, Syahril. Drs.,M.A. 2002. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
http://wikipedia.com
http://amazoneas.blogspot.com
http://google/kulitpisang
http://id.Wikipedia.org/wiki/ideologi
http://id.Wikipedia.org/wiki/pancasila
http://pikiran-rakyat/cakrawala/sekitarkita.htm
http://www.g-excess.com/id/sejarah-lahirnya-pancasila-sebagai-ideologi-nasional.
http://www.gudangmateri.com/2010/10/pancasila-sebagai-ideologi-negara.html
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pendidikan_pancasila/bab4-
pancasila_sebagai_ideologi.pdf