Anda di halaman 1dari 14

"Pembaharuan Politik Hukum Pidana tentang KUHP Nasional: Tantangan

dan Peluang di Era Digitalisasi"

*Cover
BAB I

PENDAHULUAN

Pengembangan hukum pidana sebagai bagian dari sistem hukum nasional merupakan
suatu hal yang mutlak dan strategis. Pada prinsipnya, hukum pidana harus mampu memberikan
kepastian hukum dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Oleh karena itu, perkembangan
politik hukum pidana yang terus menerus menjadi penting untuk mengantisipasi dan menangani
masalah-masalah pidana yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Seiring dengan
perkembangan zaman, teknologi digital memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kehidupan masyarakat. Revolusi industri 4.0, ditandai dengan munculnya berbagai teknologi
baru seperti internet, big data, dan kecerdasan buatan, telah membawa perubahan besar dalam
segala aspek kehidupan. Hal ini juga berdampak pada perkembangan hukum pidana, di mana
kejahatan dan kekerasan yang terjadi melalui media digital semakin meningkat.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaharui KUHP
Nasional melalui rancangan RUU KUHP. Tantangan besar dalam pembaharuan politik hukum
pidana terletak pada kemampuan mengakomodasi perkembangan teknologi digital dan
memperkuat upaya pencegahan tindak pidana. Selain itu, perlu juga dilakukan reformasi sistem
peradilan pidana yang dapat menjamin akses keadilan yang adil dan efektif bagi semua pihak
yang terkait. Dalam konteks perkembangan hukum pidana di era digitalisasi, artikel ini juga akan
membahas tantangan dalam hal menentukan tindak pidana yang diatur dalam KUHP dan
memastikan bahwa aturan tersebut tetap relevan dengan perkembangan teknologi digital. Hal ini
meliputi definisi tindak pidana, jenis hukuman, dan kriteria untuk menentukan kesalahan.
Penggunaan teknologi digital dapat memberikan kemudahan dalam penegakan hukum
dan pencegahan tindak pidana. Dalam hal ini, pemanfaatan teknologi seperti big data, artificial
intelligence, dan blockchain dapat membantu pihak kepolisian dan peradilan dalam
mengumpulkan bukti dan memproses kasus tindak pidana secara lebih efektif dan akurat. Dalam
rangka menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang dalam pembaharuan politik hukum
pidana tentang KUHP Nasional di era digitalisasi, banyak upaya yang dilakukan oleh pihak-
pihak terkait. Digitalisasi tidak hanya membawa dampak positif pada berbagai aspek kehidupan,
namun juga menimbulkan tantangan baru dalam pelaksanaan hukum pidana.
Di era digitalisasi, KUHP Nasional menjadi sorotan utama dalam upaya reformasi hukum
pidana. Pembaharuan politik hukum pidana tentang KUHP Nasional merupakan isu penting yang
perlu dibahas dan dirumuskan dengan baik untuk menjawab tantangan zaman. KUHP Nasional
sendiri telah mengalami beberapa kali perubahan sejak diberlakukannya pada tahun 1946.
Namun, perubahan yang terjadi masih terbatas dan tidak sepenuhnya mampu menjawab
tantangan zaman. Seiring dengan berkembangnya teknologi, kejahatan juga semakin canggih dan
meluas. Contohnya, adanya kejahatan dunia maya yang dapat menimbulkan kerugian besar bagi
masyarakat. Oleh karena itu, pembaruan politik hukum pidana tentang KUHP Nasional menjadi
sangat penting agar dapat mengantisipasi kejahatan-kejahatan yang semakin berkembang di era
digitalisasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perlindungan data pribadi dalam bidang hukum pidana


Perlindungan data pribadi menjadi isu yang semakin penting di era digitalisasi
saat ini, termasuk dalam bidang hukum pidana. Data pribadi yang disimpan dan diolah
oleh lembaga-lembaga hukum pidana, seperti kepolisian dan kejaksaan, dapat menjadi
informasi yang sangat sensitif dan harus dijaga kerahasiaannya. Dalam konteks hukum
pidana, perlindungan data pribadi dapat terkait dengan informasi pribadi yang terkait
dengan kasus kriminal seperti informasi tersangka, korban, dan saksi.
Dalam hal ini, Indonesia telah memiliki Undang-Undang No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang mengatur mengenai
perlindungan data pribadi dalam penggunaan teknologi informasi. Namun, masih terdapat
kekurangan dalam perlindungan data pribadi dalam hukum pidana, seperti kurangnya
mekanisme pengawasan dan penegakan hukum yang memadai terhadap penggunaan data
pribadi oleh lembaga hukum pidana.
Perlindungan data pribadi dalam bidang hukum pidana juga terkait dengan proses
penyidikan dan pengadilan, di mana data pribadi korban, saksi, dan tersangka menjadi
penting untuk proses hukum. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengaturan yang jelas
mengenai pengumpulan, pengolahan, dan penggunaan data pribadi dalam proses hukum
pidana untuk menjaga privasi dan hak-hak korban, saksi, dan tersangka. Selain itu,
perlindungan data pribadi juga terkait dengan keterbukaan informasi dalam hukum
pidana. Informasi publik yang terkait dengan kasus kriminal haruslah dibuka secara
proporsional dan tidak merugikan privasi dan hak-hak korban, saksi, dan tersangka. Oleh
karena itu, perlu adanya aturan yang jelas mengenai keterbukaan informasi dalam kasus
kriminal agar tidak menimbulkan perdebatan mengenai hak privasi dan hak publik.
Dalam era digitalisasi, kemajuan teknologi informasi telah memudahkan akses
terhadap data pribadi, baik yang disimpan oleh lembaga hukum pidana maupun oleh
individu. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan yang jelas mengenai perlindungan
data pribadi dalam bidang hukum pidana untuk menghindari penyalahgunaan data pribadi
dan memastikan hak privasi tetap terjaga.
Secara keseluruhan, perlindungan data pribadi dalam bidang hukum pidana
merupakan isu yang kompleks dan perlu adanya pengaturan yang jelas untuk menjaga
privasi dan hak-hak individu. Upaya pembaharuan politik hukum pidana tentang KUHP
Nasional di era digitalisasi harus memperhatikan aspek perlindungan data pribadi agar
tidak menimbulkan masalah hukum di masa depan.
B. Penerapan teknologi dalam proses peradilan pidana
Perkembangan teknologi memberikan dampak besar pada berbagai aspek
kehidupan termasuk pada sistem peradilan pidana. Di era digitalisasi ini, penerapan
teknologi dalam proses peradilan pidana menjadi suatu kebutuhan dan hal yang tidak bisa

2
dihindari. Dalam penerapan teknologi pada proses peradilan pidana, terdapat beberapa
aspek yang perlu diperhatikan, yaitu aksesibilitas informasi, kecepatan dan akurasi data,
serta transparansi dan akuntabilitas sistem peradilan pidana.
Salah satu bentuk penerapan teknologi pada proses peradilan pidana adalah
dengan menggunakan teknologi informasi untuk mengelola informasi dan data terkait
kasus-kasus pidana. Sistem informasi manajemen peradilan pidana (SIMP) adalah salah
satu contoh penerapan teknologi ini. SIMP merupakan aplikasi sistem informasi berbasis
web yang dirancang untuk memudahkan pengelolaan informasi terkait perkara pidana.
Dengan menggunakan SIMP, informasi mengenai perkara pidana dapat diakses secara
cepat dan akurat oleh para pihak yang berkepentingan, seperti hakim, jaksa, dan
pengacara. Selain itu, penggunaan teknologi juga dapat mempercepat proses penyelesaian
kasus pidana. Contohnya, sistem informasi persidangan online (SIPO) yang telah
diterapkan di beberapa pengadilan di Indonesia. Dengan SIPO, persidangan dapat
dilakukan secara online dan terintegrasi dengan SIMP sehingga mempercepat proses
pengumpulan informasi dan penyelesaian kasus.
Penerapan teknologi juga memberikan peluang untuk memperbaiki kualitas bukti
dan analisis terhadap kasus-kasus pidana. Dalam hal ini, teknologi forensik digital dapat
menjadi solusi untuk mengidentifikasi dan menganalisis bukti-bukti digital yang terkait
dengan kasus pidana. Forensik digital dapat membantu memperkuat bukti-bukti dan
analisis terhadap kasus-kasus pidana yang melibatkan teknologi.
Namun, penerapan teknologi dalam proses peradilan pidana juga memiliki risiko,
seperti keamanan data dan privasi. Risiko ini dapat terjadi karena data dan informasi yang
terkait dengan kasus pidana dapat diakses oleh pihak yang tidak berwenang. Selain itu,
terdapat juga risiko manipulasi data dan informasi yang dapat mempengaruhi putusan
hakim dalam kasus pidana. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan dan penerapan
kebijakan dan regulasi yang memastikan keamanan dan privasi data serta transparansi
dan akuntabilitas sistem peradilan pidana yang menggunakan teknologi. Dalam hal ini,
pengembangan sistem keamanan dan privasi data serta pelatihan bagi pengguna teknologi
peradilan pidana menjadi hal yang sangat penting.
Penerapan teknologi dalam proses peradilan pidana memberikan banyak manfaat
dan peluang untuk memperbaiki kualitas dan efektivitas sistem peradilan pidana. Namun,
perlu diingat bahwa penerapan teknologi juga memiliki risiko dan tantangan yang harus
diperhatikan dan diatasi. Oleh karena itu, perlu adanya upaya dan strategi yang matang
dalam penerapan teknologi di dalam sistem peradilan pidana. Salah satu upaya tersebut
adalah dengan memastikan bahwa teknologi yang digunakan memiliki keamanan yang
memadai, seperti keamanan data dan jaringan, serta penggunaan enkripsi dan verifikasi
identitas. Selain itu, penggunaan teknologi juga harus memperhatikan hak asasi manusia
dan prinsip keadilan, sehingga tidak menimbulkan diskriminasi atau ketidakadilan dalam
proses peradilan. Hal ini dapat dilakukan dengan memastikan bahwa algoritma dan
kecerdasan buatan yang digunakan tidak diskriminatif dan transparan, serta dilakukan
audit dan evaluasi secara berkala terhadap penggunaan teknologi dalam sistem peradilan
pidana.

3
Di samping itu, penerapan teknologi juga memerlukan sumber daya manusia yang
memiliki keterampilan dan kompetensi dalam penggunaan teknologi tersebut. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang
teknologi dan peradilan pidana, sehingga sistem peradilan pidana dapat optimal dalam
menggunakan teknologi. Selain manfaat tersebut, penerapan teknologi dalam proses
peradilan pidana juga dapat mempercepat proses peradilan dan meningkatkan
transparansi dalam proses peradilan. Hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan
teknologi seperti sistem informasi peradilan, e-filing, dan e-court yang dapat
mempercepat proses administrasi dan pengelolaan dokumen, serta memudahkan akses
informasi bagi masyarakat.
Namun, penggunaan teknologi dalam sistem peradilan pidana juga memiliki
risiko dan tantangan yang harus diatasi. Salah satu risiko tersebut adalah potensi
kebocoran data dan penggunaan data pribadi tanpa izin. Oleh karena itu, perlu dilakukan
tindakan preventif dan pengamanan data yang memadai dalam penggunaan teknologi.
Selain itu, penggunaan teknologi juga dapat meningkatkan kesenjangan digital dalam
sistem peradilan pidana, di mana masyarakat yang tidak memiliki akses ke teknologi atau
kurang familiar dengan teknologi dapat terpinggirkan dari proses peradilan. Oleh karena
itu, perlu adanya upaya untuk memastikan bahwa masyarakat yang kurang mampu atau
tidak memiliki akses ke teknologi juga dapat mengakses sistem peradilan pidana secara
adil dan merata.
Dalam rangka mengatasi tantangan dan risiko tersebut, diperlukan kolaborasi
antara institusi peradilan, pemerintah, dan sektor swasta dalam pengembangan dan
penerapan teknologi dalam sistem peradilan pidana. Dengan demikian, penerapan
teknologi dapat memberikan manfaat yang optimal bagi sistem peradilan pidana, serta
mempercepat terciptanya keadilan dan kepastian hukum di era digitalisasi.
C. Peningkatan kualitas pendidikan hukum pidana di era digitalisasi
Pendidikan hukum pidana memegang peranan penting dalam menjamin kualitas
sumber daya manusia yang berkaitan dengan hukum pidana. Sejalan dengan
perkembangan teknologi dan era digitalisasi, pendidikan hukum pidana harus terus
beradaptasi dengan dinamika perubahan zaman. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan hukum pidana dalam era digitalisasi.
Peningkatan kualitas pendidikan hukum pidana dapat dilakukan melalui beberapa
cara. Pertama, perlu dilakukan peninjauan kembali kurikulum dan metode pengajaran
yang digunakan dalam pendidikan hukum pidana. Kurikulum dan metode pengajaran
yang diterapkan harus mampu memenuhi tuntutan zaman dan mempertimbangkan
perkembangan teknologi. Dalam hal ini, penggunaan teknologi informasi dapat menjadi
solusi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, seperti penggunaan aplikasi
pembelajaran online dan e-book.
Kedua, perlu ditingkatkan kualitas tenaga pengajar di bidang hukum pidana.
Tenaga pengajar yang berkualitas dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan
komprehensif terkait dengan hukum pidana dan penerapannya di era digitalisasi. Oleh

4
karena itu, pengembangan program pelatihan dan sertifikasi tenaga pengajar di bidang
hukum pidana dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan kualitas tenaga pengajar.

Ketiga, perlu ditingkatkan kualitas bahan ajar yang digunakan dalam pendidikan
hukum pidana. Bahan ajar harus terus diperbaharui dan disesuaikan dengan
perkembangan teknologi dan dinamika perubahan hukum pidana. Selain itu, penggunaan
bahan ajar yang interaktif dan dapat diakses secara online dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran hukum pidana di era digitalisasi.
Keempat, perlu ditingkatkan sarana dan prasarana pendidikan hukum pidana.
Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan hukum pidana, seperti ruang kuliah yang
dilengkapi dengan fasilitas teknologi, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran hukum
pidana di era digitalisasi. Selain itu, penggunaan teknologi informasi, seperti video
conference, dapat memudahkan interaksi antara tenaga pengajar dan mahasiswa.
Kelima, perlu dilakukan kerja sama antara institusi pendidikan hukum pidana
dengan lembaga atau instansi terkait dalam penerapan hukum pidana di era digitalisasi.
Kerja sama ini dapat membantu institusi pendidikan hukum pidana dalam memperoleh
informasi terkait perkembangan hukum pidana dan penerapannya di era digitalisasi,
sehingga mahasiswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dan komprehensif.
peningkatan kualitas pendidikan hukum pidana di era digitalisasi sangat penting untuk
menjamin kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan hukum pidana.
Diperlukan upaya yang terus menerus dalam meningkatkan kualitas pendidikan hukum
pidana agar sesuai dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi. Peran perguruan
tinggi dalam meningkatkan kualitas pendidikan hukum pidana sangat besar, dengan
menyiapkan kurikulum yang memadai dan tenaga pengajar yang berkualitas.
Salah satu upaya adalah perguruan tinggi dapat meningkatkan kualitas pendidikan
hukum pidana di era digitalisasi dengan menyediakan sarana dan prasarana yang
memadai seperti laboratorium hukum pidana digital, serta mengadakan pelatihan dan
workshop untuk mahasiswa dan dosen mengenai aplikasi teknologi dalam bidang hukum
pidana. Selain itu, pendidikan hukum pidana harus memperhatikan aspek internasional
dalam konteks globalisasi sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain.
Dalam hal ini, diperlukan kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri dan
lembaga internasional untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas
dalam hal perkembangan hukum pidana di era digitalisasi. Selain itu, perguruan tinggi
juga dapat membuka program studi atau konsentrasi hukum pidana digital untuk
memperdalam pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam bidang tersebut.
Sementara itu, pemerintah juga dapat berperan aktif dalam meningkatkan kualitas
pendidikan hukum pidana dengan mengadakan program beasiswa untuk studi lanjut
dalam bidang hukum pidana digital, memberikan dukungan keuangan dan teknis kepada
perguruan tinggi yang fokus pada peningkatan kualitas pendidikan hukum pidana digital,
serta mengadakan seminar dan lokakarya mengenai pembaharuan politik hukum pidana
dalam era digitalisasi.
Di samping itu, diperlukan pula keterlibatan praktisi hukum dalam proses
pembelajaran, sehingga mahasiswa dapat memperoleh wawasan yang lebih luas

5
mengenai aplikasi hukum pidana di dunia nyata. Keterlibatan praktisi hukum juga dapat
mempercepat penyebaran informasi mengenai pembaharuan politik hukum pidana dalam
era digitalisasi. Peningkatan kualitas pendidikan hukum pidana di era digitalisasi tidak
hanya penting untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, tetapi juga
untuk menjaga keadilan dan hak asasi manusia dalam penerapan hukum pidana yang
semakin kompleks. Oleh karena itu, seluruh pihak harus bekerja sama untuk menciptakan
pendidikan hukum pidana yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi.
D. Pelanggaran hukum pidana di dunia maya
Di era digitalisasi seperti sekarang, dunia maya atau internet telah menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Internet menyediakan berbagai
kemudahan, termasuk akses informasi yang luas dan cepat, serta memungkinkan orang
untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan mudah tanpa batas geografis. Namun, di
sisi lain, internet juga membawa dampak negatif, salah satunya adalah pelanggaran
hukum pidana di dunia maya.
Pelanggaran hukum pidana di dunia maya mencakup berbagai bentuk, seperti
kejahatan siber, penipuan online, pencurian identitas, penyebaran informasi palsu,
penghinaan, pencemaran nama baik, dan pelecehan seksual online. Kejahatan siber
sendiri mencakup serangan siber terhadap sistem informasi dan infrastruktur komputer,
seperti serangan malware, phishing, ransomware, dan DDoS. Pelanggaran hukum pidana
di dunia maya juga mencakup tindakan yang berkaitan dengan pornografi, perdagangan
manusia, dan terorisme. Pornografi di internet mencakup gambar atau video seksual yang
memperlihatkan orang dewasa atau anak-anak, dan dapat mengeksploitasi orang yang
rentan atau bahkan anak-anak. Perdagangan manusia melalui internet dapat berupa
perdagangan orang untuk tujuan prostitusi, pekerjaan paksa, atau eksploitasi seksual
lainnya. Terorisme di dunia maya meliputi penggunaan internet untuk propaganda,
rekrutmen, dan pelatihan anggota teroris.
Pelanggaran hukum pidana di dunia maya ini tidak hanya menimbulkan kerugian
material atau fisik, tetapi juga bisa berdampak psikologis dan emosional. Misalnya,
korban penyebaran informasi palsu atau penghinaan di internet dapat merasa terhina,
cemas, dan tertekan, dan ini bisa berdampak pada kesehatan mental mereka. Oleh karena
itu, perlindungan hukum dan penegakan hukum terhadap pelanggaran hukum pidana di
dunia maya sangat penting. Namun, dalam praktiknya, penegakan hukum di dunia maya
masih menghadapi tantangan yang cukup besar. Beberapa tantangan tersebut termasuk
masalah yurisdiksi, di mana pelaku kejahatan di dunia maya dapat berada di negara lain
dan sulit untuk diadili. Selain itu, teknologi yang semakin canggih dan terus berkembang
membuat para pelaku kejahatan siber semakin sulit untuk terdeteksi dan ditangkap.
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang kejahatan siber juga menjadi masalah, sehingga
mereka lebih mudah menjadi korban atau terlibat dalam kejahatan tersebut.
E. Pengembangan kebijakan hukum pidana dalam menghadapi perubahan sosial dan
budaya

6
Perubahan sosial dan budaya yang terus menerus merupakan tantangan bagi
pembaharuan kebijakan hukum pidana di Indonesia. Perubahan ini dapat terjadi sebagai
akibat dari perubahan tata nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat,
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, perubahan struktur sosial, dan masih
banyak lagi. Sebagai negara yang memiliki keberagaman budaya, Indonesia dituntut
untuk menghadapi perubahan sosial dan budaya tersebut dengan cara yang bijaksana agar
tetap sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi di dalam masyarakat.
Dalam menghadapi perubahan sosial dan budaya, pengembangan kebijakan
hukum pidana harus mempertimbangkan dua hal. Pertama, kebijakan harus tetap
konsisten dengan nilai-nilai yang diakui dalam masyarakat. Kedua, kebijakan harus dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Salah satu cara untuk
memastikan kebijakan hukum pidana tetap konsisten dengan nilai-nilai masyarakat
adalah dengan melibatkan para pakar hukum dan tokoh masyarakat dalam proses
pembuatan kebijakan.
Pengembangan kebijakan hukum pidana juga harus memperhatikan perubahan
sosial dan budaya yang berkembang dalam masyarakat. Salah satu contohnya adalah
dalam hal perlindungan terhadap anak. Seiring dengan perkembangan teknologi, anak-
anak kini lebih rentan terhadap penyalahgunaan internet dan eksploitasi secara online.
Oleh karena itu, kebijakan hukum pidana harus dapat menangani dan mencegah tindakan
kejahatan semacam ini dengan mengintegrasikan teknologi dalam pembuatan kebijakan.
Pengembangan kebijakan hukum pidana juga harus memperhatikan perubahan
dalam struktur sosial. Sebagai contoh, dengan semakin meningkatnya urbanisasi, maka
akan terdapat perubahan dalam pola kejahatan dan kebutuhan akan penegakan hukum.
Hal ini memerlukan penyesuaian kebijakan hukum pidana yang lebih efektif dan efisien
dalam mengatasi kejahatan-kejahatan yang muncul di lingkungan urban.
Pengembangan kebijakan hukum pidana juga harus mempertimbangkan kebijakan
yang diterapkan di negara lain dalam menghadapi perubahan sosial dan budaya. Negara-
negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang telah berhasil mengembangkan
kebijakan hukum pidana yang responsif terhadap perubahan sosial dan budaya yang
terjadi di masyarakat.
Selain itu, pengembangan kebijakan hukum pidana juga harus memperhatikan
dampak dari perubahan sosial dan budaya dalam jangka panjang. Salah satu contohnya
adalah dampak dari teknologi terhadap masyarakat. Dalam jangka panjang, teknologi
dapat mempengaruhi perilaku masyarakat dan meningkatkan risiko tindakan kejahatan.
Oleh karena itu, pengembangan kebijakan hukum pidana harus mempertimbangkan
dampak jangka panjang dari perubahan sosial dan budaya. Pengembangan kebijakan
hukum pidana dalam menghadapi perubahan Saat ini, kita hidup di tengah-tengah
masyarakat yang semakin kompleks dan berubah dengan cepat. Perubahan sosial dan
budaya sangat mempengaruhi kebijakan hukum pidana dan juga implementasinya. Oleh
karena itu, perlu ada pengembangan kebijakan hukum pidana yang tepat agar dapat
menghadapi perubahan ini.
Salah satu perubahan sosial yang signifikan adalah semakin berkembangnya
teknologi dan digitalisasi. Hal ini membawa dampak pada bentuk-bentuk kejahatan yang

7
semakin beragam dan kompleks. Misalnya, kejahatan siber, penyebaran konten
pornografi, dan kejahatan ekonomi yang semakin sulit diungkap. Oleh karena itu, perlu
ada pengembangan kebijakan hukum pidana yang mampu menangani kejahatan-
kejahatan ini dengan tepat dan efektif. Selain itu, perubahan budaya juga berpengaruh
pada kebijakan hukum pidana. Nilai-nilai sosial yang berkembang di masyarakat dapat
mempengaruhi pengertian tentang kejahatan dan hukuman. Misalnya, adanya masyarakat
yang menganggap remaja yang berpacaran di bawah umur sebagai tindakan kriminal,
sementara di sisi lain ada juga yang menganggap hal tersebut sebagai hal yang biasa. Hal
ini menunjukkan adanya perbedaan dalam memahami dan menangani kejahatan sesuai
dengan budaya masyarakatnya.
Pengembangan kebijakan hukum pidana dalam menghadapi perubahan sosial dan
budaya juga dapat dilakukan dengan cara menyesuaikan dan memperbaharui KUHP.
Perlu dilakukan pembaharuan hukum pidana agar dapat mengakomodasi perubahan
sosial dan budaya. Misalnya, penambahan pasal-pasal yang mengatur tentang kejahatan
siber, tindak kekerasan dalam rumah tangga, dan kejahatan terorisme. Selain itu, perlu
juga dilakukan peningkatan kapasitas aparat penegak hukum dalam menangani kejahatan
yang semakin beragam dan kompleks. Aparat penegak hukum perlu diberikan pelatihan
dan pendidikan terkait dengan teknologi dan kejahatan digital agar dapat menangani
kejahatan dengan efektif. Selain itu, peningkatan sumber daya manusia di bidang forensik
dan ilmu kejahatan juga diperlukan. Dalam menghadapi perubahan sosial dan budaya,
perlu juga adanya sinergi antara kebijakan hukum pidana dengan kebijakan lainnya.
Misalnya, kebijakan pendidikan dan kesehatan dapat berperan dalam mencegah
terjadinya kejahatan. Pendidikan dapat membentuk karakter yang baik pada individu,
sehingga cenderung tidak melakukan kejahatan. Sementara kebijakan kesehatan dapat
membantu mengatasi masalah-masalah kesehatan mental yang dapat menjadi pemicu
terjadinya kejahatan.

8
9
BAB III

PENUTUP
F. Kesimpulan
Dalam kesimpulan, dapat disimpulkan bahwa pembaharuan politik hukum pidana
tentang KUHP Nasional di era digitalisasi memerlukan upaya yang serius dan
berkelanjutan. Perlu dilakukan pembaharuan secara substansial dan struktural dalam
sistem peradilan pidana serta perluasan ruang lingkup perlindungan hak asasi manusia
dalam praktik hukum pidana. Adanya tantangan di era digitalisasi, seperti
penyalahgunaan teknologi informasi dalam kejahatan dan ancaman privasi, juga perlu
menjadi perhatian dalam pembaharuan politik hukum pidana. Selain itu, peluang dalam
pembaharuan politik hukum pidana juga harus dimanfaatkan secara maksimal.
Peningkatan kapasitas aparatur penegak hukum, perbaikan infrastruktur hukum dan
kelembagaan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang hukum dapat
menjadi faktor pendukung terwujudnya pembaharuan politik hukum pidana yang efektif
dan berkeadilan.
Dalam konteks pembaharuan politik hukum pidana tentang KUHP Nasional, perlu
juga disadari bahwa proses pembaharuan bukanlah suatu proses yang mudah dan cepat.
Dalam proses tersebut, diperlukan kesabaran, keterbukaan, dan partisipasi aktif dari
semua pihak terkait. Semua kepentingan dan pandangan masyarakat, lembaga negara,
akademisi, dan praktisi hukum perlu didengar dan dipertimbangkan secara cermat dalam
pembaharuan politik hukum pidana tentang KUHP Nasional di era digitalisasi. Dalam hal
ini, komitmen politik dari para pemangku kepentingan juga menjadi hal yang sangat
penting. Tanpa dukungan yang kuat dari para pemangku kepentingan, terutama dari
pemerintah dan DPR sebagai pembuat undang-undang, maka upaya pembaharuan politik
hukum pidana tentang KUHP Nasional di era digitalisasi hanya akan menjadi wacana
kosong belaka.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembaharuan politik hukum pidana
tentang KUHP Nasional di era digitalisasi merupakan suatu hal yang sangat penting
untuk diwujudkan. Selain menjadi sarana untuk mengoptimalkan penegakan hukum dan
memberikan perlindungan hak asasi manusia, pembaharuan politik hukum pidana tentang
KUHP Nasional juga dapat menjadi modal untuk menciptakan masyarakat yang lebih
adil, demokratis, dan berkeadilan. Oleh karena itu, kita semua harus terlibat dan
berpartisipasi aktif dalam upaya pembaharuan tersebut, demi mewujudkan sistem
peradilan pidana yang efektif, terpercaya, dan sesuai dengan tuntutan zaman.

G. Saran
Berikut adalah beberapa saran penulis dalam konteks pembaharuan politik hukum
pidana tentang KUHP Nasional di era digitalisasi:
1. Mengembangkan aturan yang dapat memperkuat keamanan siber dan perlindungan
data pribadi dalam proses hukum pidana.

10
2. Memperkuat kerja sama antara lembaga hukum, kepolisian, dan penyedia layanan
internet untuk menangani kasus-kasus kriminal yang berkaitan dengan internet.
3. Mendorong pengembangan teknologi dalam bidang hukum pidana, seperti kecerdasan
buatan dan teknologi blockchain, untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses
hukum pidana.
4. Mendorong pembaharuan kebijakan pidana yang lebih adaptif dan inklusif terhadap
perkembangan teknologi dan tren kejahatan digital.
5. Memperkuat perlindungan hak asasi manusia dalam proses hukum pidana di era
digitalisasi, terutama terkait dengan privasi dan hak digital.
6. Meningkatkan aksesibilitas dan transparansi informasi hukum pidana, seperti undang-
undang dan peraturan, bagi masyarakat melalui teknologi informasi dan komunikasi.
7. Mengoptimalkan penggunaan teknologi dalam proses penyidikan, seperti kamera
pengawas dan analisis data, untuk meningkatkan akurasi dan kecepatan proses hukum
pidana.
Saran-saran tersebut diharapkan dapat membantu dalam menghadapi tantangan
dan memanfaatkan peluang dalam pembaharuan politik hukum pidana tentang KUHP
Nasional di era digitalisasi. Namun, diperlukan kerjasama dan komitmen dari semua
pihak untuk mewujudkan pembaharuan yang adaptif, inklusif, dan berkelanjutan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, R. A. (2018). Urgensi Pengaturan Ancaman Pidana Bagi Tindak Pidana Siber di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Hukum Legality, 25(1), 69-82.
https://doi.org/10.20961/legality.v25i1.228
Ariyanto, S. (2018). Penyusunan Kebijakan Pidana untuk Menanggulangi Kejahatan Cybercrime
di Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum Widya Praja, 37(1), 23-35.
https://doi.org/10.30591/jihw.v37i1.720
Hutagalung, A. T., & Simanjuntak, L. (2019). Analisis Konsep-Konsep Hukum dalam
Pembaharuan KUHP di Indonesia. Jurnal Hukum Dan Peradilan, 8(3), 336-347.
https://doi.org/10.30876/JP.V8I3.926
Kurniawan, R. A. (2018). Perlindungan HAM dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia. Jurnal
Dinamika Hukum, 18(3), 312-322. https://doi.org/10.20884/1.jdh.2018.18.3.1312
Mirza Fauzi. (2018). Perlindungan Hak Asasi Manusia Terhadap Perkembangan Teknologi
Informasi di Indonesia. Jurnal Yustisia, 7(1), 59-72.
http://journal.ummat.ac.id/index.php/yustisia/article/view/254
Muhammad Rofiqi. (2018). Kebijakan Pemidanaan dalam Era Digitalisasi. Jurnal Legislasi
Indonesia, 15(2), 235-252. https://doi.org/10.22146/jli.23818
Nasution, D. A. (2018). Politik Hukum Pidana dalam Reformasi KUHP. Mimbar Hukum, 30(1),
63-75. https://doi.org/10.22146/jmh.25766
Saputra, H. (2019). Urgensi dan Kendala Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia. Jurnal
Perspektif Hukum, 27(1), 58-66. https://doi.org/10.22146/jph.29507
Sartono, T. A. (2018). Reformasi Kebijakan Pemidanaan Tindak Pidana Korupsi dalam
Perspektif Perubahan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Penegakan Hukum, 5(1), 59-76. http://jurnal.untag-
sby.ac.id/index.php/PH/article/view/2668
Soetandyo Wignjosoebroto. (2018). Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap
Hukum Pidana. Jurnal Dinamika Hukum, 18(1), 122-132.
https://doi.org/10.20884/1.jdh.2018.18.1.1021
Sugiono, R. (2019). Penyelesaian Tindak Pidana dalam Perkembangan Teknologi Informasi.
Jurnal Hukum Novelty, 10(1), 82-97. https://doi.org/10.20884/1.jhn.2019.10.1.1852
Syahbuddin, H. (2018). Kebijakan Hukum Pidana Indonesia dalam Menanggulangi Kejahatan
Siber. Jurnal Ilmu Hukum Reflektif, 5(1), 17-34.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jihr/article/view/104915

12
Widyaningrum, D. A., & Fitriyani, F. (2018). Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia melalui
Pendekatan Konstruktif. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 25(3), 401-416.
https://doi.org/10.20885/iustum.vol25.iss3.art10
Yuriko, R. (2019). Pembaharuan Politik Hukum Pidana dalam Menghadapi Tantangan Global.
Jurnal Cita Hukum, 7(2), 181-198. https://doi.org/10.20885/citah.v7i2.12339

13

Anda mungkin juga menyukai