STUDI KASUS
Daftar Isi
Daftar Isi.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1. Latar belakang...................................................................................................................1
1.2. Tujuan...............................................................................................................................2
1.3. Metodologi........................................................................................................................2
BAB II KAJIAN LITERATUR....................................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................................5
3.1. Definisi Model Siklus Hidup Perangkat Lunak................................................................5
3.2. Jenis-jenis Model Siklus Hidup Perangkat Lunak............................................................5
3.3. Pengertian Agile................................................................................................................5
3.4. Karakteristik Agile............................................................................................................6
3.5. Perbandingan Model Siklus Hidup Perangkat Lunak dan Agile.......................................6
3.6. Studi Kasus tentang Model Siklus Hidup Perangkat Lunak dan Agile.............................7
BAB IV PENUTUP........................................................................................................................8
4.1. Kesimpulan.......................................................................................................................8
4.2. Implikasi............................................................................................................................8
4.3. Saran..................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang model SDLC, dengan fokus
pada model Agile. Makalah ini akan dimulai dengan mendefinisikan model SDLC dan kemudian
memberikan penjelasan rinci tentang model Agile. Selain itu, studi kasus akan disajikan untuk
mengilustrasikan penerapan praktis model Agile dalam pengembangan perangkat lunak.
iii
Model SDLC tradisional dikenal dengan pendekatan sekuensialnya, dengan setiap fase
bergantung pada fase sebelumnya. Model air terjun adalah contoh model SDLC tradisional,
dimana setiap fase harus diselesaikan sebelum melanjutkan ke fase berikutnya. Namun,
pendekatan ini telah dikritik karena kekakuannya, membuatnya tidak sesuai untuk proyek dengan
kebutuhan yang berubah-ubah.
Model Agile, di sisi lain, adalah model baru yang dikenal dengan fleksibilitas dan
kemampuan beradaptasi. Model Agile didasarkan pada Agile Manifesto, yang menghargai
individu dan interaksi, perangkat lunak yang berfungsi, kolaborasi pelanggan, dan menanggapi
perubahan. Model Agile berfokus pada pengiriman perangkat lunak yang berfungsi secara iteratif
dan bertahap, memungkinkan perubahan dilakukan selama proses pengembangan.
Dalam beberapa tahun terakhir, model Agile telah mendapatkan popularitas di kalangan
tim pengembangan perangkat lunak, dengan banyak organisasi mengadopsi model untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pengembangan perangkat lunak mereka. Makalah
ini akan mengeksplorasi prinsip, praktik, dan manfaat model Agile dan memberikan studi kasus
untuk mengilustrasikan aplikasi praktis model dalam pengembangan perangkat lunak.
1.2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang model SDLC,
dengan fokus khusus pada model Agile. Makalah ini akan menjelaskan prinsip dan praktik model
Agile dan memberikan studi kasus untuk mengilustrasikan penerapan praktis model tersebut
dalam pengembangan perangkat lunak.
1.3. Metodologi
iv
BAB II
KAJIAN LITERATUR
Model Software Development Life Cycle (SDLC) adalah kerangka kerja yang
menggambarkan tahapan yang terlibat dalam pengembangan perangkat lunak, mulai dari
perencanaan dan desain hingga implementasi dan pemeliharaan. Model SDLC memberikan
pendekatan terstruktur untuk pengembangan perangkat lunak, membagi proses menjadi fase
yang berbeda, masing-masing dengan tujuan dan hasil yang spesifik.
Model SDLC tradisional, seperti model air terjun, bersifat linier dan berurutan, di mana
setiap fase diselesaikan sebelum berpindah ke fase berikutnya. Model air terjun memiliki struktur
yang kaku, membuatnya menantang untuk beradaptasi dengan kebutuhan atau keadaan yang
berubah. Sebaliknya, model SDLC yang lebih baru, seperti Agile, bersifat iteratif dan fleksibel,
memungkinkan adanya umpan balik dan peningkatan berkelanjutan selama proses
pengembangan.
Model Agile adalah model SDLC populer yang digunakan dalam pengembangan
perangkat lunak, yang dikenal dengan pendekatan iteratif dan inkrementalnya. Model Agile
berfokus pada pengiriman perangkat lunak yang berfungsi dalam peningkatan kecil dan sering,
memungkinkan umpan balik dan penyesuaian berkelanjutan selama proses pengembangan.
Dalam beberapa tahun terakhir, model Agile telah mendapatkan popularitas di kalangan
tim pengembangan perangkat lunak karena fleksibilitas dan kemampuan beradaptasinya,
membuatnya cocok untuk proyek dengan kebutuhan yang terus berubah. Agile juga
mempromosikan kolaborasi dan komunikasi di antara anggota tim dan dengan pemangku
kepentingan, menghasilkan proses pengembangan perangkat lunak yang lebih efisien dan efektif.
Ada beberapa jenis model SDLC, mulai dari model tradisional hingga model modern.
Setiap model SDLC memiliki kelebihan dan kekurangan, membuat pilihan model bergantung
pada berbagai faktor seperti persyaratan proyek, ukuran tim, dan sumber daya yang tersedia.
Model air terjun adalah model SDLC tradisional yang mengikuti pendekatan
linier dan berurutan untuk pengembangan perangkat lunak. Model ini membagi proses
v
pengembangan menjadi fase-fase yang berbeda, dengan penyelesaian setiap fase sebelum
berpindah ke fase berikutnya. Model air terjun memiliki struktur yang kaku, membuatnya
menantang untuk beradaptasi dengan kebutuhan yang berubah.
b) V-Model
V-Model merupakan perpanjangan dari model air terjun, di mana setiap fase
pengembangan memiliki fase pengujian yang sesuai. V-Model adalah pendekatan yang
lebih terstruktur untuk pengembangan perangkat lunak, memberikan kerangka pengujian
yang lebih komprehensif daripada model air terjun.
c) Model Iteratif
Model Iteratif adalah model SDLC yang lebih fleksibel yang memungkinkan
umpan balik dan penyesuaian berkelanjutan selama proses pengembangan. Model terdiri
dari serangkaian iterasi, masing-masing dengan fase desain, pengkodean, dan pengujian.
d) Model Spiral
Model Spiral adalah model SDLC yang lebih kompleks yang menggabungkan
elemen model air terjun dan iteratif. Model terdiri dari empat kuadran, masing-masing
mewakili fase proses pengembangan. Model Spiral memungkinkan umpan balik dan
penyesuaian berkelanjutan selama proses pengembangan, sehingga cocok untuk proyek
besar dan kompleks.
e) Model tangkas
Model Agile adalah model SDLC modern yang berfokus pada penyampaian
perangkat lunak yang berfungsi dalam peningkatan kecil dan sering. Model ini
mempromosikan kolaborasi dan komunikasi di antara anggota tim dan dengan pemangku
kepentingan, menghasilkan proses pengembangan perangkat lunak yang lebih efisien dan
efektif. Model Agile memungkinkan umpan balik dan penyesuaian berkelanjutan selama
proses pengembangan, membuatnya cocok untuk proyek dengan persyaratan yang
berubah. Setiap model SDLC memiliki kekuatan dan kelemahannya, sehingga penting
untuk memilih model yang paling sesuai dengan kebutuhan proyek dan kemampuan tim.
vi
BAB III
PEMBAHASAN
Model Waterfall adalah model SDLC linier dan berurutan yang menekankan perencanaan
dan dokumentasi. Model ini paling cocok untuk proyek dengan persyaratan yang jelas dan
perubahan terbatas.
Model Spiral adalah model SDLC berulang yang menekankan manajemen risiko. Model
ini paling cocok untuk proyek besar dan kompleks yang melibatkan risiko signifikan.
V-model adalah model SDLC berurutan yang menekankan pengujian dan verifikasi.
Model ini paling cocok untuk proyek dengan persyaratan yang jelas dan fokus yang kuat pada
kualitas.
Agile adalah model SDLC modern yang menekankan pengiriman perangkat lunak yang
berfungsi dalam peningkatan kecil dan sering. Model Agile adalah tanggapan terhadap
keterbatasan model SDLC tradisional, seperti model Air Terjun, yang kaku dan tidak fleksibel.
vii
Agile menekankan fleksibilitas, kemampuan beradaptasi, pengembangan inkremental,
pendekatan iteratif, pendekatan kolaboratif, dan kepuasan pelanggan. Agile juga
mempromosikan komunikasi dan kolaborasi yang sering di antara anggota tim dan dengan
pemangku kepentingan.
Agile memiliki beberapa framework populer, antara lain Scrum, Kanban, dan Extreme
Programming (XP). Setiap kerangka kerja memiliki karakteristik uniknya sendiri dan paling
cocok untuk jenis proyek tertentu.
Scrum adalah kerangka Agile yang menekankan kolaborasi tim dan pengembangan
berulang. Scrum melibatkan serangkaian sprint, yang masing-masing melibatkan serangkaian
tugas yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
Kanban adalah kerangka Agile yang menekankan pengiriman dan aliran yang
berkelanjutan. Kanban melibatkan papan visual yang melacak status tugas, memungkinkan
anggota tim untuk fokus menyelesaikan tugas yang sedang berlangsung.
Extreme Programming (XP) adalah kerangka Agile yang menekankan kualitas perangkat
lunak dan kerja sama tim. XP melibatkan serangkaian praktik, termasuk pemrograman
berpasangan, integrasi berkelanjutan, dan pengembangan berbasis pengujian.
Model SDLC lebih kaku dan berurutan dibandingkan dengan Agile. Dalam model SDLC,
setiap fase proses pengembangan perangkat lunak harus diselesaikan sebelum melanjutkan ke
fase berikutnya. Pendekatan ini dapat membuat sulit untuk beradaptasi dengan perubahan selama
proses pengembangan. Di sisi lain, Agile lebih fleksibel dan adaptif, memungkinkan perubahan
dilakukan selama proses pengembangan.
Model SDLC lebih cocok untuk proyek dengan persyaratan yang terdefinisi dengan baik
dan perubahan terbatas, sedangkan Agile lebih cocok untuk proyek dengan persyaratan yang
berubah dan membutuhkan umpan balik dan iterasi yang sering.
viii
3.6. Studi Kasus tentang Model Siklus Hidup Perangkat Lunak dan Agile
Tim memutuskan untuk menggunakan Agile untuk proyek tersebut karena persyaratan
yang berubah-ubah dan kebutuhan akan umpan balik yang sering. Tim memilih kerangka kerja
Scrum untuk proyek tersebut, karena menekankan kolaborasi tim dan pengembangan berulang.
Selama proyek berlangsung, tim sering berkomunikasi dengan klien, yang memberikan
umpan balik tentang MVP dan fitur tambahan. Tim menggunakan umpan balik untuk melakukan
penyesuaian dan peningkatan pada aplikasi. Kerangka Scrum memungkinkan tim menyelesaikan
proyek tepat waktu dan sesuai anggaran, sekaligus memastikan bahwa aplikasi memenuhi
persyaratan klien.
Kesimpulannya, pemilihan model SDLC atau Agile bergantung pada sifat dan kebutuhan
proyek. Dalam kasus proyek aplikasi seluler, Agile adalah pendekatan yang paling cocok karena
persyaratan yang berubah dan kebutuhan akan umpan balik yang sering. Kerangka Scrum
memungkinkan tim berhasil menyelesaikan proyek tepat waktu dan sesuai anggaran sambil
memastikan bahwa aplikasi memenuhi persyaratan klien.
ix
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Tim pengembangan perangkat lunak memiliki opsi untuk menggunakan model SDLC
tradisional atau Agile untuk proyek mereka. Model SDLC lebih kaku dan berurutan
dibandingkan dengan Agile, yang lebih fleksibel dan adaptif. Pilihan pendekatan tergantung pada
sifat dan persyaratan proyek.
Untuk proyek dengan persyaratan yang jelas dan perubahan terbatas, model SDLC lebih
cocok. Namun, untuk proyek dengan persyaratan yang berubah dan membutuhkan umpan balik
dan iterasi yang sering, Agile lebih cocok. Kerangka kerja Scrum adalah pilihan populer untuk
proyek Agile, karena menekankan kolaborasi tim dan pengembangan berulang.
Dalam kasus proyek aplikasi seluler, tim berhasil menyelesaikan proyek tepat waktu dan
sesuai anggaran menggunakan kerangka kerja Scrum. Tim dapat melakukan penyesuaian dan
peningkatan berdasarkan umpan balik yang sering dari klien, memastikan bahwa aplikasi
tersebut memenuhi persyaratan klien.
4.2. Implikasi
Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa tim pengembangan perangkat lunak harus hati-
hati mempertimbangkan sifat dan kebutuhan proyek mereka sebelum memilih pendekatan. Agile
menjadi lebih populer, karena memungkinkan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi yang
lebih besar. Namun, model SDLC mungkin masih lebih cocok untuk beberapa proyek.
4.3. Saran
Sebagai saran untuk penelitian selanjutnya, penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk
membandingkan keefektifan kerangka kerja Agile yang berbeda, seperti Scrum, Kanban, dan
Lean, untuk jenis proyek yang berbeda. Selain itu, penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pada
keefektifan menggabungkan elemen model SDLC dan Agile untuk proyek pengembangan
perangkat lunak.
x
DAFTAR PUSTAKA
Nurokhim, N., & Sumarbagiono, R. (2013). Analisis Sistem Komputer untuk Manajemen dan
Estimasi Biaya Dekomisioning Pltn. Buletin Limbah, 9(2).
Ruparelia, N. B. (2010). Software development lifecycle models. ACM SIGSOFT Software
Engineering Notes, 35(3), 8-13.
Hadinata, N., & Nasir, M. (2017). Implementasi Metode Scrum Dalam Rancang Bangun Sistem
Informasi Penjualan (Study Kasus: Penjualan Sperpart Kendaraan). Jurnal Ilmiah Betrik:
Besemah Teknologi Informasi dan Komputer, 8(01), 22-27.
Budi, D. S., & Abijono, H. (2016). Analisis Pemilihan Penerapan Proyek Metodologi
Pengembangan Rekayasa Perangkat Lunak. Teknika, 5(1), 24-31.
Bolung, M., & Tampangela, H. R. K. (2017). Analisa penggunaan metodologi pengembangan
perangkat lunak. Jurnal ELTIKOM: Jurnal Teknik Elektro, Teknologi Informasi dan
Komputer, 1(1), 1-10.
Bachri, B. S. (2010). Meyakinkan validitas data melalui triangulasi pada penelitian
kualitatif. Jurnal teknologi pendidikan, 10(1), 46-62.
Alda, M. (2021). Rekayasa Perangkat Lunak Berorientasi Objek. Media Sains Indonesia.
Fahat, M. F., Priyambadha, B., & Pradana, F. (2018). Pengembangan Aplikasi Manajemen
Proyek Perangkat Lunak Berbasis Scrum Studi Kasus CV. Nusantara Media Mandiri
(CVNMM). Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-
ISSN, 2548, 964X.
Wijaya, W. W. W., & Susanto, E. (2021). New Normal: Pengembangan Sistem Informasi
Penjualan Menggunakan Metode SDLC (System Development Life Cycle). Jurnal
Sustainable: Jurnal Hasil Penelitian Dan Industri Terapan, 10(1), 1-9.
Dora, S. K., & Dubey, P. (2013). Software development life cycle (SDLC) analytical comparison
and survey on traditional and agile methodology. Natl. Mon. Ref. J. Res. Sci.
Technol, 2(8), 22-30.
Rastogi, V. (2015). Software development life cycle models-comparison,
consequences. International Journal of Computer Science and Information
Technologies, 6(1), 168-172.
Ruparelia, N. B. (2010). Software development lifecycle models. ACM SIGSOFT Software
Engineering Notes, 35(3), 8-13.
Leau, Y. B., Loo, W. K., Tham, W. Y., & Tan, S. F. (2012). Software development life cycle
AGILE vs traditional approaches. In International Conference on Information and
Network Technology (Vol. 37, No. 1, pp. 162-167).
Singh, A., & Kaur, P. J. (2019). Analysis of software development life cycle models. In
Proceeding of the Second International Conference on Microelectronics, Computing &
Communication Systems (MCCS 2017) (pp. 689-699). Springer Singapore.
xi
Keramati, H., & Mirian-Hosseinabadi, S. H. (2008, March). Integrating software development
security activities with agile methodologies. In 2008 IEEE/ACS International Conference
on Computer Systems and Applications (pp. 749-754). IEEE.
xii